MODIFIKASI PATI
Oleh:
Saidatul Wulya; 1705105010005
Sri Muliani; 1705105010041
Fathurrahman Luthfi; 1705105010055
b. Modifikasi Kimia
1. Pencampuran (Suspensi pati 30%).
Konsentrasi pati jagung yang digunakan adalah 30% (b/v) dengan
konsentrasi HCl 1,35%. Langkah pertama adalah mensuspensikan 80gram pati
dalam 266,66 ml larutan HCl.
2. Hidrolisis
Suspensi pati kemudian dihidrolisis yaitu dengan cara dipanaskan
menggunakan stir plate pada suhu 80°C (±2°C) untuk mencapai tahap likuifikasi.
Pemanasan dilakukan dengan pengadukan terus menerus untuk menghindari
adanya gel kering yang menempel pada dinding serta untuk menghomogenkan
panas.
3. Pendinginan dan Pengeringan
Setelah waktu pemanasan terpenuhi, gel pati segera diangkat dan
didinginkan. Sampel pati yang sudah dingin dikeringkan untuk menguapkan
sebagian HCl. Pengeringan dilakukan pada suhu 60°C selama ± 48 jam.
4. Penetralan
Gel yang kering dihaluskan dan disuspensikan ke dalam air kembali
kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N sampai pH ±7 (netral).
5. Pencucian dan Pengendapan
HCl yang masih tersisa akan bereaksi dengan NaOH membentuk NaCl.
Untuk menghilangkan garam yang terbentuk tersebut maka dilakukan tahap
pencucian dan pengendapan. Endapan diambil untuk dikeringkan sedangkan
garam yang terlarut dalam air cucian dibuang.
6. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam maltodekstrin
dengan menggunakan oven listrik pada suhu 60°C selama ±48 jam.
7. Penghalusan
Maltodekstrin yang telah kering hingga kadar air mencapai ± 8%,
kemudian dilakukan penghalusan atau pengecilan ukuran menggunakan grinder.
c. Modifikasi Enzimatis
Biji jagung yang telah bersih dihancurkan menjadi butiran kasar dengan
menggunakan cooper, kemudian ditimbang sebanyak 16 kg dan diblender sampai
hancur dengan bantuan aquades dengan perbandingan jagung: aquades (2:1 b/v).
Bahan kemudian disaring menggunakan kain flanel ke dalam suatu tempat
kemudian ampas diperas sampai tidak mengeluarkan air perasan lagi. Suspensi
atau filtrat yang dihasilkan kemudian didekantasi (diendapkan) selama 24 jam.
Ambil endapan amilum, dicuci berulang-ulang dengan air hingga diperoleh
amilum berwarna putih. Amilum dikeringkan dalam oven bersuhu 50 oC selama 24
jam. Kemudian pati diayak dengan ayakan mesh no. 20. Dari amilum jagung yang
didapat, kemudian dibuat amilum modifikasi dengan cara memfermentasi amilum
alami menggunakan bakteri Lactobacilus acidophilus sebanyak 3%. Amilum
modifikasi dishaker dengan kecepatan 100rpm serta dinkubasi pada suhu ruangan,
setelah itu amilum disaring dengan kain flannel dan dikeringkan dalam oven
dengan suhu 50oC selama 24 jam sampai terbentuk slug (lembaran padatan) dari
amilum jagung terfermentasi, kemudian dipecah-pecah dan diayak menggunakan
ayakan mesh no. 20. 84 jam dengan tiga kali pengulangan. Dari proses tersebut
diperoleh sekitar 80% amilum terfermentasi.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Pada modifikasi secara fisik, pati jagung memiliki kelarutan 1,18%, swelling
power 39,65% dengan warna putih, rasa hambar, dan aroma yang tidak berbau
dengan pH sebesar 5,08. Absorpsi air dan minyak pada pati jagung
termodifikasi secara fisik tidak diperoleh.
2. Densitas kamba yang dimiliki jagung secara enzimatis sebesar 0,81 g/ml. Pada
penelitian ini terlihat bahwa fermentasi dengan menghasilkan pH yang paling
asam sebesar 4,63. Tepung jagung termodifikasi memiliki kapasitas
penyerapan air berkisar 117,8%, kapasitas penyerapan minyak 149,5%, dan
swelling power sebesar13,8%. Kelarutan pati jagung secara enzimatis sebesar
4,72%.
3. Pengaruh waktu hidrolisis terhadap kelarutan yaitu 86,79% dan semakin
menurun seiring dengan semakin singkatnya hidrolisis, serta dapat
menghasilkan glukosa dengan derajat keasaman (pH) sebesar 1,8. Pada pati
jagung termodifikasi memiliki bentuk granula poligonal. Pada pati yang telah
mengalami modifikasi memiliki warna putih kekuningan. Selain itu juga
memiliki rasa yang hambar dan aroma tidak berbau seperti pada pati umumnya.
Densitas kamba tepung jagung termodifikasi sebesar 0,4175g/mL. Kapasitas
penyerapan air sebesar 1,10% dan kapasitas penyerapan minyak sebesar 0,8%.
Pada pati jagung yang termodifikasi secara kimia memiliki swelling power
sebesar 8,23%
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., G. Wijonarko dan B. Sustriawan. 2013. Sifat Fisik, Kimia, dan
Fungsional Tepung Jagung yang Diproses Melalui Fermentasi.
AGRITECH. 36(2): 160-169.
Atmaka, W dan S.A. Bambang. 2010. Kajian Karakterikstik Fisikokimia Tepung
Instan Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian. 3(1): 13-20.
Cui, S.W. 2005. Food Carbohydrates. Taylor & Francis Group, New York.
Mangunsong, L. 2018. Karakteristik Instant Noodle dari Pati Jagung
Termodifikasi. Jurnal Teknologi Pangan. 9(1): 28-33.
Marta, H., Tensiska dan L. Riyanti. 2017. Karakterisasi Maltodekstrin dari Pati
Jagung (Zea mays) Menggunakan Metode Hidrolisis Asam pada Berbagai
Konsentrasi. Chimica et Natura Acta. 5(1): 13-20.
Priyanta, R.B.S., C. I. S. Arisanti dan I G.N. Jemmy Anton P. 2013. Sifat Fisik
Granul Amilum Jagung yang Dimodifikasi Secara Enzimatis dengan
Lactobacilus acidophilus pada Berbagai Waktu Fermentasi. Jurnal
Penelitian dan Farmasi. 3(1): 67-74.
Sakinah, A.R dan I. S. Kurniawansyah. 2018. Isolasi, Karakterisasi Sifat
Fisikokimia, dan Aplikasi Pati Jagung dalam Bidang Farmasetik. Farmaka.
16(2): 430-442.
Syamsir, E., Hariyadi, P., Fardiaz, D., Andarwulan, N. dan Kusnandar, F. 2012.
Pengaruh Proses Heat Moisture Treatment (HMT) terhadap Karakteristik
Fisikokimia Pati. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 28(1): 100-106.