Anda di halaman 1dari 7

Nama : Vinsensius Noviantomo

NIM : 180510086
Matakuliah : Metafisika/Ontologi
Dosen : Dr. Hieronymus Simorangkir
Semester : 2 (dua)
Kelas : 1B

Filsafat-Filsafat Khusus dan Kalimat Abadi Para Filsuf

Filsafat Manusia
Objek Formal: Hakiki manusia yang sedalam-dalamnya, yang berlaku selalu dan dimana-mana
untuk sembarang orang.
Filsafat ini dimulai pertama kali oleh Sokrates untuk melawan ajaran sofis yang pada
masanya sofisme mengalami kejayaan. Sofisme mengajarkan bahwa kebenaran sesungguhnya
terdapat dalam diri manusia itu sendiri, sehingga kenyataan sesungguhnya dalam kebenaran itu
hanyalah manusia saja. Di luar manusia itu salah. Manusia sebagai pengada memiliki akal budi
yang tidak dimiliki oleh pengada infrahuman. Guna akal budi manusia sendiri berfungsi untuk
berpikir lebih bijak. Karena dengan akal budi juga manusia yang semula tahu semakin menjadi
tidak tahu karena pengetahuan yang didapatnya semakin luas. Merasa tidak puas manusia sendiri
akhirnya merenung dan merefleksikan dirinya sendiri.
Manusia adalah salah satu dari pengada-pengada. Manusia merupakan pengada yang
lebih tinggi dibanding pengada infrahuman: hewan, tumbuhan, dan batu-batuan; manusia juga
merupakan pengada yang lebih rendah dibanding pengada ilahi yang bersifat kekal, sempurna,
dan sejati. Manusia sebagai pengada berotonomi dan berkorelasi dengan pengada lain dengan
cara mengada. Mengada menjadikan pengada manusia berada sehingga berotonom dan
berkorelasi. Selama hidupnya manusia selalu berproses. Hasil akhir didapat bila manusia tidak
lagi hidup di dunia ini yang menandakan sebagai akhir dari keakhirannya. Manusia berasal dari
pengada ilahi yang mengada dan tidak pernah diadakan (actus purus) dan pada akhirnya juga
akan kembali lagi ke pengada ilahi bersama dengan pengada infrahuman.
Manusia itu hidup bebas tapi sekaligus terikat. Bebas karena manusia memiliki akal budi
dan kehendak bebas yang dimilikinya untuk mengada agar keberadaannya terus tetap ada, namun
manusia juga terikat pada ruang dan waktu. Manusia tidak bisa memiliki hak untuk mengatur
“dimana dan kapan”. Contohnya saja ketika manusia lahir. Ia tidak bisa menentukan dimana dan
kapan ia dilahirkan, tetap saja ada yang mengatur manusia yaitu pengada ilahi. Namun terikatnya
manusia pada ruang dan waktu, manusia dapat memakai kebijaksanaannya untuk membuat
waktu yang sekarang agar menjadi lebih baik lagi masa depan dan masa lampaunya.

