2) Kompresi: jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih, misalnya sering
melakukan gerakan loncat, loncat jongkok, akan mengakibatkan tekanan
pembebanan terhadap sendi utut ataupun penekanan oleh berat badan yang
berlebihan.
3.Torsi: jaringan mengalami putaran mendadak/tiba-tiba pada saat jaringan
mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, saat jaringan mengalami
pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, saat menginjakkan kaki ketanah tubuh
berputar arah sehingga menimbulkan kerusakan jaringan sekitar lutut. Ataupun pada
pemain sepakbola ketika mengejar bola, berarti mendadak dan disertai perputaran
badan.
4) Bending jaringan mengalami penekukan yang berlebihan oleh adanya gaya yang
sangat kuat. Misalnya pada pemain voly ketika melakukan smes dengan meloncat
dan turun dengan posisi pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan
kerobekan ligament talofibolare atau ketika berlari salah satu kaki terpelosok ke
lubang sempit sehingga sendi lutut seperti di luruskan secara paksa atau tulang
betis tertekuk dan mengakibatkan patah tulang.
5) Stess geser: adanya gaya saling menggeser berlawanan arah seperti
menggunting pada sendi, sehingga dapat merusak permukaan sendi/ . Misalnya lari
cepat mengejar bola berhenti tiba-tiba, badan condong ke depan dan lutut menekuk.
6) Pembebanan berulang-ulang walaupun kecil dapat mengakibatkan cidera,
misalnya pada lari jarak jauh pemain tenis dan pemain sepeda. Adanya pada satu
jaringan biasanya bisa mengakibatkan perubahan patologi setempat pada pembuluh
darah dan jaringan di sekitarnya sebagai reaksi radang.
Reaksi local segera pada jaringan yang mengalami cedera adalah reflex
vasokonstriksi untuk beberapa saat, yang segera diikuti oleh reflex vasodilatasi yang
akan meningkatkan aliran di tempat cedera. Pembuluh darah menjadi lebih
permeabel sehingga plasma darah mengalir ke jaringan sekitarnya. Selain itu terjadi
migrasi leukosit ke dalam jaringan cedera. Perubahan cartilage articularis ini
menimbulkan gejala dan tanda khas peradangan yaitu kemerahan, panas dan
bengkak. Pembengkakan ini bila menekan syaraf akan menimbulkan nyeri. Tahap ini
disebut tahap Hyperaemia yang berlangsung 24-48 jam. Selanjutnya memasuki
tahap Stasis, aliran darah menjadi lambat dan dalam keadaan status. Melambatnya
aliran darah dan kenaikan permeabilitas pembuluh darah memungkinkan cairan
plasma menempati jaringan sekitarnya. Pengumpulan cairan dalam jaringan
menimbulkan edema. Pembengkakan pada tahap hyperaemia pada palpasi teraba
tegang dan keras, tetapi pada edema dengan penekanan ujung jari pada bagian
tersebut akan lama kembalinya. Bila aliran darah sudah kembali normal akan
memasuki tahap resolusi dimana cairan yang berada pada jaringan tadi akan
kembali melalui pembuluh darah vena dan limfe. Peningkatan aliran darah akan
mempercepat penyembuhan dan gejala-gejala radang dengan pelan-pelan
menghilang kemudian membuat jaringan granulasi untuk kemudian dilanjutkan
dengan penyembuhan jaringan masing-masing. Sedangkan cairan yang tetap
tinggal dalam jaringan akan menjadi jaringan fibrous.
Sendi ankle dibentuk oleh empat tulang yaitu tibia, fibula, talus, dan
calcaneus. Pergerakan utama dari sendi ankle terjadi pada tulang tibia, talus,
dan calcaneus.
Secara anatomi struktur ligament dari sendi ankle adalah sebagai berikut:
1) Posterior talofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada posterior
tulang talus dan fibula.
2) Calcaneofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang
calcaneus dan fibula.
3) Anterior talofibular ligament adalah ligamen yang melekat pada anterior
tulang talus dan fibula.
4) Posterior tibiotalar ligament adalah ligamen pada posterior tulang tibia.
5) Tibiocalcaneal ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang tibia dan
calcaneus.
6) Tibionavicular ligament adalah ligamen yang melekat pada tulang tibia dan
navicular.
7) Anterior tibiotalar ligament adalah ligament yang melekat pada anterior
tulang tibia dan talus.
Otot penyusun sendi ankle adalah :
otot gastrocnemius, otot soleus, otot fleksor hallucis longus, otot fleksor
digitorum longus, otot tibialis posterior, otot tibialis anterior, otot proneus
longus, otot proneus brevis, otot 9 popliteus, otot plantaris disatukan oleh
tendon achilles .
Cedera olahraga memiliki arti yang luas, mengacu pada jenis cedera yang terjadi
selama olahraga atau latihan. Cedera olahraga adalah segala bentuk ruda
paksa/trauma sebagai akibat berolahraga.
Cedera olahraga terjadi karena ketidakmampuan jaringan (otot, persendian, tendon,
kulit) dan organ tubuh lainnya dalam menerima beban latihan pada saat
berolahraga, baik beban berulang yang terjadi secara terus menerus atau beban
langsung akibat trauma.
1. Cedera pada Kulit Cedera yang paling sering adalah ekskoriasi (lecet), laserasi
(robek), maupun punctum (tusukan). Ekskoriasi (lecet) Luka yang terjadi karena
adanya gesekan dengan benda rata, misal tanah, aspal.
2. Cedera pada otot/tendon dan ligamen
- Strain Adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendon. Biasanya disebabkan oleh
adanya regangan yang berlebihan. Gejala: Nyeri yang terlokalisasi, kekakuan,
bengkak, hematom di sekitar daerah yang cedera.
-Sprain Adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan
sehingga terjadi cedera pada ligamen. Gejala : nyeri, bengkak, hematoma, tidak
dapat menggerakkan sendi, kesulitan untuk menggunakan extrimitas yang cedera.
Sprain dapat dibagi menjadi 3 derajat : Derajat I : terjadi over-streched ligamen,
cedera secara mikroskopik,tapi tidak terjadi suatu robekan Derajat II : terjadi robekan
parsial dari ligamen Derajat III : terjadi robekan total dari ligamen. Ini merupakan
derajat terparah dari suatu sprain.
B) Cedera Jaringan Keras Cedera ini terjadi pada tulang atau sendi. Dapat
ditemukan bersama dengan cedera jaringan lunak. Proses penyembuhan kurang
lebih sama dengan proses penyembuhan jaringan lunak, diawali oleh terbentuknya
hematoma, lalu diikuti oleh terbentuknya pembuluh darah baru dan seterusnya
hingga terbentuk kembali tulang seperti semula. Proses ini membutuhkan waktu
yang lebih lama. Yang termasuk cedera ini:
1. Fraktur (Patah Tulang) Yaitu diskontinuitas struktur jaringan tulang.
Penyebabnya adalah tulang mengalami suatu trauma (ruda paksa) melebihi
batas kemampuan yang mampu diterimanya. Bentuk dari patah tulang dapat
berupa retakan saja sampai dengan hancur berkeping-keping.
2. Dislokasi adalah sebuah keadaan dimana posisi tulang pada sendi tidak
pada tempat yang semestinya. Biasanya dislokasi akan disertai oleh cedera
ligamen (sprain). Sendi adalah hubungan di antara dua buah ujung tulang
yang berfungsi seperti sebuah engsel, sehingga tulang yang satu dapat
bergerak terhadap tulang yang lainnya.
1. Faktor olahragawan/wati Ini meliputi beberapa faktor manusia itu sendiri antara
lain:
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena sangat mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 kekuatan otot akan relative
menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun.
b. Faktor pribadi Kematangan seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering
mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang telah berpengalaman.
c. Pengalaman Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera
dibandingkan dengan olahragawan/atlet yang telah berpengalaman.
d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan-latihan yaitu pemberian awal dasar
latihan fisik untuk menghindari terjadinnya cedera, namun sebaliknya latihan yang
terlalu berlebihan bisa mengakibatkan cedera karena overuse
e. Tehnik Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera.Dalam
melakukan tehnik yang salah maka akan dapat menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up) Melakukan pemanasan sebelum olahraga akan
terhindar dari cedera yang tidak diinginkan, misalnya: terjadi sprain, strain dll.
g. Recovery period Memberikan waktu istirahat daripada organ-organ tubuh setelah
dipergunakan untuk bermain, perlu untuk recovery (pulih asal), dimana kondisi
organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikian kemungkinan terjadinya cedera
bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit” Kondisi yang kurang sehat, sebaiknya tidak dipaksa untuk
berolahraga, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat
atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan nutrisi Nutrisi harus seimbang agar tidak mudah terjadi cedera baik
berupa kalori, cairan, vitamin yang memadai untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j.Hal-hal yang umum Tidur istirahat yang cukup, hindari alkohol, rokok dll agar
terhindar dari cedera.
2. Faktor peralatan dan fasilitas
a. Peralatan Bila kurang atau tidak memadai, desain yang jelek dan kurang baik
akan memudahkan terjadinya cedera.
b. Fasilitas Kemungkinan dari terjadinya cedera dari alat-alat proteksi badan, jenis
olahraga yang bersifat body contact, serta jenis-jenis olahraga yang khusus.
P – Protection ( Proteksi )
Hindari tumpuan dan batasi selama 1 – 3 hari setelah cedera untuk meminimalisir
perdarahan yang memperburuk penyembuhan jaringan. Istirahat juga harus
diminimalisir dan dibatasi karena terlalu lama beristirahat dapat merugikan kekuatan
dan kualitas jaringan.
E – Elevation ( Elevasi )
Mengangkat bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung sesering
mungkin yang bisa dilakukan. Meskipun belum ada bukti yang kuat yang mendukung
elevasi ini, namun masih direkomendasikan karena jika dinilai untung-ruginya, tidak
memberikan resiko yang tinggi yang berdampak buruk.
Hindari penggunaan obat anti inflamasi dan kompres es. Meskipun masih banyak
digunakan, namun belum ada bukti yang berkualitas yang menunjukkan efektifitas
es dan obat anti inflamasi dalam penyembuhan jaringan lunak. Studi terkini lebih
banyak mengkritisi penggunaan es dalam pengobatan cedera akut, dimana
penggunaan es dapat mengganggu peredaran darah yang mengangkut zat-zat
alami penting dalam penyembuhan jaringan. Sedangkan obat anti inflamasi, jika
digunakan secara berlebihan, akan mengganggu regenerasi jaringan lunak.
C – Compression ( Kompresi )
Meskipun masih dalam perdebatan namun kompresi seteleh cedera ankle dapat
mengurangi pembengkakan sendi dan perdarahan jaringan.
E – Education ( Edukasi )
Berikan edukasi kepada pasien untuk terlibat aktif dalam pemulihan dan hindari
penggunaan modalitas pasif (elektoterapi, manual terapi atau akupuntur ) secara
berlebihan.
L – Loading ( Pembebanan )
O – Optimism ( Optimis )
Kondisikan pikiran untuk senantiasa positif dan percaya diri. Otak memainkan
peranan penting dalam proses pemulihan. Faktor psikis negatif seperti ketakutan,
kecemasan dan depresi dapat menghambat pemulihan secara signifikan. Karena
pesimisme akan memperburuk dan memperlambat proses pemulihan, maka klinisi
harus memberikan motivasi optimisme asal masih dalam kerangka realistis.
V – Vascularisation ( Vaskularisasi )
E – Exercise ( Latihan )
Prognosis pasca cedera lutut tergantung struktur dan onset cedera, umur, aktivitas
fungsional dan olahraga serta tindakan khusus yang diberikan (konservatif vs
operatif). Secara khusus, periode kembali berolahraga pasca operasi Anterior
Cruciate Ligament (ACL) bervariasi antara 6-12 bulan, tergantung jenis olahraga dan
cedera lain yang menyertai. Pasca repair meniscus dibutuhkan waktu rehabilitasi 4-6
bulan untuk dapat kembali berolahraga, namun bila dilakukan reseksi meniskus, atlit
dapat segera kembali berolahraga 2 minggu pasca operasi. Cedera ligamen
kolateral pada umumnya membutuhkan rehabilitasi selama 6 minggu untuk dapat
kembali berolahraga, namun bila dilakukan pembedahan, dibutuhkan waktu
rehabilitasi yang lebih panjang
Secara umum pencegahan cedera lutut ulang akibat olahraga ditekankan pada
skrining faktor risiko cedera yang berhubungan dengan kondisi anatomi, pola
gerakan, teknik dan periodisasi latihan, evaluasi kekuatan dan ketahanan otot paha
dan stabilisator togok, meningkatkan koordinasi sistem neuromuskuler pada gerakan
olahraga yang berisiko cedera, meningkatkan pengetahuan dan awareness
seseorang terhadap cedera olahraga dan memulihkan self confidence (mengurangi
trauma psikologis pasca cedera).
STRATEGI PENCEGAHAN
Pencegahan cedera dilakukan sebelum dan saat latihan atau bertanding
Program yang seimbang meliputi: pemanasan (warm up) dan pendinginan
(cool-down) rutin, peregangan (stretching), latihan aerobik, dan latihan penguatan
sesuai kecabangan (sport specific strength training). Perlengkapan yang baik dan
sesuai juga diperlukan, selain itu pengaturan gizi yang sesuai memegang peranan
penting dalam pencegahan cedera.
-Pemanasan
Pemanasan dibutuhkan untuk memperbaiki performa melalui perbaikan peredaran
darah, memanaskan otot, dan mencegah alterasi yang cepat pada fisiologi tubuh
yang biasa terjadi pada olahraga full-speed Pemanasan harus disesuaikan dengan
persiapan gerakan yang akan dilakukan pada latihan inti (kecabangan). Pemanasan
meliputi 5-10 menit jogging ringan untuk meningkatkan suhu, diikuti 10-15 menit
latihan sport-specific drills. Direkomendasikan melakukan 10-15 menit untuk
stretching dinamis untuk mengurangi kekakuan otot (muscle stiffness).
Contoh:repetisi leg swings terkontrol, arm swings, atau torso twist.
-Pendinginan
Protein
Protein dapat berguna untuk memulihkan (perbaikan otot) setalah latihan atau
pertandingan. Jika protein tidak mencukupi cedera otot dapat terjadi. Secara umum,
konsumsi protein yang dianjurkan adalah 1,0 hingga 1,5 g/kg BB untuk latihan
regular, dan dapat ditingkatkan pada atlet endurance sport, Sumber protein berasal
dari diet normal dan tidak melalui suplemen, penggunaan suplemen (powder) jarang
digunakan, namun jika diperlukan dibolehkan.
Lemak Esensial Untuk menyokong fungsi tubuh, atlet harus mengkonsumsi asam
lemak, asam lemak omega-6 dan omega-3. keduanya berperan dalam proses
inflamasi tetapi melalu jalur berbeda. Asam lemak omega-6 (asam arachidonic),
berperan dalam inisiasi inflamasi, daging merah dan kacang-kacangan mengandung
arachidonic acid tinggi, harus dikonsumsi dalam jumlah terbatas, sedangkan asam
omega-3 (eicosapentaenoic acid) (EPA) berperan penting dalam mengontrol
inflamasi. Asam lemak omega-3 eicosapentaenoic (EPA) dan docosahexaenoic
(DHA) ditemukan pada ikan makarel, salmon, sarden, tuna, trout.. Asam lemak
omega-3 dikenal juga gamma linolic acid (GLA), yang meningkatkan protagladins
yang meredakan inflamasi. GLA ditemukan pada biji-bijian (evening primrose seed
oil, borage seed oil, black currant seed oil, dan hemp seed oil).
Hidrasi