Anda di halaman 1dari 35

MODUL

KONSEP PSIKOSOSIAL, ETIKA,


TEKNIK DAN MEDIA KOMUNIKASI

KELOMPOK 5 :
1. RIZKI AMELIA (2010302013)
2. RIZKI PUTRI RAMADHAN (2010302014)
3. SHELLA RAHMAYANI (2010302016)
4. TIARA AMOURA (2010302021)

STIKES MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI
Halaman judul ………………………...………...I
Daftar Isi ………………………………....……….II
Konsep psikososial ………………………….1
A. Latar Belakang ………….………………..……..1
B. Tujuan ……………….…….…………...……...2
C. Manfaat ………………..………...……………...2
D. Pembahasan ……………….……….………..3
Pengertian Perkembangan Psikososial………...3
Teori Perkembangan Psikososial ………….3
Empati ………………………………………….4
Etika, Teknik Dan Media Komunikasi ……....…9
A. Latar Belakang………….................................9
B. Tujuan …………...…………………….………9
C. Manfaat ………………………………..……….10
D. Pembahasan …………………...……………10
Etika Dalam Berkomunikasi ………………...10
Etika Komunikasi Dalam Memberikan Asuhan
Kebidanan ………………………………………...12

II
Teknologi Informasi ………………………...15
Sistem Informasi Kesehatan…………………….19
Komunikasi Persuasive (Argumentasi)………..23
Komunikasi Interpersonalisme………………….26
Tantangan Komunikasi Dalam Memecahkan Isu
Dan Berita ………………………………………...26
Daftar Pustaka ………………………...………31

III
KONSEP PSIKOSOSIAL
A. LATAR BELAKANG
Masalah psikososial merupakan masalah yang
banyak terjadi dimasyarakat. Menurut Yeni
(2011) psikososial adalah suatu kemampuan
tiap diri individu untuk berinteraksi dengan
orang yang ada disekitarnya. Sedangkan
menurut Chaplin (2011) psikososial adalah
suatu kondisi yang terjadi pada individu yang
mencakup aspek psikis dan sosial atau
sebaliknya. psikososial berarti menyinggung
relasi sosial yang mencakup faktor-faktor
psikologi. Dari defenisi diatas masalah
psikososial adalah masalah yang terjadi pada
kejiwaaan dan sosialnya.
Banyak masalah-masalah psikososial yang
dihadapi oleh masyarakat khususnya oleh ibu.
Menurut Patricia (2012) yaitu: berduka,
keputusasaan, ansietas, stress, depresi,
ketidakberdayaan, gangguan citra tubuh, HDR
situasional Sedangkan menurut Nanda (2012)
masalah psikososial terdiri dari berduka,
keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan,
resiko penyimpangan perilaku sehat, gangguan
citra tubuh, koping tidak efektif, koping keluarga
tidak efektif, sindroma post trauma, penampilan
peran tidak efektif dan HDR. Menurut Hawari
(2013) masalah psikososial meliputi stress,

1
cemas dan depresi.Masalah psikososial pada
ibu dengan anak retardasi mental.Menurut
World Health Organization (2012) retardasi
mental adalah keadaan perkembangan mental
yang terhenti atau tidak lengkap yang terutama
dintadai oleh adanya keterbatasan,
keterampilan selama masa perkembangan
sehingga berpengaruh pada semua tingkat
intelegensia yaitu kemapuan bahasa, motorik,
kognitif dan sosial. Soetjiningsih (2014)
mendefinisikan retardasi mental sebagai
kecacatan yang ditandai dengan keterbatasan
signifikan baik dalam fungsi intelektual dan
perilaku adaptif (kemampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar) yang dimulai
sebelum umur 18 tahun. Defenisi diatas
retardasi mental merupakan suatu
keterbatasan yang dirasakan oleh anak baik
dari segi intelektual maupun prilaku.
B. TUJUAN
a. Pengertian psikososial
b. Teori psikososial
c. Empati, bentuk-bentuk empati serta macam-
macam empati
C. MANFAAT
a. Mengetahui pengertian psikososial
b. Mengetahui teori psikososial
c. Mengetahui pengertian empati, bentuk-bentuk
empati, serta macam macam empati

2
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Perkembangan Psikososial
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi
pada individu yang mencakup aspek psikis dan
sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk
pada hubungan yang dinamis atau faktor psikis
atau sosial, yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Psikososial
sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata
psiko mengacu pada aspek psikologis dari
individu (pikiran, perasaan dan perilaku)
sedangkan sosial mengacu pada hubungan
eksternal individu dengan orang-orang
disekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi
UI). Istilah psikososial berarti menyinggung
relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikis
(Chaplin, 2011).
2. Teori Perkembangan Psikososial
Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-
tulisannya di bidang psikologi anak. Berangkat
dari teori tahap-tahap perkembangan
psikoseksual Freud yang lebih menekankan
pada dorongan-dorongan seksual, erikson
mengembangkan teori tersebut dengan
menekankan pada aspek-aspek perkembangan

