Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Sejarah Keuskupan Agung Palembang

Kekristenan di wilayah Sumatera telah dimulai sejak abad VII. Para ahli sejarah menandai era
tersebut dengan berdirinya sebuah gereja di daerah Barus, Tapanuli Tengah, sekitar tahun 645.

Lalu, sejak kapankah benih-benih Gereja Katolik tersemai di bumi Sumatera Selatan? Sejarah
Gereja Katolik Sumatera Selatan, mulai ditorehkan sejak tahun 1887, ketika seorang misionaris
Serikat Yesus, Pastor J. van. Meurs, S.J. mengawali langkah besarnya di sebuah dusun kecil
bernama Tanjung Sakti, wilayah Pasemah, Ulu Manna, karesidenan Bengkulu.

Tahun 1890 benih ‘kekatolikan’ mulai bersemi. Pastor van Meurs, SJ berhasil mempermandikan
8 anak dan 3 anak menjadi katekumen. Agar pelayanan pastoral di daerah misi lebih intensif,
Bruder Vester ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan, pada bulan Maret 1891.

Tanggal 8 Agustus 1891, Pastor van Meurs meninggal dunia karena sakit keras di Tanjung Sakti.
Tahun 1892, Bruder Vester pindah ke Maumere-Flores.

Bulan Juni 1894, Pastor W.L. Jannisen, S.J. bersama Bruder Zinken datang ke Tanjung Sakti,
untuk melanjutkan karya para pendahulu. Umat telah berkembang menjadi 200 orang; dan pada
tahun 1897 terjadi penerimaan Sakramen Penguatan untuk pertama kalinya oleh Mgr. Staal dari
Batavia.

Meski memiliki harapan yang cerah dan menjanjikan, karya misi di Tanjung Sakti dihentikan.
Bulan November 1898, Pastor Jannisen dipindahkan ke Padang. Beliau masih tetap mengunjungi
umat Tanjung Sakti beberapa kali dalam setahun, untuk meneguhkan iman mereka. Dari Tanjung
Sakti sebagai pos utama, karya misi meluas ke Karesidenan Bengkulu, Palembang, dan
sekitarnya.

Tanggal 30 Juni 1911, Roma mengeluarkan dekrit tentang pemisahan Prefektur Apostolik
Sumatera (yang berpusat di Padang) dari Vikariat Apostolik Batavia. Prefek Apostolik pertama
adalah Mgr. Liberatus Cluts, OFM Cap. Beliau mengemban tugas ini sejak tahun 1912-1921.

Masa-masa yang sulit bagi jemaat perdana, terjadi sekitar tahun 1914, ketika pengaruh agama
lain menggerus iman umat Katolik Tanjung Sakti. Gembala umat saat itu, Pastor Sigebertus
OFM Cap, dibantu Mr. J.C. Kielstra dan tujuh suster Kongregasi Belas Kasih berjuang keras
membendung gelombang perpindahan iman.

Bulan Agustus 1920, Pastor Mathias Branstiba di Tanjung Sakti menggantikan Pastor Sigebertus
yang dipindahtugaskan ke Padang. Tahun-tahun terakhir masa kekaryaan pastor-pastor Kapusin
di Tanjung Sakti, keadaan semakin membaik. Karya misi imam-imam Kapusin berakhir setelah
imam-imam Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) datang ke Tanjung Sakti.

Sesuai dengan ‘breve’ dari Roma bertanggal 27 Desember 1923, Sumatera Selatan dipisahkan
dari Prefektur Apostolik Sumatera (yang kemudian berubah menjadi Prefektur Apostolik
Padang). Wilayah Sumatera Selatan berubah statusnya menjadi Prefektur Apostolik Bengkulu.
Nama ini dipilih karena Tanjung Sakti yang merupakan pos utama misi,  terletak di wilayah
Karesidenan Bengkulu.
Tanggal 28 Mei 1926, Mgr. H.L. Smeets, SCJ diangkat menjadi Prefektur Apostolik Bengkulu.
Bulan September 1924, para misionaris SCJ yang pertama, tiba di Tanjung Sakti. Mereka adalah
Pastor H.J.D. van Oort, SCJ ;  Pastor K. van Stekelenburg, SCJ dan Bruder Feliks van
Langenberg, SCJ. Lima pos karya misi saat itu adalah Tanjung Sakti, Palembang, Bengkulu,
Tanjung Karang-Teluk Betung, dan Jambi.

Pastor Harrie van Oort, SCJ menggantikan Mgr. Harrie Smeets, SCJ yang kembali ke Eropa,
tanggal 19 Januari 1927. Tanggal 19 Januari 1934,  jabatan Prefektur Apostolik beralih kepundak
Pastor Mekkelholt.

Vikariat Apostolik Palembang, ditetapkan pada tanggal 13 Juni 1939, sebagai pengembangan
Prefektur Apostolik Bengkulu. Vikaris Apostolik masa itu adalah Mgr. Henri Martin Mekkelholt,
SCJ.

Dampak Perang Dunia II yang berkecamuk antara tahun 1939 – 1945, sangat dirasakan oleh
Gereja. Di wilayah Palembang, banyak umat meninggalkan imannya. Banyak imam, biarawan
dan biarawati yang menjadi korban perang. Setelah Perang Dunia II berakhir, situasi Vikariat
Apostolik Palembang relative lebih aman dibandingkan masa-masa sebelumnya. Bulan
November – Desember 1947, Pastor Hermelink, Bruder Caspar dan para Suster Carolus
Borromeus meneruskan kembali karya pastoral di Lahat.

Tanggal 19 Juni 1952, Tahta Suci menetapkan daerah misi Lampung ditetapkan sebagai
Prefektur Apostolik yang terpisah dari Vikariat Apostolik Palembang.

Hirarkhi Gerejani Indonesia terbentuk pada tanggal 3 Januari  1961. Vikariat Apostolik
Palembang berubah statusnya menjadi Keuskupan Palembang; dan Mgr. Henri Martin
Mekkelholt, SCJ diangkat sebagai Uskup pertama. Karena kesehatan beliau menurun, Mgr.
Mekkelholt memohon seorang uskup pembantu kepada Tahta Suci.

Permohonan itu dikabulkan. Pastor J.H. Soudant, SCJ dipilih sebagai Uskup Coadjutor dan
ditahbiskan sebagai uskup pada tanggal 29 Juni 1961. Setelah Mgr. H.M. Mekkelholt meletakkan
jabatan sebagai uskup Palembang, Mgr. J.H. Soudant, SCJ meneruskan tugas penggembalaan
Keuskupan Palembang sejak 5 April 1963 – 20 Mei 1997.

Pada masa kepemimpinan Mgr. J.H. Soudant, SCJ, seturut keputusan Tahta Suci ditahbiskanlah
seorang Uskup Pembantu. Beliau adalah Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ. Setelah Mgr. Soudant
memasuki masa purna jabatan, 20 Mei 1997, Mgr. Al. Sudarso, SCJ ditetapkan sebagai Uskup
Palembang.

Akhirnya sampailah pada saat yang penuh rahmat. Pada tanggal 1 Juli 2003, Yang Mulia Bapa
Suci Paus Yohanes Paulus II, melalui surat kabar Vatikan L’osservatore Romano mengumumkan
hal-hal berikut :
1. Bapa Suci berkenan mendirikan satu Provinsi Gerejawi Baru di Sumatera, yaitu Keuskupan
Agung Palembang.
2. Bapa Suci telah berkenan menunjuk Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ menjadi Uskup Metropolitan
pertama untuk Keuskupan Agung Palembang.
Wilayah Keuskupan Agung Palembang mencakup tiga propinsi, yakni Sumatera Selatan, Jambi
dan Bengkulu. Dua keuskupan sufragan dari Keuskupan Agung Palembang adalah :Keuskupan
Tanjung Karang dan Keuskupan Pangkal Pinang.

Paroki
Paroki-paroki Keuskupan Agung Palembang
DEKANAT / VICARIATE FORANEUS
A.  Dekanat I (Kota Palembang)
1.   Paroki Hati Kudus (Palembang)
2.    Paroki Kathedral of St. Maria (Palembang)
3.    Paroki St. Yosef (Palembang)
4.    Paroki Fransiskus de Sales (Palembang)
5.    Paroki St. Maria Ratu Rosario (Palembang)
6.    Paroki St. Paulus (Palembang Plaju)
7.    Paroki St. Stefanus (TalangBetutu)
8.    Paroki Allah MahaMurah (PasangSurut)
9.    Paroki St. Petrus (Kenten Palembang)
Stasi Luar Kota / Out Stations/:
1.    KayuAgung
2.    Rantau Alai

B.   DEKANAT II/ VICARIATE FORANEUS II


1.    Paroki Sang Penebus (BatuPutih)
2.    Paroki St. Petrusdan Paulus (Batu Raja)
3.    ParokiTrinitas (Bangunsari BK 3)
4.    Paroki St. Maria TakBernoda (Gumawang BK 10)
5.    Paroki St. Maria Assumpta (Mojosari BK 9)
6.    Paroki Para Rasul Kudus (Tegalsari BK 21)
7.    ParokiKristus Raja (Tugumulyo OKI)

C.    DEKANAT III/VICARlATE FORANEUS III /

1.    Paroki St. YohanesPenginjll (Bengkulu) : Bengkulu Province


2.    Paroki St. StefanusMartir (Curup) : Bengkulu Province
3.    Paroki St. Theresis (Jambi ) : Jambi Province
4.    ParokiSt.MariaPengantara (Lahat): South Sumatera Province
5.    Paroki  PenyelenggaraanIlahi (L. Linggau) : South Sumatera Province
6.    Paroki St. Paulus (MuaraBungo) : Jambi Province
7.    Paroki St. Isidorus (Singkut) : Jambi Province
8.    Paroki St. Yosef (TanjungEnim) : South Sumatera Province
9.    Parish of St. Mikail (Tanjungsakti: South Sumatera Province
10.   Paroki St. Maria (Tugumulyo MURA): South Sumatera Province

KuasiParokidanUnit Pastoral :
1.    KuasiParoki St. GregoriusAgung Jambi Mayang  : Jambi Province
2.    Unit Pastoral St. Paulus Ketahun : Bengkulu Province
3.    Unit Pastoral St. Yohanes Maria VianneyPenarik : Bengkulu Province

Anda mungkin juga menyukai