Anda di halaman 1dari 8

Neuropaty sebagai Faktor Risiko Infeksi Luka Kaki Diabetik

Neuropathy as a Risk Factor for Diabetic Foot Infection


Najihah1, Irfanita Nurhidayah2
1
Jurusan Keperawatan, Universitas Borneo Tarakan
2Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Aceh
Email Korespondensi: 714.najihah@gmail.com

Abstrak
Pasien dengan DM berisiko tinggi memperoleh penyakit komplikasi karena adanya gangguan toleransi Glukosa
yang dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutana saraf dan pembuluh darah. Infeksi LKD
merupakan salah satu komplikasi yang paling sering dan parah pada individu dengan DM. Tujuan penelitian untuk
menganalisa factor resiko infeksi LKD pada pasien DM. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional study. Besar sampel dalam penelitian ini yaitu 53 luka dari 41 penderita DM.
Instrument yang digunakan yaitu kuisioner ini dikembangkan oleh peneliti untuk mengetahui faktor resiko infeksi
LKD pada responden, Monofilament 10 g dan Doppler ABI. Data yang dikumpulkan dianalisa secara bivariate dan
multivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang memiliki perbedaan yang signifikan yaitu
penyebab luka (p=0.025, p=0.045), status neuropaty (p=0.037, p=0.016), hasil PTB (p= 0.024, p=0.038) dan
neuropaty merupakan factor resiko paling dominan (p=0.032, OR=10.58). Neuropaty terbukti merupakan faktor
resiko kejadian infeksi LKD. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian ini menjadi item dalam pengkajian
keperawatan pada penderita DM dengan LKD yang dapat membantu dalam upaya mendeteksi resiko untuk
mencegah atau menanggulangi timbulnya infeksi LKD pada orang lain.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus. Faktor Resiko, Infeksi, Luka Kaki Diabetik.

Abstract
Patients with diabetes are at high risk of developing complications due to impaired glucose tolerance which can
cause damage to various body systems, especially nerves and blood vessels. Diabetic foot infection is one of the
most frequent and severe complications in individuals with diabete. The aim of the study was to analyze the risk
factors for diabetic foot infection in diabete patients. This research is an analytical survey research with a cross
sectional study approach. The sample size in this study was 53 wounds from 41 diabete patients. The instrument
used, this questionnaire, was developed by researchers to determine the risk factors for diabetic foot infection in
respondents, Monofilament 10 g and Doppler ABI. The data collected were analyzed bivariate and multivariate.
The results showed that there were three factors that had significant differences, namely the cause of the wound
(p=0.025, p=0.045), neuropathy status (p=0.037, p=0.016), PTB results (p= 0.024, p=0.038) and neuropathy. is the
most dominant risk factor (p=0.032, OR=10.58). Neuropathy has been shown to be a risk factor for the incidence of
diabetic foot infection. Therefore, it is hoped that the results of this study will become an item in nursing
assessments for diabete patients with diabetic foot ulcers that can assist in efforts to detect risks to prevent or
overcome the incidence of diabetic foot infections in others.

Keywords: Diabetes Mellitus. Risk Factors, Diabetic Foot Infections.

Latar Belakang kesehatan terbesar sejak abad ke-21. Setiap


Diabetes Mellitus (DM) secara global tahun semakin banyak orang hidup dengan
merupakan salah satu keadaan darurat kondisi ini, yang dapat mengakibatkan
komplikasi yang mengubah hidup[ CITATION dimana prevalensi tertinggi di Amerika
IDF15 \l 1033 ]. Pasien dengan DM berisiko 13.0% dan terendah di Ocean 3.0%
tinggi memperoleh penyakit komplikasi sedangkan di Asia 5.5%[ CITATION Zha16 \l
karena adanya gangguan toleransi Glukosa 1033 ]. Di wilayah Indonesia timur sendiri

yang dapat menyebabkan kerusakan 55.4% penderita DM berisiko megalami LKD


berbagai sistem tubuh terutana saraf dan dan 12% dengan LKD [ CITATION Sal16 \l 1033
pembuluh darah, Kemungkinan komplikasi ]. Infeksi adalah ancaman utama bagi LKD
termasuk serangan jantung, stroke, gagal dan jauh lebih parah daripada luka dengan
ginjal, amputasi kaki, kehilangan etiologi lainnya.
penglihatan dan kerusakan saraf[ CITATION Infeksi LKD merupakan salah satu
WHO16 \l 1033 ]. Di Indonesia, data yang komplikasi yang paling sering dan parah
diperoleh dari RSCM tahun 2011, pada individu dengan DM[ CITATION

