Anda di halaman 1dari 21

Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep

IPA Siswa Kelas IV


Sekolah Dasar

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD VERSUS EKSPOSITORI


TERHADAP HASIL BELAJAR PEMAHAMAN DAN APLIKASI KONSEP IPA SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR

THE INFLUENCES OF STAD COOPERATIVE LEARNING VS EXPOSITORY AND


COGNITIVE STYLE ON LEARNING OUTCOMES OF UNDERSTANDING AND PHYSICS
CONCEPT APPLICATION IN GRADE X SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT

Prayekti
Universitas Terbuka
email: prayekti@ut.ac.id

Rasyimah
Universitas Terbuka
email: rasyimah@ut.ac.id

Diterima tanggal: 15/04/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 06/06/2013; Disetujui tanggal: 14/12/2013

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) perbedaan rerata skor hasil belajar
pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif
Student Team Achievement Division (STAD) dan pembelajaran ekspositori pada pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam; 2) perbedaan rerata skor hasil belajar aplikasi konsep IPA antara
kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif STAD dengan siswa yang diberikan perlakuan pembelajaran ekspositori dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam; 3) pengaruh interaksi antara penerapan pembelajaran meng-
gunakan strategi pembelajaran kooperatif STAD vs pembelajaran ekspositori, terhadap hasil
belajar aplikasi konsep IPA siswa kelas IV SD. Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan
rancangan faktorial nonequivalent control group design, yang dilaksanakan pada dua kelas
paralel di kelas SD Negeri di Jakarta Timur, dengan jumlah siswa 80 orang dan yang diambil
sebagai subjek penelitian 76 orang. Kelas IVa sebagai kelas eksperimen, dan kelas IVb sebagai
kelas kontrol. Data hasil belajar dikumpulkan melalui kegiatan pretes dan postes pada kelas
yang diteliti. Data pretes diambil sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, untuk menguji
perbedaan hasil belajar. Analisis data menggunakan uji statistic Multivariate Analysis of
Covariance dengan program SPSS 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dengan
menggunakan strategi pembelajaran STAD ternyata hasil belajar pemahaman dan aplikasi konsep
IPA lebih baik daripada strategi pembelajaran ekspositori, 2) strategi pembelajaran STAD
menunjukkan hasil belajar aplikasi konsep IPA yang lebih baik daripada strategi pembelajaran
ekspositori, dan 3) secara univariat, interaksi antara strategi pembelajaran tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar aplikasi konsep IPA.

Kata kunci: strategi pembelajaran, STAD, strategi pembelajaran ekspositori, pemahaman,


dan aplikasi konsep IPA.

Abstract: This research aims to examine: 1) differences in the average scores of learning
outcomes of comprehension the concept between group of students who study with STAD
cooperative teaching learning and expository teaching learning in Science, 2) difference in the
average scores of learning outcomes of Science concept application between group of students
who learning with STAD cooperative learning strategy and students who learning with expository
in Science, 3) interaction influence between learning application that used STAD cooperative
learning strategy vs expository learning, on grade IV Elementary School students learning
outcomes of Science concept. This is a quasi-experimental research using a noequivalent control

451
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

group design factorial, conducted on two parallel classes of grade IV at Elementary School East
Jakarta, with total number of students 80 students and as the research subject is 76 students.
Two classes were drawed as experiment class and three classes as control class. Learning
outcomes data collected by pre-test and post-test in research classes to verify the differences
of learning outcomes. For data analysis was using MANCOVA with SPSS 15 program.The result
showed that: 1) by using STAD learning strategy showed learning outcomes of comprehension
and Science concept application is better than expository learning strategy; 2) STAD learning
strategy showed learning outcomes of Science concept application is better than expository
learning strategy; 3) Univariately, the interaction between learning strategy didn‘t give any
significant influences on learning outcomes of Science concept application.

Keywords: learning strategy, STAD, learning strategy expository, comprehension, and science
concept application.

Pendahuluan Model pembelajaran yang mengangkat siswa


Pembelajaran yang baik merupakan perwujudan untuk dapat bekerja sama, berdiskusi dan saling
dari ketepatan penerapan teknologi pembe- mem bant u se rta sali ng m endukung dal am
lajaran, sebagai alat bantu utama pembelajaran pembelajaran dikenal sebagai pembelajaran
dan strategi pembelajaran yang memungkinkan kooperatif Student Team Achievement Division
proses pembelajaran berlangsung secara efektif (STAD) melalui model pembelajaran tersebut
dan lebih efisien. Pembelajaran yang baik dan diharapkan siswa dapat bekerja sama, berdiskusi,
efisien memungkinkan memudahkan siswa untuk saling membantu dalam belajar, dan pembe-
belajar dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang lajaran akan selesai jika semua siswa telah
baik berusaha untuk meningkatkan peran aktif memahami materi yang diberikan guru. Tentunya
siswa d alam mem perb aiki pem aham an d an dengan memperhatikan saat siswa menerima
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, pembelajaran dari guru, dan mengolah informasi
ka rena itu pem bela jar an d apat dip anda ng yang masuk kepada dirinya, apakah diterima
seba­gai ilmu terapan yang menjembatani teori tanpa menghiraukan lingkungan sekitarnya atau
belajar dan praktik pembelajaran (Degeng, 1993). bertanya kepada teman-temannya atau langsung
Ditinjau dari sasaran pembelajaran, ada dua diolah dan diproses secara sendiri saja.
sasaran pokok dalam kegiatan pembelajaran, Menurut Minhsiung (2012) dalam peneliti-
yaitu: 1) sasaran individu, dan 2) sasaran ke- annya menyimpulkan bahwa efektivitas belajar
lompok. Sasaran individu, pembelajaran seba- kooperatif lebih baik dari belajar individualistik.
iknya dilakukan untuk memberikan kesempatan Siswa dalam kondisi pembelajaran kooperatif
kepada individu siswa melakukan aktivitasnya mendapat perhatian lebih. Hasil ini menjelaskan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa peningkatan konsekuen dalam kinerja terjadi
se cara ind ivid u. U ntuk sasaran kel ompok, secara bert ahap , da n me nunj ukka n ba hwa
pembelajaran diperlukan untuk membangun kerja pe mbel ajar an secar a kooper atif mengala mi
sama dan harmonisasi dalam kelompok sehingga peningkatan. Selanjutnya, Fareed (2010) dalam
siswa sebagai anggota kelompok dapat ber- penelitiannya yang mengeksplorasi tentang efek
kembang secara individu dalam kelompoknya. pembelajaran kooperatif pada prestasi akademik
Dalam kelompok siswa akan berkembang dan siswa dan temuan penelitian yang diperoleh,
meningkat secara bersama-sama. Pembelajaran kedua kelompok sebagai sampel penelitian, di
yang baik mendorong keaktifan belajar pada diri awal percobaan dengan menggunakan metode
si swa yang pad a ak hir nya memb erik an p e- ceramah biasa nilai mereka sama. Namun setelah
ningkatan hasil belajar siswa. Dengan merujuk satu kelompok diajar dengan metode ekspositori
kepada paradigma pembelajaran harus berubah dan kelompok lain diajar dengan metode STAD,
pada penempatan siswa sebagai pusat aktivitas hasil yang diperoleh kelompok yang diajar dengan
belajar, dan tidak lagi berpusat pada guru. metode STAD lebih baik dibandingkan dengan
metode ekspositori.

452
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Pembelajaran kooperatif adalah strategi masalahnya adal ah sejauhmana pe ngar uh


pengajaran di mana tim bekerja sama dalam pembelajaran kooperatif STAD versus Ekspositori
tugas-tugas belajar kelompok kecil dalam: a) terhadap hasil belajar pemahaman dan aplikasi
menggabungkan; penggunaan tim yang hete- konsep IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar.
rogen; b) memelihara akuntabilitas individu; c) Memperhatikan beberapa alternatif dan kelas
mempromosikan saling ketergantungan positif; d) pembelajaran, strategi pembelajaran kooperatif
pengolohan menanamkam arti kelompok, dan e) STAD pada pelajaran IPA di kelas IV merupakan
mempertajam keterampilan sosial. Chuang (2012) objek penelitian yang tepat, dan siswa sebagai
mengemukakan bahwa metode pembelajaran subjek yang tepat untuk dilakukan penelitian.
kooperatif memberikan hasil belajar yang lebih Secara rasional adalah 1) pembelajaran IPA
baik bila dibandingkan dengan pengelompokan meminta siswa lebih aktif dalam pembelajaran, 2)
secara acak. Prestasi belajar siswa meningkat usia siswa kelas IV berada pada perkembangan
sekitar 17,64% dan skor rata-rata meningkat kognitif pra operasional formal dimana siswa telah
sementara standar deviasi menurun Maceiras et mampu untuk melakukan kerja sama dengan baik
al. (2011) mengemukakan bahwa pelaksanaan maupun mengungkapkan pendapatnya tentang
metode pembelajaran kooperatif memerlukan sesuatu yang telah dikuasai dan dipahaminya, 3)
perubahan besar dalam kegiatan akademik yang menguji kee fekt ivan ant ara kedua st rate gi
dil akuk an g uru dala m me nera pkan met ode pembelajaran kooperatif STAD dan ekspositori
tersebut. Siswa memiliki kesempatan untuk untuk pembelajaran IPA di kelas IV.
berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran Pembelajaran kooperatif STAD sangat sesuai
kooperatif. de ngan sik ap g otong royong , ka rena siswa
Pemilihan masalah dalam studi ini dilatar- bekerja sama dalam pembelajaran maupun untuk
belakangi oleh adanya beberapa hasil temuan mencapai hasil belajar yang baik. STAD sangat
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti cocok digunakan apabila materi mengharuskan
terdahulu mengenai rendahnya mutu hasil belajar melakukan percobaan/praktikum. Siswa memiliki
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar tanggung jawab yang besar atas belajarnya
(SD). Selain itu, pernah dilakukan observasi dan sendiri.
wawancara terhadap para guru di beberapa SD David (dalam Hudoyo, 2001) berpendapat
lain dan hasilnya menunjukkan bahwa mereka ba hwa metode e ksposit ori merupaka n ca ra
mengeluh karena materi kurikulum IPA kelas IV mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
SD terlalu sarat, guru perlu melengkapi dengan menanamkan belajar bermakna, bila memenuhi
kegiatan praktikum/demonstrasi, dan selalu syarat berikut: 1) belajar dengan menerima, jika
berorie ntasi pada proses. Untuk me lakukan materi yang disajikan kepada siswa lengkap
proses tentunya memerlukan waktu yang cukup hingga bentuk akhir baik berupa rumus atau pola
panjang. Para guru IPA umumnya menggunakan bilangan; dan 2) belajar melalui penemuan, jika
berbagai strategi pembelajaran secara bervariasi, materi yang disajikan siswa tidak lengkap, bentuk
tet api ce nderung pad a pengguna an met ode akhir yang berupa rumus, pola, atau aturan di-
ceramah, tanya jawab, sehingga kadar Cara temukan sendiri oleh siswa. Penggunaan strategi
Belajar Siswa Aktif (CBSA) sangat terbatas. Siswa ekspositori mengarah pada tersampaikannya isi
- siswa masih diarahkan pada penguasaan kognitif pelajaran kepada siswa secara langsung, dan
tingkat rendah, kura ng m empe rtim bang kan siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri
kesiapan dan kemampuan berpikir anak atau tidak fakta, konsep, dan prinsip karena telah disajikan
menekanka n pada proses be rpikir ( thinking oleh guru. Kegiatan pembelajaran menggunakan
process). strategi ekspositori cenderung berpusat kepada
Mencermati beberapa hasil penelitian pada guru.
latar belakang di atas memberi kejelasan bahwa Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai
terdapat sisi kelemahan pembelajaran IPA pada berikut: 1) menguji perbedaan rerata skor hasil
siswa SD, yaitu kemampuan memahami dan belajar pemahaman konsep antara kelompok
ap lika si k onse p be lum opti mal. Per umusan siswa y ang bela jar deng an p embe laja ran

