Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH MATA KULIAH PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN

SISTEM TANGGAP DARURAT BENCANA

Penggunaan Hydran

DOSEN PENGAMPU:
NOVIA WIRNA PUTRI, SKM, MPH.

KELOMPOK 2 :

Adhelya Asti Pramesti 1911212025 Regina Muthia Sahirah 1911212038


Annisa Putri Indah Suci 1911213034 Siska Mayeni 1911211044
Coralia Amorolla Dante 1911212014 Tasya Zahrah Salsabiila 1911211014
Mutiara Sakhinah 1911213024 Vivi Sutia Desmalinda 2011216004
Nadhifah Salsabila 1911212006 Wafiq Ainul Fiqran 1911211008
Nurul Khairunnisa 2011216006 Wanda Ulya Azzahra 1911211020

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah swt., karena berkat anugerah-Nya
makalah yang berjudul Penggunaan Hydran ini dapat diselesaikan.
Di dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kelompok menemui beberapa
kendala. Akan tetapi, kendala tersebut dapat kelompok atasi karena mendapat masukan yang
berarti dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak tersebut, yaitu Ibu Novia Wirna Putri, SKM, MPH., selaku dosen mata kuliah
Pencegahan Kebakaran Dan Sistem Tanggap Darurat Bencana dan teman-teman anggota
kelompok 2 yang selalu memberikan berbagai masukan berarti demi terwujudnya makalah
ini. Semoga segala bantuan (waktu, koreksi, pemikiran, dan lain-lain) tersebut menjadi amal
ibadah dan dibalas oleh Allah swt. dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh sebab itu, kritikan
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini ada
manfaatnya. Aamiin.

Padang, 7 September 2021

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman
potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Kebakaran adalah terjadinya api yang
tidak dikehendaki. Bagi tenaga kerja, kebakaran gedung dapat merupakan penderitaan
dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat
berakibat cacat fisik, trauma, bahkan kehilangan pekerjaan. Sedangkan bagi gedung
sendiri akan dapat menimbulkan banyak kerugian, seperti dokumen penting, rusaknya
properti serta terhentinya proses operasional. Kebakaran merupakan salah satu
kecelakaan yang paling sering terjadi. Selain menimbulkan korban jiwa dan kerugian
material, kebakaran juga dapat merusak lingkungan serta gangguan kesehatan yang
diakibatkan dari asap kebakaran tersebut.

Di Indonesia kasus kebakaran sangat sering terjadi, mulai 1 Januari – 21


Desember 2016 di wilayah Provinsi DKI Jakarta tercatat ada 1.139 kasus kebakaran,
dari jumlah kasus tersebut, kasus yang terbanyak adalah akibat korsleting listrik yakni
836 kasus. Peristiwa kebakaran tersebut telah menelan korban tewas 20 orang, dan
kerugian bagi 3.618 KK atau 11.719 jiwa, kerugian materil mencapai sebesar 212
miliar. Di Sumatera Barat sendiri berdasarkan data dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Kota Padang, selama 2015
tercatat ada 357 kasus kebakaran dengan kerugian 34 miliar lebih. Dimana penyebab
utama adalah korsleting listrik.

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan kendala dalam memadamkan


kebakaran dapat karena faktor peralatan proteksi kebakaran yang kurang memadai,
sumber daya manusia yang tidak dipersiapkan, atau hambatan lainnya. Adanya
proteksi kebakaran yang memadai akan sangat membantu proses pemadaman
kebakaran. Sehingga dapat meminimalkan kerugian yang didapat jika terjadi
kebakaran. Sumber daya manusia yang ada juga dapat membantu guna menghindari
bahaya kebakaran yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai