Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH LINGKUNGAN HIDUP, ADAPTABILITAS, HABITAT, DAN

EKOSISTEM

Mata Kuliah: Biogeografi

Dosen Pengampu: Putri Tipa Anasi, M. Pd

Disusun Oleh:

Astia Juriasih F1241181007

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNOVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Biogeografi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang lingkungan hidup, adaptabilitas, habitat, dan ekosistem
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putri Tipa Anasi, M. Pd selaku


Dosen mata kuliah Biogeografi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, Juni 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Lingkungan Hidup...........................................................................................................3
B. Adaptabilitas....................................................................................................................9
C. Habitat...........................................................................................................................20
b. Daerah Tundra..................................................................................................21
d. Daerah Hutan Basah...................................................................................................22
e. Daerah Hutan Gugur...................................................................................................23
f. Daerah Hutan Taiga....................................................................................................24
g. Habitat Air Tawar.......................................................................................................25
h. Habitat Laut................................................................................................................25
D. Ekosistem..................................................................................................................26
E. Contoh Adaptasi Satu Jenis Flora dan Fauna.................................................................35
F. Peta Konsep...................................................................................................................37
BAB III PENUTUP..............................................................................................................38
A. Kesimpulan...............................................................................................................38
B. Saran..............................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................38
LAMPIRAN.........................................................................................................................39
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas ujian akhir semester pada
mata kuliah Biogeografi, dengan mempelajari materi tentang lingkungan hidup,
adaptabilitas, habitat, dan ekosistem.

Berdasarkan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat


dikatakan bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu  yang berhubungan dengan
organism dalam melangsungkan kehidupanya. Dengan kata lain lingkungan hidup
merupakan komponen yang berada disekitar individu yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu, lingkungan hidup
berperan penting dalam kehidupan manusia dimuka bumi. Akhir-akhir ini terjadi
banyak kerusakan lingkungan hidup yang sebagian besar disebabkan oleh tingkah
laku manusia itu sendiri. Ada berbagi bentuk kerusakan di muka bumi ini, Kesadaran
manusia sangat diperlukan, hubungan antara manusia dengan lingkungan harus
terjaga dengan baik agar kelestarian lingkungan hidup tetap dapat seimbang. Menurut
Otto Sumarwoto (1989) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.

Makhluk hidup dalam kehidupannya melakukan adaptasi untuk dapat


bertahan hidup. Adaptasi terjadi biasanya disebabkan adanya seleksi alam yang
menuntut makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) untuk dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan yang baru. Adaptasi yang dilakukan oleh hewan dapat
berupa adaptasi fisiologis, morfologis dan tingkah laku. Sedangkan adaptasi yang
dilakukan oleh tumbuhan hanya berupa adaptasi fisiologis dan morfologis. Adaptasi
merupakan bentuk penyuasaian yang dilakukan makhluk hidup agar bisa betahan
hidup dalam lingkungannya, terlebih lingkungan yang baru, bukan hanya pada

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 1


manusia saja tetapi juga pada hewan dan juga tumbuhan, mereka harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada, demi mempertahankan
kelangsungan hidup atau dalam mempertahankan hidupnya.

Sedangkan tempat tinggal makhluk hidup tumbuh dan berkembang biak


disebut dengan habitat. Di dalam sebuah habitat bisa dikatakan sebagai tempat
bertemunya berbagai macam kondisi lingkungan terutama bagi makhluk hidup untuk
bertahan hidup. Contohnya berupa binatang, pasti mereka membutuhkan tempat
untuk mencari makan, bertemu dengan pasangannya serta berkembang biak. Bagi
tanaman, habitat berarti suatu tempat yang memiliki perpaduan cahaya matahari, air,
udara serta tanah dalam kondisi tepat. Sebagai contoh tumbuhan kaktus yang dapat
hidup di tanah berpasir, iklim yang kering serta banyak terkena sinar matahari atau
bisa dikatakan kaktus hidup di gurun.

Pada dasarnya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik itu
makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik). Dengan
interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang
sehingga menimbulkan perubahan ekosistem. Ekosistem diartikan sebagai hubungn
timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dengan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup?


2. Apa yang dimaksud dengan adaptasi?
3. Apa yang di maksud dengan habitat?
4. Apa yang dimaksud dengan ekosistem?

C. Tujuan

1. Mengetahui arti penting lingkungan hidup


2. Mengatahui arti adaptasi
3. Mengetahui arti habitat
4. Mengetahui arti ekosistem

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Lingkungan Hidup

1. Pengertian

Lingkungan hidup adalah satu kesatuan antara seluruh makhluk hidup maupun
tak hidup. UU Nomor 32 Tahun 2009 menjelaskan bahwa lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, keberlangsungan kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Menurut Otto
Sumarwoto (1989) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.

Dalam hal ini, manusialah yang punya pengaruh yang paling besar terhadap
lingkungan Hidup. Dengan begitu, manusia juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga serta melestarikan komponen penyusun lain dari lingkungan seperti hewan
dan tumbuhan agar kehidupan tetap seimbang. Definisi lingkungan hidup secara
umum adalah segala yang ada di sekitar manusia serta mempengaruhi aspek-aspek
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa lingkungan hidup terdiri dari
berbagai kumpulan dari setiap interaksi dari berbagai unsur yang ada terkandung pada
lingkungan. Elemen-elemen penyusun lingkungan hidup terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu unsur biotik, unsur abiotik, dan unsur sosial budaya.

a. Unsur Biotik
Unsur lingkungan hidup Biotik adalah unsur atau komponen yang tersusun
dari berbagai macam makhluk hidup yang ada pada lingkungan tertentu.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 3


Contoh dari lingkungan hidup biotik adalah seperti manusia, hewan,
tumbuhan dan mikroorganisme.
b. Unsur Abiotik
Unsur lingkungan hidup abiotik adalah sebuah kondisi atau tempat pada suatu
lingkungan yang menjadikannya penyusun bentuk untuk mendukung
terjadinya suatu yang dinamakan lingkungan. Contohnya seperti air, tanah,
udara, bebatuan, dan benda mati lainnya.
c. Unsur Sosial Budaya
Unsur ini adalah unsur yang terbentuk dari aktivitas sosial dan kebudayaan
yang dilakukan oleh manusia dan tersusun membentuk suatu sistem yang
terdiri dari nilai, gagasan, dan juga keyakinan atas perilaku sebagai makhluk
hidup yang sosial. Perilaku, adat istiadat, dan berbagai hasil penemuan adalah
termasuk unsur sosial budaya yang ditemukan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai, seperti
kebun binatang atau suaka marga satwa yang merupakan hasil pengembangan
dari hutan buatan.

Dalam lingkungan hidup dibumi terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan hidup
alami dan lingkungan hidup buatan.

a. Lingkungan Hidup Alami, merupakan lingkungan yang terbentuk dari


proses alami. Terdiri dari berbagai sumber dari alam serta ekosistem dan juga
komponen-komponen di dalamnya, baik berupa fisik mapupun biologis. Lingkungan
hidup alami terdiri dari dua jenis ekosistem. Yang pertama yaitu lingkungan darat dan
yang kedua adalah lingkungan laut. Adapun contoh lingkungan hidup darat yaitu
gunung, bukit, padang rumput, dan hutan. Sedangkan contoh lingkungan hidup laut
yaitu laut, sungai, pantai, dan danau.

b. Lingkungan Hidup Buatan, merupakan sebuah lingkungan yang terbentuk


dari keterlibatan campur tangan manusia. Lingkungan yang sengaja dibuat oleh
manusia dengan dukungan teknologi yang dimiliki, baik itu teknologi yang sederhana

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 4


maupun modern untuk membentuk lingkungan baru untuk menjadi lingkungan yang
bisa ditempati. Contoh lingkungan hidup buata yaitu, perkampungan, jalan, pasar,
sekolah, taman, kolam, sawah, kebun, dan kawasan industry.

3. Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan hidup merupakan fenomena dan gejala sosial yang saat
ini sering kali dijumpai pada berbagai wilayah, baik di wilayah daratan, perairan,
maupun kerusakan atmosfer. Adapun masalah lingkungan yang terjadi di seluruh
negara di dunia, baik di negara maju maupun berkembang adalah pencemaran.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi dengan baik
sesuai dengan peruntuk kannya. Beberapa contoh pencemaran yang banyak terjadi
dalam kehidupan masyarakat antara lain sebagai berikut:

a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya bahan-bahan atau zat-
zat asing ke udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Zat-zat asing tersebut mengubah komposisi udara dari keadaan
normalnya dan jika berlangsung lama akan mengganggu kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Udara dikatakan tercemar apabila terdapat unsur atau zat-zat
asing yang mencemarinya, seperti penjelasan berikut:
- Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Gas tersebut terbentuk secara alamiah maupun karena aktivitas
manusia. Secara alamiah gas ini terbentuk melalui letusan gunung api. Sumber
penghasil gas CO terutama adalah akibat aktivitas manusia yaitu pembakaran bahan
bakar fosil (minyak, oli, solar, batubara). Aktivitas manusia yang banyak

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 5


menghasilkan CO diantaranya aktivitas transportasi dan industri. Gas CO yang
terhirup dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan gejala pusing, sakit
kepala, pandangan kabur, kehilangan daya pikir sesaat, kesulitan bernafas, bahkan
bisa menimbulkan kematian.
- Nitrogen Oksida (NOx)
Gas NOx berwarna merah kecoklatan dengan bau yang menyengat hidung.
Sumber penghasil gas NOx adalah gas buangan hasil pembakaran dari
generator pembangkit listrik, pembakaran bahan bakar kendaraan (mobil,
pesawat terbang, kereta api, kapal laut, sepeda motor dan lain-lain),
pembakaran batu bara, minyak, gas alam, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Jika kalian menghirup gas NOx dalam waktu dan jumlah tertentu, maka
dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit pernapasan,
penyakit pembuluh darah jantung, bronchitis, kanker paru-paru, nephretis
(radang ginjal) dan lain-lain. Selain itu, NO x juga dapat menimbulkan
gangguan terhadap pertumbuhan tanaman.
- Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon adalah pencemaran yang dapat berupa gas, cairan maupun
padatan. Jenis pencemar udara ini berasal dari kegiatan transportasi (mobil
bensin, mobil diesel, pesawat terbang, kereta api, kapal laut, sepeda motor),
pembakaran batubara, pembakaran minyak, pembakaran kayu, dan lain-
lain. Dampak dari udara yang tercemar oleh HC adalah korosi
(pengkaratan), pengarangan pada mesin, sehingga tersumbat. Gangguan
pada manusia diantaranya adalah iritasi pada mata, hidung dan
tenggorakan, pusing, dan mual.
b. Pencemaran Air
Semua limbah tersebut masuk ke sungai atau danau dan airtanah.
Akibatnya, air mengalami perubahan dari keadaan normalnya atau mengalami
pencemaran. Dengan demikian, pencemaran air adalah pencemaran tubuh-tubuh air
seperti danau, sungai, laut, dan airtanah disebabkan oleh kegiatan manusia yang
dapat membahayakan organisme dan tumbuhan yang hidup pada tubuh-tubuh air

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 6


tersebut. Bahan-bahan tambahan yang masuk ke dalam tubuh-tubuh air mengurangi
kemampuan air untuk menyediakan oksigen bagi kebutuhan organisme yang hidup
di air, sehingga sedikit atau bahkan tidak ada organisme yang mampu hidup di air
yang tercemar. Air yang sudah tercemar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- suhu air berubah
- perubahan pada warna, baud an rasa air
- terdapat endapan dan bahan terlarut
- terdapat mikroorganisme
c. Pencemaran Permukaan Tanah (Daratan)
Pencemaran daratan terjadi jika ada bahan-bahan asing, baik organik
maupun anorganik, yang menyebabkan daratan rusak. Akibatnya, daratan tidak
dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia. Padahal jika daratan
tersebut tidak mengalami kerusakan kerusakan, maka dapat digunakan untuk
mendukung kehidupan manusia seperti untuk pertanian, peternakan, kehutanan,
permukiman dan lain-lain. Lama kelamaan, dengan beragamnya kebutuhan
manusia dan berkembangnya berbagai jenis industri, maka sampah yang dihasilkan
juga semakin bervariasi. Sampah yang dibuang ke daratan tidak hanya berupa
sampah organik tetapi juga anorganik.
Sampah anorganik sulit untuk diurai atau dipecah oleh mikroorganisme,
sehingga memerlukan waktu yang sangat lama untuk hancur dan menyatu kembali
dengan alam. Menurut Miller (1975) sampah plastik akan hancur dalam waktu 240
tahun jika ditimbun dalam tanah. Sampah kaleng yang terbuat dari timah atau besi
memerlukan waktu 100 tahun untuk berkarat dan hancur menjadi tanah. Kaleng
yang terbuat dari alumunium memerlukan waktu 500 tahun untuk menjadi tanah.
Sampah gelas atau kaca akan hancur dalam waktu 1 juta tahun.
Karena itulah dalam pembuangannya, sampah sebaiknya dipilah menjadi
sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak atau bahan pembuatan kompos, sementara sampah anorganik dapat
digunakan untuk berbagai keperluan lain dengan cara dipakai ulang dan didaur
ulang.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 7


4. Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

Kerusakan lingkungan hidup terjadi sebagai ulah akibat tangan-tangan


manusia yang tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan sumber daya yang
terkandung di alam. Jika proses perusakan unsur-unsur lingkungan hidup tersebut
terus menerus dibiarkan berlangsung, kualitas lingkungan hidup akan semakin parah.

Oleh karena itu, manusia sebagai aktor yang paling berperan dalam menjaga
kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup perlu melakukan upaya yang dapat
mengembalikan keseimbangan lingkungan agar kehidupan umat manusia dan
makhluk hidup lainnya dapat ber kelanjutan.

Upaya pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama


antara pemerintah dan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah
mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan pengaturan dan pengelolaan
lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Beberapa contoh bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian
lingkungan hidup pada wilayah daratan, antara lain sebagai berikut.

1. Reboisasi, yaitu berupa penanaman kembali tanaman terutama pada


daerah-daerah perbukitan yang telah gundul.
2. Rehabilitasi lahan, yaitu pengembalian tingkat kesuburan tanah-tanah
yang kritis dan tidak produktif.
3. Pengaturan tata guna lahan serta pola tata ruang wilayah sesuai dengan
karakteristik dan peruntukan lahan.
4. Menjaga daerah resapan air (catchment area) diupayakan senantiasa
hijau dengan cara ditanami oleh berbagai jenis tanaman keras sehingga
dapat menyerap air dengan kuantitas yang banyak yang pada akhirnya
dapat mencegah banjir, serta menjadi persediaan air tanah.
5. Pembuatan sengkedan (terasering) atau lorak mati bagi daerah-daerah
pertanian yang memiliki kemiringan lahan curam yang rentan terhadap
erosi.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 8


6. Rotasi tanaman baik secara tumpangsari maupun tumpang-gilir, agar
unsur-unsur hara dan kandungan organik tanah tidak selamanya
dikonsumsi oleh satu jenis tanaman.
7. Penanaman dan pemeliharaan hutan kota. Hal ini dimaksudkan supaya
kota tidak terlalu panas dan terkesan lebih indah. Mengingat
pentingnya hutan di daerah perkotaan, hutan kota sering dinamakan
paru-paru kota.

Adapun upaya pelestarian lingkungan perairan antara lain melalui upaya-


upaya sebagai berikut:

1. Larangan pembuangan limbah rumah tangga agar tidak langsung ke


sungai.
2. Penyediaan tempat sampah, terutama di daerah pantai yang dijadikan
lokasi wisata.
3. Menghindari terjadinya kebocoran tangki-tangki pengangkut bahan
bakar minyak pada wilayah laut.
4. Memberlakukan Surat Izin Pengambilan Air ( SIPA ) terutama untuk
kegiatan industri yang memerlukan air.
5. Netralisasi limbah industri sebelum dibuang ke sungai. Dengan
demikian, setiap pabrik atau industri wajib memiliki unit pengolah
limbah yang dikenal dengan istilah Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
6. Mengontrol kadar polusi udara dan memberi informasi jika kadar
polusi melebihi ambang batas, yang dikenal dengan emisi gas buang.
7. Penegakan hukum bagi pelaku tindakan pengelolaan sumber daya
perikanan yang menggunakan alat tangkap ikan pukat harimau atau
sejenisnya yang bersifat merugikan.

B. Adaptabilitas

1. Pengertian

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 9


Salah satu ciri makhluk hidup adalah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya disebut adaptasi. Adaptabilitas disebut juga dengan kata lain daru
adaptasi. Adaptasi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dalam
mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang
mampu beradaptasi terhadap lingkungannya akan  dapat bertahan hidup, sedangkan
yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
Jadi, dengan kata lain adaptasi merupakan kemampuan atau kecenderungan makhluk
hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup
dengan baik dan berkembang biak di lingkungan alaminya. Organisme yang mampu
beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:

 Memperoleh air, udaram dan nutrisi


 Mengatasi kondisi fisik lingkungan (temperature, cahaya, dan panas)
 Mempertahankan hidup dari musuh
 Mampu bereproduksi
 Merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya

Organisme yang dapat beradaptasi terhadap lingkungannya tidak akan

mengalami kelangkaan jenis atau kepunahan. Adapun beberapa tujuan adaptasi

adalah sebagai berikut:

 Untuk melindungi diri dari serangan musuh atau pemangsa

 Untuk memperoleh makanan

 Untuk berkembang biak dan melestarikan jenisnya

 Untuk bertahan hidup

2. Jenis-jenis Adaptasi

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 10


Dalam ekosistem, adaptasi terbagi dalam beberapa jenis yaitu adaptasi

morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adapun penjelasan dari

jenis-jenis adaptasi adalah sebagai berikut:

a. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi merupakan cara untuk menyesuaikan bentuk tubuh

dan alat-alat yang terdapat pada tubuh organisme tersebut untuk

menyesuaikan pada lingkungannya. Penyesuaian makhluk hidup melalui


perubahan bentuk organ tubuh, struktur tubuh atau alat-alat tubuh organisme untuk
kelangsungan hidupnya (Sutantri, 2014). Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan
jelas dan mudah diamati biasanya disebabkan karena adanya perbedaan jenis
makanan dan habitat. Contoh adaptasi morfologi yaitu sebagai berikut:

1. Adaptasi morfologi pada hewan


1) Adaptasi morfologi terhadap jenis makanan
a) Adaptasi morfologi pada bentuk paruh burung
Bentuk paruh burung beranekaragam disesuaikan dengan jenis makanannya.
Burung pemakan biji mempunyai bentuk paruh berbeda dengan burung pemakan
daging atau burung pemakan serangga dan sebagainya.

Menurut (Sutantri; 2014) menjelaskan bentuk paruh yang terdapat pada


burung yaitu sebagai berikut :

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 11


1) Burung pipit mempunyai paruh pendek dan kuat. Bentuk paruh ini sesuai
untuk memakan jenis biji-bijian. Paruh ini berfungsi untuk menghancurkan
biji tersebut.
2)  Burung elang mempunyai paruh yang kuat, tajam dan melengkung bagia
ujungnya. Paruh seperti ini sesuai untuk mencabik mangsanya.
3)  Bebek mempunyai paruh yang berbentuk seperti sudu. Bentuk paruh ini
sesuai untuk mencari makanan di tempat becek, berlupur atau di air.
4) Burung pelatuk mempunyai paruh yang panjang kuat dan runcing. Paruh
burung pelatuk untuk mencari serangga yang bersembunyi di kulit pohon.
Dalam lubang pohon, atau pada batang pohon yang lapuk.
5) Burung kolibri mempunyai paruh berbentuk panjang dan runcing. Bentuk
paruh seperti ini memudahkan untuk menghisap nektar.
6) Burung pelikan mempunyai paruh berkantong. Paruh yang demikian
memudahkannya untuk menangkap ikan dalam air

b) Adaptasi morfologi pada bentuk kaki

Berdasarkan cara hidup dan makanannya, kaki burung di bedakan beberapa


macam, yaitu :

1) Bentuk kaki burung kakatua untuk memanjat, selain itu juga untuk memegang
makanan.
2)  Kaki ayam untuk mengais tanah saat mencari makanan.
3) Burung elang mempunyai kaki kuat dan kuku yang tajam, kaki ini untuk
mencengkeram mangsanya.
4) Burung pipit mempunyai kaki yang langsing yaitu untuk bertengger.
5) Kaki itik dan pelikan berselaput sehingga cocok untuk berenang di air.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 12


6) Burung pelatuk pandai memanjat karena bentuk kakinya sesuai untuk
memanjat
c) Adaptasi morfologi pada jenis mulut

Bentuk mulut serangga bermacam-macam disesuaikan dengan cara


mengambil makanannya. Berikut beberapa jenis mulut yang terdapat pada hewan
dalam mempertahankan hidupnya menurut (Endah, 2011):

1) Mulut penghisap, serangga mempunyai cara khusus untuk memperoleh


makanan.
2) Mulut penusuk, nyamuk mempunyai bentuk mulut penusuk dan penghisap.
Mulutnya dapat menghisap makanan berupa darah manusia atau hewan.
3)  Mulut  penggigit dan pengunyah, jangkrik mempunyai bentuk mulut
penggigit dan pengunyah. Mulut ini mempunyai gigi-gigi kecil untuk
menguyah makanan yang berupa daun.
4) Mulut penyerap, lalat rumah mempunyai alat penyerap pada mulutnya. Alat
penyerap ini seperti spons (gabus), alat ini untuk menyerap makanan terutama
yang berupa cairan.

d) Adaptasi morfologi pada jenis gigi

Menurut (Ariyantini, 2008) memberikan contoh, misalnya seperti gigi singa,


harimau, citah, macan, yang runcing dan tajam untuk makan daging, sedangkan pada
gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba tidak runcing dan tajam karena giginya
lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan untuk mengunyah
makanan.

2) Adaptasi morfologi terhadap jenis habitat

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 13


a. Ikan

Ikan mempunyai habitat di air, baik air laut maupun air tawar. Air mempunyai
sifat menekan ke segala arah sehingga ikan membutuhkan bentuk tubuh yang
memudahkannya bergerak di air.

b) Unta

Unta hidup di daerah padang pasir yang kering dan gersang.Oleh karena itu
bentuk tubuhnya disesuaikan dengan keadaan lingkungan padang pasir. Bentuk
penyesuaian diri unta adalah adanya tempat penyimpanan air di dalam tubuhnya dan
memiliki punuk sebagai penyimpan lemak. Hal inilah yang menyebabkan unta dapat
bertahan hidup tanpa minum air dalam waktu yang lama.

c) Beruang Kutub

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 14


Beruang kutub hidup di daerah kutub yang dingin. Hewan yang hidup di
daerah dingin mempunyai bentuk kaki yang besar dan lebar untuk berjalan di salju.
Bulunya tebal dan telinganya kecil untuk mengurangi kehilangan panas.

3) Adaptasi morfologi terhadap mempertahankan diri

Penyesuian bentuk tubuh untuk melindungi diri dari pemangsa ataupun oleh ancaman
lainnya, seperti:

a) Duri pada landak

b) Tempurung pada punggung kura-kura atau penyu

2. Adaptasi morfologi pada tumbuhan

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 15


Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dibedakan menjadi sebagai berikut.

a) Xerofit

Merupakan tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang


kering,contohnya kaktus. Cara adaptasi xerofit. antara lain mempunyai daun
berukuran kecil atau bahkan tidak berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri),
batang dilapisi lapisan lilin yang tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan
sangat luas. 

b) Hidrofit

Yaitu merupakan tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan


berair, contohnya teratai. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis,
serta mempunyai banyak stomata. 

c) Higrofit.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 16


Tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan lembab. contohnya
tumbuhan paku dan lumut. Daun Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan
serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan
permukaan dalam yang licinsehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.
Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan
dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.

d) Akar

Yang terdapat pada tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk


menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar pada tumbuhan
bakau untuk bernapas.

b. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah upaya penyesuaian fungsi alat-alat tubuh makhluk


hidup terhadap lingkungannya. Biasanya adaptasi fisiologi melibatkan zat-zat kimia
tertentu untuk membantu proses metabolisme tubuh. Adaptasi fisiologi ini dapat
terjadi pada semua makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, maupun manusia.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 17


Adaptasi fisiologi ini dapat terjadi pada semua makhluk hidup baik hewan,
tumbuhan, maupun manusia.

1) Adaptasi fisiologi pada manusia

 Jumlah Hemoglobin pada sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tinggal di pantai/dataran
rendah.
 Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang
kebanyakan.
 Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine (air
seni).