453
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

kooperatif Student Team Achievement Division ta nggung j awab ind ivi du, dan kese mpat an
(STAD) dan pem bela jara n ek spositor i pa da ber hasi l ya ng sama. Dal am p embe laja ran
pembelajaran IPA; 2) menguji perbedaan rerata kooperatif penghargaan kelompok dan tanggung
skor hasil belajar aplikasi konsep IPA antara jaw ab i ndivi dual sang at p enti ng untuk me-
kelompok siswa yang diberi perlakuan pembe- ningkatkan prestasi kemampuan dasar (Slavin
lajaran dengan menggunakan strategi pembe- 1995, 2008). Tidak cukup hanya dengan siswa
lajaran kooperatif STAD dengan siswa yang bekerja sama, tetapi juga harus memiliki alasan
diberikan perlakuan pembelajaran ekspositori untuk saling mendukung pencapaian prestasi.
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pembelajaran kooperatif memberikan arahan
(IPA); dan 3) melihat pengaruh interaksi antara apabila siswa memperoleh penghargaan karena
penerapan pembelajaran menggunakan strategi telah melakukan hal lebih baik dari yang dilakukan
pembelajaran kooperatif STAD Vs pembelajaran sebelumnya, maka siswa akan lebih termotivasi
ekspositori, terhadap hasil belajar aplikasi konsep untuk memperoleh penghargaan dalam tugas
IPA siswa kelas IV SD. belajar, karena penghargaan atas kemajuan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan meraih sukses bukanlah sesuatu yang sulit atau
penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka terlalu mudah dilakukan
dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai Berdasarkan perspektif kerja sama struktur
berikut. 1) Ada perbedaan rerata skor hasil belajar tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi
pemahaman konsep antara kelompok siswa yang ca ra a nggota k elom pok bisa mer aih tujuan
belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD dan pribadinya. Anggota kelompok harus membantu
pembelajaran ekspositori pada pembelajaran IPA; teman satu kelompok untuk melakukannya agar
2) Ada perbedaan rerata skor hasil belajar aplikasi berhasil, mendorong anggota kelompok mela-
konsep IPA antara kelompok siswa yang diberi kukan usaha secara maksimal, dengan kata lain,
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan penghargaan kelompok didasarkan pada kinerja
strategi pembelajaran kooperatif STAD dengan kelompok menciptakan struktur penghargaan
siswa yang diberikan perlakuan pembelajaran anggota kelompok dalam merespon usaha yang
ekspositori dalam IPA; dan 3) Ada pengaruh berhubungan dengan tugas kelompok.
intera ksi anta ra p ene rapa n pe mbel ajar an Siswa mendapat keuntungan dari kegiatan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif kooperatif, dengan memberikan penjelasan ela-
STAD Vs pembelajaran ekspositori terhadap hasil borasi kepada teman yang lain. Pembelajaran
belajar aplikasi konsep IPA siswa kelas IV SD. kooperatif merupakan suatu istilah yang menjadi
payung bagi sejumlah pendekatan pembelajaran
Kajian Literatur berupa kegiatan diskusi kelompok kecil dan yang
Teori Pembelajaran Kooperatif menguta maka n ke rja sama . Pe mbel ajar an
Pe mbel ajar an k oope rat if m enek anka n pa da koopera tif merupaka n sa lah satu met ode
penggunaan tujuan dan kesuksesan kelompok, pembelajaran yang dirancang untuk penggunaan
sehingga tugas yang diberikan merupakan tugas kelas. Berikut adalah langkah-langkah pembe-
belajar kelompok. Hal penting dalam pembe- lajaran kooperatif.
lajaran kooperatif adalah penghargaan kelompok,

454
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Perilaku Guru


1 Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada
memotivasi siswa pembelajaran dan memotivasi siswa.
2 Menyajikan informasi Menyajikan informasi dengan peragaan atau dengan
teks/bacaan.
3 Mengorganisasi siswa dalam Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk tim
tim belajar belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
4 Membantu kerja kelompok Membantu team-team belajar kooperatif pada saat
dalam belajar. mengerjakan tugasnya.
5 Melakukan evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan Mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.

(Sumber: Arend, 1997)

Pe mbel ajar an k oope rati f me ngacu pa da saikan tugas-tugas. Peranan hubungan kerja
kegiatan belajar dengan siswa bekerja bersama dapat dibangun dengan membagi tugas anggota
dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam kelompok selama kegiatan. Keterampilan koo-
belajar. Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang peratif dibedakan menjadi tiga tingkatan. Menurut
mempunyai kemampuan berbeda (Slavin, 1994). Lundgren (dalam Wijayanti, 2002) keterampilan
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yakni: kooperatif tingkat awal meliputi: 1) Menggunakan
1) Menuntaskan materi belajar, siswa belajar kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat yang
dalam kelompok secara kooperatif; 2) Kelompok ber guna unt uk m eningkat kan kerj a da lam
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan kelompok; 2) Menghargai konstribusi, berarti
tinggi, sedang, dan rendah; 3) Kelompok siswa memperhatikan atau mengenal apa yang dapat
yang terdiri atas beberapa ras, suku, budaya, dan dikerjakan orang lain. Setiap anggota harus
jenis kelamin; 4) Penghargaan lebih diutamakan setuju dengan anggota lain, atau dapat dikritik
pa da k erja kel ompok da ripa da p eror anga n. ditujukan terhadap ide dan bukan individu; 3)
Pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu berarti
penting yaitu: 1) Hasil belajar, pembelajaran setiap anggota kelompok bersedia menggantikan
kooperatif bertujuan meningkatkan kinerja siswa dan bersedia mengemban tugas/tanggung jawab
dalam tugas akademik. Banyak ahli berpendapat tertentu dalam kelompok; 4) Berada dalam
bahwa pembelajaran kooperatif unggul membantu kelompok, maksudnya setiap anggota tetap dalam
siswa memahami konsep yang sulit; 2) Pene- kelompok kerja selama kegiatan berlangsung; 5)
ri maan ter hada p ke rag aman, pe mbel ajar an Berada dalam tugas, artinya bahwa meneruskan
kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar
temannya yang mempunyai berbagai macam latar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang
belakang. dibutuhkan; 6) Mendorong partisipasi, artinya
Keterampilan dalam pembelajaran kooperatif, mendorong semua anggota kelompok memberi-
tidak hanya mempelajari materi pembelajaran, ka n kontri busi ter had ap t ugas kel ompok;
tetapi siswa harus mempelajari keterampilan Memancing orang lain untuk berbicara; 7) Menye-
khusus yang disebut keterampilan kooperatif. lesaikan tugas tepat waktu; dan 8) Menghormati
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk perbedaan individu.
melancarkan hubungan kerja dalam menyele-

455
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Keterampilan kooperatif tingkat menengah, kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika


meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, sa lah satu tid ak d apa t me nger jaka n sa tu
mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara pertanyaan, maka teman satu kelompoknya
yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanggung jawab menjelaskannya; 5) Ingatkan
bert anya, me mbuat ri ngkasan, menafsi rkan siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai
mengatur dan mengorganisir, memeriksa ke- teman satu kelompok bisa mencapai nilai 100 pada
tep atan, me neri ma t angg ung jawa b, d an kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar
mengurangi ketegangan. Keterampilan kooperatif kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk
tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, memeriksa diisi dan diserahkan. Lembar kegiatan tersebut
dengan cermat, menuntut kebenaran, mene- penting untuk mengecek diri dan teman-teman
tapkan tujuan, dan berkompromi. sekelompok pada saat belajar. Ingatkan siswa
bahwa j ika memp unya i pe rtanyaan, ha rus
Pembelajaran Kooperatif Student Team menanyakan kepada teman-teman sekelompok
Achievement Division (STAD) dahulu sebe lum bert anya pad a guru; 6)
Pembelajaran kooperatif STAD pada awalnya Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru
dikembangkan oleh Slavin dan kawan-kawan di berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji
Universitas John Hopkins Amerika Serikat. STAD kel ompok ya ng semua ang gota nya beke rja
mer upak an salah sat u model yang pal ing dengan baik. Tes individu dilakukan pada akhir
sederhana dan banyak digunakan dari semua pertemuan, tujuannya agar siswa menunjukkan
pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995). Kegiatan pemahaman tentang materi yang telah dipelajari
pembelajaran kooperatif STAD terdiri atas lima sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per
komponen utama, yaitu a) penyajian kelas, b) individu didata dan diarsipkan sebagai bahan
kegiatan kelompok, c) tes, d) menentukan skor untuk perhitungan skor kelompok.
peningkatan individual, dan e) penghargaan
kelompok. Penghargaan Kelompok
Pem bela jara n kooper atif St udent Te am Beberapa kelompok dapat memperoleh peng-
Achievement Divisions (STAD) bertujuan men- hargaan bila skor rata-rata kelompok melebihi
dorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam suatu kriteria tertentu (Slavin, 1995). Setelah
menyelesaikan tugas, menguasai materi, dan dilakukan perhitungan skor peningkatan individu,
pada akhirnya menerapkan keterampilan. Guru langkah selanjutnya adalah pemberian peng-
perlu memberikan bantuan dengan cara mem- hargaan te rhadap kelompok yang mencapai
perjelas perintah, merevieu konsep, atau men- kri teri a te rtentu. Kelompok mencapa i sk or
jawab pertanyaan. Selain itu, guru juga mela- berdasarkan kriteria yang ditetapkan memperoleh
kukan bimbingan kepada siswa yang mengalami penghargaan. Suatu kelompok dapat memeroleh
kesulitan pada saat kegiatan belajar kelompok penghargaan bila skor rata-rata kelompoknya
berlangsung. melebihi kriteria tertentu. Untuk menghitung skor
Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran suatu kelompok, skor peningkatan individu dari
adalah: 1) Meminta anggota kelompok memin- masing-masing anggota kelompok, dicatat pada
dahkan meja/bangku siswa bersama-sama; 2) lembar laporan kelompok dan membagi jumlah
Memberikan waktu kurang lebih 5 menit untuk sk or p eningkat an i ndi vidu sem ua a nggota
memilih nama kelompok. Kelompok yang tidak kelompok tersebut dengan banyaknya anggota
dapat menyepakati nama kelompok saat itu boleh kelompok yang hadir.
memilih kemudian; 3) Bagikan lembar kegiatan Kelebihan penggunaan pendekatan pem-
siswa; 4) Serahkan pada siswa untuk bekerja bel ajar an k ooper atif tip e STAD y ait u: a)
sam a da lam pasa ngan/kel ompoknya , ti ap Mengembangkan serta menggunakan keteram-
kelompok terdiri atas 4-5 orang, mengerjakan pilan berpikir kritis dan kerja sama kelompok; b)
tugas tergantung pada tujuan yang dipelajari. Mempererat hubungan pribadi yang positif di
Dalam mengerjakan soal, masing-masing siswa antara siswa yang berasal dari latar belakang
ha rus meng erja kan soa lnya sendiri an d an yang berbeda; c) Menerapkan bimbingan oleh tim;

456
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

d) Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai- Kelebihan strategi ini adalah mudah di-
nilai ilmiah. laksanakan tanpa memerlukan petunjuk pe-
la ksanaan yang har us d iper siap kan seca ra
Pembelajaran Ekspositori khusus, di samping dapat diterapkan pada materi
Ekspositori berasal dari konsep eksposisi yang yang tidak mudah diakses oleh siswa dan lebih
berarti memberikan penjelasan. Dalam konteks bersifat fakta-fakta untuk dihafal. Kelebihan lain
pembelajaran ekspositori merupakan strategi dari strategi ini adalah: 1) guru mudah menguasai
yang dilakukan guru untuk menjelaskan fakta- kelas; 2) mudah mengorganisasikan tempat
fakta, gagasan-gagasan, dan informasi-informasi duduk/kelas; 3) dapat diikuti oleh siswa dalam
penting lain kepada para siswa. Pembelajaran jumlah yang besar; 4) mudah mempersiapkan dan
ekspositori merupakan suatu strategi yang biasa melaksanakannya; dan (5) guru mudah mene-
dig unaka n guru ta npa m enggunaka n tek nik rangkan materi pelajaran dengan baik.
khusus dalam mengorganisasikan isi pembe- Munandar (2004) mengemukakan bahwa
lajaran. Dengan strategi pembelajaran ekspositori pembelajaran ekspositori merupakan salah satu
penyajian bahasan cenderung mengacu pada pendekatan yang paling lazim digunakan guru
materi sajian yang terdapat dalam buku teks, guru dalam kegiatan pembelajaran pada hampir semua
tidak memperhatikan apakah materi sajian sudah bidang studi. Pembelajaran ekspositori yang
sesuai deng an uruta n hi erar ki b elaj ar d ari dikemukakan oleh Munandar (2004) adalah guru
sederhana ke kompleks. Dalam pembelajaran menyampaikan bahan, memberikan ceramah,
dengan strategi ekspositori hubungan antara menjelaskan bahan atau menerangkan materi.
mat eri pokok ba hasan yang disaji kan ti dak Sehingga pendekatan ekspositori merupakan
dikaitkan. pendekatan yang paling dominan dilakukan oleh
Str ateg i ek spositor i di guna kan deng an guru, dan cara mengajar seperti ini banyak
memberikan keterangan terlebih dahulu yang dipraktikkan oleh hampir semua guru. Peranan
meliputi definisi, prinsip dan konsep materi siswa dalam pembelajaran ekspositori menjadi
pelajaran, serta memberikan contoh latihan pendengar dan pencatat materi, duduk di kursi
pem ecahan m asal ah d alam bentuk verb al, yang tetap, kondisi belajar siswa menjadi pasif.
demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa Pembelajaran ekspositori lebih mengutamakan
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara aktivitas guru dalam pencapaian tujuan belajar
ce rmat . Pe nggunaan st rate gi e kspositori yang ditetapkan, dan mengabaikan keaktifan
mengarah pada tersampaikannya isi pelajaran siswa dalam proses belajar, sehingga kemampuan
kepada siswa secara langsung. Siswa tidak perlu siswa tidak berkembang secara maksimal, karena
mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, sedikit sekali kesempatan siswa untuk aktif
konsep dan prinsip karena telah disajikan oleh terlibat dalam belajar.
guru. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan
strategi ekspositori cenderung berpusat kepada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
guru. IPA atau sains merupakan cabang pengetahuan
Strategi ekspositori banyak dipilih karena yang berawal dari fenomena alam. IPA didefi-
mudah dilaksanakan dengan persiapan yang nisikan seb agai sek umpulan peng etahuan
sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh
satu langkah langsung bisa menjangkau semua dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan
siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. yang dilakukan dengan keterampilan berekspe-
Penyajian ceramah yang bersifat formal dan rimen dengan menggunakan metode ilmiah.
biasanya berlangsung selama 35 menit maupun Def inisi ini me mber i pe nger tian bahwa I PA
yang informal yang hanya berlangsung selama 5 merupakan cabang pengetahuan yang dibangun
menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-
menurut tujuan penggunaannya. hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan
aplikasi penelaran matematis dan analisis data

457
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, dasan dan pemahamannya tentang alam seisinya
pada hakikatnya IPA merupakan ilmu penge- yang penuh dengan rahasia yang tak habis-
tahuan tentang gejala alam yang dituangkan habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia
berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi
teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas
kegiatan dalam metode ilmiah. IPA memiliki dua dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi
sisi, yaitu sebagai proses dan sebagai produk. adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut
Suatu teor i pa da m ula nya berupa g agasan semakin lama semakin sempit, sehingga sem-
imajinatif akan tetap sebagai gagasan imajinatif boyan “Sains hari ini adalah teknologi hari esok”
selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti. merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan
Mata pelaja ran IPA adalah salah satu mata oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi
pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat IPA adalah manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan
ilmu pengetahuan yang objek pengamatannya dan teknologi yang saling mengisi (komplementer),
alam dengan segala isinya, termasuk bumi, ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung
tumbuhan, hewan, dan manusia. hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan lai nnya mengand ung makna te knol ogi ( the
bahwa IPA merupakan bagian dari Sains yang meaning of technology).
memungkinkan manusia memperoleh kebenaran
ilmiah dari fenomena-fenomena alam sehingga Hasil Belajar
memudahkan menggambarkan dan mengatur Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
alam. Selain itu, mata pelajaran IPA merupakan seseorang setelah ia menerima pengalaman
mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan belajar. Kemampuan tersebut bersifat relatif
semua aspek belajar yang dimiliki siswa baik permanen dan bermanfaat bagi dirinya. Ke-
kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga mem- mam puan yang di peroleh kare na b elaj ar
punyai sikap percaya diri untuk bekal hidup di dikelompokkan menjadi tiga ranah, hal ini sesuai
masyarakat. dengan pendapat Bloom (1981) yang menge-
IPA sel alu berk aita n de ngan kehidup an lompokkan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu
sehari-hari. Sebenarnya tanpa sadar, tiap orang ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
selalu menerapkan hukum-hukum IPA. Misalnya, Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
mengapa berjalan di tempat yang licin itu lebih intelektual yang terdiri atas enam aspek yakni:
sulit dibandingkan di tempat yang kasar. Di situlah 1) pengetahuan atau ingatan (C1), 2) pema-
IPA bekerja, bahwa jalan yang licin itu gaya haman (C2), 3) aplikasi (C3), 4) analisis (C4), 5)
geseknya lebih kecil dibandingkan dengan jalan sintesis (C5), dan 6) evaluasi (C6). Ranah afektif
yang kasar sehingga gaya penahan kaki lebih berkenaan dengan sikap yang terdiri lima aspek,
kecil. Seseorang sering terpeleset ketika berjalan yakni: 1) minat, 2) sikap, 3) penghargaan, 4) nilai-
di jalan yang licin, yang membuktikan, bahwa IPA ni lai, dan 5) peng end alia n em osi. Ranah
selalu dekat dengan peristiwa dialami. Tanpa psikomotor terdiri dari enam tingkat klasifikasi,
belajar pun, sebenarnya setiap orang telah yakni: 1) gerakan refleks, 2) keterampilan pada
menerapkan IPA. gerakan-gerakan dasar, 3) kemampuan persep-
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains tual, 4) kemampuan fisik, 5) gerakan-gerakan skill,
dal am a rti semp it t elah dij elaskan di a tas dan 6) kemampuan yang berkenaan dengan
merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical berkomunikasi. Ketiga ranah tersebut apabila
sciences (ilmu fisika) dan life sciences (ilmu biologi). dianalisis merupakan kemampuan yang menye-
Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu luruh terjadi pada diri seseorang, ranah kognitif
astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, terkait dengan kemampuan seseorang berpikir,
dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, ranah a fekt if t erka it d enga n ke mamp uan
fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi seseorang bersikap, dan ranah psikomotor terkait
(Wikipedia). IPA (Sains) berupaya membangkitkan dengan kemampuan seseorang berperilaku.
minat manusia agar mau meningkatkan kecer-

458
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Carin & Sund (1989) menjelaskan bahwa Se ment ara itu, Dick and Ca rey (199 6)
pembelajaran IPA merupakan suatu cara untuk menggolongkan keterampilan intelektual menjadi
me nget ahui tentang al am semesta m elal ui empat tipe yang paling umum, yakni: a) mem-
kumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan bedakan (discrimi nations), b) pembent ukan
dan penelit ian yang terkontrol. Dari ur aian konsep (forming concepts), c) penerapan rumus
tersebut, IPA dapat dipandang dari dua sisi, yaitu (applying rules), dan d) pemecahan masalah
sisi proses dan sisi hasil. Hal ini ditunjang pula (problem solving). Hal yang perlu diketahui adalah
oleh pendapat Hungerford, Volk, and Ramsey kemampuan yang mengatur cara siswa mengelola
(1990) yang membagi IPA menjadi dua elemen, belajarnya. Kemampuan strategi kognitif dengan
yaitu: proses (the investigation) dan produk (the dihilangkan alasan strategi kognitif adalah meta
knowledge). Sisi proses, yakni bagaimana me- proses digunakan untuk meyakinkan pembe-
ngumpulkan fakta-fakta dan memahami bagai- lajaran yang dilakukan.
mana menghubungkan fakta-fakta untuk meng- Berdasarka n uraian di atas m aka dapat
interpretasikannya, sedangkan dari sisi hasil atau disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil
produk, yaitu berupa prinsip-prinsip, teori-teori, belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
hukum konsep-konsep maupun fakta–fakta yang setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar
kesemua nya ditujuka n untuk menj elaskan terdiri dari tiga ranah, yakni: 1) kognitif, 2) afektif,
tentang berbagai gejala alam. dan 3) psikomotor. Hasil belajar yang dimaksud
Perubahan yang terj adi pada seseorang pa da p enel itia n ini ad alah pem aham an d an
tidak semuanya merupakan hasil belajar. Pe- aplikasi konsep pada aspek pemahaman (C2) dan
rubahan yang disebabkan karena pertumbuhan aplikasi (C 3) dalam mata pelajaran IPA yang
dan kematangan bukan merupakan akibat belajar, dicapai siswa kelas IV SD di Jakarta Timur.
melainkan terjadi karena dorongan insting. Sama
halnya dengan perubahan yang terjadi akibat Pemahaman Konsep IPA
kelelahan atau penyakit tidak dapat dikatakan Pemahaman siswa akan materi IPA disadari tidak
sebagai akibat belajar, karena perubahan seperti mudah untuk dicapai karena banyak hal yang
itu terjadi di luar kemampuan manusia. Belajar mempengaruhi. Selama ini ditemukan kenyataan
merupakan perubahan tingkah laku atau kemam- bahwa mata pelajaran IPA oleh banyak siswa
puan bertingkah laku yang relatif permanen yang diyakini sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal
bukan disebabkan oleh keadaan sementara dari tersebut tentunya berpengaruh terhadap minat
tubuh seperti penyakit atau obat-obatan. Jelaslah belajar siswa. Untuk itu serangkaian upaya telah
bahwa perubahan yang terjadi karena belajar dilakukan agar siswa dapat belajar dengan baik
tidak timbul begitu saja karena belajar lebih tanpa t erbe bani ole h pi kira n ak an sulit nya
banyak membutuhkan kegiatan yang disadari, pelajaran IPA. Pemahaman baru dapat diperoleh
suatu aktivitas psikis dan latihan-latihan. Proses bila siswa telah melalui proses belajar. Dalam
yang terjadi karena adanya rangsangan dari luar proses belajar akan ditemui hambatan-hambatan
diri individu, yang mengakibatkan perubahan ter tent u ya ng a kan meng akib atka n si swa
dalam berbagai aspek kepribadian. Perubahan mengalami kesulitan belajar. Bila hal tersebut
tingkah laku yang diperoleh dalam belajar melalui te rjad i ta npa ada pena nganan l anjut ak an
proses pengalaman. Bila dicermati pendapat- mengakibatkan prestasi belajar yang dicapai
pendapat di atas belajar merupakan kemampuan siswa menjadi rendah. Pemahaman siswa akan
yang diperoleh sebagai akibat interaksi individu materi IPA yang telah diajarkan, baru dapat
dengan lingkungan, bukan karena pertumbuhan diketahui oleh guru bila telah diadakan evaluasi.
fisik atau kematangan dan bukan karena peng- Dalam evaluasi pemahaman siswa, maka guru
aruh obat-obatan. Perubahan terjadi akibat bela- memerlukan tes. Tes tersebut menjadi tolak ukur
jar yang berlangsung secara bertahap dan bukan apakah siswa sudah memahami secara jelas
bersifat sementara. Kemampuan yang diperoleh konsep yang telah diajarkan.
tersebut dirasakan bermanfaat atau meliputi Ernawati (2003) mengemukakan bahwa hasil
berbagai perubahan bagi individu tersebut. belajar yang dinilai dalam mata pelajaran IPA

459
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

terdiri dari tiga aspek. Ketiga aspek itu adalah yang terdiri dari (a) Menyatakan ulang sebuah
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, konsep; (b) Mengklasifikasi objek menurut sifat-
serta pemecahan masalah. Adapun kriteria dari sifatnya; (c) Memberi contoh dan non contoh dari
ketiga aspek tersebut adalah: 1) Pemahaman konsep; (d) Menyajikan konsep dalam berbagai
Konsep yang terdiri atas: (a) Menyatakan ulang bentuk representasi matematis; (e) Mengem-
sebuah konsep; (b) Mengklasifikasian objek-objek bangkan syarat perlu/cukup suatu konsep; (f )
menurut sifat-sifat tertentu; (c) Memberi contoh Menggunakan, dan memilih prosedur; (g) Meng-
dan non contoh dari konsep; (d) Menyajikan aplikasikan konsep dan pemecahan masalah.
konsep dalam berbagai bentuk representasi 2)  Penalar an  d an  k omunikasi  me liputi  ( a)
matematis; (e) Mengembangkan syarat perlu atau Menyajikan pernyataan fisika secara lisan, tertulis,
syarat cukup suatu konsep; (f ) Menggunakan, gambar, dan diagram; (b) Mengajukan dugaan;
memanfaatkan, dan memilih prosedur; (g) Meng- (c) Me nari k ke simp ula n, m enyusun bukt i,
aplikasikan konsep dan pemecahan masalah. memberikan alasan atau bukti terhadap kebe-
2)  Penalar an  d an  k omunikasi  me liputi  ( a) naran solusi; (d) Menarik kesimpulan dari per-
Menyajikan pernyataan IPA secara lisan, tertulis, nyataan; (e) Memeriksa kesahihan dari argumen;
gambar, dan diagram; (b) Mengajukan dugaan; (g) Menemukan pola atau sifat dari gejala untuk
(c) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, mem- membuat generalisasi. 3) Pemecahan Masalah
berikan alasan atau bukti terhadap kebenaran meliputi (a) Menunjukkan pemahaman masalah;
solusi; (d) Menarik kesimpulan dari pernyataan; (b) Mengorganisasikan data dan memilih informasi
(e) Memeriksa kesahihan dari argumen; (g) relevan dalam pemecahan masalah; (c) Menya-
Menemukan pola atau sifat dari gejala untuk jikan masalah dalam berbagai bentuk; (d) Memilih
membuat generalisasi. 3) Pemecahan Masalah, pendekatan dan metode pemecahan masalah
meliputi: (a) Menunjukkan pemahaman masalah; se cara tep at; (e) Meng emba ngka n st rate gi
(b) Mengorganisasikan data dan memilih informasi pemecahan masalah; (f ) Membuat dan menaf-
relevan dalam pemecahan masalah; (c) Menya- sirkan model suatu masalah.
jikan masalah dalam berbagai bentuk; (d) Memilih
pendekatan dan metode pemecahan masalah Aplikasi Konsep IPA
se cara tep at; (e) Meng emba ngka n st rate gi IPA dapat diterapkan dalam kehidupan untuk
pemecahan masalah; (f ) Membuat dan menaf- digunakan manusia. I PA akan berguna bagi
sirkan model suatu masalah. manusia apabila sudah diwujudkan dalam bentuk
Selanjutnya Ernawati (2003) mengemukakan hasil teknologi. Beberapa konsep IPA dapat
ba hwa yang dim aksud de ngan pem aham an tergabung dalam satu bentuk peralatan sebagai
adala h kemampuan menangk ap penger tian- hasil teknologi. Dalam arti ada peralatan yang
pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu hanya menggunakan satu konsep IPA dan ada
materi yang disajikan dalam bentuk lain yang yang lebih dari satu konsep IPA. IPA akan men-
dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dasari perkembangan peralatan yang digunakan
dan mampu mengklasifikasikannya. Menurut manusia. Penemuan-penemuan terbaru dalam
Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pema- bidang IPA akan memperbaiki teknologi yang
haman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau sudah ada. Konsep yang disampaikan disesuai-
dipahami oleh peserta didik sehingga mengerti kan dengan materi pelajaran IPA untuk Sekolah
apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara Dasar. Beberapa contoh penerapan IPA yang
untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta sesuai dengan materi di SD kelas IV dapat
dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. mem beri kan beka l si swa untuk me maha mi
Menurut Zulaiha (2006), hasil belajar yang pentingnya dan membuat IPA dekat dengan
dinilai dalam mata pelajaran Fisika terdiri dari tiga siswa.
aspek. Ketiga aspek itu adalah pemahaman Pe nera pan konsep f isi ka p ada bida ng
konsep , pe nala ran dan kom unik asi, ser ta olahraga, bahwa gaya gerak yang terjadi saat
pemecahan masalah. Adapun kriteria dari ketiga sedang melakukan aktivitas ritmik yang terjadi
aspek tersebut adalah: 1) Pemahaman Konsep secara spontan. Gaya gerak yang dipelajari di

