Anda di halaman 1dari 17

ARTICLE REVIEW

A Study of the Influence of Intellectual Property on China–U.S. Trade Relations

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Global Marketing


yang diampu oleh Ibu Raditha Dwi Vata Hapsari, S.E., M.M., Ph.D

Disusun oleh:

Annisaa Aulia Puspa Anggraeni


196020200011022

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan untuk Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas article review tentang legal dan hak kekayaan
intelektual dengan artikel berjudul “A Study of the Influence of Intellectual Property on China–
U.S. Trade Relations”. Tujuan penulisan tugas ini yaitu untuk lebih memahami ilmu pemasaran
global seputar isu hukum, politik, hak kekayaan intelektual, dan peran WTO. Oleh sebab itu,
penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Raditha Dwi Vata Hapsari, S.E., M.M., Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Global
Marketing.
2. Teman-teman S2 Manajemen Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segenap
kerendahan hati, penulis berharap semoga segala kekurangan yang ada pada tugas ini dapat
dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga
tugas ini dapat bermanfaat untuk praktisi dan akademisi.

Malang, 20 Oktober 2020

Annisaa Aulia P. A.

2
RINGKASAN MATERI (LEGAL & HKI)

1. Sistem Hukum/Politik Global


Perdagangan dan pemasaran global tunduk pada hukum, aturan, dan regulasi yang
dirumuskan oleh sistem hukum yang beragam. Ada lima sistem hukum di dunia, yaitu:
a. Hukum Sipil (Civil Law)  Negara Eropa dan jajahannya
b. Hukum Anglo-Saxon (Common Law)  Amerika Serikat, Inggris, dan jajahannya
c. Hukum Adat (Customary Law)  Berbagai negara di dunia yang menganut adat-istiadat
d. Hukum Agama (Religious Law)  Arab Saudi, Iran, Sudan, Suriah, Vatikan, Indonesia
e. Hukum Campuran (Mixed Law)  Vatikan, Afrika Selatan, Argentina, Louisiana, dll
Khusus untuk hukum Islam, ada lima jenis perilaku di bawah hukum Islam (Syariah): wajib,
direkomendasikan, diizinkan, direkomendasikan untuk dihindari, dan dilarang. Ada beberapa area
di mana hukum Islam tidak jelas, seperti bagaimana memperlakukan kekayaan intelektual.
Akibatnya, perlindungan kekayaan intelektual diserahkan kepada otoritas negara selama konsisten
dalam mengatur masyarakat sesuai dengan hukum Islam. Meskipun hal ini menghadirkan masalah
untuk urusan bisnis internasional, namun banyak negara muslim yang memiliki seperangkat
hukum perusahaan yang dikodifikasi.

2. Isu Hukum dalam Pemasaran Global


Pemasar global harus terbiasa dengan sistem hukum tempat mereka beroperasi. Beberapa
hal seperti perjanjian distribusi bisnis di luar negeri, bea cukai dan peraturan perdagangan
internasional, insentif dan kontrol ekspor, arbitrase, hak kekayaan intelektual dan transfer
teknologi internasional harus dikonsultasikan.
Contohnya isu hukum dalam pemasaran global adalah penjualan produk smartphone melalui
distributor tidak resmi (impor paralel). Hal Itu terjadi ketika produk yang identik dijual tanpa izin
dari pemilik merek dan merek dagang, biasanya pabrikan. Ada negara yang menganggap itu legal,
ada juga yang ilegal. Indonesia sendiri mulai membatasi smartphone ilegal dengan regulasi IMEI.
Penjualan produk yang rentan secara politik harus dihindari. Rokok dan alkohol adalah
contohnya. Namun, produk makanan pun mungkin rentan terhadap pengaruh politik. Negara yang
menderita "kelebihan gizi", yaitu memiliki jumlah orang dengan obesitas yang signifikan, dapat
melarang produk yang mengandung lemak "trans" dalam jumlah tinggi. Pemasar harus bijaksana

3
dalam menentukan status "politik" produk sebelum memperkenalkannya ke pasar luar negeri.
Penentuan ini merupakan bagian dari analisis risiko politik.

3. Isu Kekayaan Intelektual: Trademarks, Copyrights, Patents


Semua kekayaan intelektual didasarkan pada prinsip teritorial. Setiap negara bisa
menentukan wilayahnya sendiri, apa yang harus dilindungi, siapa yang harus mendapatkan
keuntungan dari perlindungan tersebut dan untuk berapa lama, serta bagaimana perlindungan
tersebut harus ditegakkan.
Perusahaan yang menjual barang atau jasa langsung ke publik, menganggap merek dagang
adalah aset yang berharga. Merek dagang melindungi kata, nama, simbol, suara, atau warna yang
membedakan barang (TM) dan layanan (SM). Merek dagang dapat diperbarui selama masih
digunakan. Hak atas merek dagang diperoleh dengan aturan "pertama yang mengajukan", atau
"pertama kali digunakan", bergantung pada regulasi negara.
Meskipun globalisasi menyiratkan pengakuan global atas merek dagang, kenyataannya tidak
demikian. Sengketa merek dagang internasional mungkin timbul dari beberapa penyebab.
Penyebab perselisihan adalah kesalahan persepsi tentang istilah atau merek dagang yang
mencakup produk atau layanan serupa. Misalnya, merek dagang komputer “Lenovo” dianggap
tidak mungkin mencakup "kacamata hitam". Padahal bisa saja produsen memperluas lini
produknya, dari komputer ke kacamata hitam.
Beberapa isu kekayaan intelektual mencakup merek dagang, paten, hak cipta, pembajakan
perangkat lunak, dan rahasia dagang, antara lain:
 Perlindungan Merek Dagang (Trademark Protection)
Pengaturan global untuk perlindungan merek dagang dicontohkan oleh Perjanjian Madrid
yang dikelola oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) di Jenewa, Swiss.
Pendaftaran merek dagang di bawah Perjanjian mengatur hukum yang setara dengan pendaftaran
di negara anggota yang ditunjuk oleh pemilik merek, dan memberikan perlindungan di semua
negara anggota untuk jangka waktu sepuluh tahun.
 Paten (Patent)
Paten adalah bentuk perlindungan yang memberikan hak eksklusif kepada seseorang atau
badan hukum untuk membuat, menggunakan, atau menjual konsep atau penemuan dan melarang
orang lain untuk melakukan hal yang sama selama jangka waktu 20 tahun. Ada sejumlah perjanjian

4
paten internasional, termasuk Patent Cooperation Treaty (PCT), The Eurasian Patent Office
(EAPO), dan African Regional Industrial Property Organization (ARIPO).
Patent Cooperation Treaty (PCT) memberikan kemungkinan untuk mengupayakan hak
paten di banyak negara dengan mengajukan satu permohonan internasional dengan satu kantor
paten. Umumnya, pelamar pertama kali melamar di negara asalnya sebelum melamar di tempat
lain. Namun, seperti halnya dalam kasus merek dagang, keputusan untuk memberikan atau
menolak paten ada pada otoritas masing-masing negara.

