Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BELAJAR &

PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu :
RATNA PANCAWATI ,
S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh : kelompok 4

NAMA ANGGOTA :

1.Ardi Hosea
(193020211005)

2.Alvin (ACF 117 030)

3.Eky ( 193030211019)

4.Niki Saputra ( 193020211002)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN 2019/2020


i

KATA PENGHANTAR

Puji syukur Kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Belajar dan Pembelajaran Yang
berjudul “Teori Gagne”.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ratna pancawati , S.Pd, M.Pd
yang telah memberikan tugas berupa Makalah serta memberikan masukan yang bermanfaat
dalam proses penyusunan Makalah tersebut. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan
kepada rekan-rekan Mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga tugas Makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah “Belajar dan Pembelajaran’’ namun kami menyadari bahwa didalam makalah
tersebut yang telah kami susun ini masih terdapat kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah yang nanti
akan diberikan berikutnya agar dapat lebih baik lagi ketika menyusun Makalah tersebut.
Akhir kata, kami berharap agar Makalah Ilmu Bahan Bangunan ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentang teori belajar kognitivisme yang
terdapat di belajar dan pembelajaran.

Palangka Raya, 2 April 2020

Penyusun
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1


1.2 Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI................................................................................................. 1
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................................2
1. Sistematika ”Delapan TipeBelajar”.............................................................................2
2. Tipe-Tipe Belajar Dalam Visual, Auditori, dan Kinestetik.........................................4
3. Sistematika “Lima Jenis Belajar”................................................................................6
4. Fase-Fase Belajar ........................................................................................................7
5. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran................................................................7
6. Aplikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran ...........................................................8
7. Contoh Penerapan teori Gagne pada Proses belajar mengajar dikelas (SMK Jurusan
Teknik Bangunan).......................................................................................................8
BAB IV PENUTUP .........................................................................................................8
2.1 Kesimpulan .................................................................................................................8
2.2 Saran ...........................................................................................................................9
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian
mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki belajar. Dalam
penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
mengujipenerapan teorinya (Depdiknas, 2005:13).
Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat
bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu seseorang
meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai
lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan
selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa
lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik
oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu,
manusia juga makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital
sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar
kapan saja dan dimana saja ia berada.Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar.
Salah satu teori belajar tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan
kami bahas dalam maklah ini

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud Gagne
2. Mengetahui Proses pembelajaran yang dilakukan oleh Teori Gagne
BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti ‘membuat’
atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem dan poetry. Puisi diartikan
‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan
suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu,
baik fisik maupun batiniah. Dengan mengutip pendapat Mc. Caulay dan Hudson, Aminuddin
(1987: 134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu produk sastra yang menggunakan
kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya
lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Rumusan pengertian puisi di atas, sementara ini, dapatlah diterima karena kita seringkali
diajuk oleh suatu ilusi tentang keindahan, terbawa dalam suatu angan-angan, sejalan dengan
2

keindahan penataan unsur bunyi, penciptaan gagasan, maupun suasana tertentu sewaktu
membaca puisi. Puisi adalah karya sastra yang imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif
karena banyak menggunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan
bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki
kemungkinan banyak makna. Hal ini disebabkan adanya pengkonsentrasian atau pemadatan
segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat.
Keduanya bersenyawa secara padu. Deskripsi di atas seluruhnya berkenaan dengan bentuk
fisik dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik puisi adalah bahasa atau struktur, sedangkan bentuk
batin puisi adalah isi atau tema. Marjorie Boulton (1979: 17 dan 129) menyebut kedua unsur
pembentuk puisi itu dengan bentuk fisik (physical form) dan bentuk mental (mental form).
Struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur yang sama dengan unsur puisi menurut
Marjorie di atas, yaitu unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik

BAB III
PEMBAHASAN
Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne 
Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa
belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah
lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu seseorang meliputi lingkungan rumah,
geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan
menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi
apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat
kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat
atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan
responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase
belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

1. Sistematika ”Delapan TipeBelajar”


Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
a) Tipe belajar tanda (Signal learning)
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi, tidak ada persyaratan,
namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju jenjang belajar yang paling
tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar perilaku
bersifat involuntary ( tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat
aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe
belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak dan perangsang-
perangsang tertentu secara berulang kali. Signal learning. Ini mirip dengan conditioning
3

menurut Pavlov yang timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respon yang timbul
bersifat umum dan emosional selain timbulnya dengan tidak sengaja dan tidak dapat
dikuasai.

b) Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)


Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini
termasuk ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error
(mencoba-coba). Proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa
dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor
inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat
jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.

c) Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)


Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang
satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini
antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R,
baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan
reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining. Rangkaian atau rantai
dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi
dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau
gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.

d) Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)


Baik chaining maupun verbal association, yang kedua tipe belajar ini,
menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan lain. Bentuk verbal association yang
paling sederhana adalah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat
mengatakan “bujur sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya.
Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal `bujur
sangkar’ sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal ‘bola’, `saya’, dan ‘itu’.
Hubungan itu terbentuk, bila unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera
mengikuti satu lagi (conntiguity).

e) Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)


Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan
seleksi dan pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya,
kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama
berlangsung proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai pola aturan
melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R).

f) Tipe belajar konsep (Concept Learning)


Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran
terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut
ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat
pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa
atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat
melakukan diskriminasi.

Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri


dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau
konsep. Kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan
proses kognitif fundamental sebelumnya.
4

g) Tipe belajar kaidah (RuleLearning)


Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini
peserta didik belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, dedukatif, sintesis, asosiasi, diferensiasi,
komparasi, dan kausalitas) sehingga peserta didik dapat menemukan konklusi tertentu
yang mungkin selanjutnya dipandang sebagai “rule “: prinsip, daliI, aturan, hukum,
kaidah, dan sebagainya.

h) Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)


Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta
didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap
rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang
mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Belajar memecahkan masalah
itu berlangsung sebagai berikut: Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada
situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.
Langkah-langkah yang memecahkan masalah, adalah sebagai berikut: Merumuskan dan
Menegaskan Masalah.

2. Tipe-Tipe Belajar Dalam Visual, Auditori, dan Kinestetik.


Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang
belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar dengan melihat, mendengar atau
mengerjakan sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan
baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, tentu ada baiknya kita
terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya tipe belajar kita sendiri.
Menurut DePetter dan Hearchi, 2003, tipe belajar merupakan gaya belajar yang
dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur
dan mengolah informasi. Sutanto, 2006, membagi tipe belajar seseorang menjadi tiga
hal:.

 Tipe Belajar Visual


Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna,
hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun
beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu.

a) Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan


b) Berbicara dengan cepat
c) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
d) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
e) Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
f) Mengingat dengan asosiasi visual
g) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis
dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.
h) Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat
i) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
j) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
5

k) Lebih menyukai seni gambar daripada music


l) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak
m) Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-
kata yang tepat
n) Biasanya tidak terganggu dengan keributan

 Tipe Belajar Audiotori


Orang dengan tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka
dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog
internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja


b. Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan
c. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna


suara
f. Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan
g. Berbicara dalam irama yang terpola
h. Lebih suka musik daripada seni gambar
i. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat
j. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang
lebar
k. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
n. Biasanya pembicara yang fasih

 Tipe Belajar Kinestetik


Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan.
Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional,
dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu :

a. Berbicara dengan perlahan


b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
c. Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
d. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
e. Belajar melalui memanipulasi dan praktik
f. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
g. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
h. Banyak menggunakan isyarat tubuh
6

i. Tidak dapat diam untuk waktu yang lama


j. Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah
pernah berada di tempat itu.
k. Menyukai permainan yang menyibukkan
l. Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk-
ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan
m. Ingin melakukan segala sesuatu
n. Kemungkinan tulisannya jelek

3. Sistematika “Lima Jenis Belajar”


       Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana isinya
merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian tentang
sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil
belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
            Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak
menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan
berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima
kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran
intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
a) Informasi verbal (Verbal information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam
bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga
menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap verbal” dan
”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-
obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya
’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.

b) Kemahiran intelektual (Intellectual skill)


Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi
atas empat subkemampuan, yaitu.

 Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang


dilihatnya.
 Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep
konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik.
Konsep yang didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak
langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.
 Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih
sehingga dapat memahami pengertiannya.
 Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga
terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan
prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian
menerapkan prinsip tersebut pada permasalahan yang sejenis.
7

c) Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)


Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya
sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.

d) Keterampilan motorik (Motor skill)


Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani
dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota
badan secara terpadu.

e) Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil
tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

4. Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam
proses belajar, yaitu.