persentase terbanyak komplikasi DM adalah Wou13 \l 1033 ]. Sekitar 56% dari LKD
neuropati (54%). Selain itu ditemukan terinfeksi dan secara keseluruhan sekitar
peripheral arterial disease (PAD) (10.9%), 20% dari pasien dengan luka kaki yang
ulkus kaki (8.7%) dan amputasi (1.5%) terinfeksi akan menjalani amputasi tungkai
[ CITATION Kem14 \l 1033 ]. bawah[CITATION Wou13 \l 1033 ]. Lebih dari
Salah satu komplikasi DM adalah Luka kaki 50% LKD berkembang menjadi infeksi, dan
diabetes (LKD) yang disebabkan oleh meningkatkan 10 kali lipat resiko untuk
neuropati dan PAD. Peningkatan risiko dirawat dengan dengan infeksi tulang/
terjadinya LKD dapat menyebabkan jaringan lunak dibanding dengan individu
penyembuhan luka yang tertunda sehingga tanpa DM[ CITATION Afs14 \l 1033 ] Selain
meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut[ itu, hampir 1 dari 6 pasien dengan infeksi
CITATION Afs14 \l 1033 ]. Sekitar 25% LKD meninggal dalam waktu 1 tahun akibat
penderita DM berisiko untuk terjadi LKD. Di infeksi yang diderita dan adanya infeksi
Inggris, komplikasi pada kaki menunjukkan meningkatkan risiko amputasi minor
angka 20% dari total pelayanan kesehatan sebesar 50% dibandingkan dengan
pada perawatan DM[ CITATION Wou13 \l penderita luka tanpa infeksi [ CITATION
1033 ] Prevalensi LKD di seluruh dunia 6.3% Hob12 \l 1033 ]. Salah satu penelitian di
Eropa melaporkan 58% penderita LKD pasien dengan LKD merupakan salah satu
mengalami Infeksi[ CITATION Pro07 \l 1033 ], langkah yang paling penting dalam
sedangkan di Amerika pada tahun 2010 penilaian LKD. Hal ini sangat penting
dilaporkan bahwa insiden kejadian Infeksi dilakukan pada tahap awal sehingga dapat
LKD yaitu 1.1/100 penderita DM[ CITATION digunakan untuk menghambat
Duh15 \l 1033 ]. Di Indonesia, salah satu perkembangan dari infeksi (ringan)
penelitian menunjukkan bahwa 98.8% sehingga tidak menjadi masalah yang lebih
pasien LKD menderita Infeksi[ CITATION parah, seperti adanya nekrosis, gangren dan
Pem15 \l 1033 ]. Sehingga setiap pasien DM amputasi[ CITATION Wou13 \l 1033 ].
dengan luka kaki harus dinilai untuk Metodelogi
kemungkinan adanya infeksi[CITATION Penelitian ini merupakan penelitian survey
Lip12 \l 1033 ]. analitik dengan pendekatan cross sectional
Mengidentifikasi infeksi merupakan salah study, dimana dalam penelitian ini akan
satu bagian dalam penilaian luka kaki diidentifikasi faktor resiko kejadian infeksi
diabetis yang dapat dilakukan dengan LKD. Sampel dalam penelitian ini adalah
menilai faktor resiko infeksi dan penderita LKD, dimana penentuan sampel
mempehatikan tanda dan gejala[ CITATION dalam menggunakan teknik non probability
Wou13 \l 1033 ]. Adapun beberapa faktor sampling dengan pendekatan Accidental
resiko infeksi LKD antara lain: (1) Hasil tes Sampling. Sedangkan, perhitungan besar
posistif pada pemeriksaan PTB (Probe-to- sampel ditentukan dengan menggunakan G
Bone), (2) LKD hadir selama lebih dari 30 Power Analysis. Besar sampel dalam
hari, (3) riwayat LKD berulang, (4) adanya penelitian ini yaitu 53 luka dari 41
luka kaki traumatis, (5) adanya PAD di penderita DM. Instrument yang digunakan
anggota badan yang terkena, (6) amputasi yaitu kuisioner ini dikembangkan oleh
ekstremitas bawah sebelumnya, (7) peneliti untuk mengetahui faktor resiko
hilangnya sensasi protektif, (8) kehadiran infeksi LKD pada responden, Monofilament
insufisiensi ginjal, dan (9) riwayat berjalan 10 g dan Doppler ABI. Data yang
tanpa alas kaki [ CITATION Ben12 \l 1033 ]. dikumpulkan dianalisa secara bivariate dan
Oleh karena itu deteksi dini infeksi pada multivariate.
Hasil tes PTB Negatif yang ditemukan pada
Dari hasil pengumpulam data, ditemukan infeksi LKD yaitu 64.3%.
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan Beberapa faktor resiko yang terdapat
antara lama luka (hari) dengan kejadian perbedaan yang signifikan di analisis
infeksi berdasarkan kategori IDSA (p=0.589) kembali untuk mengetahui resiko yang
dan berdasarkan status infeksi (p=0.546). paling dominan terhadap kejadian infeksi.
Hal yang sama ditunjukkan pada variable
riwayat luka (p=0.948), riwayat amputasi Tabel 1. Faktor resiko infeksi LKD
(0.576), status angiopaty (p=0.704) dan Faktor
p
OR 95% CI
resiko (Exp B) Min Max
riwayat berjalan tanpa alas kaki (p=0.220) Luka 0.623 1.44 0.337 6.161
Trauma
dimana nilai p > 0.05. Sedangkan pada Neuropaty 0.032 10.58 1.221 91.799
variable yang lain tampak perbedaan yang PTB Negatif 0.680 1.12 0.030 0.806
*Analisis Multivariat Binary regresion logistic
siginifikan. Penyebab luka signifikan
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis
(p=0.045) terhadap kejadian infeksi,
multivariate faktor resiko infeksi LKD. Dari
sebanyak 42.9% luka yang disebabkan
tabel dapat dilihat bahwa faktor resiko yang
trauma mengalami infeksi, dimana 54.5%
paling signifikan adalah Neuropaty dengan
termasuk grade 2 (infeksi ringan) dan 35.3%
nilai p=0.032, dimana nilai p < 0.05. Dilihat
grade 3 (infeksi sedang). Status neuropaty
dari nilai OR, dimana nilai OR=10.58 yang
signifikan (p=0.016) terhadap kejadian
berarti penderita neuropaty 10.58 kali
infeksi, sebanyak 63.0% luka yang diawali
berisiko mengalami infeksi LKD.
dengan neuropaty mengalami infeksi,
Pembahasan
dimana 58.8% termasuk grade 2 (infeksi
Dari beberapa faktor yang menjadi faktor
ringan) dan 70.0% grade 3 (infeksi sedang).
resiko kejadian infeksi LKD, dalam
Begitupun dengan Tes PTB signifikan
penelitian ini ada tiga faktor yang memiliki
(p=0.038) terhadap kejadian infeksi baik
perbedaan yang signifikan yaitu penyebab
terhadap status infeksi maupun
luka (p=0,025, p=0,045), status neuropaty
berdasarkan kategorik infeksi IDSA
(p=0.037, p=0.016), dan hasil PTB (p= 0.024,
(p=0.024). Namun, tes PTB positif hanya
p=0.038).
35.7% pada luka infeksi, dan lebih banyak
Luka yang disebabkan oleh trauma 42.9% dimana 70% merupakan luka grade 3
mengalami infeksi dan 20.8% tidak infeksi, (infeksi sedang) dan 58.8% merupakan luka
dimana 54.5% merupakan luka grade 3 grade 2 (infeksi ringan). Neuropaty
(infeksi sedang) dan 35.3% merupakan luka merupakan faktor resiko yang paling
grade 2 (infeksi ringan). Hasil ini sejalan dominan pada penelitian ini. Hasil
dengan penelitian sebelumnya yang penelitian ini menunjukkan bahwa
menyimpulkan bahwa penyebab paling penderita dengan neuropaty 10.58 kali
umum infeksi LKD adalah trauma yaitu lebih berisiko mengalami infeksi LKD. Hasil
50.7% (Islam, et al., 2013). Luka traumatis ini didukung oleh penelitian yang menilai
dalam penelitian ini meliputi luka akibat faktor resiko amputasi pada infeksi LKD
panas, tusukan, trauma tumpul dan menujukkan bahwa 82.4% infeksi LKD
