Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

“Every age, every culture, every custom and tradition has its own character, its
own weakness and its own strength, its beauties and cruelties”
(Hermann Hesse)

Kapal merupakan sebuah lingkungan kerja yang unik dimana berbagai individu
bekerja bersama dan hidup bersama dalam sebuah lingkungan yang sempit
dengan segala keterbatasan yang harus dihadapi sehari-hari. Setiap kru yang
bekerja di kapal memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
latar belakang budaya individu yang bersangkutan.
Budaya dapat mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dan melakukan
kegiatan sehari-hari. Biasanya seorang individu tidak menyadari sepenuhnya
bahwa latar belakang budaya yang dimilikinya sangat bepengaruh terhadap
bagaimana dia bersikap dan berperilaku. Perbedaan baru akan terasa ketika
individu tersebut melakukan kontak dengan individu lain dengan latar belakang
budaya yang berbeda. Pada saat itu, barulah terasa apabila pola sikap dan
perilaku yang dimilikinya tidaklah sama dengan yang dimiliki orang lain.
Lingkungan kerja di kapal yang sempit dan memiliki banyak keterbatasan dapat
menimbulkan konflik bagi seorang individu ketika dirinya harus menghadapi
individu lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan yang dimilikinya. Hal ini
lebih terasa bagi pelaut yang bekerja di ocean going vessel yang mempekerjakan
kru yang berasal dari berbagai negara.

A. Pengertian Komunikasi Antar Budaya


Komunikasi antar budaya menjadi hal yang sangat penting di atas
kapal demi terselenggaranya pelayaran yang aman dan efektif. Komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Adapun
kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh
sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow
across national boundaries. Misalnya; dalam sebuah kapal dengan kru multi
nasional yang berasal dari berbagai Negara berkumpul dan berkomunikasi
satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi

1
antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang
berbeda budayanya.Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan
bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran
sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka
dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.
Selanjutnya komunikasi antarbudaya dapat dilakukan dengan negosiasi
untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang
membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat
berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan. Melalui
pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang
terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi
dalam proses pemberian makna yang sama.
Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu
dan kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku
komunikasi dan perbedaan dalam interpretasi.
Untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif,individu dapat
mengembangkan kompetensi antar budaya, yakni keterampilan
yangdibutuhkan untuk mencapai komunikasi antar budaya yang efektif.
Jandt (1998, 2004) mengidentifikasikanempat keterampilan sebagai bagian
dari kompetensi antar budaya, yaitu personality strength, communication
skills, psychological adjustment and cultural awareness.

B. Cultural Awareness
Cultural awareness merupakan dasar komunikasi dan melibatkan
kemampuan individu untuk menilai diri sendiri dan peka terhadap nilai
budaya, kepercayaan dan persepsi diri sendiri. Bagaimana kita melihat
dunia? Mengapa kita melihat dunia seperti kita melihatnya sekarang ini?
Mengapa kita bereaksi dengan pola perilaku tertentu? Cultural awareness
menjadi penting ketika kita harus berinteraksi dengan orang-orang yang
memiliki budaya yang berbeda. Orang melihat, menginterpretasi dan
mengevaluasi sesuatu dengan cara yang berbeda. Apa yang dianggap baik
dalam suatu budaya belum tentu dianggap baik dalam budaya lainnya.
Orang-orang suku jawa menganggap bahwa alon-alon waton klakon. Artinya
ketika melakukan sesuatu lebih baik pelan-pelan asalkan bisa selesai
dengan baik dan sempurna. Bagi orang yang berasal dari budaya lain,

2
mungkin menganggap pekerjaan orang jawa seperti itu cenderung lambat
dan kurang cekatan. Selain itu, dalam hal komunikasi budaya jawa juga ada
istilah ewuh pakewuh. Ketika mau menyampaikan sesuatu dengan terus
terang merasa tidak enak hati, sehingga umumnya orang jawa berputar-
putar dulu dalam menjelaskan sesuatu sebelum menuju ke pokok masalah.
Bagi orang Batak yang terbiasa to the point dalam berkomunikasi, terkadang
hal ini membuat mereka tidak sabar. Demikian juga sebaliknya, gaya bicara
orang batak yang ceplas ceplos dapat membuat orang jawasakit hati.
Contoh lain adalah orang Italia menganggap orang amerika sebagai orang
yang selalu bekerja, bicara bisnis dalam waktu makan siang, bahkan minum
kopi sambil berjalan. Sedangkan orang Italia umumnya meminum kopi di bar
atau di café dengan rileks. Apakah hal itu berarti orang Italia pemalas dan
orang amerika hiperaktif? Tentu saja tidak. Hal tersebut berarti bahwa orang
dapat memberikan makna yang berbeda terhadap suatu kegiatan yang
sama, misalnya terkait makan. Di Italia, dimana persaudaraan dan
pertemanan dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga, waktu makan
siang, makan malam atau coffee break memiliki konotasi sosial dimana
orang-orang saling berkumpul untuk berbicara dengan rileks. Sedangkan di
Amerika waktu dianggap sebagai uang, sehingga saat makan siang
seringkali digunakan untuk membicarakan bisnis atau kontrak.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi ketika kita tidak memiliki awareness
(kepekaan) terhadap pola perilaku kita sendiri dan menggunakannya untuk
menilai pola perilaku orang lain. Ketika tidak memiliki pengetahuan yang
cukup, kita cenderung berasumsi, bukan menilai secara obyektif makna dari
suatu perilaku. Peka terhadap dinamika budaya sendiri merupakan hal yang
tidak mudah karena budaya termasuk hal yang tidak kita sadari. Sejak lahir,
kita belajar melihat dan melakukan banyak hal. Pengalaman kita, nilai-nilai
kita, dan latar belakang budaya membuat kita melihat dan melakukan
sesuatu dengan cara tertentu. Terkadang kita perlu untuk “keluar” dari
batasan budaya agar dapat menyadari dampak budaya terhadap perilaku
kita. Akan sangat baik apabila kita bertanya atau meminta feedback dari
teman-teman yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan
kita.