460
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

kelas X juga bisa terjadi pada saat bermain gravitasinya adalah 10 m/s2 , bilangannya adalah
sepakbola, sepatu yang digunakan memiliki tetap atau konstans. Sama halnya pada olahraga
bahan yang membuat gaya gesek tinggi dan akan terbang layang, pesawat tidak bermesin pada
terjadi jika berlari sekuat tenaga dan berhenti mulanya ditarik keatas oleh pesawat terbang.
secara mendadak. Selain itu, terdapat pada Setelah sampai di ketinggian tertentu, pesawat
peralatan yang digunakan untuk bermain olahraga dilepas dan meluncur untuk mencapai sasaran.
seperti bola, bila dilemparkan ke atas, pasti akan Konsep IPA (fisika) juga dapat dijumpai pada
kembali lagi ke bawah dipengaruhi oleh gaya olah raga Gantole, yang berbeda dengan pesawat
gravitasi bumi yang terdapat pada gerak benda ter bang lay ang. Ola hrag a ga ntol e bi asanya
yang dilempar ke atas. Biasanya besar gaya diawali di puncak suatu bukit, selanjutnya si atlet
gravitasinya adalah 10 m/s2 , bilangannya adalah mel uncur ke baw ah de ngan gantole kar ena
tetap atau konstans. Sama halnya pada olahraga pengaruh angin gantole akan melayang di udara
terbang layang, pesawat tidak bermesin pada untuk beberapa waktu lamanya. Konsep ini juga
mulanya ditarik ke atas oleh pesawat terbang. dapat ditemukan dalam olahraga sepeda gunung,
Setelah sampai di ketinggian tertentu, pesawat di sini dij elaskan bahw a pa da seped a juga
dilepas dan meluncur untuk mencapai sasaran. terdapat gaya gesek yag terjadi pada ban sepeda
Banyak orang yang beranggapan bahwa IPA dan prinsip pesawat sederhana yakni bidang
hanya sekedar ilmu biasa yang hanya mempelajari miring pada jalan yang berkelok dilalui.
ilmu alam tanpa ada penerapannya. Terutama
masih banyak orang yang beranggapan bahwa Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap
IPA hanya mempelajari rumus. Banyak yang tidak Hasil Belajar
menyadari bahwa banyak peristiwa bahkan hal- Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
hal yang sangat dekat dengan kita melibatkan ilmu bahwa pembelajaran kooperatif STAD membe-
IPA. Bahkan IPA merupakan ilmu dasar yang rikan tempat bagi siswa untuk melakukan ke-
sangat dibutuhkan oleh cabang ilmu-ilmu lain. giatan belajar dalam kelompok yang fleksibel
Mengapa IPA penting dalam kehidupan karena (Slavin, 2008), maka pembelajaran ini memberikan
banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari kesempatan juga kepada siswa untuk berusaha
yang melibatkan ilmu IPA baik disadari maupun agar mampu menguasai materi pelajaran yang
tanpa disadari, dan juga menjadi salah satu mata menjadi tugasnya. Penekanan penting pem-
pelajaran yang dipelajari oleh siswa kelas IV SD. belajaran kooperatif STAD adalah pembahasan
Dengan me mpelaj ari IPA secara kooperat if, yang maksimal untuk memahami materi. Untuk
semakin mengetahui bahwa IPA mempunyai memperkuat kemampuan siswa melakukan ak-
cakupan yang luas, dan dapat dijumpai dalam ti vita snya , di hara pkan siswa m engg unak an
kehidupan sehari-hari. pengetahuan awal atau menggali materi pela-
Penerapan konsep IPA (fisika) pada bidang jaran sebelumnya yang masih diingat siswa.
olahraga, bahwa gaya gerak yang terjadi saat Peng etahuan sebelumnya penti ng untuk di-
sedang melakukan aktivitas ritmik yang terjadi munculkan kembali sebagai upaya memperjelas
secara spontan. Gaya gerak yang dipelajari di pemahaman untuk meminimalkan kesalahan
kelas X juga bisa terjadi pada saat bermain konsepsi (Reigeluth, 2009).
sepakbola, sepatu yang digunakan memiliki Dipandang dari sisi dinamika kelompok,
bahan yang membuat gaya gesek tinggi dan akan sangat dimungkinkan bilamana terbentuknya
terjadi jika berlari sekuat tenaga dan berhenti kelompok, menjadikan munculnya kompetisi
secara mendadak. Selain itu, terdapat pada maupun solidaritas kelompok. Timbulnya soli-
peralatan yang digunakan untuk bermain olahraga daritas ini menimbulkan identitas kelompok.
seperti bola, bila dilemparkan ke atas, pasti akan Keefektivan kelompok tergantung pada bekerja
kembali lagi ke bawah dipengaruhi oleh gaya sama anggota kelompok menggunakan input
gravitasi bumi yang terdapat pada gerak benda sumber daya untuk menghasilkan hasil tertentu.
yang dilempar ke atas. Biasanya besar gaya Kelompok dapat memunculkan aktivitas, interaksi,

461
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

sentimen, kompetisi maupun kerja sama dalam Dal am p embe laja ran deng an strat egi
kelompok atau antarkelompok, sehingga menum- ek spositor i, g uru meme gang per an k ontr ol
buhkan motivasi bagi kelompok. terhadap jalannya proses pembelajaran dengan
Apabila pemimpin kelompok mengemukakan melakukan aktivitas yang bersifat aktif, sementara
“apakah yang menjadi satu masalah terbesar siswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa
yang dihadapi, atau suatu persoalan yang menjadi yang disajikan oleh guru. Pembelajaran dengan
pusat perhatian”, untuk menumbuhkan motivasi, ekspositori merupakan proses pembelajaran yang
mendorong anggota kelompok untuk melakukan lebih berpusat pada guru (teacher centered), guru
sesuatu. Pada strategi pembelajaran kooperatif berfungsi sebagai pemberi informasi yang utama.
STAD yang memadukan aktivitas kelompok dan Senada dengan pendapat itu kegiatan guru dalam
tanggung jawab individual akan meningkatkan pem bela jara n ek spositor i, a ntar a la in g uru
pencapaian prestasi siswa. Tetapi untuk me- mengint erpr etasikan sil abus, me nyusun i si
ngujinya, perlu dilakukan penilaian, menentukan pelajaran, memilih strategi mengajar, mendiktekan
apakah strategi pembelajaran kooperatif memang topik bahasan, dan membuat keputusan tentang
memberikan pengaruh pada ukuran pencapaian banyaknya bahan belajar serta tugas-tugas yang
prestasi di sekolah. Pembelajaran kooperatif men- perlu dilakukan.
ciptakan revolusi pembelajaran di dalam kelas. Dalam pembelajaran dengan menggunakan
Pembelajaran di kelas baik, jika tercapai per- strategi pembelajaran ekspositori peran siswa
cakapan di antara siswa dan siswa saling mem- leb ih b anya k me ndengark an d an b erusaha
bantu satu sama lain guna menuntaskan bahan memahami apa yang dijelaskan guru. Pema-
ajar. ha man dala m ma teri pe laja ran yang tel ah
Tujuh aturan yang harus diikuti siswa saat disampaikan guru akan menggiring siswa untuk
bekerja pada pembelajaran kooperatif (Slavin, menghasilka n pe rbed aan kema mpua n pa da
2008) yakni: 1) kritis terhadap gagasan, bukan masing-masing siswa. Percival dan Ellington (1988)
orang, 2) ingat bahwa kami semua melakukan hal mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
ini bersama, 3) mendorong semua orang untuk ekspositori dilakukan dengan cara: 1) guru
ikut berpartisipasi, 4) mendengarkan gagasan mengkomunikasikan pengetahuan pada siswa
yang dilontarkan setiap orang, sekalipun tidak se cara langsung, b iasanya wak tu b elaj ar
setuju, 5) mengulang kembali yang dikatakan berlangsung seperti biasa dan selesai dalam
se seor ang apab ila mema ng t idak jel as, 6) waktu tertentu sesuai jadwal yang ada, 2) teknik
mencoba memahami kedua belah sisi dari isu mengajar dipakai tidak beragam, 3) tanpa adanya
tersebut, dan 7) akan mengeluarkan semua usaha untuk mencari dan menerapkan strategi
gagasan, dan kumpulkan menjadi satu. Dalam belajar yang berbeda sesuai dengan tingkat
proses pembelajaran ketujuh hal penting itu kesulitan siswa.
menjadi perhatian demi efektifnya pembelajaran. Komunikasi yang digunakan oleh guru dalam
Keefektifan itu akan terlihat sebagai hasil interaksinya dengan siswa adalah komunikasi aksi
akhir pembelajaran dan siswa memperoleh skor. atau satu arah. Oleh karena itu, kegiatan belajar
Pada akhir pelajaran guru bertindak sebagai si swa kura ng optim al sebab ter bata s pa da
penilai hasil kerja siswa dalam melihat efektivitas mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-
pembelajaran, menghitung skor nilai individual dan kali bertanya pada guru. Oleh sebab itulah dalam
menentukan nilai kelompok, dan akhirnya mem- str ateg i ini si swa hany a me njad i pe neri ma
berikan penghargaan kepada kelompok terbaik informasi materi pelajaran sehingga diperkirakan
dengan nila i te rtinggi. Kunci p embe laja ran dapat menimbulkan rasa kurang puas pada diri
kooperatif STAD merupakan interdependensi siswa yang pada akhirnya minat siswa dalam
set iap sisw a te rhad ap a nggota k elom pok belajar menurun. Dengan menerapkan strategi
memberikan informasi yang diperlukan dengan ekspositori ini, memberikan keuntungan kepada
tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik guru dalam pencapaian target materi artinya
dan setiap anggota kelompok menguasai materi dengan strategi pembelajaran ekspositori ini
dan memperoleh nilai yang baik. materi pelajaran dapat cepat disampaikan dan

462
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

diberikan kepada siswa. Lebih dari itu strategi ini lajaran, mulai dari menerapkan metode yang akan
diperlukan dalam pembelajaran yang diikuti oleh digunakan dan menyiapkan langkah-langkah
jumlah siswa yang terlalu besar dalam setiap dal am m elak sana kan pemb elaj aran. Ak hir
kelasnya. pembelajaran siswa diberi soal evaluasi.
Proses penelitian ini dimulai dengan mela-
Metode Penelitian kukan uji coba instrumen. Memilah semua siswa
Rancangan Penelitian berdasarkan kemampuan akademik serta mela-
Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian kukan Pre-test kepada semua siswa yang ada
quasi eksperimen yang menggunakan siswa dalam kelas penelitian, baik siswa yang mem-
sebagai subjek penelitian untuk menguji per- peroleh perlakuan maupun kelompok kontrol.
bedaan pengaruh pembelajaran kooperatif STAD Kepada kelompok eksperimen dilakukan pem-
dan pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajaran dengan metode pembelajaran koo-
belajar pemahaman dan aplikasi konsep IPA. peratif STAD, dan kelompok kontrol dengan
Rancangan Penelitian pendidikan yang meng- pe mbel ajar an e kspositori. Akhi r ke giat an
gunakan siswa sebagai subjek penelitian, maka penelitian dilakukan dengan memberikan soal pos-
desain penelitian yang paling sesuai adalah kuasi tes. Pe neli tian ini menggunakan rancang an
eksperimen (Borg & Gall, 1983). Dalam kuasi equivalen kontrol group design (Tuckman 1999,
eksperimen subjek penelitian diperoleh dari kelas Sugiyono 2006) dengan pertimbangan bahwa
yang sudah ada tidak secara random, maka tidak kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
semua variabel yang berpengaruh dapat dikontrol tertata secara random. Dalam penelitian ini
dengan ketat, sebagaimana pada penelitian terdapat satu variabel bebas yakni pembelajaran
dengan desain true eksperimen. Penelitian ini kooperatif STAD dengan kelompok pembelajaran
menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen ekspositori.
yang be rtuj uan untuk me nguj i pe rbed aan
pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dan Populasi dan Sampel
pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jakarta
pemahaman dan aplikasi konsep IPA. Timur pada tahun ajaran 2012/2013. Populasi
Pad a aw al p embe laja ran di k elas, guru penelitian adalah siswa SD, sedangkan sampel
menyiapkan bahan pelajaran IPA. Guru membagi penelitian adalah siswa kelas IV sebanyak 2 kelas
siswa dalam kelompok yang terdiri dari anggota dan jumlah masing-masing kelas adalah 40 siswa.
sebanyak 4-5 orang. Setiap kelompok mem- Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok
per oleh mat eri pela jara n untuk dipe laja ri. kontrol ditentukan dengan cara diundi. Perlakuan
Kelompok berkumpul untuk mendiskusikan materi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pelajaran dan bekerja sama, guru berusaha dilakukan dengan berpedoman pada perangkat
mendampingi masing-masing kelompok saat pembelajaran kooperatif yang dituangkan dalam
melakukan diskusi dan kerja kelompok. Setiap rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
ketua kelompok memastikan semua anggota kegiatan siswa (LKS), dan lembar penilaian (LP).
kelompok telah memahami bahan pelajaran secara
optimal sehingga siap menghadapi kuis yang Analisis Data
diberikan guru. Akhir pelajaran, siswa diberikan Analisis data dilakukan dengan menggunakan
kuis untuk menguji hasil belajarnya dan mengukur teknik analisis Multivariate Analysis of Covariance
keber hasilan pembelaj aran kooperatif STAD (MANCOVA), yaitu teknik statistik yang merupakan
dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori perpanjangan dari analisis kovarians (ANCOVA).
Kelompok kontrol diberikan materi yang mirip Teknik analisis ini digunakan untuk memban-
sama dengan yang diberikan kepada kelompok dingkan lebih dari dua kelompok dengan dua atau
ekspe rimen te ntang ma teri IPA. Materi IPA leb ih d ari dua vari abel dep ende n. M enur ut
diajarkan dengan metode ceramah atau bentuk Widaryono (2010) Uji signifikansi multivariat untuk
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mengetahui adanya perbedaan dua kelompok
sendiri. Guru mengembangkan model pembe- atau lebih dapat dievaluasi dengan uji statistika,

463
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

yaitu: (1) Pilla‘s; (2) Hotelling‘s Trace; (3) berada pada kategori sedang, yaitu soal yang
Wilks‘Lambda; dan (4) Roy‘s Larges Root. mempunyai tingkat kesukaran berkisar antara
0,31 sampai dengan 0,70 (Arikunto, 2010).
Uji Validitas Instrumen Berikut hasil pengujian tingkat kesukaran
Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan butir soal : dengan kategori sedang berada pada
ganda dengan empat pilihan jawaban. Dari 42 soal proporsi di atas 30% yaitu nomor 6, 11, 12, 13,
pilihan ganda diberikan kepada siswa kelas XI 14, 16, 17, 18, 22, 23, 28, 29, 32, 33, dan 38
yang telah mempelajari materi tersebut untuk sedangkan yang sukar berada pada proporsi di
melihat keterbacaan soal tersebut. Pengujian bawah 30%, yaitu nomor 15, 39, dan 41. Berda-
validitas instrumen dilakukan dengan menggu- sarkan hasil pengujian tingkat kesukaran di atas,
nakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. dapat dijelaskan bahwa terdapat 3 buah butir soal
Instrumen bisa dikatakan valid jika item per- yang memiliki proporsi jawaban benar kurang dari
tanyaan memiliki koefisien korelasi yang positif, 30%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga item
lebih besar dari 0,3, dan nilai signifikansi hasil pertanyaan tersebut berada pada kategori sukar,
analisis kurang dari =0,05. Dengan kata lain, sehingg a ke tiga per tany aan tersebut tid ak
bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara digunakan dalam mengukur pemahaman siswa
item pertanyaan dengan nilai totalnya. Sebaliknya, tentang konsep IPA.
jika hasil analisis didapatkan nilai signifikansi lebih Daya beda butir soal adalah kemampuan
besar daripada =0,05, bisa dipastikan bahwa suatu soal untuk membedakan antara peserta
item pertanyaan tersebut tidak valid dan tidak didik yang pandai dengan peserta didik yang
diikutkan dalam analisis berikutnya. Dengan kur ang pand ai. Angk a ya ng m enunjukk an
menggunakan bantuan software SPSS, Variabel besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi
Hasil Pemahaman Konsep IPA yang valid adalah (D). Berikut hasil pengujian daya beda pada 15
item pertanyaan nomor 6, 11, 12, 13, 14, 15, 16, butir soal yang digunakan dalam penelitian terdiri
17, 18, 22, 23, 28, 29, 32, 33, 38, 39, dan 41. Dari atas kategori cukup, yaitu 6,11, 13,16, dan 33;
tabel uji validitas tersebut, terdapat beberapa sedangkan dengan kategori baik terdiri atas 12,
item pertanyaan yang memiliki koefisien korelasi 14, 17,18,22,23, 28, 29, 32, dan 38. Berdasarkan
yang negatif dan nilai signifikansi lebih dari pengujian daya beda di atas, dapat dijelaskan
=0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa item-item bahwa 15 buti r soa l ya ng di gunak an untuk
pertanyaan tersebut tidak valid. Sedangkan item mengukur pemahaman konsep IPA berada pada
pertanyaan yang memiliki koefisien korelasi positif kategori cukup dan baik. Sehingga, jumlah butir
dan nilai signifikansi kurang dari =0,05 sebanyak soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah
18 item pertanyaan. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 15 butir soal. Kategori Daya Beda Butir
bahwa instrumen penelitian penyusun variabel Soal bisa dilihat pada Tabel 1.
pemahaman konsep IPA sudah valid dengan
menggunakan 18 item pertanyaan. Tabel 1. Kategori Daya Beda Butir Soal

Daya beda (D) Kategori


Uji Reliabilitas Instrumen
0,00 – 0,20 Kurang baik
Salah satu teknik pengujian reliabilitas adalah
0,21 – 0,40 Cukup
dengan menggunakan Split-Half Guttman. Kriteria
0,41 – 0,71 Baik
pengambilan keputusannya adalah apabila nilai
0,71 – 1.00 Sangat baik
dari koefisien Split-Half Guttman lebih besar dari
0,6 yaitu sebesar 0,780 maka instrumen penelitian
tersebut sudah reliabel (handal). Untuk tingkat Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian daya
kesukaran butir soal adalah proporsi peserta tes beda pada 15 butir soal yang digunakan dalam
menjawab benar butir soal tersebut. Makin besar penelitian.
proporsi yang menjawab benar butir soal tersebut,
mak in r enda h ti ngka t ke suka ran buti r soal
tersebut dan soal yang baik adalah soal yang

464
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Tabel 2. Hasil Pengujian Daya Beda Butir Soal

Butir Soal D Kategori Butir Soal D Kategori


p6 0,368 Cukup p22 0,579 Baik
p11 0,316 Cukup p23 0,526 Baik
p12 0,579 Baik p28 0,632 Baik
p13 0,368 Cukup p29 0,526 Baik
p14 0,421 Baik p32 0,526 Baik
p16 0,368 Cukup p33 0,368 Cukup
p17 0,526 Baik p38 0,579 Baik
p18 0,579 Baik - - -

Berdasarkan pengujian daya beda di atas, Variabel Nilai Post-test (Hasil Belajar) diukur
dap at d ijel aska n ba hwa 15 b utir soa l ya ng untuk mengetahui hasil akhir dari pembelajaran
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep baik yang dilakukan dengan strategi ekspositori
IPA be rada pad a ka tegori cukup dan bai k. maupun STAD. Berikut deskriptif Variabel Hasil
Sehingga, jumlah butir soal yang digunakan Belajar Pemahaman Konsep IPA dan Variabel Hasil
adalah sebanyak 15 butir soal. Belajar Aplikasi Konsep IPA. Berdasarkan hasil
Variabel nilai Pre-test diukur untuk menge- analisis deskriptif, terlihat bahwa Nilai Hasil Belajar
tahui se jauh m ana k onsep pemahaman IPA Pemahaman Konsep IPA berkisar antara 2 hingga
diserap oleh siswa sebelum siswa diberikan 10, dengan rata-rata 6,19. Sedangkan, berda-
perlakuan. Siswa yang memiliki nilai pre-test tinggi, sarkan hasil analisis deskriptif, terlihat bahwa Nilai
mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki Hasil Belajar Aplikasi Konsep IPA berkisar antara
tingkat pemahaman yang tinggi tentang konsep 0 hingga 10, dengan rata-rata 5,68.
IPA. Sebaliknya, siswa yang memiliki nilai pre-test
rendah, mengindikasikan bahwa siswa tersebut Hasil Penelitian dan Pembahasan
memiliki pemahaman yang rendah tentang konsep Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada
IPA. Hasil analisis deskriptif, diperoleh bahwa Nilai perbedaan hasil belajar yang signifikan pada
Pre-test berkisar antara 0 hingga 7,5, dengan strategi pembelajaran (ekspository dan STAD), nilai
rata-rata 3,627. pre-test, dan nilai hasil evaluasi beserta interaksi
Ni lai eval uasi ini dia mbil set elah siswa strategi pembelajaran. Metode analisis yang
mengalami proses pembelajaran baik dengan dig unak an a dala h Multiv aria te Analy sis of
pembelajaran STAD maupun ekspositori. Variabel Covar iance (M ANC OVA) de ngan rancang an
Nilai Evaluasi diukur untuk mengetahui sejauh Faktorial 2x2. Pengujian signifikansi dilakukan
mana konsep pemahaman IPA diserap oleh siswa dengan menggunakan MANCOVA, terdapat dua
secara individu selama proses pembelajaran tahap pengujian, yakni pengujian secara multi-
dengan menggunakan strategi pembelajaran variat dan pengujian secara univariat. Pengujian
ekspositori dan STAD. Siswa secara individu yang secara multivariat menggunakan statistik uji
memiliki nilai evaluasi tinggi, mengindikasikan Pillay’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotteling’s Trace, dan
siswa tersebut memiliki tingkat pemahaman yang Roy’s Largest Root. Adanya perbedaan yang
tinggi tentang konsep IPA pada saat proses signifikan secara multivariat terlihat jika nilai P-
pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang memiliki val ue<0 ,05. Sed ang kan jika p-va lue>0 ,0 5
nilai evaluasi rendah, mengindikasikan bahwa menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara
siswa tersebut memiliki pemahaman yang rendah multivariat. Tabel 3 menyajikan hasil MANCOVA
tentang konsep IPA. Hasil analisis deskriptif, secara multivariat.
terlihat bahwa nilai Nilai Evaluasi berkisar antara
2,67 hingga 8,67, dengan rata-rata 6,65.

465
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Tabel 3. Hasil Pengujian secara Multivariat

Variabel Bebas Statistik Uji Value F Sig. Keterangan

Strategi Belajar Pillai's Trace 0,110 12,752 0,000 Signifikan

Wilks' Lambda 0,890 12,752 0,000 Signifikan


Hotelling's Trace 0,123 12,752 0,000 Signifikan
Roy's Largest Root 0,123 12,752 0,000 Signifikan
Kognitif Pillai's Trace 0,060 6,647 0,002 Signifikan

Wilks' Lambda 0,940 6,647 0,002 Signifikan

Hotelling's Trace 0,064 6,647 0,002 Signifikan


Roy's Largest Root 0,064 6,647 0,002 Signifikan

Strategi Belajar * Pillai's Trace 0,008 0,880 0,416 Tidak Signifikan


Kognitif Wilks' Lambda 0,992 0,880 0,416 Tidak Signifikan
Hotelling's Trace 0,009 0,880 0,416 Tidak Signifikan
Roy's Largest Root 0,009 0,880 0,416 Tidak Signifikan

Pretest Pillai's Trace 0,061 6,729 0,001 Signifikan

Wilks' Lambda 0,939 6,729 0,001 Signifikan


Hotelling's Trace 0,065 6,729 0,001 Signifikan

Roy's Largest Root 0,065 6,729 0,001 Signifikan

Evaluasi Pillai's Trace 0,140 16,821 0,000 Signifikan

Wilks' Lambda 0,860 16,821 0,000 Signifikan

Hotelling's Trace 0,163 16,821 0,000 Signifikan

Roy's Largest Root 0,163 16,821 0,000 Signifikan

Pada pengujian secara univariat, adanya perbedaaan tidak signifikan jika nilai Fhitung<Ftabel dan
perbedaan yang signifikan terlihat jika nilai P-value>0.05. Tabel 4 menyajikan hasil MANCOVA
F hit ung >F t ab el d an P- value<0 .05, sed angk an secara univariat.

Tabel 4. Hasil Pengujian secara Univariate

Variabel Bebas Variabel Terikat F-hitung F-tabel p-value Keterangan

Pemahaman Konsep 66,715 23,229 0,000 Signifikan


Strategi Belajar
Pemahaman Aplikasi 30,206 8,964 0,003 Signifikan
Strategi Belajar * Pemahaman Konsep 4,738 1,650 0,200 Tidak Signifikan
Kognitif
Pemahaman Aplikasi 0,021 0,006 0,937 Tidak Signifikan

Pemahaman Konsep 31,879 11,100 0,001 Signifikan


Pretest
Pemahaman Aplikasi 21,578 6,404 0,012 Signifikan

Pemahaman Konsep 0,602 0,210 0,647 Tidak Signifikan


Evaluasi
Pemahaman Aplikasi 96,573 28,660 0,000 Signifikan

466
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Sebelum dilakukan interpretasi lebih lanjut, Perbedaan rerata skor hasil belajar
akan diuji asumsi yang melandasi MANCOVA pemahaman konsep
sebagai berikut. Berdasarkan pada hasil analisis, dapat dijelaskan
bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep IPA
Pengujian asumsi dalam MANCOVA kelompok ekspositori sebesar 5,395 dengan
Terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi dalam standar deviasi sebesar 1,732 dan rata-rata nilai
MANCOVA. Pertama adalah asumsi homogenitas pemahaman konsep IPA kelompok STAD sebesar
covari an, kedua ad alah asumsi norm alit as 6,559 dengan standar deviasi sebesar 1,701.
multivariat residual. Berdasarkan hasil pengujian dengan MANCOVA,
Asumsi pertama mengindikasikan bahwa didapatkan nilai F-hitung sebesar 8,791 dengan
ragam multivariat antarkelompok yang diuji harus p-v alue seb esar 0,0 04. Nila i p- value<0,05
sama (homogen). Pengujian asumsi ini menggu- menunjukk an bahwa secara univari at, ha sil
nakan Box’s M Test, Covarian disebut homogen belajar pemahaman konsep IPA pada kelompok
atau sama jika nilai P-value>0.05. Hasil pengujian ekspositori berbeda signifikan dengan kelompok
pada tabel di atas memperlihatkan nilai P-value STAD. Nilai rata-rata hasil belajar pemahaman
seb esar 0,4 82. Kare na nilai P-va lue>0 .0 5 konsep IPA menunjukkan perbedaan yang sig-
(0,482>0.05) mengindikasikan bahwa covarian nifikan dengan nilai rata-rata pada kelompok STAD
ant arke lomp ok homog en. Deng an d emik ian leb ih ti nggi d aripa da ke lompok eksp ositori.
asumsi homogenitas covarian terpenuhi. Sehingga, strategi pembelajaran STAD menun-
Pad a asumsi k edua d ihara pkan resid ual jukkan hasil belajar pemahaman konsep IPA yang
(ga lat) mode l MANCOVA m eny ebar norma l. leb ih b aik dari pada str ateg i pe mbel ajar an
Pengujian asumsi ini menggunakan Kolmogorov- ekspositori. Van Dat Tran (2012) mengatakan
Smirnov Test. Residual menyebar normal jika nilai bahwa siswa mengang gap dala m ke lomp ok
P-value>0.05. Hasil pengujian pada tabel di atas eksperimen lebih kooperatif dan lebih berpusat
memperlihatkan bahwa nilai P-value 0,077 dan pad a si swa, mengala mi p erba ikan secara
0,929. Karena nilai P-value>0.05 (0,077 dan signifikan lebih besar pada kedua prestasi dan
0,929>0.05) mengindikasikan bahwa asumsi retensi daripada siswa pada kelompok kontrol
normalitas residual terpenuhi. Dengan demikian dan pertumbuhan akademik dalam pembelajaran
kedua asumsi MANCOVA terpenuhi, oleh karena kooper atif leb ih m aju kar ena memb erik an
itu hasil MANCOVA layak untuk digunakan dan pendekatan interaktif untuk belajar.
diinterpretasikan.
Perbedaan rerata skor hasil belajar aplikasi
Perbedaan Hasil Belajar pada Kelompok konsep
Strategi Pembelajaran Pengujian perbedaan rerata skor hasil belajar
Pada penelitian ini, strategi pembelajaran dibagi aplikasi konsep IPA antara kelompok kooperatif
pada dua kelompok, yaitu ekspository dan STAD. STAD dengan ekspositori dalam mata pelajaran
Kel as I Va d iber ikan strateg i pe mbel ajaran IPA. Berdasarkan pada hasil analisis dijelaskan
ekspositori, dan IVb siswa yang diberikan strategi bahwa rata-rata nilai aplikasi konsep IPA kelom-
pembelajaran STAD. Berikut disajikan diskriptif pok ekspositori sebesar 4,759 dengan standar
hasil belajar pemahaman konsep dan aplikasi deviasi sebesar 2,025 dan rata-rata nilai aplikasi
konsep IPA pad a ke dua kel ompok st rate gi konsep IPA kelompok STAD sebesar 6,524 dengan
pembelajaran diperoleh perbedaan nilai rata-rata sta ndar dev iasi seb esar 1,9 21. Dari hasil
hasil belajar pemahaman konsep dan aplikasi pengujian dengan MANCOVA, didapatkan nilai F-
konsep pada kelompok strategi pembelajaran hitung sebesar 3,763 dengan p-value sebesar
sebagai berikut. 0,055. Nilai p-value>0,05 menunjukkan bahwa
secara univariat, hasil belajar aplikasi konsep IPA
pada kelompok ekspositori berbeda signifikan
dengan kelompok STAD pada level  = 0,10. Nilai
rat a-ra ta hasil bel ajar apl ikasi konsep IPA

467
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

menunjukkan perbedaan yang signifikan di mana di pand u ol eh a dany a l emba r pe rmasalahan


nilai rata-rata pada kelompok STAD lebih tinggi diskusi yang telah disiapkan oleh guru. Sedangkan
daripada kelompok ekspositori. Dengan demikian, siswa kelas kontrol tampak memiliki motivasi yang
strategi pembelajaran STAD menunjukkan hasil bel um optim al k arena pe rmasalahan y ang
belajar aplikasi konsep IPA yang lebih baik didiskusikan dalam pemecahan masalah berasal
daripada strategi pembelajaran ekspositori. dari siswa sendiri, yaitu dari diskusi peta konsep.
Aplikasi konsep IPA yang diketahui oleh siswa Agar didapatkan peningkatan pemahaman dan
adalah penerapan konsep IPA yang dapat dilihat penguasaan konsep-konsep IPA siswa disarankan
dan diamati dalam kehidupan sehari-hari di menggunakan pembelajaran dengan peta konsep
masyarakat, salah satunya adalah alat trans- dan model STAD yang merupakan gabungan
portasi pesawat udara, rel kereta api ataupun perlakuan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
kendaraan bermotor roda dua ataupun roda
empat dan seterusnya. Penerapan (application)
konsep IPA merupakan kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-
pri nsip , rumus- rumus, t eori -teori I PA d an
sebagainya dalam situasi yang baru dan konkrit
artinya siswa dapat menggunakan hal-hal abstrak
dalam situasi khusus dan konkrit. Aplikasi atau
penerapan ini merupakan proses berpikir setingkat
lebih tinggi daripada pemahaman.

Pengaruh interaksi antara penerapan STAD


Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar pada
dan Ekspositori terhadap hasil belajar
Kelompok Strategi Pembelajaran
Ber dasa rkan hasil a nali sis, pad a ke lomp ok
ekspositori, dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai
Berdasarkan pada tabel dan gambar di atas,
pemahaman konsep IPA sebesar 4,847 dengan
dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai pema-
standar deviasi sebesar 1,926 dan rata-rata nilai
haman konsep IPA kelompok ekspositori sebesar
pemahaman konsep IPA sebesar 5,943 dengan
5,629 dengan standar deviasi sebesar 1,852 dan
standar deviasi sebesar 1,333. Pada kelompok
rata-rata nilai pemahaman konsep IPA kelompok
STAD, dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai
STAD sebesar 6,702 dengan standar deviasi
pemahaman konsep IPA sebesar 6,332 dengan
sebesar 1,712. Sedangkan rata-rata nilai aplikasi
standar deviasi sebesar 1,679 dan rata-rata nilai
konsep IPA kelompok ekspositori sebesar 4,893
pemahaman konsep IPA sebesar 6,785 dengan
dengan standar deviasi sebesar 2,030 dan rata-
standar deviasi sebesar 1,719. Berdasarkan hasil
rata nilai aplikasi konsep IPA kelompok STAD
analisis dengan menggunakan MANCOVA, di-
sebesar 6,414 dengan standar deviasi sebesar
dapatkan nilai F-hitung sebesar 0,423 dengan p-
1,982.
value sebesar 0,517. Nilai p-value>0,05 me-
Pada pengujian secara multivariat, didapat-
nunjukkan bahwa secara univariat, interaksi
kan nilai F-hitung sebesar 12,752 dengan p-value
antara strategi pembelajaran tidak memberikan
sebesar 0,000. Nilai p-value<0,05 menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
bahwa secara multivariat, hasil belajar pema-
pemahaman konsep IPA.
haman dan aplikasi konsep IPA pada kelompok
Ber dasa rkan dat a ya ng d ikum pulk an,
ekspositori berbeda secara signifikan dengan
penelitian ini berhasil mengungkapkan pengaruh
kelompok STAD. Nilai rata-rata hasil belajar
int erak si strat egi pemb elaj aran ST AD Vs
pemahaman dan aplikasi konsep IPA secara
ekspositori terhadap hasil belajar pemahaman
bersama-sama menunjukkan perbedaan yang
konsep IPA. Siswa kelas eksperimen tampak
signifikan di mana nilai rata-rata pada kelompok
memiliki motivasi belajar tinggi karena belajarnya
STAD lebih tinggi daripada kelompok ekspositori.