Berdasarkan gambar di atas, Amerika berada di peringkat pertama dalam hal pengajuan
paten. Tapi dari indeks pengajuan paten dibagi per juta orang, Jepang nomor satu. Sebagian besar
pengajuan paten di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa ditujukan untuk aplikasi teknologi tinggi.
Ada sejumlah faktor pendukung, yaitu jumlah uang yang diinvestasikan dalam penelitian dan
pengembangan (R&D), serta pendidikan.
 Hak Cipta (Copyright)
Hak cipta adalah undang-undang yang memberikan kepemilikan pada "karya asli dari
penulis," seperti karya sastra, lukisan, musik, video game, dan drama. Di Amerika Serikat, Library
of Congress mendaftarkan hak cipta seumur hidup penulis, ditambah 70 tahun setelah kematian.
Masalah yang sering diperdebatkan adalah tentang database, rekaman digital, dan situs web.
 Pembajakan Perangkat Lunak (Software Piracy)
Pembajakan perangkat lunak adalah penggandaan dan distribusi perangkat lunak secara
ilegal, baik untuk penggunaan bisnis atau pribadi. Tuntutan hukum dapat dilakukan secara pidana
di pengadilan sipil, namun biayanya mahal. Pembajakan perangkat lunak mewabah di seluruh
dunia, tetapi sangat marak di negara berkembang.

5
Pada tabel 4.2, Indonesia berada di peringkat kedua dunia dengan 86% tingkat pembajakan,
melampaui China yang berada di kisaran 77%. Artinya bahwa perlindungan hak cipta perangkat
lunak di Indonesia masih sangat rendah.
Bagaimana cara melindungin perangkat lunak? Perusahaan dapat mengajukan paten, tetapi
perangkat lunak tersebut harus memiliki penerapan baru. Developer perlu membuktikan bahwa
proses perangkat lunak atau hasil akhirnya merupakan layanan yang belum pernah ada dan
memenuhi persyaratan teknis dari paten. Jika tidak dapat memperoleh paten, solusi terbaik kedua
adalah melalui hak cipta, yang relatif murah dan hampir diakui secara universal. Menurut
perjanjian oleh World Trade Organization (WTO) dan Trade-Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIP), setiap perangkat lunak tertulis (di kaset atau CD) memiliki hak cipta
otomatis. WTO telah menambahkan program komputer dan data ke daftar karya yang dilindungi.
 Rahasia Dagang (Trade Secret)
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak ingin diungkapkan oleh perusahaan agar lebih
unggul dibanding pesaingnya, namun tidak dilindungi oleh undang-undang kekayaan intelektual
seperti merek dagang atau paten. Perlindungan rahasia dagang dilakukan dengan menggunakan
perjanjian non-disclosure untuk memastikan bahwa informasi tersebut akan dijaga
kerahasiaannya. Misalnya, perusahaan menuntut karyawannya menandatangani perjanjian untuk
tidak mengungkapkan desain, instrumen, atau apa pun yang diklasifikasikan sebagai rahasia

6
dagang. Kurangnya perlindungan formal membuat pihak ketiga tidak dapat dicegah untuk
menggandakan dan menggunakan informasi rahasia perusahaan secara independen.

4. Regulasi Perdagangan
Dari 1947 hingga 1994, General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) adalah organisasi
internasional utama yang mengkodifikasi aturan untuk liberalisasi perdagangan. Tujuan utamanya
adalah mencapai kesepakatan untuk menurunkan pembatasan tarif. Salah satu masalah utama dari
perjanjian GATT adalah layanan atau service tidak dimasukkan. Masalah lain adalah
meningkatnya kebijakan proteksionis di antara banyak negara untuk mensubsidi ekspor pertanian
mereka. Berbagai masalah tersebut menyebabkan penurunan efektivitas GATT dan pembentukan
organisasi baru yang disebut World Trade Organization (WTO). Pada tahun 1995 GATT
digantikan oleh WTO hingga saat ini.
WTO adalah forum bagi pemerintah untuk merundingkan perjanjian perdagangan dan
menyelesaikan sengketa dagang. Ada sekitar 150 negara yang menjadi anggota WTO. Sekitar 75
persen di antaranya adalah negara berkembang, yang diberi perlakuan istimewa seperti jangka
waktu yang lebih lama untuk memenuhi pengurangan tarif yang disyaratkan dalam perjanjian.
Berbeda dengan GATT, WTO mencakup layanan, termasuk kekayaan intelektual.
 Arbitasi dan Mediasi
Ada tiga cara untuk menyelesaikan sengketa dagang:
a. Litigasi melalui pengadilan  Penyelesaian sengketa melalui pengadilan
b. Arbitrase  Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (dibantu arbiter, mengikat)
c. Mediasi  Penyelesaian sengketa di luar pengadilan (dibantu mediator, tidak mengikat)
Litigasi bisa sangat mahal dan memakan waktu. Oleh karena itu, banyak yang lebih memilih
alternatif lain. Apa perbedaan antara Arbitrase dan Mediasi? Arbitrase adalah suatu tindakan
dimana suatu sengketa diajukan oleh para pihak kepada satu atau lebih arbiter yang keputusannya
mengikat. Prosedur ini merupakan alternatif di luar pengadilan. Setelah arbitrase dimulai, para
pihak tidak dapat menarik diri. Oleh karena itu, keputusan arbiter mengikat para pihak dan harus
dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Keuntungan arbitrase adalah penegakan hukum,
kerahasiaan, keahlian teknis dari para arbiter, biasanya lebih murah daripada litigasi.
Mediasi bersifat tidak mengikat. Ini adalah proses di mana dua pihak menyepakati seorang
mediator yang mencoba membimbing mereka ke penyelesaian sengketa yang memuaskan.