3
C. Tingkatan Cultural Awareness
Ada beberapa tingkatan cultural awareness yang menunjukkan
bagaimana orang menilai perbedaan budaya.
1. My way is the only way
Pada tingkatan pertama, orang hanya menyadari cara mereka sendiri
dalam melakukan segala sesuatu. Mereka mengabaikan dampak
perbedaan budaya (parochial stage).
2. I know their way, but my way is better
Pada level kedua ini, individu menyadari bagaimana cara orang lain
melakukan sesuatu, tetapi masih menganggap bahwa cara mereka
sendiri adalah yang terbaik. Pada tahap ini, perbedaan budaya dianggap
sebagai sumber masalah dan individu cenderung mengabaikan atau
menguranginya memikirkannya (ethnocentric stage).
3. My way and their way
Pada tingkat ini, individu menyadari cara diri mereka melakukan sesuatu
dan cara orang lain, dan individu memilih cara terbaik sesuai dengan
situasi. Pada tahap ini, individu menyadari bahwa perbedaan budaya
memiliki sisi positif dan negative, serta bersedia untuk menggunakan
perbedaan budaya untuk menciptakan solusi baru (synergistic stage).
4. Our way
Tingkatan keempat membawa orang-orang dari berbagai budaya yang
berbeda untuk bersama-sama menciptakan budaya dengan berbagi
makna yang sama. Orang-orang saling berdialog dengan intensif untuk
menciptakan makna baru, aturan baru untuk memenuhi kebutuhan
situasi yang ada (participatory third culture stage)

Meningkatkan cultural awareness berarti melihat baik sisi positif


maupun sisi negatif perbedaan budaya. Keragaman budaya dapat menjadi
sumber masalah terutama apabila organisasi membutuhkan personil untuk
berpikir dan bertindak dengan cara yang sama. Keragaman menigkatkan
level kompleksitas dan kebingungan dan membuat sulit mencapai
persetujuan. Di sisi lain, keragaman budaya dapat memberikan manfaat
ketika organisasi ingin mengembangkan solusi dan ingin menggunakan
pendekatan yagn berbeda untuk memecahkan masalah. Keragaman dalam
hal ini dapat menciptakan berbagai masukan dan keterampilan baru.
Orang-orang yang memiliki cultural awareness menyadari bahwa:

4
 Setiap orang tidak sama
 Persamaan dan perbedaan adalah sama-sama penting
 Terdapat banyak cara untuk mencapai tujuan yang sama dan
untuk menjalani hidup
 Cara terbaik ditentukan bergantung pada situasi. Setiap situasi
berbeda dan mungkin membutuhkan solusi yang berbeda.

D. Bagaimana mengelola Keberagaman Budaya


Kita harus menyadari bahwa langkah pertama dalam mengelola
keberagaman budaya adalah dengan mengenali dan berusaha agar tidak
takut terhadapnya. Oleh karena setiap orang merupakan produk budaya
yang berbeda-beda, tidak ada buku atau petunjuk untuk menghadapi
keberagaman budaya secara spesifik. Namun ada beberapa sikap untuk
membantu menjembatani perbedaan budaya yang mungkin dihadapi:
1. Mengakui bahwa anda tidak tahu
Menyadari bahwa kita tidak mengetahui segala sesuatu, bahwa
asumsi kita mungkin saja salah dapat mendukung cultural
awareness.
2. Menunda penilaian
Kumpulkan informasi sebanyak mungkin sehingga anda bisa
mengetahui situasi dengan akurat sebelum mengevaluasinya.
3. Empati
Agar dapat memahami orang lain, kita perlu menempatkan diri pada
posisi orang lain. Melalui empati, kita belajar bagaimana orang lain
ingin diperlakukan.
4. Mengecek asumsi
Mintalah feedback kepada teman dan periksalah asumsi anda
sendiri untuk memastikan bahwa anda benar-benar memahami
situasi
5. Menghargai keberagaman
Menerima bahwa keberagaman memang ada dan menghargai sisi
positif dari keragaman budaya.

5
6

Anda mungkin juga menyukai