468
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Dengan demikian, secara keseluruhan, strategi kelompok ekspositori. Dengan demikian, strategi
pembelajaran STAD menunjukkan hasil belajar pembelajaran STAD menunjukkan hasil belajar
pemahaman dan aplikasi konsep IPA yang lebih pemahaman konsep IPA yang lebih baik daripada
baik daripada strategi pembelajaran ekspositori. strategi pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan hasil pengujian secara univariat Berdasarkan pada hasil analisis dijelaskan
hasil belajar pemahaman konsep IPA, didapatkan bahwa rata-rata nilai aplikasi konsep IPA kelom-
nilai F-hitung sebesar 66,715 dengan p-value pok ekspositori sebesar 4,893 dengan standar
sebesar 0,000. Nilai p-value<0,05 menunjukkan deviasi sebesar 2,030 dan rata-rata nilai aplikasi
bahwa secara univariat, hasil belajar pemahaman konsep IPA kelompok STAD sebesar 6,414 dengan
konsep IPA pada kelompok ekspositori berbeda sta ndar dev iasi seb esar 1,9 82. Dari hasil
signifikan dengan kelompok STAD. Nilai rata-rata pengujian dengan MANCOVA, didapatkan nilai F-
hasil belajar pemahaman konsep IPA menunjuk- hitung sebesar 30,206 dengan p-value sebesar
kan perbedaan yang signifikan di mana nilai rata- 0,003. Nilai p-value<0,05 menunjukkan bahwa
rata pada kelompok STAD lebih tinggi daripada secara univariat, hasil belajar aplikasi konsep IPA
kelompok ekspositori. pada kelompok ekspositori berbeda signifikan
Berdasarkan hasil pengujian secara univariat dengan kelompok STAD. Nilai rata-rata hasil
hasil belajar aplikasi konsep IPA, didapatkan nilai be laja r ap lika si k onsep I PA m enunjukk an
F-hitung sebesar 30,206 dengan p-value sebesar perbedaan yang signifikan di mana nilai rata-rata
0,003. Nilai p-value<0,05 menunjukkan bahwa pa da k elom pok STAD leb ih t ingg i da ripa da
secara univariat, hasil belajar aplikasi konsep IPA kelompok ekspositori. Dengan demikian, strategi
pa da k elom pok eksp osit ori berb eda seca ra pem-belajaran STAD menunjukkan hasil belajar
signifikan dengan kelompok STAD. Nilai rata-rata aplikasi konsep IPA yang lebih baik daripada
hasil belajar aplikasi konsep IPA menunjukkan strategi pembelajaran ekspositori.
perbedaan yang signifikan di mana nilai rata-rata
pad a kel ompok STAD l ebih ti nggi da ripa da Simpulan dan Saran
kelompok ekspositori. Sehingga, strategi pem- Simpulan
belajaran STAD menunjukkan hasil belajar aplikasi Mengacu pada hasil dan pembahasan, dapat
konsep IPA yang lebih baik daripada strategi disimpulkan bahwa: 1) Skor hasil belajar pema-
pembelajaran ekspositori. haman konsep antara kelompok siswa yang
belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD dan
Pengujian Perbedaan Rerata Skor Hasil pembelajaran ekspositori pada pembelajaran IPA.
Belajar Pemahaman Konsep Antara Kelompok 2) Nilai rata-rata hasil belajar aplikasi konsep IPA
Kooperatif STAD dengan Ekspositori pada menunjukkan perbedaan yang signifikan dimana
Pembelajaran IPA. nilai rata-rata pada kelompok STAD lebih tinggi
Berdasarkan hasil analisis, dapat dijelaskan daripada kelompok ekspositori. Sehingga, strategi
bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep IPA pembelajaran STAD menunjukkan hasil belajar
kelompok ekspositori sebesar 5,629 dengan aplikasi konsep IPA yang lebih baik daripada
standar deviasi sebesar 1,852 dan rata-rata nilai str ateg i pe mbel ajar an e kspositori; dan 3)
pemahaman konsep IPA kelompok STAD sebesar Pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran
6,702 dengan standar deviasi sebesar 1,712. Dari STAD vs ekspositori terhadap hasil belajar aplikasi
hasil pengujian dengan MANCOVA, didapatkan nilai konsep. Pada kelompok STAD maupun ekspositori,
F-hitung sebesar 66,715 dengan p-value sebesar interaksi antara strategi pembelajaran tidak
0,000. Nilai p-value<0,05 menunjukkan bahwa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
secara univariat, hasil belajar pemahaman konsep hasil belajar aplikasi konsep IPA yang diukur
IPA pada kelompok ekspositori berbeda signifikan secara multivariat maupun univariat.
dengan kelompok STAD. Nilai rata-rata hasil Secara keseluruhan, strategi pembelajaran
belajar pemahaman konsep IPA menunjukkan STAD menunjukkan hasil belajar pemahaman dan
perbedaan yang signifikan di mana nilai rata-rata aplikasi konsep IPA yang lebih baik daripada
pad a kel ompok STAD l ebih ti nggi da ripa da strategi pembelajaran ekspositori.

469
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Saran pembelajaran IPA untuk konsep-konsep yang


Strategi pembelajaran STAD menunjukkan hasil cukup sulit. Kepala sekolah sebaiknya mendukung
belajar konsep IPA yang lebih baik daripada usaha yang dilakukan guru dalam menerapkan
strategi pembelajaran ekspositori, sebaiknya guru strategi pembelajaran sehingga diperoleh hasil
lebih sering menerapkan strategi pembelajaran be laja r ya ng m emua skan. Untuk pene liti an
ekspositori pembelajaran IPA secara bervariasi selanjutnya sebaiknya guru atau peneliti untuk
dengan metode-m etod e da lam yang leb ih lebih memperhatikan gaya kognitif yang dimiliki
mengaktifkan siswa. Sehingga hasil belajar siswa siswa, sehingga hasil yang diperoleh lebih mantap
akan semakin meningkat. Sedangkan guru dapat dan memuaskan
menerapkan strategi pembelajaran STAD dalam

Pustaka Acuan

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bloom Benyamin S. 1981. Taxonomy of Education Objectives, New York: Longman.

Carin and Sund. 1989. Teaching Science Through Discovery, Colombus: Merrill Publishing.

Chuang. P.J. 2012. Social Networks based Adaptive Pairing Strategy for Cooperative Learning.
Educational Technology & Society. 15(3).

Degeng, Nyoman S. 1993a. Teori Pembelajaran 1: Taxonomi Variabel, Program Magister Manajemen.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Degeng, Nyoman S. 1993b. Teori Pembelajaran 2: Terapan, Program Magister Manajemen. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Dick, Walter and Carey, Lou. 1996. The Systematics Design of Instruction, New York: Harper Collins
College Publishers.

Ernawati. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMU melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI (tidak
dipublikasikan).

Fareed. A. 2010. Effect of Cooperative Learning on Students’ Achievement at Elementary Level.


Pakistan International Journal of Learning (17),3. http://www. Learning-Journal.com. ISSN 1447-
9494.

Gall, M. D., Gall, J. P. & Borg, W. R. 2003. Educational Research: An Introduction. Seventh Edition.
Boston: United Press of America. http://www.google.co.id Wikipedia diunduh pada tanggal 14
November 2013 pukul 17.00.

Hudoyo.2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika, Malang: IKIP Malang.

Hungerford, H R, T L. Volk, and J. M. Ramsey. 1990. Science - Technology -Society, Investigating and
Evaluating STS Issue and Sollutions (Illinois: Stipes Publishing Company, 1990), p. 14.

Maceiras. R, Cancela A, Santiago U and Sanchez A. 2011. Experience of cooperative learning in


engineering. European Journal of Engineering Education (36),1, 13-19.

Munandar, U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Nasution, S. 1994.
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa.

470
Prayekti & Rasyimah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD vs Ekspositori terhadap Hasil Belajar Pemahaman dan Aplikasi Konsep IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar

Minhsiung. C. 2012. The Effectiveness of Cooperative Learning. Journal of Engineering Education.


(101)1, pp. 119–137.

Percival Fred dan Ellington Henry. 1988. Teknologi Pendidikan, terjemahan: Soejarwo S, Jakarta:
Erlangga.

Reigeluth, C. M. & Cheliman, A. A. 2009. Instructional Design Theories and Models, Building A Common
Knowledge Base. Volume III. New York and London: Taylor and France, Publishers.

Slavin R. E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice. Boston: Johns Hopkins University.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Theory Research and Practice. Edisi II. Massachusetts: Allyn and
Bacon

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Theory Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

Slavin R. E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. 2006. Metoda Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Tuckman, B.W. 1999. Conducting Educational Research 5th. Orlando: Harcourt Brace College Publisher.

Van Dat Tran. 2012. Effects of Cooperative Learning on Students at An Giang University in Vietnam.
Received: www.ccsenet.org / ies Internasional Studi Pendidikan Vol. 5, Nomor 1, Februari 2012
94 ISSN 1913-9020-E ISSN 1913-9039.

Virlianti, Y. 2002. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Memecahkan Masalah Kontekstual pada
Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistik. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UPI (tidak dipublikasikan).

Widarjono, A. 2010. Analisis Multivariat Terapan. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Wijayanti, Pradnya. 2002. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (makalah). Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.

Zulaiha. 2006. Ahli-definisi. Blogspot.com diunduh pada tanggal 12 April 2011.

471

Anda mungkin juga menyukai