Filsafat Alam
Objek Formal: Berkutat dengan yang ada sebagai subjek yang memberi kondisi untuk gerak dan
perubahan.
Kosmologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam. Kosmologi sendiri dalam
bahasa Yunani memiliki arti “teratur”. Jadi, kosmologi adalah bagian metafisika yang
mempelajari aspek-aspek terdalam dari alam fisik yang teratur/kosmis. Kosmologi juga
merupakan filsafat pertama, sebab manusia merasa heran dan kagum akan alam semesta yang
teratur (Anaximadros) serta dari kekaguman dan keheranannya, manusia dalam hatinya timbul
pertanyaan yang mendasar yang menuntut juga jawaban yang rasional. Filsafat alam atau
kosmologi ini memiliki beberapa tugas. Tugas-tugasnya seperti mempertanyakan hakikat
terdalam dan asal usul alam semesta, menunjukkan adanya tingkatan realitas seperti “dari materi
ke makhluk hidup menuju ke manusia”, dan mempertanyakan apa yang diandaikan dalam ilmu-
ilmu empiris.
Sejak lama manusia sudah menafsirkan berbagai hal tentang bagaimana pembentukkan
dunia. Diperkirakan mungkin sudah ada sejak Thales yang mempunyai pemikiran bahwa alam
semesta terbentuk dari zat cair karena lahir, tumbuh, berkembang, dan mati objek yang ada di
bumi ini berasal dari air dan kembali menajdi air. Menurut Aristoteles, Thales termasuk filsuf
yang mencari arkhe atau prinsip tentang alam semesta dan yang pertama dari antara para filsuf.
Tapi untuk pemikiran sekarang ini, prinsip Thales memandang bumi terbuat dari air dan kembali
menjadi air sudah ditinggalkan. Alam yang ditempati manusia ini ini diadakan oleh pengada
ilahi. Dialah satu-satunya pengada tertinggi yang mampu mengada seluruh alam semesta ini.
Inilah pemikiran mendasar tentang adanya alam semesta ini, yaitu bukan karena “apa” melainkan
“siapa” karena jika dipikir lebih lanjut bila alam semesta atau dunia diciptakan dari air, siapakah
yang mengadakan air di dunia? Tuhan sendirilah sekarang sebagai pengada yang menciptakan
dunia menjadi ada. Tuhan tidak berhenti saat dia mengadakan alam semesta saja, melainkan juga
menjaga dan mengatur seluruh isi dan alam semesta agar segalanya tetap dalam keteraturannya.
Filsafat Pengetahuan
Objek Formal: Keterbukaan budi terhadap kenyataan.
Filsafat pengetahuan atau epistemology berasal dari bahasa Yunani “episteme” yang berarti
pengetahuan dan ilmu. Nama lain dari filsafat ini ialah Gnoseologi, logica maior dan kritik
Imannuel Kant. Filsafat ini berbicara tentang pengetahuan secara umum dan bertugas mengkaji
metode dan nilai-nilai tertentu seperti ilmu hukum, psikologi dan teologi. Ada beberapa masalah
pengetahuan dalam berbagai ilmu yakni dalam empiris mengenai mekanisme pada otak,
psikologi mengenai unsur-unsur pendukung dan gangguan, logika mengenai hukum-hukum yang
mesti diikuti. Filsafat pengetahuan sendiri sering mempertanyakan aspek-aspek pengetahuan
yang sering diandaikan. Dibantu untuk melihat pengetahuan sebagai yang berdimensi manusiawi
dan arena itu juga terbatas. Kesadaran itu membantu kita menyadari faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dan konsep yang kita miliki. Kita diawaskan pada fanatisme buta
disatu pihak dan relativisme yang tanpa pegangan dipihak lain. Karena filsafat ini hanya dapat
dijawab dengan refleksi, kita untuk bersifat dialogis.
Suatu kebenaran sangatlah dibutuhkan agar pengetahuan yang kita terima benar-benar
pengetahuan yang sejati. Kebenaran terjadi bila akal budi membiarkan dirinya terbuka terhadap
kenyataan. Suatu kebenaran bersifat tetap sekaligus berubah. Tetap karena kebenaran itu bersifat
mutlak dan absolut. Tidak bisa digoyahkan. Sedangkan berubah, bicara pada sebuah objek yang
mengikutinya. Realitas suatu objek merupakan kebenaran. Bila kita memandang secara subjektif,
itu bukanlah suatu kebenaran melainkan akal budi manusia yang sudah mengetahui kenyataan
yaitu perasaan manusia sendiri, inilah pengetahuan yang salah. Ilmu pengetahuan bukanlah satu-
satunya ilmu yang dapat dipercaya. Masih ada lagi ilmu-ilmu lainnya karena bisa saja kenyataan
yang kita yakini itu tidak benar. Metafisika lebih jauh lagi mengupas dan mendalami kebenaran
yang sejati.

Filsafat Politik
Objek Formal: Membicarakan keluarga dalam negara, pendidikan, agama, hak dan kewajiban
individual, kekayaan dan harta milik.
Filsafat ini terkait dengan manusia dan negara. Manusia dan manusia lainnya memiliki
korelasi horizontal. Terutama manusia tidak dapat terlepas dari cap makhluk sosial. Politik
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti “polis”. Polis sendiri berarti kota, kota yang
dihuni oleh yang hidup yaitu manusia sendiri. Tidak akan bernama polis bila tidak dihuni oleh
manusia, oleh karena itu poitik ada karena di dalamnya ada manusianya. Tujuan politik adalah
agar suatu negara menjadi negara yang benar-benar negara, hal ini demi memajukan taraf hidup
menuju kebahagiaan bagi masyarakat. Pada zaman sekarang ini, filsafat politik menjadi
persoalan ialah mansalah individu dan hak-hak yang dimilikinya. Filsafat politik juga memiliki
temanya sendiri dari filsafat-filsafat lain seperti kebebasan, kekuasaan, otoritas, HAM,
demokrasi, dan keadilan. Tema-tema ini sudah sangat khas dan melekat dalam berpolitik. Dapat
diektahui filsafat politik berbeda dengan ilmu politik. Ilmu politik lebih bersifat deskriptif dan
bersangkut paut pada fakta-fakta, sedangkan filsafat politik bersifat normatif dan bersangkut paut
dengan nilai-nilai. Inilah yang menjadi ciri khas filsafat.

Filsafat Moral
Objek Formal: Prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang dapat mengarahkan tindakannya pada
tujuan akhir.
Manusia dan moral adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan. Manusia yang sanggup
menggerakkan akal budinya diandaikan sudah harus dapat menggerakkan moralnya, sedangkan
moral sendiri satu-satunya yang ada di dalam pengada di dunia yaitu pengada manusia. Adanya
manusialah menyebabkan moral ada. Adanya moral karena manusia ada. Bila tidak ada manusia
tentulah tidak ada moral di dunia ini. Apakah pantas pengada infrahuman diberikan suatu kata
“moral”? tentunya kurang tepat karena taraf tertinggi dari pengada infrahuman adalah insting.
Insting tak dapat disamakan dengan akal budi yang bisa disejajarkan dengan moral. Dan juga
moral menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain dan
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai yang benar dan salah. Dari sini sudah terlihat
jelas bahwa moral hanya dimiliki oleh manusia saja.
Moral memiliki suatu nilai tersendiri. Nilai ini bersama dengan tujuan manusia dan hukum
ilahi adalah dasar kekuatan hukum moral kodrat yang mengikat dan tak bersyarat. Tujuan
manusia sendiri ialah kebahagiaan ini akan tercapai karena manusia sendiri menjadi milik
pengada ilahi. Pengetahuan pribadi tentang nilai-nilai moral tidak dihasilkan oleh suatu rasa
moral irasional. Bagaimana saja, kesadaran moral begitu berkembang karena adanya pengertian
yang sangat dalam tentang perasaan-perasaan moral, misalnya hormat.
Filsafat Bahasa
Objek Formal: Berkuta pada hubungan antara berpikir dan berbicara
Filsafat bahasa merupakan salah satu filsafat yang tertua. Sejak zaman dahulu kala,
manusia primitif sudah memakai bahasa meskipun bahasa yang digunakan sederhana dan belum
sempurna seperti yang sekarang ini. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa gerak, ekspresi
dan isyarat yang bersifat sederhana dan menimbulkan tafsiran-tafsiran yang berbeda-beda.
Seiring perkembangan zaman karena manusai sendiri sadar bahwa bahasa yang mereka gunakan
tidaklah lagi baku dan sudah kuno, mereka mencari cara bagaimana bahasa yang mereka
gunakan memiliki standar yang sama bagi setiap orang yang saling melakukan pembicaraan dan
bersifat tepat, tidak slah tafsir. Mereka menciptakan bahasa tersendiri bagi komunitas mereka
yang pada akhirnya meluas dan menjadi bahasa untuk bangsa.
Tugas dari filsafat bahasa ialah menjelaskan peranan individu dan komunitas dalam
perkembangan sebuah bahasa. Bahasa mempunyai tingkah laku, memerintah, dan menganalisis
nilai sesuatu. Sama halnya dengan relasi antara pengada ilahi dan pengada manusia yang
berkorelasi vertikal. Wahyu merupakan bagian dari bahasa yang disampaikan agar manusia
mengerti. Hanya itulah bahasa yang digunakan Tuhan agar manusia mengerti dan memahami
bahasaNya. Untuk membalas semuanya itu manusia juga memakai bahasa mereka yang disebut
iman sebagai tindakan balasan untuk Tuhan. Dalam hal ini bahasa sudah dilaksanakan dengan
baik karena mereka dengan berbahasa sudah saling berkomunikasi.

