Anda di halaman 1dari 45

Pengolahan Data Hujan

Proses dan Penyimpanan


Variabilitas Temporal dan Spatial
Pengisian Data Hujan Harian
Prinsip dasar:
1. Satu rejim hujan
2. Dekat jarak ~ < 12.5 km
3. Dekat elevasi ~ < 150 m
4. Cek korelasi
5. Biasanya memakai data
3-4 stasiun saja
Pengisian Data Hujan Harian:
Metode Rata-rata Aritmatik
1 n
PX   Pi
n i1
• PX adalah data hujan yang hilang dari stasiun pengamatan hujan X
• P1, P2, …, Pn adalah data hujan dari stasiun-stasiun terdekat pada
waktu yang sama
• n adalah jumlah stasiun terdekat
• BATASAN: dipakai bila hujan rata-rata tahunan dari setiap stasiun
hujan yang berdekatan berbeda < 10% dari hujan rata-rata tahunan
dari stasiun dengan data yang hilang; hati-hati untuk daerah
pegunungan
Pengisian Data Hujan Harian:
Metode Rasio-Normal
PX 1  P P P  1 n Pi
   1 2
 ..... n  or PX   NX
N X n N1 N 2 Nn  n i1 Ni
• PX adalah data hujan yang hilang dari stasiun pengamatan hujan X
• P1, P2, …, Pn adalah data hujan dari stasiun-stasiun terdekat pada
waktu yang sama
• n adalah jumlah stasiun terdekat
• NX adalah rata-rata hujan tahunan jangka panjang dari stasiun X
• N1, N2, …, Nn adalah rata-rata hujan tahunan jangka panjang dari
stasiun-stasiun terdekat
• BATASAN: dipakai bila hujan rata-rata tahunan dari setiap stasiun
hujan yang berdekatan berbeda > 10% dari hujan rata-rata tahunan
dari stasiun dengan data yang hilang; pakai sistem kuadran & pilih satu
stasiun saja yang terdekat dari setiap kuadran
Pengisian Data Hujan Harian:
Pembobotan Inverse-Distance
jarak antara stasiun dengan data hujan
yang hilang dengan stasiun-stasiun terdekat
n
W  d b Bobot jarak dimana b adalah faktor
2. i proporsionalitas (b=1 bila inverse-distance;
i 1 b=2 bila inverse-square distance)
1 n
3. P  b
X  di Pi
W i1
• PX adalah data hujan yang hilang dari stasiun pengamatan
hujan X
• P1, P2, …, Pn adalah data hujan dari stasiun-stasiun terdekat
pada waktu yang sama
• n adalah jumlah stasiun terdekaT
• BATASAN: hati-hati untuk daerah pegunungan
Pengisian Data Hujan Harian:
Regresi

PX = bo + b1P1 + b2P2 + …. + bnPn

• PX adalah data hujan yang hilang dari stasiun


pengamatan hujan X
• P1, P2, …, Pn adalah data hujan dari stasiun-stasiun
terdekat pada waktu yang sama
• n adalah jumlah stasiun terdekat
 b0, …, bn adalah koefisien-koefisien yang dihitung
melalui metode least-squares
 BATASAN: cocok bila jumlah data harian banyak
tersedia untuk seluruh stasiun
Konsistensi Data Hujan
Cek inkonsistensi data hujan karena:
• Perubahan lokasi stasiun
• Perubahan tipe alat
• Perubahan lingkungan di sekitar alat
• Perubahan personil pengamat

DATA PERLU DIKOREKSI:


Teknik Kurva Double-Mass
Teknik Kurva Double-Mass
Inkonsistensi terjadi bila:
• Perubahan slope persisten selama 5
tahun atau lebih
• Perubahan slope dapat dihubungkan
dengan perubahan-perubahan fisik
• Slope-slope yang dibandingkan apabila
dihitung melalui metode statistik (ANOVA)
berbeda secara signifikan
Teknik Kurva Double-Mass

Dikoreksi: E*1,36
Teknik Kurva Double-Mass
Contoh Kurva Massa Ganda
Teknik Kurva Double-Mass
• Bila a dan b adalah slope garis sesudah
dan sebelum “break”
• Penyesuaian dilakukan terhadap data
sebelum “break” dengan menggunakan
faktor pengali K= a/b
• Penyesuaian dilakukan terhadap data
sesudah “break” dengan menggunakan
faktor pengali K=b/a
Tes Homogenitas
• Data curah hujan yang telah konsisten
kemudian perlu dites kehomogenannya
• Tidak homogen dikarenakan berasal dari
populasi yang berbeda, misal keberadaan
trend akibat perubahan iklim lokal atau
iklim global
• Tes Homogenitas dilakukan dengan
memplot harga (N, Tx) pada Grafik Tes
Homogenitas
X 10
Tx  ( ).Tr
Xr
X10= curah hujan tahunan dengan PUH 10
tahun
Xr = curah hujan tahunan rata-rata
Tr = PUH curah hujan tahunan rata-rata
X10
Didapat dengan menggunakan Persamaan
Gumbel Modifikasi:

   10  
X 10  X r  0.78 ln  ln   0.45S x
   10  1  

Sx 
 i r
( X  X ) 2

n 1
Curah Hujan Maksimum
Intensitas Hujan
Analisis Curah Hujan Harian
Maksimum
Sistem hidrologi terkadang dipengaruhi oleh
peristiwa‐peristiwa yang luar biasa, seperti
hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran
peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan
frekuensi kejadiannya, peristiwa yang sangat
ekstrim kejadiannya sangat langka (Suripin.
Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. 2004).
Analisis Curah Hujan Harian
Maksimum
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi
berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa
ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis
diasumsikan tidak bergantung (independent),
terdistribusi secara acak, dan bersifat
stokastik.
Analisis Curah Hujan Harian
Maksimum
Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan
suatu besaran hujan disamai atau dilampaui.
Sebaliknya, periode ulang adalah waktu hipotetik
dimana hujan dengan suatu besaran tertentu
akan disamai atau dilampaui. Analisis frekuensi
ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian
yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas
besaran hujan di masa yang akan datang
dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian
hujan di masa akan datang akan masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Analisis Curah Hujan Harian
Maksimum

1. Metode Gumbel
2. Metode Log Pearson Type III
3. Metode Distribusi Normal
Metode Gumbel
Metode Gumbel
Metode Gumbel
Metode Log Pearson Type III
 Metode ini telah mengembangkan serangkaian
fungsi probabilitas yang dapat dipakai untuk
hampir semua distribusi probabilitas empiris.
 Tiga parameter penting dalam Metode Log
Pearson Tipe III, yaitu:
1. Harga rata-rata ( R )
2. Simpangan baku (S)
3. Koefisien kemencengan (G)
Hal yang menarik adalah jika G = 0 maka
distribusi kembali ke distribusi Log Normal.
Metode Log Pearson Type III

 Langkah-langkahpenggunaan distribusi
Log Pearson Tipe III
Metode Distribusi Normal
Metode ini disebut juga distribusi Gauss.
Uji Kecocokan (Chi Kuadrat)
Analisis Intensitas Hujan

Analisis intensitas hujan digunakan untuk


menentukan tinggi atau kedalaman air hujan
per satu satuan waktu. Sifat umum hujan
adalah makin singkat hujan berlangsung, maka
makin besar pula intensitasnya dan semakin
besar periode ulangnya, maka makin tinggi
pula intensitas hujan yang terjadi
Analisis Intensitas Hujan
Analisis tahap ini dimulai dari data curah hujan harian
maksimum yang kemudian diubah ke dalam bentuk intensitas
hujan. Pengolahan data dilakukan dengan metoda statistik
yang umum digunakan dalam aplikasi hidrologi. Data yang
digunakan sebaiknya adalah data hujan jangka pendek,
misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit, dan jam-
jaman. Bila tidak diketahui data untuk durasi hujan maka
diperlukan pendekatan empiris dengan berpedoman pada
durasi enam puluh menit dan pada curah hujan harian
maksimum yang terjadi setiap tahun. Cara lain yang lazim
digunakan adalah mengambil pola intensitas hujan dari kota
lain yang mempunyai kondisi yang hampir sama
Analisis Intensitas Hujan
 Metode Van Breen
 Metode Bell Tanimoto
 Metode Hasper dan Der Weduwen
Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia,
khususnya Pulau Jawa, hujan harian terkonsentrasi selama
4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90% dari jumlah hujan
selama 24 jam (Anonim. Penggunaan Data Curah Hujan
untuk Analisa Hidrologi. 1987).
Intensitas hujan dihitung dengan persamaan :

It : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)


Rt : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)
Metode Bell Tanimoto
Data hujan dalam selang waktu yang panjang (paling sedikit 20 tahun)
diperlukan dalam analisis data frekuensi hujan. Bila data ini tidak tersedia dan
besarnya curah hujan selama enam puluh menit dengan periode ulang 10
tahun diketahui sebagai dasar, maka suatu rumus empiris yang disusun oleh
Bell dapat digunakan untuk menentukan curah hujan dengan durasi 5-120
menit dan periode ulang 2-100 tahun. Rumus Bell dapat dinyatakan dengan
persamaan

keterangan :
R = curah hujan (mm)
T = periode ulang (tahun)
t = durasi hujan (menit)
R1 = besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 1
R2 = besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 2
Metode Bell Tanimoto
Data curah hujan maksimum untuk PUH 10 tahun
dalam penggunaannya untuk Metode Bell di atas,
digunakan harga rata-rata distribusi hujan dua jam
pertama. Intensitas hujan (mm/jam) menurut Bell hitung
dengan persamaan :
Metode Hasper dan Weduwen
Rumus ini berasal dari kecendurungan curah hujan harian yang
dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa hujan memiliki distribusi yang
simetris dengan durasi hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan dari
1-24 jam.
Ujung Berung
Saguling DAM
Bandung

Cililin

Montaya
Cicalengka

Cisondari Ciparay

Paseh

Chinchona
Luas Total DAS :
2.283 km2
Kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi
Kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi
Tinggi hujan (bukan intensitas)

Periode ulang hujan

Kertas probabilitas logaritmik atau


aritmetik: cari yang memberikan
kurva yang mulus dan mendekati
garis lurus
Kurva Intensitas-Durasi-Frekuensi
Konversi : Intensitas (in/h) = Tinggi hujan (in) / Durasi (h)

Waktu konsentrasi (time of concentration)


Perhitungan Intensitas
I = Intensitas, D = Durasi, A
konstanta spesifik wilayah tgt PUH,
B dan C konstanta spesifik wilayah

Anda mungkin juga menyukai