3
sosial. Dia mengembangkan teori yang disebut
theory of psychosocial Develoment
(teori perkembangan psikososial) di mana ia
membagi tahap-tahap perkembangan manusia
menjadi delapan tahapan.
a. Empati
1. Pengertian Empati
Menurut Zoll dan Enz (2012) empati dapat
diartikan sebagai kemampuan
dankecenderungan seseorang (“observer”)
untuk memahami apa yang orang lain (“target”)
pikirkan dan rasakan pada situasi tertentu.
Empati pertama kali diperkenalkan
olehTitchener (1909) sebagai terjemahan
bahasa Inggris dari kata bahasa
German“Einfühlung” (Vischer, 1873; Lipps,
1903) dimana aslinya digunakan dalam
pelajaranestetika untuk menggambarkan
hubungan antara seseorang dengan sebuah
benda seni.Selama abad 20 an istilah ini lebih
diterapkan pada hubungan antar manusia,
dengan kurang lebih dua penekanan yang
timbul, salah satunya mengacu pada
komponen afektif empati, dan lainnya mengacu
pada komponen kognitif empati. Empati
merupakan salah satu bentuk emosi kesadaran
diri, selain rasa malu, rasa cemburu, rasa
bangga dan rasa bersalah. Menurut Darwin,

4
emosi-emosi tersebut berawal dari
perkembangan kesadaran diri dan melibatkan
penguasaan peraturan dan standar
(LaFreniere, 2000)
2. Bentuk Empati
Salah satu hal yang penting adalah
membedakan respons empati itu sendiri.
Eisenberg (2000) memandang respons empati
dapat diwujudkan dengan dua cara,
yaitusimpati dan tekanan pribadi. Lebih lanjut
Eisenberg (2000) mendefinisikan
simpatisebagai respon afektif yang terdiri dari
perasaan menderita atau perhatian untuk
orangyang menderita dan yang memerlukan
bantuan. Mengapa perhatian hanya untuk
orang yang menderita? Manusia tercipta baik
adanya. Mereka diyakini mempunyai
kemampuan untuk memperhatikan orang lain,
terlebih lagi ketika orang lain dalam keadaan
yang kurang menguntungkan. Keadaan yang
menyenangkan pun menarik orang lain untuk
merasakannya, namun keadaan yang kurang
menguntungkan lebih membuat orang untuk
ikut merasakannya. Hal ini dapat dijelaskan
dengan fenomena bahwa dalam keadaan yang
menyedihkan, manusia lebih mudah tersentuh.
Penjelasan lain yang berbeda sudut pandang
dapat dilihat dalam pernyataan Snyder dan
Lopez (2007) yang menyatakan bahwa selama

5
ini manusia memperhatikan hal-hal negatif
dalam psikologi, sebelum akhirnya mereka
bergerak menuju ke arah psikologi positif.
Simpati diyakini melibatkan orientasi orang lain,
motivasi altruistik (Batson dalambEisenberg,
2000). Simpati bermula dari empati, tetapi juga
merupakan hasil proses kognitif.
3. Aspek Empati
Menurut Zoll dan Enz (2012) aspek empati
terdiri dari:
a. Empati kognitif
Memahami perbedaan proses kognitif didalam
observer mulai dari proses asosiatif yang relatif
sederhana pada mekanisme pembelajaran
sampai titik mengambil alih perspektif orang
lain dengan tegas. Untuk mencapai ini,
observer harus fokus perhatian pada targetnya,
membaca sinyal ekspesif dan juga sinyal
keadaan yang berubah, dan mencoba untuk
memahami reaksi yang mengalir dari target.
Proses ini berjalan berdasarkan pada apa yang
dia ketahui tentang ekspresi emosional secara
umum, makna dari situasi secara umum, dan
reaksi target sebelumnya. Selain itu, prasyarat
motivasi, serta diperlukan juga akurasi
persepsi. Sementara pengalaman pribadi
menjadi dasar semua pemahaman empati
(bertindak sebagai dasar pengetahuan untuk