laserasi. Jika kulit terluka, mikroorganisme mengalami neuropaty (Akinci, Yener, Yesil,
yang terdapat di permukaan kulit Yapar, Kucukyavas, & Bayraktar, 2011).
memperoleh akses ke jaringan di Penelitian lainnya menyatakan bahwa
bawahnya, sehingga memungkinkan adanya 39.9% infeksi LKD didahului oleh neuropaty
replikasi organisme yang menyebabkan sensorik (Islam, et al., 2013) dan neuropaty
infeksi (Guo & DiPietro, 2010). Infeksi akibat menunjukkan resiko signifikan terhadap
luka tusukan lebih buruk pada penderita komplikasi kaki diabetik (Al-Rubeaan, et al.,
DM karena luka menebus ke struktur yang 2015). Salah satu faktor predisposisi
lebih dalam dan meyebabkan kontaminasi terjadinya infeksi LKD pada pasien DM yaitu
langsung dengan bakteri pada saat terjadi neuropati (Hobizal & Wukich, 2012) dan
luka sehingga infeksi menyebar lebih dalam merupakan faktor utama munculnya
pula. Selain itu, telapak kaki memiliki kulit kerusakan kulit dan luka yang menyebabkan
tebal dan lapisan subkutan yang berserat kolonisasi flora dan akhirnya terinfeksi
sehingga dapat menutupi reaksi inflamasi (Lipsky, et al., 2016). Pasien DM dengan
(Naraynsingh, Maharaj, Hariharan, & Dan, neuropati kehilangan sensasi protektif
2011). terhadap suhu dan nyeri, sehingga rentan
Luka pada penderita yang mengalami terhadap trauma seperti lecet, terbakar
neuropaty 63.0% mengalami infeksi, ataupun tertusuk benda asing (Hobizal &
Wukich, 2012). Tidak adanya rasa sakit variable lain yaitu Luka > 30 hari, luka
karena neuropati menutupi reaksi inflamasi trauma, riwayat luka sebelumnya, riwayat
dan membuat benda asing atau amputasi, neuropaty, PAD, riwayat berjalan
osteomielitis tidak jelas secara klinis. tanpa alas kaki dan insufisiensi renal. Selain
(Naraynsingh, Maharaj, Hariharan, & Dan, itu, infeksi LKD dapat ditegakkan dengan
2011). adanya ≥ 2 manifestasi inflamasi yaitu
Hasil penelitian ini juga menunjukkan nanah atau eritema, nyeri, dan kehangatan
perbedaan yang signifikan pada hasil Tes atau indurasi[ CITATION Ben12 \l 1033 ].
PTB. Namun, hasil penelitian ini berbeda Kesimpulan
dengan teori yang menyatakan bahwa hasil Neuropaty terbukti merupakan faktor
PTB Positif menunjukkan adanya infeksi. resiko kejadian infeksi LKD (p=0.032,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil OR=10.58). Diharapkan hasil penelitian ini
PTB Negatif ditemukan pada 64.3% luka menjadi materi edukasi dan item dalam
infeksi, sedangkan hasil PTB positif pengkajian keperawatan pada penderita
ditemukan hanya pada 35.7% luka infeksi. DM dengan LKD, yang pada akhirnya dapat
Namun, secara klinis dapat dilihat bahwa membantu dalam upaya mendeteksi resiko
terdapat hasil PTB Positif pada 36.4% LKD untuk mencegah atau menanggulangi
grade 3 dan 35.3% LKD grade 2. Tes PTB timbulnya infeksi LKD pada orang lain.
dilakukan untuk mengetahui apakah luka Referensi
menembus tulang atau sendi (Sanchez, Akinci, B., Yener, S., Yesil, S., Yapar, N.,
Kucukyavas, Y., & Bayraktar, F.
Lipsky, & Martınez, 2011). Perbedaan
(2011). Acute Phase Reactants
kondisi ini terjadi karena kemungkinan Predict the Risk of Amputation in
Diabetic Foot Infection. Journal of
disebabkan oleh variable lain yang tidak
the American Podiatric Medical
dapat diekslusikan. Faktor resiko infeksi LKD Association, 1-6.
bukan hanya hasil PTB positif tetapi ada

