TAPE
Oleh :
( ) Sri Muliani
BAB I. PENDAHULUAN
Tape diperoleh dari proses fermentasi yaitu terjadi reaksi oksidasi senyawa
organik dalam beras, ketan dan ketela dengan ragi tape (Saccharomyces
cereviciae). Kandungan utama senyawa organik tersebut adalah karbohidrat (Pati
atau Polisakarida). Karbohidrat (glukosa) sebagai zat-zat esensial yang diperlukan
oleh tubuh serta sebaliknya dalam jumlah berlebih juga tidak baik bagi kesehatan
tubuh. Hal yang sama bila gula difermentasi menjadi alkohol, yang dalam jumlah
secukupnya dapat melarutkan lemak tubuh tetapi dalam berlebihan sangat tidak
baik bagi tubuh sehingga alkohol dianggap toksik atau racun (Suaniti, 2015).
Tape memiliki rasa manis dan sedikit mengandung alkohol, memiliki
aroma yang menyenangkan, bertekstur lunak dan berair. Sebagai produk
makanan, tape cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut setelah kondisi
optimum fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi. Makanan ini
dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur Rhizopus oryzae ataupun
Sacharomyces cereviciae sebagai ragi. Proses pembuatan tape harus dilakukan
dengan baik untuk menghasilkan kualitas warna, rasa, tekstur, serta aroma khas
tape yang baik (Kanino, 2013).
Diversifikasi pangan dianjurkan oleh pemerintah untuk membuat variasi
makanan melalui proses fermentasi. Selain itu dapat mencegah terjadinya
kerusakan pada bahan pangan pasca panen. Kerusakan pada bahan pangan pasca
panen dapat diatasi dengan membuat variasi makanan melalui proses fermentasi
yaitu tape. Kualitas produk fermentasi dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, pH,
nutrisi, jumlah ragi serta lama waktu yang digunakan (Sahratullah dkk., 2017).
Fermentasi merupakan suatu aktifitas mikroba baik aerob maupun anaerob
untuk mendapatkan energi dan terjadi perubahan atau transformasi kimiawi
substrat organik. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. perubahan biokimiawi
yang utama adalah hidrolisis pati menjadi maltosa dan glukosa, karena adanya
aktifitas kapang amilolitik Amylomyces rouxii dan khamir Endomycopsis
burtonii. Selanjutnya glukosa akan difermentasi menjadi etanol dan asam-asam
organik yang menimbulkan aroma dan flavor yang khas pada tape (Suaniti, 2015).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Kanino, D. 2013. Pengaruh Konsentrasi Ragi pada Pembuatan Tape Ketan. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. 1(2):56-66.
Sahratullah., D. S. D. Jekti dan L. Zulkifli. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ragi dan
Lama Fermentasi terhadap Kadar Air, Glukosa dan Organoleptik pada
Tape Singkong. Jurnal Biologi Tropis. 7(1):43-52.
Suanti, N. M. 2015. Kadar Etanol dalam Tape Sebagai Hasil Fermentasi Beras
Ketan dengan Sacharomyces sereviciae. Jurnal Virgin. 1(1):16-19.
Dirayati., A. Gani dan Erlidawati. 2017. Pengaruh Jenis Singkong dan Ragi
terhadap Kadar Etanol Tape Singkong. Jurnal IPA dan Pembelajaran
IPA. 1(1):26-33.
Abdillah, J., N. Widyawati dan Suprihati. 2014. Pengaruh Dosis Ragi dan
Penambahan Gula Terhadap Kualitas Gizi dan Organoleptik Tape Biji
Gandum. AGRIC. 26(1):75-84.
LAMPIRAN
A. Diagram Alir
1. Fermentasi Beras
Bahan
Ditimbang
Dicuci
Air Ditiriskan
Dimasak
Didinginkan
Ditutup rapat
Diamati
Hasil
2. Fermentasi Singkong atau Ubi Kayu
Bahan
Dikupas
Dicuci
Direbus
Air Ditiriskan
Didinginkan
Didinginkan
Ditutup rapat
Diamati
Hasil
B. Dokumentasi