7
Sekalipun mediasi tidak menghasilkan kesepakatan, proses itu sendiri menentukan masalah
sengketa yang nantinya dapat digunakan untuk mempersiapkan arbitrase jika diperlukan. Mediasi
merupakan prosedur yang lebih disukai untuk diambil ketika para pihak berharap untuk
mempertahankan atau memperbarui hubungan komersial mereka. Keuntungan lain dari mediasi
adalah waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
Ada sejumlah organisasi internasional yang menyediakan jasa arbitrase dan mediasi
a. International Center for Settlement of Investment Disputes (ICSID)
Berkantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat. Bertugas menengahi sengketa
investasi antara negara dengan negara lain.
b. World Intellectual Property Organization (WIPO) Arbitration and Mediation Center
Berbasis di Jenewa, Swiss. Menyediakan layanan arbitrase dan mediasi untuk
menyelesaikan sengketa antara pihak swasta. WIPO berspesialisasi dalam sengketa yang
melibatkan teknologi, kekayaan intelektual, internet, dan perdagangan elektronik.
c. The London Court of International Arbitration (LCIA)
Berpusat di London. Menyediakan layanan arbitrase dan mediasi untuk perselisihan kontrak
dalam perdagangan internasional, termasuk telekomunikasi, asuransi, eksplorasi minyak dan
gas, konstruksi, pengapalan, penerbangan, farmasi, perjanjian pemegang saham, TI,
keuangan dan perbankan.

5. Regulasi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)


 Standar Produk
Untuk memastikan produk yang dijual aman dan sehat, diperlukan regulasi produk dan
promosi. Perbedaan regulasi di tiap negara membuat produsen harus beradaptai dengan regulasi
dan standar produk yang berbeda pada tingkat global, regional, atau nasional. Oleh karena itu,
produsen multinasional harus merencanakan strategi produk secara global atau regional sesuai
regulasi yang berlaku.
Perencanaan produk terdiri dari tiga jenis kegiatan utama:
a. Pertama, produk akhir harus memenuhi standar di setiap negara target.
b. Kedua, perusahaan harus memenuhi standar secara efisien dan hemat biaya.
c. Ketiga, apakah standarisasi bermanfaat atau justru menyulitkan produsen dan pelanggn?
Serta bagaimana antisipasi apabila ada perubahan regulasi sebelum produk dipasarkan?

