BIAS BUDAYA
DALAM PELAYANAN KONSELING
Erida
Email : eridasinaro@gmail.com
ABSTRACT
Counseling is a process to help individuals overcome the obstacles to the development of their
personal abilities in order to develop optimally. The counseling process can occur at any time through
individual relationships to express and to appreciate the individual's unique needs, motivations, and
potentials. Cross-cultural counseling involves counselors and clients who come from different cultural
backgrounds, and therefore the counseling process is very vulnerable by the occurrence of cultural
biases on the part of the counselor which results in ineffective counseling. In order for counseling to
run effectively, the counselor is required to have sensitivity to culture and escape from cultural biases,
and to have skills that are culturally responsive. Then counseling is seen as a cultural encounter
(cultural ecounter) between counselor and client.
yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi dan (4) Bias motivasi dapat diartikan setiap
setiap waktu. (Prayitno, Erman Amti, 2008) kekeliruan sistematis dalam atribusi yang
berasal dari usaha orang untuk memuaskan
Berdasarkan penjelasan diatas yang
kebutuhan personal, seperti keinginan akan
dimaksud dengan bias budaya adalah tidak
harga diri, kekuasaan, atau prestise.
adanya kesefahaman terhadap suatu budaya atau
(Firnafirdausia.blogspot.com, 2014).
saling memahami budaya yang lain.
Bias budaya terjadi karena adanya
Dari penjelasan diatas dapat dipahami
ketidak samaan dalam memahami kebenaran
bahwa Pelayanan Konseling yang Bias Budaya
atau nilai - nilai budaya. Hal ini terjadi antara
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Pelayanan
satu dengan yang lain, memahami budaya yang
konseling yang bias budaya akan dapat terjadi
ada dengan menggunakan kerangka pandangnya
jika antara konselor dan klien mempunyai
sendiri-sendiri. Ketika dua orang berbeda
perbedaan. (2) Konselor sadar bahwa latar
budaya bertemu dan berkomunikasi baik dengan
belakang kebudayaan yang dimilikinya. (3)
bahasa verbal maupun bahasa tubuh,
Konselor mampu mengenali batas kemampuan
komunikasi yang efektif terjadi apabila memiliki
dan keahliannya dan (4) Konselor merasa
banyak kesamaan. Sebaliknya, komunikasi yang
nyaman dengan perbedaan yang ada antara
terjadi diantara dua pihak yang memiliki banyak
dirinya dan klien dalam bentuk ras, etnik,
perbedaan sulit untuk berjalan efektif. Disinilah
kebudayaan, dan kepercayaan.
terjadinya bias budaya.
Dalam kajian tentang bias budaya Faktor terpenting yang mendasari bias
terdapat berbagai bentuk bias budaya ini adalah kecenderungan kita untuk
diantaranya; (1) Bias kognitif maksudnya meremehkan, mengecilkan, bahkan
kekeliruan sistematis dalam atribusi yang mengabaikan informasi yang relevan (misalnya,
berasal dari keterbatasan kemampuan kognitif data tentang frekuensi aktual dalam kelompok
manusia untuk memproses informasi; (2) Bias tertentu) dan fakta statistik abstrak lain, dan
asimilasi mepresentasikan halangan signifikan lebih memerhatikan bukti yang lebih menonjol
untuk mendapatkan pemikiran yang jernih dan dan konkret meski tidak reliabel. Disamping itu
pemecahan problem yang efektif. Bias asimilasi faktor terpenting lainya penyebab terjadinya
disini adalah kecenderungan untuk memecahkan bias budaya antara lain yaitu:
perbedaan antara skema yang ada dengan Komunikasi dan Bahasa; Sistem
informasi baru melalui asimilasi ketimbang komunikasi, verbal maupun nonverbal,
akomodasi, meski denga risiko mendistorsi membedakan suatu kelompok dari kelompok
informasi itu sendiri; (3) Bias keterwakilan lainnya. Terdapat banyak sekali bahasa verbal
merupakan setiap kondisi dimana heuritis diseluruh dunia ini demikian pula bahasa
keterwakilan menghasilkan kesalahan sistematis nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal)
dalam pemikiran atau pemprosesan informasi
sering dianggap bersifat universal namun kerja atau kesenangan hingga kepatuhan
perwujudannya sering berbeda secara local. mutlak atau kebolehan bagi anak-anak;
Pakaian dan Penampilan; Pakaian dan dari penyerahan istri secara kaku kepada
penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan suaminya hingga kebebasan wanita secara
luar juga dekorasi tubuh yang cenderung total.
berbeda secara kultural. Makanan dan Rasa Diri dan Ruang; Kenyamanan
Kebiasaan Makan; Cara memilih, menyiapkan, yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa
menyajikan dan memakan makanan sering diekspresikan secara berbeda oleh
berbeda antara budaya yang satu dengan budaya masing-masing budaya. Beberapa budaya
yang lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat sangat terstruktur dan formal, sementara
dianalisis dari perspektif ini, seperti ruang budaya lainnya lebih lentur dan informal.
makan eksekutif, asrama tentara, ruang minum Beberapa budaya sangat tertutup dan
teh wanita, dan restoran vegetarian. menentukan tempat seseorang secara
Waktu dan Kesadaran akan waktu; persis, sementara budaya-budaya lain
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya lebih terbuka dan berubah.
yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian Proses mental dan belajar; Beberapa
orang tepat waktu dan sebagian lainnya budaya menekankan aspek perkembangan
merelatifkan waktu. otak ketimbang aspek lainnya sehingga
Penghargaan dan Pengakuan; Suatu cara orang dapat mengamati perbedaan-
untuk mengamati suatu budaya adalah dengan perbedaan yang mencolok dalam cara
memperhatikan cara dan metode memberikan orang-orang berpikir dan belajar.
pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan Kepercayaan dan sikap; Semua
berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain budaya tampaknya mempunyai perhatian
penyelesaian tugas. terhadap hal-hal supernatural yang jelas
Hubungan-Hubungan; Budaya juga dalam agama-agama dan praktek
mengatur hubungan-hubungan manusia keagamaan atau kepercayaan mereka.
dan hubungan-hubungan organisasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, status, Pembahasan
kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan Pelayanan konseling yang bias budaya
kebijaksanaan. akan dapat terjadi jika antara konselor dan
Nilai dan Norma; Berdasarkan klien mempunyai perbedaan. Konselor sadar
sistem nilai yang dianutnya, suatu bahwa latar belakang kebudayaan yang
budaya menentukan norma-norma dimilikinya. Konselor mampu mengenali
perilaku bagi masyarakat yang batas kemampuan dan keahliannya, Konselor
bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan merasa nyaman dengan perbedaan yang ada
dengan berbagai hal, mulai dari etika
antara dirinya dan klien dalam bentuk ras, harus sadar akan implikasi diversitas budaya
etnik, kebudayaan, dan kepercayaan. terhadap proses konseling. Karena, budaya
Konseling lintas budaya melibatkan yang dianut sangat mungkin menimbulkan
konselor dan klien yang berasal dari latar masalah dalam interaksi manusia dalam
belakang budaya yang berbeda, dan karena kehidupan sehari-hari, masalah bisa muncul
itu proses konseling sangat rawan oleh akibat interaksi individu dengan
terjadinya bias-bias budaya pada pihak lingkungannya, dan sangat mungkin masalah
konselor yang mengakibatkan konseling terjadi dalam kaitannya dengan unsur-unsur
tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, kebudayan yaitu budaya yang dianut oleh
maka konselor dituntut untuk memiliki individu, budaya yang ada di lingkungan
kepekaan budaya dan melepaskan diri dari individu, serta tuntutan-tuntutan budaya lain
bias-bias budaya, mengerti dan dapat yang ada di sekitar individu.