 Fase penerimaan (apprehending phase)


Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
 Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan
pada kemampuan atau sikapnya.
 Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
 Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan
apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut,
dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran
akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata
(verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses
belajar,sedangkan  pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.

5. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran


 Mengontrol perhatian siswa.
 Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
 Merangsang dan mengingatkan kembali  kemampuan-kemampuan siswa.
 Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
 Memberikan bimbingan belajar.
 Memberikan umpan balik.
8

 Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah
dicapainya.
 Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
 Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang
baru diberikan.

6. Aplikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran      


Karakteristik materi matematika yang berjenjang (hirarkis) memerlukan cara belajar yang
berjenjang pula. Untuk memahami suatu konsep dan/atau rumus matematika yang lebih tinggi,
diperlukan pemahaman yang memadai terhadap konsep dan/atau rumus yang ada di bawahnya.

7. Contoh Penerapan teori Gagne pada Proses belajar mengajar dikelas (SMK Jurusan
Teknik Bangunan)

Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)


Contoh : Pak Guru Ardi Hosea memberitahukan pembelajaran kepada Siswa(i) SMKN 1
Palangka Raya jurusan Teknik Kontruksi Kayu bagaimana bentuk-bentuk paku yang akan
digunakan sebagai bahan bangunan sehingga siswa(i) tidak salah menggunakan paku
sembarangan karena mempunyai bentuk masing-masing dan kegunaan

BAB IV
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Teori Neobehaviorisme muncul sebagai teori revisi yang telah dicetuskan ahli
psikologi pendidikan menurut Robert M. Gagne yang ada pada masa abad ke-19. Dan
teori pembelajaran yang telah dicetuskan adalah teori behaviorisme, teori ini lebih
cenderung pada proses belajar yang didasarkan pada tingkah laku seorang siswa
Pendekatan neobehaviorisme ini menekankan pada teori yang melihat hasil
dari konsep yang hanya memandang tingkah laku. Dan hasil dari tingkah laku tersebut
dijadikan dasar atau tolak ukur. Sebagai aplikasi dari teori ini, tingkah laku individu
pada dasarnya dikontrol oleh Delapan tipe belajar dan hasis-hasilnya yang telah
dijelaskan diatas. Uraian lebih lengkap mengenai teori ini dapat ditemukan dalam
teori tentang belajar namun yang terpenting dalam bahasan teori ini adalah aplikasi
dalam proses belajar-mengajar.
1. Fase-fase Belajar menurut Robert M. Gagne
2. Fase mengarahkan perhatian (attending phase)
3. Fase pengharapan (expectancy phase)
4. Fase perolehan (Acquisition phase)
5. Fase retensi (Retention phase)
6. Fase memanggil kembali (Retrieval phase)
7. Fase generalisasi (Generalization phase)
8. Fase penampilan (Performance phase)
9

9. Fase umpan balik ( Feedback phase)


Sedangkan tipe-tipe belajar yang terdapat dalam Teori Behaviorisme yakni belajar
isyarat (signal learning), belajar stimulus-respon (stimulus-respon learning),
rangkaian (chaining), assosiasi verbal (verbal association), belajar diskriminasi
(discrimination learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan (rule
learning), dan pemecahan masalah (problem solving).
Selanjutnya ciri-ciri Teori Neobehaviorisme sebagai hasil belajar menurut Gagne
adalah sebagai berikut :
1. Informasi verbal.
2. Kemahiran intelektual
3. Pengaturan kegiatan kognitif
4. Ketrampilan motorik
5. Sikap
Kemudian pengaruh dari teori neobehaviorisme ini merupakan teori yang mampu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar dan berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori, praktek pendidikan, dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran neobehaviorisme. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Implikasi mengenai teori Neobehaviorisme dalam pembelajaran yakni mengontrol
perhatian siswa, memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil yang belajar
yang diharapkan guru, merangsang serta mengingatkan kembali kemampuan-
kemampuan siswanya dan lain sebagainya. Selanjutnya aplikasi dari teori
Neobehaviorisme dalam pembelajaran yakni pembelajaran harus dirancang untuk
menfasilitasi belajar siswa individual, Baik itu tahapan jangka panjang maupun
menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran, serta perencanaan
pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memberikan lingkungan yang
mengasuh, dan lain sebagainya.

2.2 Saram
Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan
pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan
peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai