Halaman
Daftar Isi..................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
Daftar Pustaka.........................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
tersebut, berasal dari factor manusia dan bukan manusia (Gunarya, Arlina : 2008).
Faktor bukan manusia seperti fasilitas kampus dan kurikulum yang kurang baik,
sedangkan Faktor dari manusia yaitu faktor keluarga dan dosen. Adapun faktor
internal dapat berupa kondisi kesehatan jasmani maupun kondisi kesehatan psikis
baik dari faktor internal maupun eksternal, karena itu kecerdasan emotional harus
diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang labih baik lagi,
mahasiswa keperawatan, baik yang adaptif maupun yang mal adaftif. Menurut
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Fenomena yang terdapat pada
Prodi DIII Stikes Katolik St. Vincentius A Paulo yang akan melaksanakan ujian
tepat pada waktunya karena mereka sudah memenajemen waktu mereka dengan
baik,dan mendapat dukungan dari keluarga tidak gelisah dan tetap bersemangat
menantikan ujian komprehensif, dan apabila mereka merasa banyak tekanan yang
datang, maka mereka akan berjalan-jalan bersama dengan temannya yang lain,
diberikan, tugas-tugas itu meliputi tugas askep, dan terlambat dalam pencapaian
target keterampilan.
perkembangan manusia baik secara fisik maupun psikis tidak akan optimal.
Dalam berbagai keadaan mahasiswa hendaknya menyikapi peristiwa apapun
dengan tenang, untuk itu diperlukan kecerdasan emosional sangat berperan dalam
juga bisa berpengaruh terhadap perilaku negatif, hal ini disebabkan karena
terhadap orang lain (Daniel Goleman 2000). Hal ini membuktikan bahwa
manusia, baik negative maupun positif. Respon negative akan memberi pengaruh
pada kondisi stress fisik yang mengarah pada kelemahan tubuh (sakit), hal ini
juga akan menyebabkan rasa jengkel panik dan juga marah yang akan mengarah
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia,yang
pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (National
Safety Council, 2004 : 2). Apabila manajemen stress mahasiswa negative, maka
akan muncul suatu respon negative seperti sakit kepala, mudah tersinggung,
depresi bahkan bisa juga menyebabkan munculnya sikap menarik diri dari orang
dibantu oleh para dosen. Dosen hendaklah memberi petunjuk ajar kepada
baik.
1.4.1 Teoritis
1.3.1 Praktis
TINJAUAN TEORI
Menurut Daniel Goleman (2000 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-
On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk
kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang
yaitu :
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
(Goleman, 2000 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut
dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum
menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk
agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan
dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2000 : 77-78).
menekan.
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman (2000 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih
mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan
lebih peka (Goleman, 2000 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-
anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan
terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2000 : 172). Seseorang yang mampu
membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin
mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya
sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang
lain.
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai
orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana mahasiswa mampu membina
MD08.