6
mendeteksi dan mengidentifikasi reaksi-reaksi
internal terhadap rangsangan eksternal),
kemampuan kognitif untuk membedakan antara
diri sendiri dan orang lain menjadi penting
sekali dalam empati (Bischof-köhler, 1989).
Empati kognitif dalam pengertian ini sangat
berhubungan erat pada konsep teori pikiran.
Teori pikiran artinya (1) Kemampuan untuk
mengembangkan sebuah pemahaman
keadaan mental pada orang lain, dimana tidak
dapat dilihat secara langsung (e.g. mengenali
bahwa orang dapat mengungkapkan emosi
tertentu ketika merasakan hal yang berbeda)
dan (2) menarik kesimpulan sehubungan
dengan reaksi dan tingkah laku orang lain.
Untuk membuat prediksi-prediksi ini
diasumsikan bahwa observer memiliki “teori
pikiran” atas orang lain (Premack & Woodruff,
1978).
b. Empati Affektif
Berhubungan dengan proses dimana emosi
observer muncul karena adanya (sadar atau
tidak sadar) persepsi keadaan internal target
(baik emosi ataupun pikiran dan sikap). Empati
afektif dengan demikian dapat menjadi hasil
dari empati kognitif, tetapi dapat juga timbul
dari persepsi perilaku ekspresif yang segera
memindahkan keadaan emosi dari satu orang
ke orang lain (penularan emosi). Dalam kasus

7
ini, keadaan afektif observer timbul sama
tingginya dengan target. Sebagai hasil dari
sebuah hubungan langsung atau pemindahan
keadaan emosi antara perorangan melalui
verbal (kata-kata), pra-verbal, dan isyarat non
verbal. Hubungan ini menjadi fungsi biologi
dalam membina identitas sosial dan adaptasi
dalam kelompok, misalnya, ketika sangat
penting bagi kawanan hewan untuk bereaksi
dengan cepat dari pemangsa yang hanya
terdeteksi oleh satu atau beberapa anggota
dalam sebuah kelompok. Dalam hal empati
afektif reaktif muncul karena proses kognitif
(empatik), sebuah percampuran yang lebih
rumit dari keadaan afektif (seperti sombong)
berakibat bertentangan dengan keadaan
emosional yang sangat mirip yang dihasilkan
dari penularan emosi.

8
ETIKA, TEKNIK DAN MEDIA
KOMUNIKASI
A. LATAR BELAKANG
Etika dalam pelayanan kebidanan
merupakan issu utama di berbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang
pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Etika adalah
penerapan dari proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata yang berpusat pada
prinsip dasar dan konsep bahwa manusia
dalam berfikir dan tindakannya didasari oleh
nilai-nilai.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang
berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah
benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau buruk (Jones,
1994)
E. TUJUAN
a. Etika Dalam Berkomunikasi
b. Etika Komunikasi Dalam Memberikan
Asuhan Kebidanan
c. Teknologi Informasi

9
d. Sistem Informasi Kesehatan
e. Komunikasi Persuasive (Argumentasi)
F. MANFAAT
a. Mengetahui Etika Dalam Berkomunikasi
b. Mengetahui Etika Komunikasi Dalam
Memberikan Asuhan Kebidanan
c. Mengetahui Teknologi Informasi
d. Mengetahui Sistem Informasi Kesehatan
e. Mengetahui Komunikasi Persuasive
(Argumentasi)
D. PEMBAHASAN
A. Etika Dalam Berkomunikasi
Kata ”etika” dalam bahasa Yunani
adalah ”ethos” (tunggal) yang berarti
kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia,
adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan
cara berfikir serta ”ta etha” (jamak), yang
berarti adab kebiasaan. Dalam bahasa
Inggris, ”ethics”, berarti ukuran tingkah laku
atau perilaku manusia yang baik, tindakan
yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh
manusia sesuai dengan moral pada
umumnya.
Menurut Aristoteles (384-322 s.M.)
”etika” berarti ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang lama (Poerwadarminta,

10
sejak 1953) ”etika” dijelaskan sebagai: ”ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)”.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988) ”etika”
dijelaskan dengan membedakan tiga arti :
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak)
2) Kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak;
3) Nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat”.
Etika pada umumnya dibagi menjadi dua
macam yaitu etika umum dan etika khusus
(sosial).
1. Etika Umum yaitu etika yang merupakan
dasar dari ilmu etika, yang
mengemukakan prinsip-prinsip yang
menjadi bagian dari ilmu tentang moral.
2. Etka Khusus (Sosial) aplikasi prinsip-
prinsip etika umum, etika ini dikhususkan
bagi profesi tertentu seperti kedokteran,
etika perawat, etika rumah sakit, etika
kebidanan, etika perekam medis dan
informasi kesehatan.

11
Beberapa prinsip etika dalam
berkomunikasi, yaitu:
1. Mencari bagaimana cara yang terbaik
untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lawan bicara.
2. Mendengarkan ucapan lawan bicara
dengan seksama.
3. Berbicara tanpa menghakimi. Bersikap
terbuka dengan pemikiran orang lain atau
lawan bicara.
4. Jujur dan mengekspresikan pemikiran,
kebutuhan, dan perasaan sendiri, bukan
dari orang lain.
5. Memahami lawan bicara saat berbicara.
6. Hindari berbicara untuk orang lain.
7. Paham batasan diri sendiri ketika
berbicara, tidak harus semuanya
dibicarakan. Sesuaikan dengan
kebutuhan dan kenyamanan.
8. Hargai batasan orang lain atau lawan
bicara.
9. Hindari menyela pembicaraan atau
melakukan pembicaraan lain ketika
sedang berada dalam pembicaraan suatu
topik.
10. Ingat bahwa setiap orang memiliki
hak yang sama untuk berbicara
B. Etika Komunikasi Dalam Memberikan
Asuhan Kebidanan

12
Etika dalam pelayanan kebidanan
merupakan issu utama di berbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang
pemahaman para praktisi pelayanan
kebidanan terhadap etika. Etika adalah
penerapan dari proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata yang berpusat pada
prinsip dasar dan konsep bahwa manusia
dalam berfikir dan tindakannya didasari oleh
nilai-nilai.
Etik merupakan bagian dari filosofi
yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan,
apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau buruk (Jones,
1994)
Kaitan antara etika dan moral
adalah bahwa etika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku moral atau
ilmu yang membahas tentang moralitas.
Moral adalah mengenai apa yang dinilai
seharusnya oleh masyarakat.
Kesimpulannya adalah bahwa fungsi
etika dan moralitas dalam pelayanan
kebidanan adalah memberi arah bagi
perilaku manusia dalam hal ini “profesi
bidan” tentang apa yang baik atau buruk,apa
yang benar atau salah, hak dan kewajiban
moral (akhlak), apa yang boleh atau tidak

13
boleh dilakukan sehingga masyarakat akan
merasa puas terhadap pelayanan kebidanan
yang diberikan. Menjaga otonomi dari setiap
individu khususnya bidan klien. Menjaga kita
untuk melakukan tindakan kebaikan dan
mencegah tindakan yang merugikan atau
membahayakan orang lain. Menjaga privacy
setiap individu. Mengatur manusia untuk
berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan
porsinya.
a. Beberapa permasalahan pembahasan
etik dalam kehidupan sehari-hari
adalah sebagai berikut :
1. Persetujuan dalam proses melahirkan
2. Memilih atau mengambil keputusan
dalam persalinan
3. Kegagalan dalam proses persalinan
4. Pelaksanaan USG dalam kehamilan
5. Konsep normal pelayanan kebidanan
6. Bidan dan pendidikan sex
b. Ada beberapa masalah etik yang
berhubungan dengan teknologi,
contohnya sebagai berikut :
1. Perawatan intensif pada bayi
2. Skreening bayi
3. Transplantasi organ
4. Teknik reproduksi dan kebidanan
c. Etik berhubungan erat dengan profesi,
yaitu :

14
1. Pengambilan keputusan dan
penggunaan etik
2. Otonomi bidan dan kode etik
profesional
3. Etik dalam penelitian kebidanan
4. Penelitian tentang masalah kebidanan
yang sensitif
C. Teknologi Informasi
1. Pengertian
 Secara umum pengertian teknologi
Informasi adalah suatu studi perancangan,
implementasi, pengembangan, dukungan
atau manajemen sistem informasi berbasis
komputer, khususnya perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software).
 Menurut ITTA (Information Technology
Association of America), Pengertian
Teknologi Informasi adalah suatu studi,
perancangan, implementasi,
pengembangan, dukungan atau
manajemen sistem informasi berbasis
komputer, terkhususnya pada aplikasi
perangkat keras dan perangkat lunak
komputer. Teknologi informasi
memanfaatkan komputer elektronik dan
perangkat lunak komputer untuk
mengubah, menyimpan, memproses,
melindungi, mentransmisikan dan
memperoleh informasi secara aman.

15
 Haag dan Keen (1996) berpendapat bahwa
teknologi informasi ialah sebuah
seperangkat sarana atau alat yang
membantu manusia dalam pekerjaan dan
tugas-tugasnya yang berhubungan dengan
sebuah pesan atau informasi.
 Williams dan Sawyer (2003) berpendapat
bahwa teknologi informasi merupakan
sebuah kerja sama gabungan antara
komputasi (komputer) dengan sebuah jalur
komunikasi dengan kecepatan tinggi yang
mengembangkan sebuah data, video,
maupun suara.
 Martin (1999) mengatakan bahwa teknologi
informasi bukan sekadar sebuah sistem
perangkat lunak dan keras yang akan
menyimpan sebuah informasi dengan
komputer, melainkan juga sebagai suatu
sarana untuk menyampaikan atau
menyebarluaskan sebuah informasi kepada
orang lain.
 Oxford English Dictionary (OED)
menjelaskan bahwa teknologi informasi
ialah sebuah sistem perangkat lunak dan
perangkat keras dalam sebuah jaringan
telekomunikasi yang biasanya digunakan
dalam urusan usaha ataupun bisnis.