Kalimat Abadi Para Filsuf


Sokrates: “Saya tidak dapat mengajarkan seseorang apapun; saya hanya dapat membuat mereka
berpikir.”
Sokrates memiliki latar belakang hidup dari seorang anak bidan. Ketika ia melihat ibunya
yang membantu seseorang yang sedang melahirkan, ibunya berdialog dengan orang tersebut.
Dialog yang dilakukan ini rupanya adalah sebuah cara agar proses persalinan menjadi lebih
lancar. Setelah Sokrates melihat ibunya melakukan hal tersebut, Sokrates lalu meniru cara ibunya
berdialog tapi bukan sebagai bidan, melainkan berdialog dengan masyarakat-masyakarat yang
ada dijalan-jalan kota. Sokrates berpikir bahwa dengan melakukan dialog, ia akan megetahui dan
memudahkan seseorang yang diajaknya berdialog menjadi lebih mengetahui keutamaan yang
mereka miliki. Sokrates juga berpendapat bahwa dengan mengetahui keutamaan-keutamaan yang
mereka miliki, mereka juga akan menjadi bahagia karena mereka menjalankan keutamaan
mereka dengan sungguh-sungguh. Dialog antar sesama manusia bukanlah meruapakan suatu
bentuk pengajaran saja, tetapi sekaligus membuat mereka berpikir juga. Dialog merupakan suatu
apa yang disebut dengan proses, bukan hasil. Sokrates ingin agar seseorang tidak langsung
bangga kepada hasil-hasil, kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada, melainkan lebih pada proses
selama ia mengerjakan sesuatu, karena dengan adanya proses terbentuklah sebuah hasil. Proses
berpikir yang baik menghasilkan hasil pemikiran yang cemerlang. Proses tidak mengingkari
hasil.
Sebagai pengada yang memiliki akal budi, manusia dituntut untuk berpikir sendiri dalam
dirinya. Manusia menggunakan akal budinya untuk lebih dari sekadar berpikir. Manusia memang
berkorelasi dengan manusia lainnya, tetapi juga harus menjaga keotonoman manusia itu sendiri.
Maksudnya bahwa manusia hendaknya tidak memiliki sifat ketergantungan terhadap manusia
lainnya dalam hal berpikir. Jika manusia tergantung pada manusia yang lain yang merupakan
pengada. Secara tidak langsung keotonomannya sebagai manusia ikut terjajah. Karena manusia
yang lain masuk ke dalam pemikiran pengada manusianya yang seharusnya dia sendiri yang
berpikir.

Aristoteles: “Kita tidak dapat berpikir tanpa rasa sakit.”


Aristoteles merupakan murid Plato yang paling masyhur. Dia menciptakan banyak karya
mengenai filsafat. Dalam hidupnya ia mengalami banyak sekali rintangan dan tantangan. Ia
sering berpindah tempat karena ia mengalami pengajaran oleh orang-orang yang membencinya
dan dituduh sebagai seorang yang durhaka. Karena ia tidak mau berdosa terhadap filsafat untuk
kedua kalinya, ia melarikan diri dan jatuh sakit di tanah pembuangan. Selama hidupnya ia hanya
menajdi seseorang buronan oleh orang lain. Tetapi sebenarnya tidak. Semuanya itu karena ia
dituduh dan hanya kebetulan saja. Tapi dari semua perjalanan yang ia lalui, ia masih tetap
mempunyai karya-karya yang gilang gemilang yang sampai sekarang ini teorinya masih tetap
digunakan untuk bahan pelajaran dan sekadar pengetahuan. Semuanya ini karena ketekunanya
dalam mepelajari sesuatu.
Ada pepatah mengatakan “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”, begitulah y
ang sudah dilalui oleh Aristoteles. Manusia dalam hidupnya ingin sekali mencapai kebahagiaan.
Sayangnya manusia hanya langsung melihat suatu hasil “kebahagiaan” itu sendiri. Manusia ingin
yang serba instan. Untuk mencapainya manusia harus membutuhkan sesuatu proses yang berat.
Karena berat ia tidak mau melakukannya dan otomatis ia tidak mencapai kebahagiaan. Ia tidak
bahagia dalam hidupnya. Jika melihat orang yang sukses mungkin kita bertanya-tanya mengapa
ia bisa sukses? Jawabannya karena ia mempu melawan “rasa sakit” selama proses menuju
kebahagiaannya dalam rupa kesuksesan. Proses tidak mungkin mengkhianati hasil.

Martin Heidegger: “Ritme membawa kedamaian.”


Manusia dalam hidupnya memiliki rutinitas yang sudah menjadi kebiasaan. Secar otomatis
yang dilakukan setiap hari tentunya sudah mengerti pola ritmenya karena sudah terbiasa.
Kebiasaan ini bersifat teratur. Keteraturan ini membawa dampak positif bagi tubuh manusia.
Dengan teraturnya tubuh manusia yang merupakan mikrokosmis ini manusia menjadi sehat.
Damai disini adalah tubuh manusia yang teratur yang menandakan bahwa ia sehat. Jika ia
melakukan kegiatan diluar aktivitas atau kebiasaannya, pastilah…

Plato:”Hidup cuma satu kali, jika hidup dengan baik, cukuplah sekali.”
Plato adalah seorang tokoh filsuf termasyhur dan meruapkan guru dari Aristoteles. Plato
adalah orang pertama yang mendirikan sebuah sebuah academia yang nantinya menjadi cikal-
bakal suatu universitas yang baru disusul kemudian pada abad pertengahan dan abad modern. Ia
sempat mengalami masa yang tak enak yaitu ketika gurunya, Sokrates dihukum mati oleh
seseorang karena dasar polotik. Ia memberikan suatu jasa dengan mengajarkan orang ilmu-ilmu
ilmiah
Agustinus,
Thomas Aquinas,

Anda mungkin juga menyukai