8
Meskipun hampir semua produk tunduk pada regulasi standarisasi, industri seperti farmasi,
kosmetik, makanan, dan elektronik diawasi lebih ketat. Untuk mencapai kesepakatan global atau
regional untuk standardisasi produk adalah tugas yang sulit. Contohnya saja adaptor steker di
Malaysia, Jepang, Indonesia, dan India berbeda semua padahal masih satu benua Asia.
 The International Organization for Standardization (ISO)
ISO adalah organisasi non-pemerintah (LSM) yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, terdiri
dari jaringan lembaga standar nasional di lebih dari 160 negara. Tugas utamanya adalah
mengembangkan standar produk internasional berdasarkan konsensus dengan anggotanya.
Kepatuhan terhadap standar ISO bersifat sukarela. Organisasi anggota dapat mengajukan
sertifikasi ISO. Sistem Manajemen Mutu ("QMS"), mencakup komitmen top management
terhadap kualitas, kompetensi karyawan, manajemen proses, perencanaan kualitas, desain produk,
peninjauan pesanan, pembelian, pemantauan dan pengukuran proses dan produk. Merek paling
terkenal bersertifikasi ISO sesuai dengan standar internasional, misalnya produk smartphone
seperti iPhone dan Samsung.

6. Regulasi Komunikasi
Peraturan periklanan ditentukan secara nasional dan lokal. Setiap negara menentukan
bagaimana mengatur iklan yang dianggap menyesatkan. Di Uni Eropa, periklanan diatur sendiri.
Menurut European Standards Advertising Alliance, swa-regulasi (SR) adalah sistem di mana
industri periklanan secara aktif mengatur dirinya sendiri. Tiga bagian industri (pengiklan, biro
iklan, dan media) bekerja sama untuk menyepakati standar dan menyiapkan sistem untuk
memastikan bahwa iklan yang gagal memenuhi standar tersebut segera diperbaiki atau dihapus.
 Cyberlaw
Cyberlaw adalah hukum tentang pemanfaatan teknologi internet yang dimulai pada saat
mulai online dan memasuki dunia maya. Cyberlaw digunakan untuk mengatasi cybercrime atau
kejahatan di dunia online. Cyberlaw cukup rumit, contohnya saja tansmisi tunggal pada sistem
komunikasi online dapat melibatkan peraturan di tiga negara: (1) peraturan negara tempat
penerima tinggal, (2) peraturan negara tempat server berada, dan (3) peraturan negara tempat
transaksi dilakukan.

9
7. Resiko Politik
Risiko politik dapat didefinisikan sebagai probabilitas bahwa serangkaian peristiwa yang
tidak diinginkan dapat terjadi. "Peristiwa yang tidak diinginkan" adalah peristiwa yang dapat
berdampak pada kinerja perusahaan dan mengancam nilai perusahaan. Meskipun risiko politik
tidak dapat dihilangkan, tapi dapat dikurangi atau dikelola. Proses manajemen risiko politik terdiri
dari tiga tahap: (1) identifikasi risiko politik, (2) pengukuran risiko, dan (3) pengelolaan risiko.

Contoh pada tabel 4.4, terdapat risiko mikro (firm-spesific risks) dan risiko makro (country-
level risks). Contoh risiko khusus perusahaan termasuk pengambilalihan aset perusahaan,
penculikan karyawan, batasan transfer teknologi tertentu, dan pelanggaran kontrak. Risiko tingkat
negara termasuk membatasi repatriasi keuntungan, kerusuhan sipil, mata uang tidak dapat diubah,
kepemilikan saham lokal yang dipaksakan, dan nasionalisasi industri (misalnya pemerintah
mengambil alih aset semua perusahaan dalam industri tertentu, seperti produksi listrik).
Sebuah perusahaan ritel pakaian di Amerika melaporkan bahwa kinerja perusahaan
bergantung pada pemasok asing dan dapat dipengaruhi secara negatif oleh faktor risiko politik:
a. Ketidakstabilan keuangan atau politik di negara mana pun tempat barang dagangan kita
diproduksi atau didistribusikan.
b. Risiko mata uang dan nilai tukar.
c. Ketidakmampuan produsen untuk memenuhi tenaga kerja lokal, regulasi K3 atau
ketenagakerjaan.
d. Peningkatan keamanan dan persyaratan peraturan yang berlaku untuk barang impor.
e. Pembebanan atau kenaikan bea, pajak, dan pungutan lainnya atas impor.
f. Pemberlakuan UU baru yang berkaitan dengan kuota impor atau pembatasan lainnya.
g. Dampak bencana alam dan masalah kesehatan masyarakat pada operasi manufaktur.

10
h. Penundaan pengiriman karena pertimbangan keamanan pelabuhan atau perselisihan
perburuhan.
i. Peraturan di bawah Undang-Undang Praktik Korupsi Luar Negeri Amerika Serikat.
j. Meningkatnya biaya transportasi.
Menilai risiko politik harus menjadi perhatian utama bagi perusahaan yang memiliki rasio
pendapatan internasional dan domestik yang tinggi, memiliki sejumlah besar modal yang ditanam
di luar negeri, punya ketergantungan pada rantai pasokan global, ada konsentrasi aset atau operasi
yang signifikan di satu negara, dan memiliki ketergantungan pada pertumbuhan internasional.
 Mengukur Risiko Politik
Masalah utama yang menjadi perhatian risiko politik adalah pengukuran dan
pengelolaannya. Risiko politik ditentukan oleh pelaksanaan kekuasaan politik, baik oleh
pemerintah atau serikat pekerja. Metode untuk menilai risiko politik berkisar dari teknik
komparatif sistem pemeringkatan dan pemetaan hingga teknik analisis seperti sistem pakar dan
penentuan probabilitas.
Ada dua pendekatan untuk mengukur risiko politik:
a. Kualitatif, berdasarkan analisis ahli (ekonom, pengurus serikat, politisi, pengusaha)
b. Kuantitatif, diawali dengan identifikasi faktor-faktor kuantitatif yang mempengaruhi
risiko politik. Kemudian rumus digunakan untuk menentukan skor setiap faktor. Rata-
rata dari skor numerik faktor menjadi skor akhir untuk negara tersebut.
Penyedia penilaian risiko politik menggunakan metode kuantitatif yang terkenal adalah:
a. Economist Intelligence Unit (model EIU)
EIU menilai risiko politik (22%), risiko kebijakan ekonomi (28%), risiko struktur
ekonomi (27&), dan risiko likuiditas (23%).
b. Business Environment Risk Intelligence (BERI).
Model BERI mencakup profit opportunity recommendation, yang merupakan ukuran
risiko makro, berdasarkan rata-rata tiga peringkat:
 Indeks Risiko Politik, terdiri dari peringkat variabel politik dan sosial.
 Indeks Risiko Operasi, terdiri dari variabel politik, keuangan, dan ekonomi.
 R Factor (Remittance dan Repatriation), indeks tertimbang pada hukum negara, valuta
asing, cadangan mata uang keras, dan hutang luar negeri.

11
Pada tabel 4.5, urutan negara dengan risiko politik tinggi adalah Rusia, China, Brazil,
Prancis, dan India. Namun setiap negara memiliki risiko yang berbeda. Oleh karena itu, penting
untuk menentukan risiko apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan. Misalnya,
"risiko keuangan" mungkin lebih penting dalam kasus keputusan investasi, sementara "risiko
perdagangan dan pembayaran luar negeri" mungkin paling penting dalam kasus ekspor.
Kesimpulannya, setiap perusahaan global harus mempertimbangkan untuk mengadopsi
strategi penilaian risiko politik yang komprehensif untuk memastikan berinvestasi di tempat yang
tepat dan terus membuat keputusan yang diperlukan untuk mengungguli pesaingnya.
 Mengelola Risiko Politik