2) Adaptasi fisiologi pada hewan

 Herbivora seperti sapi dapat mencerna rumput atau daun yang banyak
mengandung serat (selulosa) dengan bantuan enzim selulase. Enzim
tersebut dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat di rumen.
 Hewan penghisap darah seperti nyamuk mempunyai zat antikoagulan atau
anti pembekuan darah. Zat ini berguna untuk menjaga agar darah yang
dihisap tetap cair dan tidak membeku.

3) Adaptasi fisiologi pada tumbuhan

 Tumbuhan tertentu mengeluarkan bau yang khas untuk menarik serangga.


Serangga dapat membantu proses penyerbukan , contohnya pada bunga
mawar.
 Tumbuhan mengeluarkan nektar pada bunga untuk menarik serangga.
Contohnya kembang sepatu.
 Pada tanaman tertentu misalnya cemara dan sukun, mengeluarkan metabolit
sekunder berupa alelopati yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman
lain disekitarnya.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 18


c. Adaptasi tingkah laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan


dalam bentuk tingkah laku. Adaptasi tingkah laku mudah kita tebak karena adaptasi
ini bertujuan untuk menhindarkan diri dari kematian, Kematian dari serangan
predator , kematian dari perubahan iklim ataupun perubahan dari proses fisiologis.

1) Adaptasi Tingkah Laku pada Hewan

 Mimikri, merupakan teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti


misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya
agar dapat mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga sulit
mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Misalnya bunglon.
 Hibernasi, merupakan teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras
dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Misalnya ular, ikan,
beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
 Autotomi, adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu
bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak
 Estivasi, adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan
tidak bersahabat.
 Simbiosis rayap dan flagellate. Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup
lainnya yaitu flagelata untuk mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap.
Tanpa flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang masuk ke
dalam tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan
flagellata dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik
melakukan aktivitas ganti kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga
rayap akan memakan kulit yang mengelupas untuk memasukkan kembali
flagellata ke dalam usus pencernaannya.
 Pernapasan ikan paus. Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di
air. Paus memiliki paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan
laut minimal setiap setengah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 19


permukaan akan membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur
yang berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
 Migrasi pada bangsa burung untuk mencari daerah yang lebih hangat dan
banyak menyimpan cadangan makanan
 Pinguin akan berkempul berkelompk dengan punggung menghadap keluar
agar tetap hangat di daerah dingin.
 Agar tubuhnya tetap dingin maka kerbau suka berkubang di lumpur atau air.
 Cumi-cumi dan gurita atau sotong akan menyemprotkan zat tinta ketika
dikejar musuh.

2) Adaptasi tingkah laku pada tumbuhan

 Pada saat lingkungan dalam keadaan kering, tumbuhan yang termasuk suku
jahe-jahean akan mematikan sebagian tubuhnya yang tumbuh di permukaan
tanah.
 Pada musim kemarau. tumbuhan tropofit, misalnya pohon jati dan randu,
menggugurkan daunnya.

C. Habitat

1. Pengertian

Secara umum, habitat adalah suatu tempat di mana makhluk hidup atau juga
organisme tinggal. Di dalam suatu habitat itu dapat atau bisa dikatakan sebagai
tempat dimana bertemunya segala macam kondisi lingkungan terutama nya itu bagi
makhluk hidup untuk dapat bertahan hidup.

Terdapat beberapa komponen yang sangat penting di dalam habitat,


diantaranya air, makanan, ruang serta tempat. Sebuah habitat itu bisa dikatakan sesuai
apabila jumlah atau juga komposisi dari komponen itu berada di dalam jumlah yang
tepat. Namun, beberapa habitat ini hanya terdiri dari beberapa komponen saja,
walaupun begitu tetap masih bisa atau dapat disebut dengan habitat.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 20


Seperti yang kita ketahui, jika planet bumi yang kita tempati ini memiliki
berbagai macam habitat. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk permukaan bumi, garis
lintang dan lain sebagainya. Berikut ini adalah macam – macam atau klasifikasi dari
habitat:

a. Daerah Habitat Padang Rumput

Padang rumput merupakan ekosistem yang terjadi di wilayah padang rumput.


Maksudnya, interaksi yang dilakukan oleh organisme- organisme padang rumput itu
dengan komponen- komponen biotik serta abiotik yang berada di lingkungannya.
Adapun ciri-ciri padang rumput sebagai berikut:

 Terbentang dari mulai kawasan tropis itu sampai pada kawasan subtropis

 Secara umum memiliki curah hujanitu  25 sampai pada 50 cm per tahun

 Hujannya itu tidak teratur, drainase yang menyebabkan tumbuhan itu sulit
untuk mendapatkan air. Serta hanya rumput saja yang dapat bertahan hidup.

 Daerah padang rumput yang basah, seperti halnya Amerika Utara mempunyai
tinggi rumput bisa mencapai 3 meter, seperti rumput bluestem di India.

b. Daerah Tundra

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 21


Tundra merupakan suatu bioma tempat terhambatnya suatu pertumbuhan
pohon dengan rendahnya suhu lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, daerah ini disebut
dengan daerah tanpa pohon. Tundra ini terdapat di wilayah bumi sebelah utara (yakni
lingkaran arktika), juga ditemukan di daerah dekat antartika, serta terdapat juga di
puncak pada pegunungan yang tinggi. Adapun ciri-ciri daerah tundra yaitu sebagai
berikut:

 Terdapat di belahan bumi bagian utara serta hanya berada pada daerah
lingkaran kutub utara saja.
 Beriklim kutub, yakni musim dingin yang panjang serta gelap, dan juga
musim panas yang juga panjang.
 Tidak ditemukan pohon yang berukuran tinggi. Hanya terdapat pohon mirip
semak belukar. Banyak ditemukan lumut (sphagnum serta tichens).
 Tumbuhan yang hidup di daerah tundra bisa atau dapat beradaptasi dengan
suhu yang rendah atau dingin serta akan tetap hidup walaupun kondisi beku.

c. Daerah Gurun

Untuk tumbuhan yang hidup di daerah gurun itu biasanya akan tumbuh itu
dengan secara menahun. Sebab tumbuhan itu kemudian akan menyesuaikan dengan
kondisi daerah yang sulit terdapat air itu dengan bentuk morfologi. Tumbuhan yang
hidup di gurun ini biasanya mempunyai daun kecil, tebal serta memiliki akar yang
sangat panjang. Adapun ciri-ciri pada daerah gurun sebagai berikut:

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 22


 Banyak ditemukan di daerah tropis serta berbatasan dengan kawasan
padang rumput.
 Mempunyai curah hujan yang sangat rendah, yakni kurang dari 25 cm per
tahun.
 Penguapan sangat tinggi, sinar matahari sangat terik, serta suhu tinggi
(mencapai 40oC bahkan juga lebih pada musim panas).
 Pada malam hari, suhu dapat turun sangat rendah.

d. Daerah Hutan Basah

Atau yang sering disebut sebagai hutan hujan tropika ini merupakan suatu
bioma berupa hutan yang kondisinya itu selalu basah atau juga lembap, yang bisa
atau dapat atau bisa ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa; yakni kurang lebih pada
lintang 0°–10° ke utara serta ke selatan garis khatulistiwa. Adapun ciri-cirinya yaitu
sebagai berikut:

 Hutan basah ini banyak di temukan pada daerah tropis.


 Banyak ditemukan segala macam jenis pohon yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Hutan basah di seluruh dunia itu mempunyai
persamaan terutama itu pada ekologi serta spesies.
 Curah hujan juga sangat tinggi, yakni lebih dari 200 cm per tahun.
Tinggi pohon bisa atau dapat mencapai 20 – 40 m.
 Mendapat sinar matahari yang cukup, akan tetapi tidak cukup untuk bisa
atau dapat menembus sampai ke dasar hutan.
 Terdapat iklim mikro di sekitar permukaan tanah atau juga di bawah
kanopi.

e. Daerah Hutan Gugur

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 23


Hutan gugur ini pun mempunyai nama lain disebut dengan hutan musim
tropika atau juga disebut dengan  hutan monsun (monsoon forest). Hutan gugur ini
adalah salah satu bioma yang berupa hutan yang terletak di wilayah yang memiliki
iklim tropis serta subtropis. Adapun ciri-ciri hutan gugur yaitu:

 Terletak di 30o – 40o LU / LS. Seperti pada wilayah Amerika Serikat bagian
timur, Inggris serta juga sebagian Australia.
 Curah hujan itu antara 75 – 100 cm per tahun.
 Morfologi pohon itu berdaun lebar, hijau di musim dingin, namun tetapi
rontok saat musim panas dan juga tajuk yang rapat.
 Jarak satu pohon dengan pohon yang lain tidak rapat atau juga renggang.
 Musim panas yang hangat serta musim dingin yang tidak terlalu dingin.
 Jenis tumbuhan relatif sedikit.
 Memiliki 4 musim.

f. Daerah Hutan Taiga

Bioma taiga atau disebut dengan bioma boreal atau juga hutan taiga dan/atau
hutan konifer ini terletak di antara daerah subtropis serta kutub di belahan bumi

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 24


bagian utara. Bioma Taiga ini adalah bioma terestrial atau daratan. Bioma taiga ini
juga terletak tepat di bawah bioma tundra. Ciri-ciri taiga yaitu sebagai berikut:

 Tumbuhan di dominasi oleh tumbuhan berdaun jarum atau juga konifer serta
akan selalu ada sepanjang tahun.
 Tidak mempunyai banyak spesies tanaman serta hewan.
 Musim dingin nya itu cukup panjang, sedangkan untuk musim panas sangat
singkat.
 Mempunyai 4 musim, musim panas, musim semi, musim gugur serta musim
dingin.
 Curah hujan ini mencapai 35 – 40 cm per tahun.
 \Selama musim dingin, air tanah ini akan berubah menjadi es serta es tersebut
dapat mencapai 2 meter di bawah tanah.

g. Habitat Air Tawar

Habitat air tawar ini dapat dibagi menjadi dua jenis, diantaranya perairan
mengalir serta perairan menggenang. Perairan mengalir ini bergerak secara terus
menerus kearah tertentu, sedangkan untuk perairan menggenang perairan yang massa
airnya itu memiliki waktu singgah hanya sementara. Termasuk sungai, kolam, rawa
serta danau. Ciri – cirinya diantaranya :

 Terdapat aliran air yanng disebabkan oleh cuaca serta iklim.


 Secara fisik dan juga biologi, yakni sebagai perantara antara habitat darat
dengan habitat air laut.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 25


 Mempunyai kadar garam yang rendah.

h. Habitat Laut

Ekosistem laut bisa juga disebut sebagai ekosistem bahari ini adalah
ekosistem yang ada di perairan laut, yang terdiri dari ekosistem perairan dalam dan
ekosistem pantai pasir dangkal atau litoral, serta juga ekosistem pasang surut. Adapun
ciri-cirinya yaitu sebagai berikut:

 Kadar garam untuk daerah tropis ini lebih tinggi apabila dibanding dengan
daerah yang jauh dari khatulistiwa.
 Terbagi menjadi fotik (yakni cukup untuk mendapat cahaya matahari) serta
afotik (yakni kurang mendapat cahaya matahari).

3. Fungsi dan Peran Habitat

Setelah di uraikan materi diatas, dibawah ini terdapat peran dan fungsi habitat.
Dibawah ini merupakan fungsi utama dari habitat, diantaranya sebagai berikut :

 Tempat untuk hidup

Fungsi utama dari habitat ialah sebagai tempat hidup makhluk hidup. Dengan
habitat yang sesuai tentu suatu spesies makhluk hidup itu bisa atau dapat
berkembangbiak, mencari makanan, sampai pada bertahan hidup.

 Sebagai tempat perlindungan

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 26


Habitat yang cocok unruk suatu makhluk hidup, tentu memiliki kemungkinan
besar bisa atau dapat bertahan dari segala macam ancaman, contohnya saja
seperti ancaman dari predator (pemangsa).

Kemudian dibawah ini merupakan peran habitat ialah sebagai berikut:

 Sebagai tempat tinggal untuk seluruh makhluk hidup di bumi.

 Tempat tumbuh serta berkembangnya makhluk hidup.

 Karena habitat ini terbagi menjadi beberapa macam, oleh sebab itu habitat ini
menjadi tempat tinggal yang cocok bagi makhluk hidup tertentu. Seperti
contoh ialah tanaman kaktus yang hanya dapat hidup di habitat gurun atau
juga padang pasir atau tanaman pohon yang banyak ditemukan pada daerah
hutan hujan.