Alavi, A., Sibbald, R. G., Mayer, D., & Goodman, L. (2014). Diabetic foot ulcers; Part II.
Management. J AM ACAD DERMATOL, 21e1-21e24.

Al-Rubeaan, K., Derwish, M. A., Ouizi, S., Youssef, A. M., Subhani, S. N., Ibrahim, H. M., et al.
(2015). Diabetic Foot Complications and Their Risk Factors from a Large Retrospective
Cohort Study. Plos One, 1-17.
Duhon, B. M., Hand, E. O., Howell, C. K., & Reveles, K. R. (2015). Retrospective cohort study
evaluating the incidence of diabetic foot infections among hospitalized adults with
diabetes in the United States from 1996-2010. American Journal of Infection Control, 1-
4.

Guo, S., & DiPietro, L. (2010). Factors Affecting Wound Healing. Journal of Dental Research, 219-
229

Hobizal, K. B., & Wukich, a. D. (2012). Diabetic foot infections: current concept review. Diabetic
Foot & Ankle, 1-8.

IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition. United Kingdom: International Diabetes
Federation.

Islam, S., Harnarayan, P., Cawich, S. O., Budhooram, S., Bheem, V., Mahabir, V., et al. (2013).
Epidemiology of Diabetic Foot Infections in an Eastern Caribbean Population: A
Prospective Study. The Permanente Journal, 37-40.

Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemetrian
Kesehatan RI.

Lipsky, B. A., Aragón-Sánchez, J., Diggle, M., Embil, J., Kono, S., Lavery, L., et al. (2016). IWGDF
guidance on the diagnosis and management of foot infections in persons with diabetes.
Diabetes/Metabolism Research and Reviews, 45–74.

Lipsky, B. A., Berendt, A. R., Cornia, P. B., Pile, J. C., Peters, E. J., Armstrong, D. G., et al. (2012).
IDSA GUIDELINES: 2012 Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline
for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. Clinical Infectious Diseases
2012, 132-173.

Lipsky, B. A., Peters, E. J., Berendt, A. R., Senneville, E., Bakker, K., Embil, J. M., et al. (2012).
IWGDF GUIDELINES; Specific guidelines for the treatment of diabetic foot infections
2011. Diabetes/Metabolism Research and Reviews, 234–235.

Naraynsingh, V., Maharaj, R., Hariharan, S., & Dan, D. (2011). Puncture Wounds in the Diabetic
Foot: Importance of X-Ray in Diagnosis. The International Journal of Lower Extremity
Wounds, 98-100

Pemayun, T. G., Naibaho, R. M., Novitasari, D., Amin, N., & Minuljo, T. T. (2015). Risk factors for
lower extremity amputation in patients with diabetic foot ulcers: a hospital-based case–
control study. Diabetic Foot & Ankle, 1-13.

Prompers, L., Huijberts, M., Apelqvist, J., Jude, E., Piaggesi, A., Bakker, K., et al. (2007). High
prevalence of ischaemia, infection and serious comorbidity in patients with diabetic foot
disease in Europe. Baseline results from the Eurodiale study. Diabetologia, 18–25.
Sanchez, J. A., Lipsky, B. A., & Martınez, J. L. (2011). Short Report: Complications Diagnosing
diabetic foot osteomyelitis: is the combination of probe-to-bone test and plain
radiography sufficient for high-risk inpatients? Diabetic Medicine, 191–194.

WHO. (2016). Global Report on Diabetes. France: World Health Organization.

Wounds International. (2013). BEST PRACTICE GUIDELINES. WOUND MANAGEMENT IN


DIABETIC FOOT ULCER, pp. 1-27.

Yusuf, S., Okuwa, M., Irwan, M., Rassa, S., Laitung, B., Thalib, A., et al. (2016). Prevalence and
Risk Factor of Ulcers in a Regional Hospital, Eastern Indonesia. Open Journal of Nursing,
1-10.

Zhang, P., Lu, J., Jing, Y., Tang, S., Zhu, D., & Bi, Y. (2016). Global epidemiology of diabetic foot
ulceration: a systematic review and meta-analysis. Annals of Medicine, 106-116.

Anda mungkin juga menyukai