mengapresiasi diversitas budaya, dan Kompetensi minimum yang harus
memiliki keterampilan-keterampilan yang dimiliki konselor yang memiliki wawasan
responsif secara kultural. Dengan demikian, lintas budaya, yaitu a. Keyakinan dan sikap
maka konseling dipandang sebagai konselor yang efektif secara kultural: 1)
“perjumpaan budaya” (cultural encounter) Mereka sadar akan sistim nilai, sikap dan
antara konselor dan klien. bias yang mereka miliki dan sadar batapa ini
Budaya merupakan sesuatu yang ada semua mungkin mempengaruhi klien dari
dalam setiap diri individu, tidak ada individu kelompok minoritas 2)Mereka mau
yang tidak memiliki budaya, oleh karena itu menghargai kebinekaan budaya, mereka
konselor yang peka budaya sangat merasa tidak terganggu kalau klien mereka
dibutuhkan dalam pelayanan konseling. adalah berbeda ras dan menganut keyakinan
Adapun pengertian dari konselor peka yang berbeda dengan mereka 3) Mereka
budaya itu sendiri adalah konselor yang percaya bahwa integrasi berbagai sistem nilai
menyadari bahwa secara kultural individu dapat memberi sumbangan baik terhadap
memiliki karakteristik yang unik dan pertumbuhan terapis maupun klien 4)
kedalam proses konseling individu Mereka ada kapasitas untuk berbagai
membawa karakteristik unik tersebut. (Dedi pandangan dengan kliennya tentang dunia
Supriadi, 2001) tanpa menilai pandangan itu sendiri secara
Penerapan konseling lintas kritis 5) Mereka peka terhadap keadaan
budaya mengharuskan konselor peka dan (seperti bias personal dan keadaan identitas
tanggap terhadap adanya keragaman budaya etnik) yang menuntut adanya acuan klien
dan adanya perbedaan budaya antara klien pada kelompok ras atau budaya masing-
yang satu dengan klien lainnya, dan antara masing b. Pengetahuan konselor yang efektif
konselor sendiri dengan kliennya. Konselor secara multikultural: 1) Mereka mengerti
mengakses nilai-nilai budaya tradisonal yang diperbolehkan dan mana yang dilarang dalam
dimiliki individu dari berbagai variabel melakukan suatu perbuata. Dan hal ini
diatas c. Model etnomedikal Model ini merupakan akibat dari perbedaan pendapat
merupakan alat konseling transcultural yang dari kedua orang tuanya.
berorientasi pada paradigma memfasilitasi Faktor Penyebab; (a) Adanya perbedaan
dialog terapuetik dan peningkatan latar belakang budaya berbeda yang mendasa
sensitivitas transcultural. Konseling Ras Negro kulit hitam dan kulit putih yang
berwawasan lintas budaya sekarang menjadi sangat berbeda walaupun sama-sama orang
begitu penting, ketika perjumpaan budaya negro; (b) Faktor lingkungan; Pengaruh
dalam masyarakat global menjadi semakin tempat tinggal dari pasangan suami istri
2
terbuka dan hampir tanpa batas. (Supratna, tersebut memiliki latar belakang budaya yang
2011). berbeda walaupun masih dalam satu rasa tau
Kasus konseling lintas budaya; Jeffrey walaupun sama-sama orang negro tetapi
(26 tahun) dan Theresa George (35 tahun) berbeda jenis kulit. (c) Adanya perbedaan
merupakan pasangan suami istriyang telah di persepsi antara keduanya
karuniai tiga orang anak yang masih kecil. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat
Anak perempuan yang paling besar bernama, bahwa pasangan tersebut memeiliki persepsi
Anamari George (4 tahun). Sedangkan kedua atau pendapat masing-masing tentang
adik laki-lakinya yang kembar bernama membentu suatu keluarga yang ideal. Dalam
Kobin George dan Kabin George (2 tahun). pembagian tugas pihak suami lebih dominan
Secara cultural Jeffrey dan Theresa di dalam melakukan pekerjaan rumah
besarkan dalam budaya yang sangat jauh ketimbang istri. Hal ini terjadi karenan
berbeda. Jeffrey seorang negro kulit hitam persepsi dari pihak istri. hal ini terjadi karena
yang di besarkan pada keluarga yang di persefsiv dari pihak istri yang terkesan santai
siplin ketat dan penuh peraturan. Sedangkan dan bebas, ia berfikir bahwa dulu ia merasa
Theresa yang berkulit putih dibesarkan tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tau
dalam keluarga yang cendrung bebas dan pekerjaan berat lainya sehingga ia terbiasa
tidak terlalu ketat dalam dalam peraturan. Ini dengan hal tersebut dan menumpahkan
jugalah menyebabkan perbedaan pandangan pekerjaan tersebut terhadap suaminya seperti
mereka berdua dalam mendidik anak dan sebagai berikut:
juga pembagian tugas. Perbedaan ini a) Pola asuh orang tua dari masing-masing
membuat anak-anak menjadi kebingungan pihak masih digunakan sebagai acuan
dalam memahami aturan keluarga. Mereka dalam keluarga terutama dalam hal
kebingungan dalam memahami mana yang mengasuh anak.