Tabel 4.8 mencantumkan sejumlah strategi alternatif manajemen risiko. Salah satu
kemungkinannya adalah berbagi kepemilikan dengan warga negara tuan rumah seperti melalui
usaha patungan. Alternatif ini memiliki sejumlah keunggulan:

12
a. Pertama, pemerintah cenderung tidak mengambil tindakan yang akan merugikan
kepentingan ekonomi lokal.
b. Kedua, partisipasi warga lokal dapat menjadi jembatan yang baik untuk menjadi tuan
rumah bagi perwakilan pemerintah dan serikat pekerja.
Metode lain adalah berpartisipasi dalam proyek-proyek masyarakat seperti mempromosikan
kesejahteraan sosial (sekolah, fasilitas kesehatan) dan proyek pembangunan pedesaan. Contoh
partisipasi dalam proyek kesejahteraan sosial adalah kasus Nike dengan proyek pengembangan
UMKM di Indonesia. Dalam 5 tahun, proyek yang didanai Nike telah memberikan hampir $1,8
juta pinjaman ke UMKM (kredit mikro), kepada 11.500 pengusaha Indonesia. Pinjaman tanpa
agunan ini memungkinkan mereka untuk meluncurkan usaha sendiri.

8. Peran World Trade Organization (WTO)


Sengketa perdagangan dapat terjadi antar negara, negara dan perusahaan bisnis, dan antara
perusahaan bisnis. Badan utama yang menangani sengketa perdagangan yang melibatkan dua atau
lebih negara adalah Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO. Tujuan utamanya adalah untuk
meliberalisasi perdagangan melalui pengurangan atau penghapusan hambatan perdagangan seperti
tarif dan kuota.

13
ARTICLE REVIEW

1. Keterangan Artikel

Judul : A Study of the Influence of Intellectual Property on China–U.S. Trade Relations


Penulis : Wei Li dan Yichao Chen
Tahun : 2020
Jurnal : Sage Open (Q2)
DOI : https://doi.org/10.1177/2158244020915899

2. Fenomena Penelitian
Kekayaan intelektual menjadi masalah yang menganggu hubungan perdagangan antara
China-Amerika. Pertumbuhan ekonomi China yang pesat dan peningkatan jumlah paten menjadi
1,3 juta paten pada tahun 2017, ternyata tidak diimbangi dengan upaya penegakan hukum
kekayaan intelektual di China. Investigasi kementerian perdagangan Amerika menemukan
sejumlah kasus pelanggaran kekayaan intelektual yang dilakukan oleh perusahaan dari China.
Akibatnya, Amerika memberi sanksi berupa pembatasan perdagangan China-Amerika dan bea
cukai sebesar $50 miliar di tahun 2018. Fenomena pelanggaran kekayaan intelektual tersebut
menjadi pemicu sengketa dagang antara China-Amerika.

3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perlindungan kekayaan
intelektual, hambatan perdagangan kekayaan intelektual, dan hubungan perdagangan China dan
Amerika.

4. Riset Gap
Ada indikasi bahwa pemerintah Amerika saat ini telah memulai serangkaian penyelidikan
atas dasar perlindungan kekayaan intelektual untuk membangun penghalang perdagangan dengan
China. Namun, belum ada literatur yang menyajikan kerangka hubungan antara penghalang
perdagangan kekayaan intelektual Amerika, perdagangan China-Amerika, dan perlindungan
kekayaan intelektual di China. Oleh sebab itu, penulis berusaha meneliti tentang hal ini.