D. Ekosistem

1. Pengertian

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang


melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada suatu struktur biotiktertentu dan terjadi suatu siklus
materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua
energi yang ada.

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama


dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 27


lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup.

2. Kompenen Ekosistem

Ekosistem terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan
komponen abiotik.

1. Komponen Biotik

Komponen biotik meliputi komunitas makhluk hidup. Setiap makhluk hidup


dalam ekosistem menempati suatu tempat hidup yang spesifik. Tempat hidup yang
spesifik tersebut dikenal dengan istilah habitat (Latin, habitare = bertempat tinggal).
Setiap makhluk hidup yang memiliki peran khusus di dalam habitatnya. Peran atau
cara hidup yang khusus dari setiap makhluk hidup di dalam habitatnya disebut relung
ekologi (nisia). Sekelompok makhluk hidup dari spesies yang sam pada waktu yang
sama disebut populasi. Misalnya, rerumputan di halaman rumah (populasi rumput)
atau sekawanan sapi di lapangan (populasi sapi). Populasi dapat berubah setiap saat.
Perubahan populasi dipengaruhi oleh factor kelahiran, kematian, dan migrasi.
Beberapa populasi yang berbeda dari tumbuhan dan hewan yang hidup bersama di
lingkungan tertentu akan membentuk komunitas. Di dalam ekosistem terdapat
beberapa macam, komunitas, misalnya, komunitas kolam, komunitas hutan, dan
komunitas pantai.

2. Komponen Abiotik

Komponen abiotik meliputi benda-banda tak hidup.

1) Suhu

Suhu atau temperature adalah derajat energi panas. Sumber utama energi
panas adalah radiasi matahari. Suhu merupakan komponen abiotik di udara, tanah,
dan air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup, berkaitan dengan reaksi

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 28


kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia dalam tubuh makhluk
hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh suhu tertentu.

2) Cahaya
Cahaya merupakan salah satu energi yang bersumber dari radiasi matahari.
Cahaya matahari terdiri dari beberapa macam panjang gelombang. Jenis panjang
gelombang, intensitas cahaya, dan lama penyinaran cahaya matahari berperan dalam
kehidupan organisme. Misalnya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari dengan
panjang gelombang tertentu untuk proses fotosintesis.

3) Air

Air terdiri dari molekul-molekul H2O. air dapat berbentuk padat, cair, dan
gas. Di alam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta
berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk
hidup karena sebagian besar tubuhnya mengandung air.

4) Kelembapan

Kelembapan merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.


Kelembapan di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembapan di
tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembapan diperlukan oleh makhluk hidup
agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembapan yang diperlukan
setiap makhluk hidup berbedabeda. Sebagai contoh, jamur dan cacing memerlukan
habitat yang sangat lembab.

5) Udara

Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen
(20,93%), karbon dioksida (0,03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan makhluk
hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk hidup untuk bernapas.
Karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.

6) Garam-garam Mineral

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 29


Garam-garam mineral antara lain ion-ion nitrogen, fosfat, sulfur, kalsium, dan
natrium. Komposisi garam mineral tertentu menentukan sifat tanah dan air.
Contohnya kandungan ion-ion hydrogen menentukan tingkat keasaman, sedangkan
kandungan ion natrium dan klorida di air menentukan tingkat salinitas (kadar garam).
Tumbuhan mengambil garam-garam mineral (unsure hara) dari tanah dan air untuk
proses fotosintesis.

7) Tanah

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau
lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan kandungan
garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh organisme untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah
yang subur

8) Topografi

Topografi artinya tinggi rendahnya permukaan bumi di suatu daerah.


Topografi berkaitan dengan kelembapan, cahaya, suhu, serta keadaan tanah di suatu
daerah. Interaksi berbagai factor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai
contoh, keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan di derah datar.
Organisme yang hidup di daerah yang berbukit berbeda dengan di daerah datar.
Topografi juga mempengaruhi penyebaran makhluk hidup.

3. Tipe-tipe Ekosistem

Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan
ekosistem buatan.

1. Akuatik (air)

a) Ekosistem air tawar.

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi
cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 30


terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua
filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada
umumnya telah beradaptasi.

b) Ekosistem air laut.

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan
ion CI– mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian
atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.

c) Ekosistem estuari.

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari


sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang,
dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan.

d) Ekosistem pantai.

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir


adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan
angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.

e) Ekosistem sungai.

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang
secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing,
gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 31


f) Ekosistem terumbu karang.

Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem
ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme
mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan,
hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan,
menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Kehadiran terumbu
karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.

g) Ekosistem laut dalam.

Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut
yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.

h) Ekosistem lamun.

Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan


berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat
perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai
tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk
berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut),
lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan
sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Sebagai sumber daya hayati,
lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

2. Terestrial (darat)

Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan


curah hujan. Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim
sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada
suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir,
kebakaran, atau aktivitas manusia.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 32


 Hutan hujan tropis
 Sabana
 Padang rumput
 Gurun
 Hutan gugur
 Taiga
 Tundra

3. Buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi


kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau
hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman
rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:

 bendungan
 hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
 agroekosistem berupa sawah tadah hujan
 sawah irigasi
 perkebunan sawit
 ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
 ekosistem ruang angkasa

4. Interaksi antar Komponen Ekosistem

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa interaksi antar komponen ekosistem


adalah interaksi komponen biotik dengan komponen abiotik, interaksi komponen
abiotik dengan komponen abiotik, ataupun komponen biotik komponen biotik.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa ekosistem memiliki 2
komponen, yaitu komponen biotik dan abiotik.

1. Interaksi Komponen Biotik dengan Abiotik

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 33


Terdapat makhluk hidup yang kebutuhan hidupnya membutuhkan bantuan
dari lingkungan hidup sekitarnya. Hal itu juga dapat terjadi dengan sebaliknya,
makhluk hidup juga dapat mempengaruhi kondisi tempat ia hidup. Berikut contoh
interaksi ini:

 Tumbuhan membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan proses


fotosintesis.