2. Fungsi Teknologi Informasi

16
a. Fungsi sebagai penangkap sebuah informasi
(capture)
Sebuah teknologi informasi memiliki peran
sebagai sebuah alat untuk menangkap
sebuah informasi penting dalam kehidupan
manusia.
b. Fungsi sebagai pengelola sebuah informasi
(processing)
Saat informasi telah ditemukan, maka
dengan adanya teknologi informasi ini
sebuah info atau pesan dapat diolah dengan
baik sedemikian rupa.
c. Fungsi sebagai penghasil sebuah informasi
(generating)
Setelah semua informasi diolah dengan baik,
maka saatnya informasi ini wujudkan dalam
bentuk kemasan atau tampilan yang
menarik.
d. Fungsi sebagai penyimpan sebuah informasi
(storage)
Tidak hanya menangkap dan menghasilkan
sebuah informasi atau pesan, teknologi
informasi ini pun bermanfaat untuk
menyimpan sebuah info penting dengan
baik.
e. Fungsi sebagai pencari sebuah informasi
tertentu (retrial)
Saat sebuah informasi tidak cukup kuat
disampaikan, maka teknologi informasi

17
dapat dimanfaatkan sebagai sebuah sarana
untuk mencari informasi baru tertentu.
f. Fungsi sebagai transmisi sebuah informasi
(transmission)
Dalam fungsi ini, sebuah teknologi informasi
digunakan sebagai sarana informasi untuk
mengirimkan sebuah info atau pesan yang
telah didapat dari sumber yang dilakukan
dengan memanfaatkan jaringan komputer.
3. Tujuan Teknologi Informasi
Tujuan Teknologi Informasi adalah untuk
memecahkan suatu masalah, membuka
kreativitas, meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam melakukan pekerjaan.(Michaell
Putra, 2021)
4. Contoh teknologi informasi
a. Media Cetak
 Surat kabar ialah sebuah sarana informasi
yang dimanfaatkan oleh kebanyakan orang
untuk mendapatkan sebuah informasi
penting, baik informasi dalam bidang politik,
ekonomi, hiburan dan lain-lain.
 Majalah merupakan salah satu jenis media
cetak yang menyampaikan sebuah informasi
menarik kepada orang-orang. Dengan
melalui sebuah majalah, semua orang dapat
mengetahui beberapa informasi khusus
seperti informasi kesehatan, religi, film,
properti, dan lainnya.

18
 Tabloid ialah salah satu contoh teknologi
informasi berupa media cetak yang
menyampaikan sebuah informasi tentang
sebuah hiburan. Melalui tabloid ini, semua
orang mengetahui berbagai macam
informasi menarik seperti halnya di majalah
ataupun koran.
b. Media Elektronik
 Komputer ialah sebuah sarana teknologi
informasi yang saat ini sudah digunakan
oleh kebanyakan orang dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaannya.
Melalui sebuah komputer mereka dapat
menyimpan sebuah data penting dan
menyalurkannya kepada orang lain dengan
cepat dan mudah.
 Televisi ialah sebuah teknologi informasi
yang mempunyai fungsi sebagai sarana
untuk menyampaikan sebuah informasi pada
khalayak ramai. Melalui acara atau sebuah
iklan di televisi, semua orang akan
menerima informasi yang disiarkan.
 Radio merupakan sebuah teknologi infomasi
yang memanfaatkan media elektronik suara
untuk menyampaikan sebuah informasi
secara langsung.

D. Sistem Informasi Kesehatan


1. Pengertian Sistem Komunikasi Kesehatan

19
 Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah
suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintahan
secara sistematika dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat
 Informasi kesehatan adalah hal yang selalu
diperlukan dalam pembuatan program
kesehatan baik dari analisis situasi,
penentuan prioritas, pembuatan alternative
solusi, pengembangan program,
pelaksanaan dan pemantauan hingga
proses evaluasi.
 SIK menurut WHO merupakan salah satu
dari 6 “building block” atau komponen utama
dalam sistem kesehatan di suatu negara
 tatanan Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) termasuk
ke dalam sub sistem ke – 6 mengenai
“Manajemen, Informasi dan Regulasi
Kesehatan”.
2. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
 Memudahkan pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan
 Memudahkan fasilitas kesehatan (faskes)
dalam mendata setiap pasien yang
mendaftar untuk berobat

20
 Mengontrol semua kegiatan yang
berlngsung di dalam faskes tersebut
3. Macam-Macam Sistem Informasi Kesehatan
Menurut cakupan wilayah yang dikelola :
a. SIKNAS
SIKNAS adalah sebuat sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh
Kementrian Kesehatan RI yang merupakan
sistem dengan akses terbatas. Jaringan
SIKNAS adalah jaringan komunikasi data
terintegrasi dengan menggunakan Wide
Area Network (WAN), jaringan
telekomunikasi yang mencakup area yang
luas serta digunakan untuk mengirim data
jarak jauh antara Local Area Network (LAN)
yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal
komputer lainnya. Selain itu, juga
dikembangkan program mobile helath
(mHealth) yang dapat langsung terhubung
ke sistem informasi puskesmas (aplikasi
SIKDA Generik).
b. SIKDA
SIKDA adalah sistem yang dikelola oleh
kabupaten/kota dan provinsi,. Sistem ini
dikelola oleh dinas kesehatan setempat
berdasarkan laporan yang diberikan semua
fasilitas kesehatan setempat, terkecuali
faskes yang merupakan milik Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi. Laporan –
laporan yang masuk dapat berupa laporan

21
hardcopy atau softcopy. Laporan hardcopy
akan dientri kedalam aplikasi SIKDA Generik
secara manual, sedangkan laporan softcopy
akan diimpor ke dalam aplikasi SIKDA
Generik selanjutnya diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional.
SIKDA Generik adalah upaya fragmentasi
data dalam bentuk aplikasi yang
dikembangkan oleh pemerintah. Sistem
Informasi Kesehatan berbasis Generik ini
memiliki karakteristik : inpur pencatatatan
dan pelaporan berbasis elektronik
(computerized), input data hanya dilakukan
di tempat adanya pelayanan kesehatan,
tidak ada duplikasi, serta akurat, tepat,
hemat suber daya (efisien) dan transparan.
Dalam pengembangannya, pengelompokkan
informasi dilakukan berdasarkan pada
karakteristik integrasis sistem informasi
yaitu:
a. Sistem informasi yang mempunyai derajat
integritas internal yang tinggi :
 Sistem informasi rekam medis elektronik
 Sistem informasi manajemen dokumen
 Sistem informasi farmasi
 Sistem informasi geografis
 Sistem pendukung pengambilan
keputusan kesehatan
 Sistem informasi eksekutif

22
 Data warehouse dan datamining
b. Sistem informasi yang mempunyai derajat
integrasi eksternal yang tinggi
 Sistem informasi rekam medis elektronik
 Telemedicine
 Internet, intranet, ekstranet
 Sistem informasi kesehatan publik
c. SIMPUS
SIMPUS adalah sistem yang dikembangkan
untuk mengelola sistem informasi kesehatan
pada level puskesmas, menggantikan sistem
pencatataan dan pelapuran terpadu
puskesmas (SP2TP). Seperti SIKNAS dan
SIKDA, sistem ini sudah terkomputerisasi
namun dalam pelaksanaannya masih belum
berjalan optimal di daerah karena berbagai
alasan baik dari kurangnya sarana yang ada
maupun kurangnya SDM yang mampu
mengelola sistem terkomputerisasi ini.
E. Komunikasi Persuasive (Argumentasi)
a. Pengertian
Kata persuasif dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) memiliki arti bersifat
membujuk secara halus (supaya menjadi
yakin).
Komunikasi persuasif menurut Suryanto
(2015: 354) adalah komunikasi yang
bertujuan mengubah atau memengaruhi
kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang
sehingga bertindak sesuai dengan yang
23
diharapkan oleh komunikator. Komunikasi
persuasif lebih menekankan sisi psikologis.
Komunikasi persuasif dilakukan dengan
halus dan tanpa adanya paksaan. Hasilnya
adalah komunikan akan menerima pesan
dengan suka rela tanpa adanya perasaan
terpaksa.
Menurut Suryanto (2015: 354), sikap-sikap
individu atau kelompok yang hendak
dipengaruhi terdiri atas tiga komponen, yaitu:
a) Kognitif, merupakan perilaku individu yang
mencapai tingkat tahu pada objek yang
diperkenalkan.
b) Afektif, merupakan perilaku individu yang
mempunyai kecenderungan untuk suka atau
tidak pada objek.
c) Konatif, merupakan perilaku individu yang
sudah sampai tahap hingga individu
melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap
objek.
b. Karakterristik persuasi
Menurut Aristyavani (2017: 6-7) ada lima,
yaitu:
1) Pertama, persuasi merupakan sebuah
proses simbolik. Persuasi tidak dapat terjadi
begitu saja, melainkan melalui sebuah
proses yang membutuhkan waktu, tahapan,
dan secara aktif melibatkan pengiriman dan
penerimaan pesan.

24
2) Kedua, persuasi adalah tindakan yang
disengaja untuk memengaruhi orang lain.
Persuasi melibatkan upaya yang sengaja
untuk memengaruhi orang lain, yang dimulai
dari intensi dan kesadaran seseorang yang
hendak melakukan persuasi (persuader).
3) Ketiga, persuasi dilakukan lewat pengiriman
transmisi pesan. Jika seseorang ingin orang
lain berubah sikap atau perilakunya, tetapi
tidak mengirimkan pesan, (hanya diam saja)
maka tidak bisa disebut persuasi.
4) Keempat, perubahan yang dituju adalah
mengubah sikap atau perilaku. Orang atau
lembaga yang melakukan persuasi tidak
hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi
mempunyai target. Targetnya adalah adanya
perubahan atau peneguhan sikap dan
perilaku.
5) Kelima, persuasi membutuhkan pilihan yang
bebas. Khalayak yang menjadi target
persuasi bebas untuk mengikuti atau tidak
mengikuti pesan persuasi

c. Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi


persuasive
Menurut Suryanto (2015:358), yaitu:
a. Sumber pesan/ komunikator yang
mempunyai kredibilitas tinggi.
Seorang komunikator harus memiliki
pengetahuan mengenai apa yang hendak

25
disampaikannya. Sehingga pesan yang
disampaikan jelas.
b. Pesan (masuk akal/tidak).
Pesan yang disampaikan haruslah masuk
akal agar dapat diterima oleh komunikan
yang sebenarnya belum dipahami sama
sekali olehnya.

c. Pengaruh lingkungan.
Lingkungan juga dapat mempengaruhi
berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi
persuasif karena lingkungan dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang.
d. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan
(apakah pesan tersebut diulang-ulang).
Pesan harus masuk di akal atau logika yang
benar.
F. Komunikasi Interpersonalisme
 Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah
interaksi orang ke orang, dua arah, verbal
dan non verbal. Saling berbagi informasi
dan perasaan antara individu dengan
individu atau antar individu di dalam
kelompok kecil (Febrina, 2008).
 Komunikasi Interpersonal adalah proses
penyebaran dan berbagi yang dilakukan
minimal oleh dua orang, secara langsung,
dengan tatap muka, dan bersifat dua arah.

26
 Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi
antar orang-orang secara tatap muka, baik
secara verbal maupun nonverbal.
o Komunikasi Interpersonal adalah pertukaran
informasi, perasaan atau pemikiran antar
manusia (individu) secara tatap muka (face
to face), invidu dengan individu (person to
person), verbal non-verbal. Karena sifat dari
interaksi adalah langsung dan segera,
komunikasi interperson
G. Tantangan Komunikasi Dalam
Memecahkan Isu Dan Berita
Ada tiga pendekatan utama yang biasa
digunakan dalam menganalisa manajemen
isu, yakni pendekatan sistem (system
approach), pendekatan stratejik reduksi
ketidakpastian (strategic reduction of
uncertainty approach) dan pendekatan
retoris (rethorical approach). Satu
pendekatan terbaru yang dikembangkan
oleh Taylor, Vasquez dan Doorley adalah
pendekatan terintegrasi (engagement
approach) yang mengatasi isolasi,
mendorong komunikasi dan menstimulasi
reformasi.
1. Pendekatan Sistem (System approach)
Pendekatan sistem terhadap manajemen isu
berakar pada teori sistem dan prinsip
manajemen bisnis. Sebagaimana dikatakan

27
oleh William G. Scott (1961) bahwa “cara
yang paling bermakna mempelajari
organisasi adalah sebagai sebuah sistem”.
Semua bagian saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain. Walaupun ada
teori lain yang menjelaskan bagaimana
bagian-bagian ini saling berhubungan,
proses hubungan yang utama adalah
komunikasi (dalam Pace dan Faules, 1994).
Pendekatan teori sistem, ada dua tujuan
manajemen isu:
a. manajemen isu berupaya meminimalisir
“kejutan” dari lingkungan dengan bertindak
sebagai sistem peringatan dini bagi
ancaman potensial dan peluang
b. pendekatan ini mempromosikan respon yang
lebih sistematis dan efektif dengan bertindak
sebagai kekuatan koordinasi dan integrasi di
dalam organisasi. Ketika isu teridentifikasi
dan konsekuensi terhadap organisasi dinilai,
manajemen isu bertindak sebagai
“pembersih” untuk sejumlah fungsi potensial
seperti pemberian nasehat, pendidikan,
informasi, penyelesaian masalah dan respon
terhadap media.
2. Pendekatan Stratejik (Strategic reduction of
uncertainty approach)
Secara implisit pendekatan stratejik
menekankan pada orientasi kognitif aksi
organisasi dan perilaku keputusan individu.

28
Perhatian utama adalah bagaimana
interpretasi individu dan kelompok terhadap
sebuah isu berhubungan dengan aksi di
tingkat organisasi. Penelitian Dutton
menekankan seperangkat konsep yang
memberikan cara bagaimana isu
diidentifikasi, dieksplorasi dan akhirnya
mengarah pada pembuatan keputusan
organisasi. Inti dari konsep ini adalah
diagnosis isu stratejik (strategic issues
diagnosis – SID) (Journal of Management
Studies, 1993:339).
3. Pendekatan retoris (Rethorical approach)
Pendekatan ini muncul sebagai respon
terhadap model manajemen isu Chase,
Jones dan Crane dan dikembangkan oleh
ilmuwan retoris yang tertarik pada wacana
korporat dan public relations. Crable dan
Vibbert (1986) mengidentifikasi tiga masalah
dalam pendekatan Chase, Jones dan
Crane.
a. pendekatan model proes manajemen isu
beranggapan organisasi memiliki wewenang
yang sama dengan pemerintah ketika
berhubungan dengan penciptaan kebijakan
publik. Menurut Crable dan Vibert organisasi
tidak memiliki wewenang dalam kebijakan
publik, namun bisa mempengaruhi kebijakan
publik. Manajemen isu merupakan proses

29
bagaimana organisasi bisa menjalankan
pengaruh tersebut
b. Chase, Jones dan Crane memandang isu
sebagai sebuah masalah yang belum
terselesaikan dan siap untuk sebuah
keputusan. Crable dan Vibert (1986)
mendefinisikan isu sebagai sebuah
pertanyaan dan menyatakan bahwa isu
“diciptakan jika satu atau lebih manusia
berhubungan secara signifikan dengan
situasi atau masalah.”
c. Chase dan Jones merekomendasikan tiga
strategi respon terhadap isu: reaktif, adaptif
dan dinamis. Sedangkan Crable dan Vibert
menyarankan strategi “catalystic” dimana
organisasi berupaya “membawa isu melalui
siklusnya sehingga dapat diselesaikan
sesuai dengan tujuan organisasi.” Dengan
demikian, manajemen isu bisa menjadi
aktivitas organisasi proaktif untuk
mempengaruhi dan memformulasi kebijakan
publik.
4. Pendekatan terintegrasi (Engagement
approach)
Pendekatan terintegrasi diperkenalkan oleh
Taylor, Vasquez dan Doorley melalui artikel
mereka Merck and AIDS Activists:
Engagement as a Framework for Extending
Issues Management yang diterbitkan dalam
Jurnal Public Relations Review pada

30
September 2003. Pendekatan terintegrasi
terhadap manajemen isu menjelaskan
bahwa dialog aktif atau keterlibatan antara
organisasi dan publiknya merupakan cara
yang paling efektif dalam mengelola isu.
Teringerasi (engagement) berarti bahwa
stakeholder relevan dipertimbangkan, dan
dilibatkan dalam keputusan-keputusan
organisasi.

Daftar pustaka
Marni, Erna. 2020. Gambaran Psikososial
Anak Jalanan Uasia Remaja. Volume 3 No
2. Diakses Pada Tanggal 4 Agustus 2021
Emiliza, Tiara. 2019. Konsep Psikososial
Menurut Teori Erik H. Erikson Terhadap
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Tinjauan
Pendidikan Islam. Diakses Pada Tanggal 04
Agustus 2021
Febrianti, Novi. Februari 2021. Etika
Komunikasi Sebagai Control Kesalehan
Virtual Dalam Perilaku Bermedia

31
Bermasyarakat Di Era Digitall. Alazhar
Indonesia. Volume 2 No 1. Diakses Pada
Tanggal 04 Agustus 2021.
Kholil, Syukur. 2011. Media Komunikasi.
Fakultas Dakwah. Institute Agama Islam
Negeri Sumatera Utara.
Aristyavani, Inadia. 2017. Persuasi Komunikasi
dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Calpulis.
Effendy, Onong Uchjana. 2015. Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Maryana, Dina. 2016. Analisis Teknik Komunikasi
Informatif BPJS Kesehatan dalam Membentuk
Pelayanan pada Pengguna Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi.
Rosiana, Kiki. 2017. Teknik Komunikasi Koersif
Dinas Kesejahteraan Sosial dalam
Menanggulangi Gelandangan dan Pengemis di
Kota Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi.
Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Bandung: CV. Pustaka Setia.

32

Anda mungkin juga menyukai