14
5. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan model vektor autoregresi (VAR) karena dapat memperkirakan
hubungan dinamis antar variabel endogen. Selain itu, model ini juga dapat mencerminkan
pengaruh perubahan variabel pada variabel lain berdasarkan fungsi respons impuls.
Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil pada
rentang waktu 1995-2016 (kemudian dimodifikasi), dengan simbol sebagai berikut:
a. Kekuatan perlindungan kekayaan intelektual China (IPPS)
b. Kekuatan perlindungan legislatif kekayaan intelektual China (L)
c. Kekuatan perlindungan penegakan hukum kekayaan intelektual China (E)
d. Investigasi kekayaan intelektual China (IV)
e. Neraca perdagangan China-Amerika (BT)

6. Hasil Penelitian

Pada analisis respons impuls, fluktuasi naik-turun-naik muncul dari urutan 1 sampai 4 ketika
DLNBT menanggapi DLNIPPS dan setelehnya tetap diam. Penyebabnya karena kekuatan
perlindungan kekayaan intelektual China (IPPS) meningkat dalam jangka pendek. Oleh sebab itu,
China dapat menerapkan pembatasan teknologi tertentu atas impor dari Amerika atau memiliki
keunggulan teknologi tertentu dalam ekspor ke Amerika, sehingga Amerika mau tidak mau
mengambil langkah-langkah untuk mengamankan impor dan ekspor jangka panjang untuk
mencegah terjadinya dumping.

15
Tanggapan DLNBT terhadap DIV sedikit menurun di urutan 1 hingga 2 dan kemudian
cenderung tidak bergerak. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa penghalang perdagangan
kekayaan intelektual yang didirikan oleh Amerika memiliki pengaruh langsung pada hubungan
perdagangan China-AS. Hal ini dikarenakan oleh kekuatan ekonomi Amerika yang memiliki
kemampuan untuk mengontrol tingkat perdagangan China-AS sampai tingkat tertentu melalui
investigasi perdagangan dan tarif tambahan. Maka, kesimpulan tersebut sesuai dengan proses
perang dagang China-AS tahun 2018.

7. Pembahasan
Model VAR secara keseluruhan menunjukkan bahwa, ketika Amerika sebagai negara maju
memperkuat penghalang perdagangan kekayaan intelektualnya, maka China harus meningkatkan
perlindungan kekayaan intelektualnya, membuat kemajuan dalam usaha kekayaan intelektual, dan
meningkatkan kekuatan kekayaan intelektualnya yang komprehensif untuk mengejar
ketertinggalan dengan Amerika di bidang kekuasaan kekayaan intelektual. Model tersebut juga
menunjukkan hambatan perdagangan kekayaan intelektual dapat berdampak ke hubungan
perdagangan China-Amerika yang menyebabkan sengketa dagang dan kerugian ekonomi.
Brander dkk (2017) menyatakan bahwa China harus menegakkan legalitas dengan
memenuhi komitmennya saat ini terhadap perlindungan kekayaan intelektual. Bagi China, daya
saing inti produknya harus ditingkatkan dengan meningkatkan inovasi produk, mengembangkan
teknologi inti, dan menempa produk "Made in China" menjadi "Created in China". Selain itu,
perlindungan legislatif dan penegakan hukum untuk kekayaan intelektual China harus
disempurnakan demi mengatasi dan melindungi negaranya dari sengketa dagang dengan Amerika.

8. Impilkasi
Implikasi secara akademis adalah temuan ini dapat menjadi panduan bagi penelitian di masa
depan untuk meneliti tentang hak kekayaan intelektual dan pengaruhnya pada hubungan
perdagangan antar negara dengan menggunakan model atau objek penelitian yang lain.
Implikasi bagi para praktisi terutama pemerintah negara berkembang yaitu dapat
mempertegas regulasi dan penegakan hukum tentang kekayaan intelektual di negaranya agar tidak
memicu sengketa dagang dengan negara lain terutama Amerika dengan cara mendukung
peningkatan inovasi produk dan pengembangan teknologi inti pada perusahaan dalam negeri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alon et al. 2017. Global Marketing: Contemporary Theory, Practice, dan Cases 2nd edition.
Routledge Taylor and Francis Group.

Li, Wei dan Yichao Chen. 2020. A Study of the Influence of Intellectual Property on China–U.S.
Trade Relations. Sage Open Journal.

17

Anda mungkin juga menyukai