Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN BUMI dan ANTARIKSA

(SISTEM TATA SURYA MELIPUTI ASAL USUL TATA SURYA, MODEL


SKALA SISTEM TATA SURYA, PLANET, SATELIT, DAN MEDIUM
ANTAR PELANET)

Disusun oleh:

Kelompok VIII

HESTI PURWASIH A24117075

WINDI RIANTI DAI A24117069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin.

Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang
agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tak lupa ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada teman-teman atas masukkannya, dorongan dan saran yang
telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan sesuai yang kami
harapkan. Dan kami ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan dan
semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan
bagi kita semuanya.

Palu, 1 maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. . .….i


DAFTAR ISI.......................................................................................................…ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................…. ……..1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................……..…..2
1.3 Tujuan.....................................................................................…. ……..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal Mula Tata Surya……………………………………………….…3
2.2 Model Skala Sistem Tata Surya………………………………………
10
2.3 Model Skala Sistem Planet…………………………..…………….…12
2.4 Model Skala Sistem Satelit…………………………………….. ……18
2.5 Medium Antar Planet………………………………………….
……...22
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………...26
3.2 Saran………………………………………………………………….26
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….27

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah beribu ribu tahun manusia tinggal dan hidup dibumi dengan selalu dinaungi
langit. Di langit yang cerah kita dapat melihat benda-benda langit berupa planet,
matahari, bulan, bintang, meteor dan pada waktu-waktu tertentu meteor. Kemunculan
benda-benda langit dan berbagai fenomena alam lainnya yang berulang secara teratur,
menyebabkan kita dapat mengenal dimensiwaktu. Selanjutnya dimensi waktu ini menjadi
penting sekali dalam pengamatan fenomena alam secara umum.

Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda


langit (seperti halnya bintang, planet, komet,nebula, gugus bintang, atau galaksi)
serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar
belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari
benda-benda langit seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan
bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskanpembentukan dan
perkembangan alam semesta.

Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari
artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen
dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari
peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya juga
didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi
meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi
cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari
astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam:
dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan
penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional
dianggap identik dengan astrofisika
Astronomi sebagian bagian dari sains merupakan ilmu yang paling awal dalam
peradaban manusia, yang sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman Babilonia
kuno. Pada masa itu sudah tertarik untuk mengetahui gejala-gejala alam dengan

1
mengamati perubahan yang terjadi di langityang kemudian banyak melahirkan mitos
mitos dan muncul ilmu astrology yang mempelajari tentang pergerakan benda-benda
langit seperti matahri, bulan, planet-planet dan bintang-bintangyang dipercaya
mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kehidupan seseorang. Orang-orang Romawi
mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan ilmu astronomi maupun
astrologi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada materi ini adalah
1.2.1 Bagaimana asal mula tata surya?
1.2.2 Bagaiman model skala sistem tata surya?
1.2.3 Bagaiman model skala sistem planet?
1.2.4 Bagaiman model skala sistem satelit?
1.2.5 Bagaima medium antar planet?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah pada materi ini adalah
1.3.1 Dapat mengetahui asal mula tata surya
1.3.2 Dapat mengetahui model skala sistem tata surya
1.3.3 Dapat mengetahhui model skala sistem planet
1.3.4 Dapat mengetahui model skala sistem satelit
1.3.5 Dapat mengetahui medium antar planet

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Mula Tata Surya


Tata surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang
mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk 8 buah planet yang sudah diketahui
dengan orbit berbentuk elips, meteor, aasteroid, komet, planet-planet kerdil/katai dan
satelit-satelit alami. Tata surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 miliyar tahun yang lalu
dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari
dan kemudian planet-planet yang mengelilinginya.
Tata surya terletak di tepi galaksi bima sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari
pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata
surya mengelilingi pusat galaksi Bima sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan
dibutuhkan waktu 225-250 juta tahun untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan
umur tata surya yang sekitar 4,6 miliyar tahun, berarti tata surya kita telah mengelilingi
pusat galaksi sebanyak 20-25 kali semenjak terbentuk.
Tata surya dikekalkan oleh pengaruh gaya gravitasi matahari dan sistem yang
setara tata surya, yang mempunyai garis pusat setahun kecepatan cahaya, ditandai adanya
taburan komet yang disebut awan Oort. Selain itu juga terdapat awan Oort berbentuk
piring di bagian dalam tata surya yang dikenali sebagai awan Oort dalam. Disebabkan
oleh orbit planet yang membujur, jarak dan kedudukan matahari berubah mengikuti
kedudukan planet di orbit.
Diduga kelahiran planet dari wujud yang sama dengan matahari atau planet lahir dari
matahari. Fakta menunjukkan bahwa planet-planet terletak pada bidang yang mendekati
datar. Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli,
beberapa di antaranya adalah:

A. Teori Nebula

3
Teori nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)
tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775.
Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen
pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-
Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa.
Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang
sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi
bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat,
dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-
gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam
dan planet luar.

Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet


merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka. Teori Kabut (Nebula) menceritakan
kejadian tersebut dalam 3 (tiga ) tahap :
1. Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar
2. Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai
planet, bergerak mengelilingi matahari
3. Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara
teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari.

 Kelebihan teori nebula/teori kabut :

4
Teori ini berhasil menjelaskan bahwa tata surya datar, orbit ellips planet mengelilingi
matahari hampir datar.

 Kelemahan teori nebula/teori kabut :


1. James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans menunjukkan bahwa massa bahan dalam
gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga memadat
menjadi planet. 
2. F. R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut tidak memenuhi syarat bahwa yang
memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet bukan matahari. Teori kabut
menyebutkan bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki
momentum sudut yang paling besar.

 Berbagai Modifikasi Teori Nebula


Astronom Jerman C. von Weizsaeckar memperkenalkan hipotesis nebulanya pada
tahun 1940-an. Dia berpendapat bahwa suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul
dan keluar sampai jauh sekali dari garis khatulistiwa matahari di jaman purba. Sebagian
besar  lapisan ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium. Akhirnya, tekanan panas
dan radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta
meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang lebih berat itu secara
bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris yang berbentuk seperti ginjal.
Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang terdapat di ruang angkasa dan
berkembang menjadi planet.

B. Teori Planetisimal
Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama Forest Ray Moulton dan seorang
ahli geologi  yang bernama T.C. Chamberlin (dari Universitas Chicago), mengemukakan
suatu teori baru yang mereka namakan hipotesis planetesimal. Planetesimal adalah benda
padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat gas. Menurut Moulton dan
Chamberlin, sebuah bintang yang menembus ruang angkasa dengan cepat berada dekat
sekali dengan matahari kita. Daya tarik yang makin meninggi antara kedua bintang itu
menyebabkan bintang yang satu menaikkan pasang besar di bagian gas panas bintang
yang lain. Pada saat pasang matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat
menjadi bertambah besar, massa gas terlempar dari matahari  dan mulai mengorbit.
Beberapa diantaranya mengikuti bintang lain ketika bintang itu meluncur ke ruang

5
angkasa, sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik matahari yang mulai bergerak
mengelilingi benda alam itu. Pasang matahari menurun kembali bila bintang lain itu
mulai mejauh.  Massa gas yang terlempar dari matahari maupun dari suatu jalan yang
teratur dari sekeliling matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, gas itu berubah
bentuknya menjadi cairan yang lama-kelamaan menjadi massa pada kecil. Pecahan-
pecahan yang disebut planetesimal tarik-menarik dan akhirnya membentuk planet.

C. Teori Pasang Surut Bintang

Sir James Jeans (1877 – 1946) dan Harold Jeffrey (1891) keduanya ilmuwan dari
Inggris menyatakan teori pasang surut gas, yaitu adanya sebuah bintang yang besarnya
hampir sama dengan matahari melintas mendekati matahari, sehingga mengakibatkan
terjadinya pasang gas (terlepasnya sebagian massa matahari berbentuk seperti cerutu)
karena daya tarik bintang yang melintas dan massa tersebut bergerak mengelilingi
matahari. Dalam proses mengelilingi matahari massa tersebut mengalami perpecahan
menjadi butiran besar dan kecil. Butiran besar dapat menarik butiran kecil dan bergabung
membentuk gumpalan gas di sekitar matahari. Gumpalan inilah yang menjadi planet-
planet sebagai anggota tata surya

D. Teori Kondensasi

6
Teori Hipotesis kondensasi ini dikemukan oleh GP. Kuiper (seorang astronom
Belanda) pada tahun 1950. Dalam teori ini menyatakan bahwa sistem tata surya itu
ternyata pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Dan di dalam Kabut itu terdiri dari
debu, es, dan gas. Bola kabut ini selanjutnya berotasi sehingga bagian yang ringan
mudah terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya. Lama-
kelamaan bola kabut ini membentuk sebuah cakram, perputarannya pun semakin cepat,
dan suhunya pun semakin bertambah. Akhirnya, cakram itu kembali berbentuk bola gas
yang cukup solid hingga terbentuklah Matahari. Bagian tepi cakram yang berupa gas dan
debu mulai bertarikan dan membentuk suatu gumpalan. Selanjutnya, gumpalan tersebut
terlepas dari Matahari dan menyebar ke sekitarnya. Gumpalan-gumpalan itu disebut
protoplanet. Protoplanet lambat laun makin dingin dan padat sehingga membentuk
planet. Protoplanet  tetap berotasi di orbitnya dan sambil berotasi dia juga berevolusi
mengelilingi Matahari.

E. Teori Bintang Kembar

    Hipotesis bintang kembar dikemukakan oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Hipotesis
ini menyatakan bahwa pada awalnya tata surya berupa dua bintang yang berukuran
hampir sama dan letaknya berdekatan. Dari kedua bintang tersebut, dengan salah satunya
belum stabil. Pada bintang yang tidak stabil ini suatu saat terjadi reaksi yang sangat cepat
sehingga menghasilkan energi berupa panas, dan akhirnya bintang tersebut meledak
menjadi serpihan-serpihan kecil. Serpihan-serpihan tersebut terperangkap oleh gaya
gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai bergerak mengelilinginya. Karena
adanya gaya gravitasi serpihan yang letaknya berdekatan bergabung sedikit demi sedikit
dan akhirnya membentuk planet, dan terbentuklah susunan tata surya.

7
F. Teori Big Bang

Gagasan big bang didasarkan atas alam semesta yang berasal dari keadaan panas dan
padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Semua galaksi di alam
semesta akan memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada model Big Bang, alam semesta
berasal dari ledakan sebuah konsentrasi materi tunggal beberapa 1010 tahun yang lalu
secara terus menerus berekspansi sehingga pada keadaan yang lebih dingin (pergeseran
merah galaksi) seperti sekarang. Beberapa helium yang ditemui dalam bintang-bintang
sekarang kemungkinan berasal dari reaksi nuklir dalam bola api kosmik yang padat.
George Gamow (fisikawan) mengkaji model asal alam semesta ini dan menghitung
ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan foton-foton. Ia memprediksi foton
ini, tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati sekarang sebagai foton-
foton radio dan temperatur 3 K merupakan penjelasan yang baik sebagai radiasi latar
(background radiation) yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson di
Amerika tahun 1965.
Radiasi latar gelombang mikro dari berbagai arah diantariksa juga diukur oleh para
ilmuwan lain yang memperoleh 2,9 K yaitu temperatur terendah yang mungkin terjadi
radiasi termal suatu benda. Fakta menunjukkan bahwa alam semesta mengembang pada
kecepatan yang meningkat dengan jarak. Karena cahaya galaksi yang lebih jauh tergeser
merah lebih besar maka ia terlihat pada bumi kurang energik dari pada jika ia tidak
tergeser merah (foton merah kurang energik daripada foton biru). Dengan memakai
konstanta Hubble 100 km/s per megaparsek, diperoleh bahwa pada jarak 3.000
megaparsek, kecepatan resesi (pergeseran merah) adalah 3 x 105 kilometer per sekon,
sama dengan kecepatan cahaya. Jadi galaksi yang berjarak lebih dari 3.000 megaparsek
(horison alam semesta yang dapat diamati) tidak pernah terlihat.
Galaksi mengandung hidrogen sekitar tiga kali lebih banyak daripada Helium.
Pengamatan ini dapat dijelaskan sebagai akibat dari pendinginan alam semesta setelah
dentuman besar. Diatas temperatur 10 milyar (1010) derajat, netron dan proton terlepas

8
bebas dari intinya. Begitu alam semesta menjadi dingin, neutron dan proton bergabung
membentuk inti helium pada 10 milyar derajat, menyisakan kelebihan proton sebagai inti
hidrogren, bersesuaian dengan rasio massa hidrogen terhadap helium sebesar tiga
berbanding satu.
Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar
tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada
porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan
ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram
raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa
yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih
kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi
yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya.
Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-
gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet kita. Planet bumi.
Tapi tahun 1948, George Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia
mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa
radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada’
ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan
Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut
‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi
meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah
sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang.

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:

1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan
atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi.
Material besi yang jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat
jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel
luar dan kerak bumi.

9
G. Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory)

Teori ini pertama kali pada tahun 1948 yang diusulakan oleh H. Bondi, T. Gold dan F.
Hoyle dari Universitas Cambridge. Menurut teori ini, alam semesta tidak ada awalnya
dan tidak ada akhirnya. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara
terus menerus datang membentuk atom-atom hedrogen dalam angkasa yang membentuk
galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam
ekspansinya.

Teori keadaan tetap ini berlawanan sekali dengan teori big bang. Dalam teori ini,
ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling
menjauh. Dalam teori tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam
ruang angkasadi antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna
menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah
hedrogen. Yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.

Sampai sekarang belum ada model yang benar-benar tepat untuk menggambarkan
masa depan alam semesta. Pertanyaan-pertanyaan kita sekarang tentang suatu hal pada
akhirnya memang akan terjawab, tetapi setelah itu akan selalu muncul pertanyaan-
pertanyaan baru. Demikianlah yang terjadi jika kita bertanya tentang alam semesta, kita
tidak akan pernah puas. Seringkali kita mencapai suatu pertanyaan yang mendasar sekali,
yang akhirnya membuat hati kita kagum, heran, takzim, sampai pada suatu perenungan
betapa luar biasa Kuasa Tuhan di alam semesta ini.

2.2. Model Skala Tata Surya


A. Model Geosentris
Lebih dari 2000 tahun yang lalu telah diterima model sistem matahari geosentris yang
dikemukakan oleh ahli astronomi Yunani kuno, Hipparchus pada tahun 140 SM (sebelum
masehi). Dalam model geosentris dikemukakan bahwa Matahari, bintang, planet dan bulan
bergerak mengelilingi bumi. Teori ini kemudian dikembangnkan oleh Claudius
Ptolemaeus sekitar tahun 150 SM yang disebut teori Ptolemaeus.

B. Model Heliosentris

10
Ahli astronomi Yunani, Aristarchus (310 - 230 SM), pernah menyarankan bahwa
matahari mungkin berada pada pusat alam semesta dan bumi mengitarinya. Konsep
heliosentris ini belum mendapat tempat dalam bidang astronomi. Baru pada tahun 1543
terjadi revolusi ilmiah besar-besaran karena Copernicus (1473 - 1543) mengganti model
Geosentris dengan model Heliosentris yang lebih sederhana.
Teori heliosentris muncul tahun 1540 dan dikemukakan oleh astronom Polandia,
Nicolaus Copernicus. Copernicus mempertanyakan apakah Bumi berotasi dan berevolusi?
Karena ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari teori geosentris, maka ia
mengemukakan teori heliosentris, bahwa Matahari merupakan pusat alam semesta. Pada
zaman itu, alam semesta dan tata surya masih belum mendapatkan perbandingan jelas
hingga zaman modern. Teori menjadi bahan ejekan karena bila Bumi berputar, mengapa
manusia tidak jatuh dari Bumi? Jawabannya ditemukan oleh Galileo dan Newton. Teori
heliosentris muncul tahun 1540 dan dikemukakan oleh astronom Polandia, Nicolaus
Copernicus. Copernicus mempertanyakan apakah Bumi berotasi dan berevolusi? Karena ia
tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari teori geosentris, maka ia
mengemukakan teori heliosentris, bahwa Matahari merupakan pusat alam semesta. Pada
zaman itu, alam semesta dan tata surya masih belum mendapatkan perbandingan jelas
hingga zaman modern. Teori menjadi bahan ejekan karena bila Bumi berputar, mengapa
manusia tidak jatuh dari Bumi? Jawabannya ditemukan oleh Galileo dan Newton yang
terkenal dengan gaya gravitasi Bumi.

 Hukum Bode
Untuk menentukan jarak planet dari Matahari, ada sebuah metode sederhana yang
dikenal dengan hukum Titius – Bode. Metode ini ditemukan oleh seorang astronom
Jerman yang bernama Johann Daniel Titius pada tahun 1766 dan diperkenalkan oleh
rekannya pada tahun 1772, yaitu Johann Elert Bode. Tuliskan sebuah deret 0,3,6,12,24,
dan seterusnya, kemudian tambahkan setiap bilangan dengan 4. Hasilnya bagikan dengan
10. Secara matematis, hukum Titius – Bode ini dapat kita tuliskan dengan persamaan
sebagai berikut:

r = (n+4)/10 ; n = 0,3,6,12,24, dengan

n = deret bilangan

r = jarak planet dari Matahari dalam satuan AU

11
matahari-dan-planet-planet-yang-mengelilinginya-beserta-lintasan-orbit. Jika kita
perhatikan, 7 angka pertama dari deret Titius – Bode , akan menghasilkan nilai yang
hampir mendekati (0,4; 0,7; 1,0; 1,6; 2,8; 5,2; 10,0) dengan nilai sesungguhnya jarak
Planet Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, dan Saturnus dari Matahari (0,39; 0,72;
1,0; 1,52; 5,20; 9,54). Pada nilai 2,8, dikemudian hari, para astronom menemukan sabuk
asteroid yang jarak sebenarnya adalah antara 2,2 sampai 3,3 AU dari Matahari.

2.3 Model Skala Planet

Planet dalam bahasa Yunani artinya pengembara, karena kedudukan planet selalu
berubah-ubah, tidak bisa menetap. Planet merupakan benda langit yang tidak
memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.

Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang,

12
2. mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat
mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk
kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat),

3. tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di
intinya; dan telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood;
mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup
besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya.

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya terdapat delapan planet.
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang artinya Bintang
Pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu
ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang
yang lain. Perpindahan ini (pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar
mengelilingi matahari. Namun pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep
heliosentris, planet dianggap sebagai representasi dewa di langit. Pada saat itu yang
dimaksud dengan planet adalah tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus,
Mars, Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan Bulan dari
daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang.

Menurut IAU (Persatuan Astronomi Internasional), terdapat delapan planet dalam


sistem Tata Surya:

1. merkurius
2. venus
3. bumi
4. mars
5. yupiter
6. saturnus
7. Uranus
8. neptunus

Urutan planet-planet tersebut dimulai dari yang paling dekat terhadap matahari. Garis
edar anggota tata surya mengelilingi matahari disebut orbit. Anggota tata surya selain
mengelilingi matahari, juga berotasi pada sumbunya masing-masing. Di antara orbit Mars
dan Yupiter terdapat planet-planet kecil yang sangat banyak, yang dinamakan asteroid

13
dan planetoid. Daerah lintasan utama asteroid dinamakan sabuk asteroid atau asteroid
belt.

 Klasifikasi Planet

Planet-planet anggota tata surya dapat dikelompokkan berdasarkan orbitnya serta


ukuran dan massanya.

1. Berdasarkan letak peredarannya dengan bumi sebagai acuan, planet-planet dibedakan


sebagai berikut.

a) Planet Inferior yaitu planet yang peredarannya terletak diantara matahari dan bumi.
Yang termasuk planet inferior adalah Merkurius dan Venus.

b) Planet Superior yaitu planet yang peredarannya terletak di luar peredaran bumi. Yang
termasuk planet superior adalah Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan
Pluto.

2. Berdasarkan letak peredaran asteroid, planet-planet dibedakan sebagai berikut:

a) Planet Dalam (inner planet) yaitu planet yang peredarannya antara matahari dan
asteroid. Yang termasuk planet golongan ini adalah : markurius, venus, Bumi, dan
Mars.

b) Planet luar (outer planet) yaitu planet yang peredarannya di luar asteroid. Yang
termasuk planet golongan ini adalah: Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.

3. Berdasarkan ukuran dan massa planet jika di banding dengan Bumi, planet dikelompokan
menjadi:

a) Planet terestrial yaitu planet yang memiliki ukuran dan masa lebih kecil atau sama
dengan bumi. Masa jenisnya rata-rata 3,8-5,5 g/cm3. Yang termasuk planet ini adalah
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, dan Pluto.

b) Planet Jovian yaitu planet yang ukuran dan massanya jauh lebih besar dari pada bumi
dengan massa 13-320 kali massa bumi. Massa jenis rata-ratanya 0,7-2,2 g/cm3.
Atmosfer produksinya adalah H2, CH4, dan NH3. Yang termasuk planet jovian adalah
Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

 Fakta Masing-Masing Planet

1) Merkurius
14
Merkurius adalah planet di terkecil di dalam tata surya dan juga yang terdekat dengan
Matahari dengan kala revolusi 88 hari. Kecerahan planet ini berkisar diantara -2 sampai
5,5 dalam magnitudo tampak namun tidak mudah terlihat karena sudut pandangnya
dengan matahari kecil (dengan rentangan paling jauh sebesar 28,3 derajat. Merkurius
hanya bisa terlihat pada saat subuh atau maghrib. Tidak begitu banyak yang diketahui
tentang Merkurius karena hanya satu pesawat antariksa yang pernah mendekatinya yaitu
Mariner 10 pada tahun 1974 sampai 1975. Mariner 10 hanya berhasil memetakan sekitar
40 sampai 45 persen dari permukaan planet.

Mirip dengan Bulan, Merkurius mempunyai banyak kawah dan juga tidak mempunyai
satelit alami serta atmosfir. Merkurius mempunyai inti besi yang menciptakan sebuah
medan magnet dengan kekuatan 0.1% dari kekuatan medan magnet bumi. Suhu
permukaan dari Merkurius berkisar antara 90 sampai 700 Kelvin (-180 sampai 430 derajat
selsius).

2) Venus

Pada awalnya Venus pernah diduga sebagai salah satu bintang. Orang-orang Yunani
purba melihat planet terang yang indah, dan mereka menamakannya Venus atau dewi
cinta. Setelah bulan, Venus adalah benda angkasa paling terang di langit malam. Karena
ukurannya hampir sama dengan bumi, sampai abad XX para astronom memperkirakan
bahwa planet ini serupa dengan bumi. Hasil penyelidikan bahwa atmosfir di Venus terdiri
atas campuran karbon dioksida dan asam sulfat yang mematikan sehingga tidak
memungkinkan adanya kehidupan di planet Venus.

Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah Merkurius. Planet ini
memiliki radius 6.052 km dan mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari. Atmosfer
Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3% nitrogen, sehingga hampir tidak
mungkin terdapat kehidupan.

Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet planet lain. Selain itu, jangka
waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi
matahari. Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu
permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu
diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus
termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.

15
3) Bumi

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan
usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta
kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer)
dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari
angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini
menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi
menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan
melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara
-70°C hingga 55°C bergantung pada iklim setempat. Sehari di dibagi menjadi 24 jam dan
setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760
milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar
5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet
yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.

Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur


sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi
dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi
diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air,
karbondioksida, dan gas lain.

Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku
setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat
cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800
kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi
setebal kurang lebih 85 kilometer. Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5
kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan
tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi. Titik
tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik
terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter.
Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau
terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 Km2.

4) Mars

16
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil dari nama
Dewa Yunani kuno untuk perang. Namun planet ini juga dikenal sebagai planet merah
karena penampakannya yang kemerah-merahan. Lingkungan Mars lebih bersahabat bagi
kehidupan dibandingkan keadaan Planet Venus. Namun begitu, keadaannya tidak cukup
ideal untuk manusia. Suhu udara yang cukup rendah dan tekanan udara yang rendah,
ditambah dengan komposisi udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan
manusia harus menggunakan alat bantu pernafasan jika ingin tinggal di sana. Misi-misi
ke planet merah ini, sampai penghujung abad ke-20, belum menemukan jejak kehidupan
di sana, meskipun yang amat sederhana. Planet ini memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos
dan Deimos. Planet ini mengorbit selama 687 hari dalam mengelilingi matahari. Planet
ini juga berotasi. Kala rotasinya 24,62 jam.

Dalam mitologi Yunani, Mars identik dengan dewa perang, yaitu Aries, putra dari
Zeus dan Hera. Di planet Mars, terdapat sebuah fitur unik di daerah Cydonia Mensae.
Fitur ini merupakan sebuah perbukitan yang bila dilihat dari atas nampak sebagai sebuah
wajah manusia. Banyak orang yang menganggapnya sebagai sebuah bukti dari peradaban
yang telah lama musnah di Mars, walaupun di masa kini, telah terbukti bahwa fitur
tersebut hanyalah sebuah kenampakan alam biasa.

5) Yupiter

Yupiter atau Jupiter adalah planet terdekat kelima dari matahari setelah Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars. Yupiter merupakan planet terbesar dalam sistem tata surya kita.
Strukturnya sebagian besar terdiri atas gas, terutama hydrogen dan helium. Di bawah
kumpulan awan tekanannya sangat besar, sehingga hidrogen dimampatkan dalam bentuk
cairan dan ke bawah menjadi hydrogen logam. Planet ini menyebarkan lebih banyak
radiasi panas daripada menerima radiasi dari matahari. Jarak rata-rata antara Jupiter dan
Matahari adalah 778,3 juta km. Jupiter adalah planet terbesar dan terberat dengan
diameter 14.980 km dan memiliki massa 318 kali massa bumi. Periode rotasi planet ini
adalah 9,8 jam, sedangkan periode revolusi adalah 11,86 tahun.

Di permukaan planet ini terdapat bintik merah raksasa. Atmosfer Jupiter mengandung
hidrogen (H), helium (He), metana (CH4), dan amonia (NH3). Suhu di permukaan planet
ini berkisar dari -140oC sampai dengan 21oC. Seperti planet lain, Jupiter tersusun atas

17
unsur besi dan unsur berat lainnya. Jupiter memiliki 63 satelit, di antaranya Io, Europa,
Ganymede, Callisto (Galilean moons).

6) Saturnus

Saturnus adalah sebuah planet yang terletak di tata surya dimana planet ini terkenal
sebagai planet bercincin. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari. Karena itulah,
Saturnus tampak tidak terlalu cerah dari Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46
tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus.
Selain berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam
14 menit. Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat
penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat.
Atmosfer Saturnus tersusun atas gas amonia dan metana. Hal ini tentu tidak
memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus. Cincin Saturnus sangat unik.

Terdapat beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini
masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari
lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga
terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang.
Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah
bongkahan-bongkahan es meteorit. Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah
satelit alami. Tujuh diantaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah
gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan
(Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius), dan Iapetus.

7) Uranus

Uranus adalah planet terjauh ke-7 dari Matahari setelah Saturnus, ditemukan pada
1781 oleh William Herschel (1738-1822). Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Kemudian Neptunus ditemukan
pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan
orbit Uranus. Uranus memiliki jarak dengan Matahari sebesar 2875 juta km. Uranus
memiliki diameter mencapai 51.118 km dan memiliki massa 14,54 massa Bumi. Periode
rotasi planet ini adalah 17,25 jam, sedangkan periode revolusi adalah 84 tahun. Bentuk
planet ini mirip dengan Bulan dengan permukaan berwarna hijau dan biru. Uranus
memiliki 18 satelit alami, diantaranya Ariel, Umbriel, Miranda, Titania, dan Oberon.

18
8) Neptunus

Neptunus merupakan planet terjauh (kedelapan) jika ditinjau dari Matahari Neptunus
memiliki jarak rata-rata dengan Matahari sebesar 4.450 juta km. Neptunus memiliki
diameter mencapai 49.530 km dan memiliki massa 17,2 massa Bumi. Periode rotasi
planet ini adalah 16,1 jam., sedangkan periode revolusi adalah 164,8 tahun. Bentuk
planet ini mirip dengan Bulan dengan permukaan terdapat lapisan tipis silikat. Komposisi
penyusun planet ini adalah besi dan unsur berat lainnya. Planet Neptunus memiliki 8
buah satelit, di antaranya Triton, Proteus, Nereid, dan Larissa.

2.4 Model Skala Satelit

Satelit adalah benda langit pengiring planet. Satelit senantiasa mengiringi dan
berputar terhadap planet pusatnya. Berdasarkan cara terbentuknya satelit dapat dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Satelit Alam, adalah satelit yang terbentuk karena adanya peristiwa alam bersamaan
dengan terbentuknya planet. Contoh: Bulan, sebagai satelit alam Bumi; Titan, sebagai
satelit alam Saturnus.

b. Satelit Buatan, adalah satelit yang dibuat oleh manusia yang digunakan untuk tujuan
tertentu. Contoh: Satelit cuaca, satelit komunikasi, satelit mata-mata, dan sebagainya.

Pada umumnya planet-planet dalam sistem tata surya mempunyai beberapa satelit
yang senantiasa mengiringinya. Hanya planet Merkurius dan planet Venus yang tidak
memiliki satelit. Jumlah masing-masing satelit untuk setiap planet ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.

Planet Jumlah Satelit* Nama Satelit Diameter (km)

Merkurius - - -

Venus - - -

Bumi 1 Bulan 3.476

Mars 2 Phobos 22

Deimos 14

19
Yupiter 50 diketahui (+12 Io 3.630
menunggu
Europa 3.138
konfirmasi)
Ganymede 5.262

Saturnus 53 diketahui ( +9 Pandora 90


menunggu
Epimetheus 120
konfirmasi)
Janus 190

Uranus 27 Cressida 66

Desdemona 58

Juliet 84

Neptunus 13 Proteus 416

Triton 2700

Nereid 340

Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada
tanggal 4 Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev
sebagai kepala disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu
lomba ruang angkasa (space race) antara Soviet dan Amerika. Sputnik 1 membantu
mengidentifikasi kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan
orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan ionosphere.
Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberi
kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam
disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke
bumi.

Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk
hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika. Pada bulan Mei, 1946,
Project Rand mengeluarkan desain preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk
mengedari dunia, yang menyatakan bahwa, "sebuah kendaraan satelit yang berisi
instrumentasi yang tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke

20
duapuluh". Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946
dibawah Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics of the United
States Navy). Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya mengeluarkan
laporan diatas, tetapi tidak mengutarakan bahwa satelit memiliki potensi sebagai senjata
militer; tetapi, mereka menganggapnya sebagai alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada
tahun 1954, Sekertari Pertahanan Amerika menyatakan, "Saya tidak mengetahui adanya
satupun program satelit Amerika."

Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika Serikat akan
mau meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui sebagai
Project Vanguard. Pada tanggal 31 July, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan
meluncurkan satelit pada musim gugur 1957.

Jenis-jenis Satelit

a. Satelit astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan
objek angkasa lainnya yang jauh.
b. Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan
telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan
satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun
beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit Bumi rendah.
c. Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi
dari orbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-
militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.
d. Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke
penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan
bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika
Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit dan
penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat penerima sinyal
satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data posisi di suatu tempat dengan ketelitian
beberapa meter dalam waktu nyata.
e. Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
f. Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang
menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya

21
kepada antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan untuk menggantikan
sumber tenaga konvensional.
g. Stasiun angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai tempat
tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan pesawat
angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa utama atau fasilitas
pendaratan; Dan kendaraan lain digunakan sebagai transportasi dari dan ke stasiun.
Stasiun angkasa dirancang untuk hidup jangka-menengah di orbit, untuk periode
mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan.
h. Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.
i. Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk
mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit mikro (di bawah
200 kg), satelit nano (di bawah 10 kg).

Daftar peluncuran pertama dari berbagai negara


Urutan Negara Tahun Roket Satelit
Peluncuran
Pertama

1 Uni Soviet 1957 Sputnik-PS Sputnik 1

2 Amerika 1958 Juno 1 Explorer 1


Serikat
3 Perancis 1965 Diamant Asterix

4 Jepang 1970 Lambda-4S Osumi

5 RRC 1970 Long March Dong Fang Hong 1


1

22
6 Britania Raya 1971 Black Arrow Prospero X-3

7 India 1980 SLV Rohini

8 Israel 1988 Shavit Ofeq1

- Russia 1992 Soyuz-U Templat:Kosmos

- Ukraina 1992 Tesyklon-3 Strela (x3, Russian

9 Iran 2009 Safir-2 Omid 1

2.5 Medium Antarplanet


 Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan
partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini
menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam, menciptakan
atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat
juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.

Ruang antar planet-planet ini berisi radiasi elektromagnetik (foton), plasma panas
(elektron, proton dan ion lainnya) dari angin surya, angin surya, sinar kosmik, partikel
debu mikroskopik, dan medan magnet. Suhu medium antarplanet adalah sekitar 100.000
K. Kepadatan adalah sekitar 5 partikel/cm 3 dekat bumi dan berkurang dengan
peningkatan jarak dari matahari, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Namun,
kepadatan sangat bervariasi, dapat dipengaruhi oleh medan magnet dan kerapatan ini
dapat meningkat hingga 100 partikel/cm3.

Karena medium antarplanet adalah plasma, ia memiliki karakteristik plasma, daripada


gas yang sederhana, misalnya itu disertai dengan medan magnet matahari, sangat elektrik
konduktif, membentuk lapisan plasma ganda yang datang ke dalam kontak dengan
magnetosfer planet. Plasma dalam medium antarplanet juga berpengaruh untuk kekuatan
medan magnet matahari di orbit bumi yang lebih dari 100 kali lebih besar daripada yang
diantisipasi. Jika ruang adalah vakum, kemudian 10-4 Tdipol magnet matahari akan
berkurang dengan kubus yang berjarak sekitar 10 -11 tesla. Tetapi pengamatan satelit
menunjukan bahwa itu adalah sekitar 100 kali lebih besar disekitar 10-9 tesla.

Untuk beberapa planet yang berdekatan, ruang antarplanet diisi dengan medan magnet
matahari. Interaksi medan magnet dengan angin surya sangat rumit. Dalam beberapa
23
radius matahari, medan magnet matahari menentukan aliran angin surya, banyak aliran
angin surya yang terjebak dalam loop magnetik. Tetapi beberapa medan magnet matahari
yang terbuka memungkinkan angin surya untuk keluar. Lebih jauh plasma mendominasi
dan medan magnet terikut dalam aliran partikel.

Bagaimana medium antarplanet berinteraksi dengan planet tergantung pada apakah


mereka memiliki medan magnet atau tidak. Beberapa planet seperti bumi dan jupiter
memiliki medan magnet sendiri. Hal ini membuat pengaruh magnetosfer lebih
mendominasi daripada angin matahari. Magnetosfer Jupiter sangat besar, memperluas
lebih dari satu juta km ke segala arah dan sejauh orbit saturnus di arah yang jauh dari
matahari. Bumi jauh lebih kecil, memperluas hanya beberapa ribu km, tetapi melindungi
kita dari efek yang sangat berbahaya dari angin surya. Untuk benda non-magnetik
seperti bulan, angin surya dapat berdampak langsung pada permukaannya. Partikel
energi tinggi dari angin matahari berdampak pada permukaan bulan juga menyebabkan
partikel itu memancarkan panjang gelombang sinar-X.

Sebuah angin surya bergerak keluar angkasa, menciptakan gelembung magnet plasma
panas di sekitar matahari, yang disebut heliosfer. Akhirnya angin surya memperluas dan
bertemu dengan partikel bermuatan dan medan magnet dalam gas antarbintang. Batas
antara angin surya dan gas antarbintang disebut heliopause. Lokasi yang tepat untuk
heliopause belum diketahui, mungkin mirip dengan bentuk magnetosfer bumi dan
mungkin sekitar 110-160 AU dari matahari.

Partikel-partikel berenergi tinggi dalam medium antarplanet disebut sinar kosmik.


Sinar kosmik berkecepatan tinggi, energi inti atom dan elektron tinggi. Di antara inti,
yang paling melimpah adalah inti hidrogen (proton 90%) dan inti helium (partikel alfa
9%). Nukleus melebihi elektron sekitar 50 sampai Sebuah minoritas sinar kosmik
diproduksi di matahari, terutama pada saat aktivitas matahari meningkat. Asal-usul
mereka yang berasal dari luar sistem tata surya yang disebut sinar kosmik galaksi-sisa
yang akan meyakinkan diidentifikasi, tetapi mereka diperkirakan dihasilkan dalam proses
bintang seperti ledakan supernova. Interaksi antara angin surya, medan magnet bumi, dan
atmosfer atas bumi menyebabkan terjadinya aurora. Planet lain yang memiliki medan
magnet yang signifikan memiliki efek yang sama.

Debu partikel yang relatif kecil jumlahnya sering disebut micrometeroids ada di tata
surya, yang sebagian besar tampaknya mengorbit Matahari di atau dekat bidang tata

24
surya. Banyak debu diperkirakan telah diproduksi dalam tabrakan antara asteroid dan
penumpahan material dari komet yang lewat dekat Matahari. Sekitar 30.000 ton partikel
debu antarplanet diperkirakan memasuki atmosfer atas bumi setiap tahunnya.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar


flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada
heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai
lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena
gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi
mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak
memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa. Interaksi antara
angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat
dekat kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari
luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya.
Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari
mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi
kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa
besar.

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip
piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata
Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk
dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan
oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuipe

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tata surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang
mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk 8 buah planet yang sudah diketahui
dengan orbit berbentuk elips, meteor, aasteroid, komet, planet-planet kerdil/katai dan
satelit-satelit alami. Tata surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 miliyar tahun yang lalu
dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari
dan kemudian planet-planet yang mengelilinginya.
Ada beberapa teori mengenai asal usul tata surya diantaranya yaitu teori nebula,
teoriplanetisimal, teori pasang surut bintang, teori kondensasi, teori bintang kembar, teori
big bang, teori keadaan tetap.

3.2 Saran

26
Semoga dalam pembuatan makalah ini banyak memberikan manfaat dan dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar. Makalah ini tak luput dari kesalahan, oleh
sebab itu kritk dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Syina, (2017). Asal mula Tata Surya. [online]. Tersedia:


http:www.academia.edu/6657820/Asal-Mula-Tata-Surya. [1 maret 2020]

Iwan, (2018). Teori Asal Usul tata Surya. [online]. Tersedia: http://www.blogspot.com/teori-
asal-usul-tata-surya. [1 maret 2020]

Nugroho (2017). Sistem Tata Surya. [online]. Tersedia: http://www.blogspot.com/sistem-tata-


surya. [1 maret 2020]

27

Anda mungkin juga menyukai