FRAKSINASI PATI
Oleh:
Saidatul Wulya; 1705105010005
Sri Muliani; 1705105010041
Fathurrahman Luthfi; 1705105010055
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan diatas dapat dilihat bahwa pati Ubi Jalar
yang dilakukan pemanasan pada suhu 100oC setelah disaring didapatkan filtrat
dan residu. Residu dari proses ini adalah fraksi amilosa dan filtrat yang diperoleh
berupa fraksi amilopektin. Hasil analisis didapatkan bahwa fraksi amilosa ditetesi
dengan pereaksi iodin akan memberikan warna biru keunguan, sedangkan fraksi
amilopektin ditetesi dengan pereaksi iodin memberikan warna coklat kemerahan.
Massa residu yang dihasilkan dari proses fraksinasi ini adalah 46,69% (Oktavia
dkk., 2013).
Setiap jenis pati memiliki sifat yang berbeda-beda. Pati yang mengandung
amilopektin lebih tinggi akan membengkak lebih cepat dengan suhu gelatinisasi
yang lebih rendah dibandingkan dengan pati yang mengandung tinggi amilosa.
Pati yang memiliki kandungan amilopektin tinggi sangat sukar untuk berikatan
sesamanya karena rantainya bercabang, sehingga pati yang amilopektinnya tinggi
sangat mudah mengalami gelatinisasi yang menyebabkan suhu gelatinisasi
menjadi rendah. Sebaliknya, pati yang memiliki komponen amilosa tinggi sangat
sukar tergelatinisasi karena molekul amilosa cenderung berada dalam posisi
sejajar, sehingga gugus-gugus hidroksilnya dapat berikatan dengan bebas dan pati
akan membentuk kristal agregat yang kuat, sehingga menyebabkan suhu
gelatinisasinya tinggi. Oleh karena itu pati dengan kandungan amilosa yang tinggi
pada umumnya memiliki kelarutan yang tinggi.
Rasio amilosa dan amilopektin dalam pati sangat menentukan sifat suatu
produk jika diaplikasikan dalam industri. Aplikasi yang membutuhkan viskositas,
stabilitas dan kekuatan mengental yang tinggi, digunakan pati yang tinggi
kandungan amilopektin. Sedangkan untuk membentuk film dan gel yang kuat,
digunakan pati dengan kandungan amilosa yang tinggi. Dalam produk makanan
amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk
makanan yang berasar dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan
bersifat ringan, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa
tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras dan pejal karena proses
mekarnya terjadi secara terbatas (Pramesti dkk., 2015).
Pengaruh suhu terhadap pemisahan amilosa dan amilopektin dapat
diketahui bahwa semakin kecil suhu yang digunakan, maka bobot amilosa dan
amilopektin yang diperoleh semakin besar pula. Sedangkan pada suhu yang lebih
tinggi, bobot molekul yang diperoleh lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan pada
suhu tinggi sebagian amilosa dan amilopektin yang ada menjadi rusak karena
tingginya suhu (Habibah dkk., 2018).
Oktavia, A. D., N. Idawati dan L. Destiarti. 2013. Awal Pemisahan Amilosa dan
Amilopektin Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas Lam) dengan Variasi
Konsentrasi N-Butanol. JKK. 2(3):153-156.
Habibah, F., S. Yasin dan S. Yuliani. 2018. Karakteristik Fisikokimia dan
Fungsional Pati Hidrotermal Ubi Jalar Ungu. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 29(1):69-76.
Pramesti, H. A., K. Siadi dan E. Cahyono. 2015. Analisis Rasio Kadar Amilosa /
Amilopektin dalam Amilum dari Beberapa Jenis Umbi. Indo. J. Chem. Sci.
4(1):26-30.