 Selain cahaya tumbuhan juga membutuhkan karbondioksida untuk


berfotosintesis. Pada saat yang sama tumbuhan juga akan menjaga komposisi
udara agar tetap stabil sehingga dapat mendukung makhluk hidup lainnya.

Komponen biotik sangat berpengaruh terhadap komponen abiotik, hal ini


terutama kita (manusia) dimana makhluk hidup yang memiliki akal seharusnya
menjaga lingkungan kita hidup saat ini bukan sebaliknya (merusak). Hal ini
dilakukan agar tidak mengganggu ekosistem dalam bumi yang telah berjalan
sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu.

2. Interaksi Komponen Abiotik dengan Abiotik

Sebagian orang beranggapan bahwa komponen abiotik tidak terjadi interaksi.


Padahal sebaliknya, banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi karena adanya
interaksi antar komponen ini. Salah satu contoh dari interaksi komponen ini adalah:

 Aliran laut terbelah, fenomena ini mulai dikenal oleh masyarakat melalui
social media. Penelitian telah menjelaskan bahwa hal ini terjadi akibat dari
hembusan angin yang terjadi dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan
air terdorong ke dalam.

 Pelangi, tentunya banyak teman-teman telah melihat hal ini. Fenomena ini
tentu juga dihasilkan dari interaksi antar komponen abiotik, hal ini terjadi
disebabkan karena terjadinya pembelokan cahaya dari air hujan.

3. Interaksi Komponen biotik dengan biotik

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 34


Apabila dilihat dari bagaimana cara makhluk hidup tersebut berinteraksi maka
digolongkan menjadi 5 (netral, kompetisi, predasi, simbiosis, dan antibiosis) yaitu:

a) Netral, Sesuai dengan istilahnya interaksi ini tidak mengganggu satu sama lain
dalam ekosistem. Interaksi ini memiliki sifat netral tidak ada yang diuntungkan
maupun sebaliknya. Contohnya belalang dengan cacing, capung dengan sapi dan
sebagainya.

b) Kompetisi merupakan interaksi dengan cara saling bersaing memperebutkan untuk


memperoleh kebutuhan hidupnya ataupun kekuasaa. Sebagai contoh singa dan
serigala saling memperebutkan mangsa, kudanil dengan kudanil yang saling
memperebutkan wilayah yang didudukinya, sapi dengan kambing yang akan saling
berkompetisi memperoleh makanan.

c) Predasi merupakan interaksi yang terjadi antara pemangsa dan mangsanya,


dikatakan bahwa interaksi ini terjadi untuk menjadi keseimbangan jumlah pemangsa
dan mangsa dalam ekosistem. Sebagai contoh singa (pemangsa) dengan zebra
(mangsa).

d) Antibiosis adalah interaksi dimana makhluk hidup tersebut akan menghambat


pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Contohnya adalah jamur peniculium dengan
mikroorganisme lainnya, jamur ini biasa digunakan sebagai obat antibiotik untuk
menghambat bakteri agar tidak bisa berkembang biak.

e) Simbiosis merupakan interaksi antara organisme dengan spesies yang berbeda


yang saling hidup bersama, dalam interaksi ini akan ada 3 jenis simbiosis, yaitu:

 Simbiosis mutualisme adalah interaksi dimana kedua belah pihak akan saling
menerima keuntungan satu sama lain. Contoh yang sering kita dengar adalah
lebah dan bunga, lebah akan mendapatkan madu dari bunga sedangkan bunga
akan terbantu dalam proses penyerbukannya.
 Simbiosis komensalisme adalah interaksi yang salah satu pihak akan
diuntungkan dan pihak lain tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contoh:

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 35


ikan badut dengan anemon laut, ikan badut mencari perlindungan dengan
tinggal di anemon laut sedangkan anemon laut tidak dirugikan atau
diuntunkan dari hal ini.
 Simbiosis parasitisme adalah interaksi dimana satu pihak akan diuntungkan
dan pihak lain akan dirugikan. Misalnya bunga rafflesia arnoldii akan
membuat makanannya dari pohon inang tempat bunga tersebut hidup.

E. Contoh Adaptasi Satu Jenis Flora dan Fauna

Contoh adaptasi dari flora yaitu kantong semar. Dimana kantong semar
membuka katup daun untuk menarik mangsa demi keberlangsungan hidupnya.
Sedangkan adaptasi fauna yaitu sebagai contoh perubahan warna pada bunglon.
Perubahan tersebut dinamakan mimikri, yang berguna untuk melindungi dirinya dari
pemangsa.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 36


F. Peta Konsep

Lingkungan Unsur-Unsur Lingkungan


Hidup
Kerusakan lingkungan

Upaya Perbaikan Lingkungan

Jenis-jenis Adaptasi
Adaptabilitas
Seleksi Alam

BIOGEOGRAFI Macam-macam Seleksi Alam

Klasifikasi Habitat
Habitat
Peran dan Fungsi Habitat

Komponen Ekosistem
Ekosistem
Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 37
Tipe-tipe Ekosistem

Interakasi antar Komponen


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa antara lingkungan hidup, adaptasi, habitat, dan


ekosistem merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Semuanya saling
keterkaitan dan berhubungan. Seperti halnya terdapat makhluk hidup yang tinggal di
dalam sebuah lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya sedang beradaptasi
terhadap lingkungannya sehingga harus menyesuaikan diri. Pada akhirnya akan
terjalin interaksi antara makhluk hidup satu dengan lainnya dilingkungan tersebut.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan yang mungkin


belum bisa terpenuhi. Masih perlu diadakannya strudi literature lebih lanjut. Untuk itu
penyusun menyarankan kepada pembaca untuk mengoreksi uraian ditiap subbab agar
dapat diperbaiki di kemudian hari.

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 38


DAFTAR PUSTAKA

https://edward-jz.blogspot.com/2013/08/makalah-geografi-lingkungan-hidup.html

http://amaliaulyani.blogspot.com/2014/05/lingkungan-hidup-geografi-kelas-xi.html

https://www.academia.edu/11598896/ADAPTASI_DAN_EVOLUSI

https://ilmugeografi.com/biogeografi/habitat

https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/

https://www.academia.edu/29810221/Handout_Ekosistem_SMA_Kelas_X_Semester_Gena
p

LAMPIRAN

Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 39


Astia, Lingkungan Hidup, Adaptabilitas, Habitat, dan Ekosistem | 40

Anda mungkin juga menyukai