Anda di halaman 1dari 13

1

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER(PJK)

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) dapat disebut juga penyakit arteri koroner
yang merupakan salah satu penyebab yang paling utama pada kematian di
dunia sekarang ini. Maka dari itu sangatlah penting untuk mengetahui sejak
dini tentang gejala dan penyebab penyakit jantung koroner ini untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan problema kesehatan utama di


negara maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian Penyakit Jantung
dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun
1986.Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya Penyakit Jantung Koroner sehingga
usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga.

Pencegahan harus diusahakan secapat mungkin dengan cara pengendalian


faktor faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha
pencegahan PJK, baik primer maupun sekunder.Pencegahan primer lebih
ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan
sekunder merupakan upaya memburuknya penyakit yang secara klinis telah
diderita.

B. Pengertian Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat (Norhasimah, 2010).
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang
dapat menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner
ini disebut dengan aterosklerosis (AHA, 2012).
2

PJK juga disebut penyakit arteri koroner (CAD), penyakit jantung iskemik
(IHD), atau penyakit jantung aterosklerotik, adalah hasil akhir dari akumulasi
plak ateromatosa dalam dinding-dinding arteri yang memasok darah ke
miokardium (otot jantung) (Manitoba Centre for Health Policy, 2013).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri


koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan
penyumbatan pada pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya
atheroma atau atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga suplai
darah ke otot jantung menjadi berkurang (Maulana,2008).
Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner sehingga tidak
cukup suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi
untuk menggerakkan jantung secara normal (Soeharto,2004).
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke
otot jantung (Soeharto, 2011)

C. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa, 2014).

Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada


dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama
kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat,
perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau
menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot
jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari Angina Pectoris (nyeri
3

dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan


serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Pembuluh arteri ini akan menyempit dan bila parah terjadi penghentian
darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi dalam
darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi atherosklerosis.
Manifestasi klinik dari penyakit jantung koroner adalah: Tanpa gejala, Angina
pectoris, Infark miokard akut, Aritmia, Payah jantung, Kematian mendadak
(Soeharto, 2004).

D. Faktor Risiko
1). Faktor Risiko yang dapat diubah
a. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat, yaitu kenaikan tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg.
Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan penyakit jantung
koroner.
b. Dislipidemia
Sebenarnya kolestrol bukanlah sesuatu yang merusak tubuh selama
kadarnya tidak berlebihan, tetapi justru diperlukan dalam proses
fisiologis seperti pembentukan membran sel, hormon steroid dan
empedu. Studi framingham menyatakan bahwa risiko PJK meningkat dua
kali pada kadar kolestrol total diatas 240 mg/dl dibanding dengan pasien
dengan kadar kolestrol total dibawah 200 mg/dl.
c. Merokok
Rokok dapat menyebabkan aterosklerosis melalui beberapa cara,
diantaranya peningkatan modifikasi oksidasi LDL, penurunan HDL,
disfungsi endotel akibat hipoksia dan stress oksidatif, peningkatan
perlekatan platelet, peningkatan ekspresi CAM, aktifasi simpatis oleh
nikotin.
d. Diabetes Mellitus
4

Diabetes melitus merupakan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar
glukosa darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, gula darah (glukosa) tersebut dapat menjadi pekat, hal ini
mendorong terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner.
e. Obesitas
Orang dengan berat badan berlebihan mempunyai kemungkinan terkena
penyakit jantung dan stroke lebih tinggi. Gemuk tidak sehat karena
kelebihan berat badan meningkatkan beban jantung. Ini berhubungan
dengan penyakit jantumg koroner terutama karena pengaruhnya pada
tekanan darah, kadar kolesterol darah juga diabetes melitus.
f. Ketidakaktifan fisik
Aktifitas fisik (exercise) dapat meningkatan kadar HDL kolestrol,
memperbaikai kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi,
memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miocard,
menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, trigliserida, dan KGD
pada pendrita DM, menurunkan tekanan darah
g. Stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang
tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan (spasme) arteri
koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.
2). Faktor Risiko yang tidak dapat dubah
a. Umur
Penderita PJK sering ditemui pada usia 60 ke atas, tetapi pada usia
dibawah 40 tahun sudah ditemukan. Pada laki-laki, kasus kematian PJK
mulai dijumpai pada usia 35 tahun, dan terus meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat
sampai usia 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah 50 tahun.
Kadar kolesterol perempuan biasanya meningkatkan menjadi lebih tinggi
dari pada laki-laki.
5

b. Jenis kelamin
Di AS gejala PJK sebelum berumur 60 tahun di dapatkan pada 1 dari 5
laki-laki dan 1 dari 17 perempuan, ini berarti bahwa laki-laki mempunyai
resiko PJK 2-3 kali lebih besar daripada perempuan.
c. Genetik
Gillium (2014) menyatakan bahwa PJK cenderung lebih banyak pada
subjek orang tuanya telah menderita PJK dini. Bila kedua orang tua
penderita PJK menderita PJK pada usia muda, maka anaknya mempunyai
resiko yang lebih tinggi bagi perkembangan PJK dari pada hanya
seseorang atau tidak ada orang tuanya menderita PJK.

E. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty, 2011).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera
pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
trigliserida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah. (Ariesty, 2011).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus
berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan
yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh
mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-
arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
6

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia


(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam
laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri.
7

PATHWAY PJK

Aterosklerosis, spasme Pajanan Terhadap dingin Stress Latihan Fisik


pembuluh darah

Vasokonstriksi Adrenalin Kebutuhan O2


meningkat jantung meningkat

Aliran O2 arteri
koronaria menurun

Intoleransi
Fatigue Timbunan
aktivitas Metabolisme Jantung
asam laktat
anaerob kekurangan O2
meningkat

Penurunan curah jantung Kontraksi jantung menurun Iskemia otot Perlu menghindari Diperlukan
jantung komplikasi pengetahuan

Inspirasi Nyeri Kurang


pengetahuan

Pola napas Pengembangan Takut akan Ansietas


tidak efektif paru tidak optimal kematian
8

F. Manifestasi Klinis
Menurut, Hermawatirisa 2014, gejala penyakit jantung koroner:
1) Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2) Gangguan pada irama jantung
3) Pusing
4) Rasa lelah berkepanjangan
5) Sakit perut, mual dan muntah
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-
beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan
yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan
penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.

G. Klasifikasi
Klasifikasi PJK (Putra S, dkk, 2013) :
1). Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu
ketidaknyamanan (jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan yang
sulit dilokalisasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau stres
emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat dan atau dengan
obat nitrogliserin sublingual (Yusnidar, 2007). Angina pektoris stabil adalah rasa
nyeri yang timbul karena iskemia miokardium yang merupakan hasil dari
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen miokard.
Iskemia miokard dapat disebabkan oleh stenosis arteri koroner, spasme arteri
koroner dan berkurangnya kapasitas oksigen di dalam darah (Aladdini, 2011).
2). Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Angina pektoris tak stabil adalah angina pektoris (atau jenis ekuivalen
ketidaknyamanan iskemik) dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal berikut;
a. Timbul saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal) biasanya berakhir
setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin).
b. Lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan onset
baru (dalam 1 bulan).
9

c. Timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama, atau lebih
sering dari sebelumnya). Pasien dengan ketidaknyamanan iskemik dapat
datang dengan atau tanpa elevasi segmen ST pada EKG (yusnidar, 2007).
3). Infark Miokard Akut
Infark miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi
(penutupan mendadak pembuluh koroner) atau cabangnya yang mengalami
sklerosis (pengerasan). Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus
dan perdarahan dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur
plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit.
Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang oklusi. Infark
Miokard terbagi 2 yaitu Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) dan ST
Elevasi Miokardial Infark (STEMI).

Gambar 1.1 EKG Normal, STEMI dan NSTEMI

H. Komplikasi
Komplikasi PJK adalah (Karikaturijo, 2010):
1) Disfungsi ventricular
2) Aritmia pasca STEMI
3) Gangguan hemodinamik
4) Ekstrasistol ventrikel
5) Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
10

6) Syok kardiogenik
7) Gagal jantung kongestif
8) Perikarditis
9) Kematian mendadak

I. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat.
2) Chest X-Ray (foto dada)
Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali, CHF (gagal jantung
kongestif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014).
3) Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika arteri
koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka
ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014).
4) Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar
jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian dari
dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang
bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima
terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner
(Mayo Clinik, 2012).
5) Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif minimal
dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah ke
pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut
kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri atau
intravena ini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini
adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan terapi bila
ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012).
11

6) CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)


Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi Koroner
adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan
melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar
arteri jantung yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak
yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan,
maka memungkinkan terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012).
7) Magnetic resonance angiography (MRA)
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan
penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya
penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak sejelas
pemeriksaan kateterisasi jantung (Mayo Clinik, 2012).

J. Penatalaksanaa Medis
1) Dengan obat-obatan
a. Aspirin
Obat yang paling banyak diberikan, tujuannya adalah mengencerkan
darah agar tidak cepat membeku.
b. Beta Blocker
Obat yang menghambat kerja adrenalin agar tidak meresap kedalam
jantung dan pembuluh darah untuk mengurangi resiko terulangnya
serangan jantung sehingga mampu menurunkan angka kematian.
c. Penghambat ACE
Untuk menurunkan tingkat angiotensin sehingga dapat mencegah
kegagalan jantung.
d. Statin
Berfungsi menurunkan jumlah kolesterol yang dibuat dalam tubuh
khususnya di hati dan membantu agar pembuluh darah tidak
menyempit kembali.
e. GTN
Digunakan saat terjadi nyeri dada.
12

2) Pembedahan
a. Angioplasti
Angioplasty dilakukan dengan memasukkan balon tipis dan panjang
melewati pembuluh darah yang menyempit dengan bantuan kawat
yang sangat halus, kemudian balon dipompa pada tekanan tinggi
hingga melebarkan pembuluh nadi dan sering memisahkan timbunan
lemak pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh membuka.
b. Bypass
Pembedahan bypass yaitu melakukan bypass terhadap penyumbatan di
arteri koronaria dan menggantikannya dengan pembuluh darah yang
diambil dari dinding dada atau kaki dengan menghentikan kerja
jantung dan menggantikannya dengan mesin jantung paru saat operasi
jantung dilakukan.
13

DAFTAR PUSTAKA
Manitoba Centre for Health Policy, 2013. Keperawatan Kardiovaskular,Salemba
Medika, Jakarta.

Norhasimah, 2010.Penyakit Jantung Koroner:Patofisiologi, Pencegahan dan pengobatan


Terkini. USU e-Repository @

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2001, Proses Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen
Kesehatan.

Hermawatirisa,2014, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis,


dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC.

Ariesty,2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular,


Aplikasi NIC & NOC. Jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai