Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

telah diperoleh peneliti selama melaksanakan penelitian di SMA N 2 Sigi. Tujuan

dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang berupa data

kuantitatif yaitu data tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dan telah diajarkan

dengan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two untuk kelas eksperimen

dan model pembelajaran Konvensionl pada kelas kontrol. Data diolah dengan

bantuan Microsoft Excel 2013.

4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini, dipaparkan data hasil analisis instrumen dan data penelitian

selama pembelajaran. Data hasil penelitian ini adalah skor tes pemahaman konsep

fisika siswa pada materi kalor.

4.1.1 Hasil Analisis Instrumen

Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah RPP

dan tugas diskusi kelompok yang divalidasi oleh validator ahli dalam hal ini dosen

pembimbing. Analisis instrumen dilakukan dengan validitas ahli, yang

menekankan pada isi dan konstruk. Validitas konstruk melihat korelasi antar item

pertanyaan. Validitas isi lebih menekankan pada kesesuaian dengan indikator-

indikator yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil validitas ahli, jumlah soal yang diajukan sebanyak 10

nomor dan yang valid sebanyak 10 nomor. Soal yang valid dengan kriteria valid

30
31

tertinggi yaitu 4 dengan kategori soal sangat baik, terdapat pada penggunaan

bahasa, kebenaran konsep, kesesuaian isi, dan pemaknaan kalimat. Pada soal

pretest dan posttest dibuat sama, dimana jumlah soal yang diberikan. Untuk

jumlah soal pretest dan posttest sebanyak 10 nomor.

4.1.2 Hasil Pre-test Pemahaman Konsep


4.1.2.1 Deskripsi Hasil Pre-test
Jumlah instrumen pemahaman konsep pada penelitian ini adalah 10 nomor

dengan skor yang diperoleh apabila semua soal dijawab dengan benar adalah 40.

Jumlah subjek yang mengikuti pre-test adalah 24 orang di kelas eksperimen dan

22 orang di kelas kontrol. Berdasarkan pre-test yang diberikan, pada kelas

eksperimen rerata skor diperoleh 19.33 standar deviasi 2.74 skor minimum yaitu

12 dan skor maksimum 24. Pada kelas kontrol rerata skor diperoleh 18.27 standar

deviasi 2,54 skor minimum adalah 12 dan skor maksimum 21. Hasil penelitian di

atas disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Skor pre-test pemahaman konsep fisika

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen


Keterangan
(Xd) (Xa)
Skor minimum 12 12
Skor maksimum 21 24
Jumlah siswa 22 24
Skor total 402 464
Skor rata – rata 18.95 19.25
Standar deviasi 2.32 2.92

4.1.2.2 Uji Normalitas


32

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji normalitas adalah data hasil Pre-

test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian normalitas data pre-test

pada penelitian menggunakan uji Chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan χ2hitung <

χ2tabel, taraf signifikan α = 0,05, dan derajat kebebasan dk = k – 3 hasil

pengujian normalitas pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil uji normalitas pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pre-Test
Uraian
Eksperimen Kontrol
Sampel 24 22
χ2hitung 0.64 4.81
2
χ tabel 5.99
Keterangan Normal
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai χ2hitung kelas eksperimen maupun kelas

kontrol lebih kecil dari pada nilai χ2tabel. Artinya, hasil ini menunjukan bahwa data

pre-test kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdistribusi normal.

4.1.2.3. Uji Homogenitas

Pengujian data homogenitas ini menggunakan uji-F dengan kriteria jika

Fhitung < Ftabel maka data homogen. Hasil uji homogenitas dari kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas pre-test

Uraian Pre-Test Keterangan


33

Fhitung 1.58
Homogen
Ftabel 2.03

Berdasarkan kriteria, dimana Fhitung < Ftabel maka data tersebut bersifat

homogenitas. Berdasarkan Tabel 4.3, dimana nilai Fhitung (1.58) < Ftabel (2.03). Hal

ini menunjukkan bahwa data tersebut memiliki varians yang sama (homogen).

4.1.2.4 Uji Beda 2 Rerata Pre-test

Setelah terpenuhinya uji normalitas dan homogenitas, maka dilakukan uji-t

dua pihak. Berdasarkan analisis data pre-test, untuk kelas eksperimen rerata skor

diperoleh 19.95 dan standar deviasi 2.92, untuk kelas kontrol rerata skor yaitu

18.95 dan standar deviasi 2.32 maka dilakukan uji hipotesis (Uji-t) beda rata-rata

(dua pihak) dan diketahui nilai thitung = 0.39. Nilai ttabel = t(1-1/2α) pada taraf nyata α =

0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 24 + 22 -2 = 44, diperoleh t0,95(44) = 2.02. Seperti

Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Uji beda rata-rata (dua pihak) pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol
No Nilai rata-rata
Kelas t hitung t tabel Keputusan
. X
1 Kelas Eksperimen 19.25
0.39 2.02 H0 diterima
2 Kelas Kontrol 18.25

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 terlihat bahwa t hitung (0.39) < ttabel (2.02).

Nilai thitung berada pada daerah penerimaan H0. Dengan demikian H0 diterima dan

H1 ditolak. Hal ini menyatakan sebelum diberi perlakuan tidak terdapat perbedaan

pemahaman kosep awal antara kelas eksperimen (XI IPA 3) dan kelas kontrol (XI

IPA 2). Adapun data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 23.


34

4.1.3 Hasil Post-test Pemahaman Konsep


4.1.3.1 Deskripsi Hasil Post-test
Berdasarkan hasil post-test yang diberikan pada kelas eksperimen rerata

skor diperoleh 31.58 standar deviasi 3.59 skor minimum 26 dan skor maksimum

yaitu 37. Pada kelas kontrol rerata skor diperoleh 25.09 standar deviasi 4.03 skor

minimum 18 dan skor maksimum yaitu 32. Data tersebut disajikan pada Tabel

4.4.

Tabel 4.5 Skor post-test pemahaman konsep fisika

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen


Keterangan
(Xd) (Xa)
Skor minimum 18 26
Skor maksimum 32 37
Jumlah siswa 22 24
Skor total 552 758
Skor rata – rata 25.14 31.33
Standar deviasi 3.58 3.76

4.1.3.2 Uji Hipotesis (uji-t) Post-test

Setelah terpenuhinya uji normalitas dan homogenitas, maka dilakukan uji-t

dua pihak. Uji t tersebut diperoleh berdasarkan data post-test. Untuk kelas

eksperimen di peroleh rerata skor yaitu 31.33 dan standar deviasi 3.58 dan kelas

kontrol di peroleh rerata skor yaitu 25.14 dan standar deviasi 3.76. Hasil

perhitungan dengan menggunakan uji hipotesis (Uji-t) beda rata-rata (dua pihak)

diperoleh nilai thitung = 5.83. Nilai ttabel = t(1-1/2α) pada taraf nyata α = 0,05 dan dk =

(n1 + n2 – 2) = 24 + 22 - 2 = 44, adalah t0,95(44) = 2.02. seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.6 Uji Hipotesis post-test

No Kelas X̄ thitung ttabel (α = 0,05) Keputusan


35

1 Eksperimen 31.33
Kontrol 25.14 5.83 2,02 H1 diterima
2

Berdasarkan Tabel 4.5 thitung (5.83) > ttabel (2.02). Hal ini berarti, nilai thitung

berada diluar daerah penerimaan H0, dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.

Hasil ini menyatakan terdapat pengaruh pemahaman konsep fisika antara kelas

yang diberi perlakuan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two dengan

kelas yang diberi perlakuan model konvensional. Adapun data selengkapnya dapat

dilihat di Lampiran 24.

4.1.3.3 Prensentase Pemahaman konsep Kelas Eksperimen dan


Kontrol
Tabel. 4.7 Presentase pemahaman konsep fisika kelas eksperimen dan
kontrol:
Kategori Presentase
No Soal
Pemahaman Eksperimen Kontrol
Interpreting 1 79.16% 68.18%
Classifying 4 85.41% 69.31%
Summarizing 8 83.33% 57.95%
Examplying 10 91.66% 68.18%

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

strategi pembelajaran aktif tipe the power of two terhadap pemahaman konsep

fisika siswa. Pada awal penelitian kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretest,

tes awal (pretest) digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum

diberi perlakuan. Sedangkan tes akhir (posttest) diberikan untuk mengetahui

kemampuan akhir siswa di kedua kelas dan sebagai data analisis penelitian, yang

selanjutnya digunakan sebagai pembanding untuk melihat apakah terdapat

perbedaan pemahaman konsep antara kedua kelas tersebut pada materi kalor.
36

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa

kemampuan awal siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari pemberian tes

awal (pretest) pada kelas eksperimen (XI IPA 3) dengan skor rata-rata sebesar

19.25 sedangkan skor rata-rata pada kelas kontrol (XI IPA 2) adalah 18.95. Untuk

pemberian tes akhir (posttest) pencapaian skor rata-rata pada kelas eksperimen

(XI IPA 3) sebesar 31.33 sedangkan pada kelas kontrol (XI IPA 2) sebesar 25.14.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas eksperimen lebih

tinggi dari pada kelas kontrol. Kemudian berdasarkan uji normalitas posttest,

bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai varians yang

homogen.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dengan

memberikan perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,

akan memperoleh kemampuan pemahaman konsep yang berbeda. Pada kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran aktif tipe the power of two

sedangkan pada kelas kontol yang menggunakan model konvensional. Perlakuan

dengan strategi pembelajaran aktif tipe the power of two yang diberikan pada satu

kelas saja yaitu kelas eksperimen, dimana siswa melakukan diskusi kelompok

(berpasangan). Sedangkan kelas kontol menggunakan model pembelajaran

konvensinal.

Pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada

kelas kontrol. Sebelum kelas eksperimen diberi perlakuan para siswa memberikan

jawaban yang salah dan tanpa alasan yang ilmiah. Setelah diberi perlakuan,

sebagian besar siswa mampu menjawab soal dengan tepat dan dengan alasan yang
37

ilmiah. Sedangkan pada kelas kontrol, tidak banyak siswa yang dapat menjawab

soal dengan tepat .

Fase pertama yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa. Dalam hal ini

peneliti membagikan LDS kepada masing-masing siswa, dalam fase ini siswa

diberikan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran meraka masing-masing.

Pertanyaan menyangkut soal pemahaman konsep fisika dalam hal ini materi

pembelajaran adalah pengertian kalor dan perubahan wujud benda. Pertanyaan

yang diajukan adalah “ketika anda menunangkan air hangat ke dalam gelas untuk

membuat susu, anda memegang gelas tersebut, apa yang anda rasakan pada

tanganmu”

Fase kedua yaitu menjawab pertanyaan. Dimana peneliti meminta siswa

untuk menjawab petanyaan yang ada pada LDS terkait materi pengertian kalor

dan perubahan wujud benda, dalam hal ini peneliti memberikan siswa waktu

untuk menjawab pertanyaan. Pada fase ini masing-masing siswa menjawab

pertanyaan tentang pengertian kalor dan perubahan wujud benda yang ada pada

LDS, siswa menjawab soal dengan jawaban mereka masing-masing tanpa

meminta jawaban dari teman lain.

Fase ketiga yaitu membagi siswa kedalam kelompok (berpasangan).

Pembentukan tim/kelompok terdiri dari 2 orang siswa yang memiliki kemampuan

berbeda-beda. Dimana peneliti memasangkan tiap kelompok berdasarkan

kemampuan berbeda-beda, siswa yang memiliki kemampuan tinggi dipasangkan

dengan siswa yang tingkat kemampuannya rendah, sedangkan yang memiliki

tingkat kemampuan sedang dipasangkan pula dengan yang memiliki tingkat


38

kemampuan sedang. Sebelum membagi kelompok peneliti sudah bertanya kepada

guru mata pelajaran fisika siswa mana saja yang memiliki tingkat kemampuan

tinggi, sedang dan rendah. Setelah pembagian kelompok siswa yang telah

dipasangkan duduk bersama-sama untuk melakukan diskusi.

Fase keempat yaitu meminta pasangan berbagi jawaban. Pada fase ini

peneliti meminta kepada masing-masing pasangan untuk berbagi jawaban tentang

meteri pengertian kalor dan perubahan wujud benda yang ada pada LDS masing-

masing, dimana pasangan berbagi jawaban dengan jawaban yang telah dibuat oleh

pasangannya. Dalam hal ini pasangan kelompok mendiskusikan jawaban tentang

materi pengertian kalor dan perubahan wujud benda yang tepat dan benar untuk

dijadikan jawaban akhir meraka.

Fase kelima yaitu meminta pasangan untuk menyusun jawaban. Pada fase

ini peneliti meminta pada setiap pasangan untuk menyusun jawaban akhir tentang

materi pengertian kalor dan perubahan wujud benda yang telah mereka sepakati

dalam diskusi kelompok. Dimana jawaban ini adalah jawaban yang telah mereka

sepakati saat berdiskusi dalam hal ini jawaban akhir yang telah disusun adalah

hasil diskusi pasangan (2 siswa) yang telah menyepakati jawaban pengertian kalor

dan perubahan wujud benda yang ada pada LDS.

Fase keenam yaitu meminta pasangan membandingkan jawaban. Pada fase

ini peneliti meminta setiap pasangan untuk membandingakan jawaban dengan

jawaban pasangan lain. Dalam fase ini peneliti menunjuk 2 pasangan untuk

membandingkan jawaban mereka dipapan tulis, masing-masing pasangan

memaparkan jawaban tentang materi pengertian kalor dan perubahan wujud benda
39

yang telah meraka jawab bersama. Dimana dalam hal ini masing- masing

pasangan memiliki jawaban yang berbeda-beda tentang pengertian kalor dan

perubahan wujud benda.

Fase ketujuh yaitu membuat rangkuman. Pada fase ini peneliti meminta

siswa untuk mebuat rangkuman tentang materi pengertian kalor dan perubahan

wujud benda, dari pertanyaan yang telah diberikan tetang materi pengertian kalor

dan perubahan wujud benda.

Menurut Arikunto (2013) persentase pemahaman konsep dikategorikan

baik berkisar 76%-100%, cukup berkisar 56%-75% dan kurang berkisar 0-55%.

Pada kategori interpreting dalam soal nomer 1 presentase pemahaman konsep

fisika siswa kelas eksperimen memiliki tingkat prensentase sebesar 79.16%

dikaterogikan baik sedangkan kelas kontrol memiliki tingkat presentase sebesar

68.18% dikatergorikan cukup. Dalam hal ini presentase kelas eksperimen lebih

tinggi dibading kelas kontrol. Pada kategori classifying dalam soal nomer 4

presentase pemahaman konsep fisika siswa kelas eksperimen memiliki tingkat

presentase sebesar 85.41% dikategorikan baik sedangkan kelas kontrol memiliki

tingkat presentase sebesar 69.31% dikategorikan cukup. Dalam hal ini presentase

kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Pada kategori summarizing

dalam soal nomer 8 presentase pemahaman konsep fisika siswa kelas eksperimen

memiliki tingkat presentase sebesar 83.33% dikategorikan baik sedangkan kelas

kontrol memiliki tingkat presentase sebesar 57.95% dikategorikan cukup. Dalam

hal ini presentase kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Pada

kategori examplying dalam soal nomor 10 presentase pemahaman konsep fisika


40

siswa kelas eksperimen memiliki tingkat presentase sebesar 91.66% dikategorikan

baik sedangkan kelas kontrol memiliki tingkat presentase sebesar 68.18%

dikategorikan cukup. Dalam hal ini presentase kelas eksperimen lebih tinggi

dibanding kelas kontrol.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pemahaman konsep

fisika pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dapat

dilihat bahwa kelas yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe the power

of two yaitu kelas eksperimen memiliki tingkat presentase yang baik sedangkan

kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional memiliki tingkat

presentase pemahaman konsep fisika yang cukup. Hal ini disebabkan karena

perbedaan perlakuan yang diberikan pada kedua kelas. Ini menunjukkan adanya

pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe the power of two terhadap pemahaman

konsep fisika siswa pada konsep kalor.

Dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) terdapat penilaian sikap

dan psikomotorik yang hanya dijadikan pelengkap karena dalam penelitian ini

peneliti hanya mengkaji penilaian secara kognitif untuk mengukur pemahaman

konsep fisika siswa.

Anda mungkin juga menyukai