Anda di halaman 1dari 2

KASUS 1

Ny. S, usia 58 th, suku Jawa, pendidikan SMA, agama Islam, datang ke ruang konseling gizi rawat
jalan atas rujukan dokter dengan diagnosis medis Obesitas, Hipertensi stage II, Dislipidemia,
dengan keluhan pusing dan pegal pada bagian tengkuknya. TB = 150 kg, BB = 72 kg, BB terus naik
sejak 6 th yang lalu. Hasil lab : kolesterol total = 268 mg/dl (N < 200), kolesterol LDL = 177 mg/dl
(N< 100), kolesterol HDL = 38 mg/dl (N laki > 40, perempuan > 50), trigliserida = 102 mg/dl (N <
150). TD = 140/90 mmHg, tubuh tampak gemuk. Pasien adalah seorang janda pensiunan pegawai
negeri yang tinggal bersama anak dan menantunya. Pekerjaan rumah sehari-hari, membersihkan
rumah, ke pasar dan memasak dikerjakan oleh menantunya, dimana pasien sering minta untuk
menambahkan penyedap dalam masakannya. Pasien jarang berolah raga, meskipun anak dan
menantunya selalu mengingatkan untuk berolah raga, dan mengharapkan penurunan BB ibunya.
Sehari-hari waktunya banyak dihabiskan dengan nonton TV rata-rata 9 jam, tidur malam dan siang
10 jam. Pasien belum pernah mendapat konseling gizi. Ketika dietisien memberikan pertanyaan
terkait dietnya, pasien tidak dapat menyebutkan jenis bahan makanan tinggi natrium, tinggi serat,
dan beranggapan bahwa makanan tinggi lemak adalah jeroan, kikil, dan lemak daging. Pola makan
3x/hari : nasi dengan lauk pauk lebih sering digoreng, hewani (ayam/ikan asin goreng) 2x/hari,
nabati (tempe goreng) 1x/hari, sayuran 2x/hari, sambal terasi, buah (pisang) 1x/hari, minum teh
manis 2x/hari, makanan selingan lebih sering berupa singkong goreng/biskuit 2x/hari 2-3 potong.
Hasil anamnesa gizi berdasarkan Semi FFQ, asupan : E = 1850 kkal, P = 47,5 g, L= 73 g, KH = 250
g, serat = 12,3 g, Natrium = 2050 g. Tidak ada riwayat alergi makanan. Ibu dan kakak pasien punya
penyakit jantung. Obat yang diberikanadalah captopril 25 g. Dua minggu kemudian, pasien
melakukan kunjungan ulang. BB pasienturun 1 kg dari kunjungan sebelumnya, asupan sehari (Semi
FFQ) E = 1200 kkal,P = 45 g, L = 33,3 g, KH = 180 g, TD 130/80 mmHg. Pasien sudah mulai
berolahraga 3x/minggu selama 15 menit dan mengikuti perkumpulan ngaji bersama ibu-ibu
di lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, pasien juga sudah memodifikasi makanannya dengan
mengkonsumsi makanan yang digoreng hanya 1x/hari dan mengurangi makanan bersantan.

Berdasarkan kasus di atas, bagaimana asesmen gizinya?


1. Lakukan review data diatas.
2. Lakukan cluster data menurut terminologinya.
3. Lakukan identifikasi data dengan membandingkan dengan rujukan standar.

Berdasarkan hasil asesmen pada kasus diatas, buat kemungkinan diagnosa gizi dan prioritas
diagnose gizinya!
KASUS 2
Tn. B usia 50 tahun, suku Palembang, agama Islam, pendidikan SMA, tampak lemah, dirawat di
rumah sakit dengan diagnosis medik Disfagia neurogenik, Paraparese ec suspect Myelitis. Pasien
seorang pedagang yang cukup sukses, mempunyai seorangistri dan seorang anak yang belum
berkeluarga dan tinggal serumah dengan orang Tuanya Tapi semenjak sakit, pasien tidak dapat
bekerja lagi, sehingga usahanya diteruskan oleh anaknya. Saat ini pasien lebih banyak tinggal di
tempat tidur atau duduk di atas kursi rodanya karena kedua tungkainya lemah.
Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh ketika makan memerlukan waktu yang lebih lama dari
biasanya, kadang-kadang melepeh makanannya. Kemudian sejak 2 minggu yang lalu pasien
mengeluh sulit menelan, dan merasa makanannya tersumbat di kerongkongan. Pasien mencoba
makan makanan saring berupa bubur sumsum, bubur saring, havermut, susu dan teh manis. Hasil
pemeriksaan FEES/ THT (tes menelan) diketahui : bubur sumsum (ada residu), bubur nasi (ada
residu), havermut (tidak ada residu), susu (ada aspirasi), air teh manis (ada aspirasi).
Meskipun demikian, pasien masih ingin makan makanan yang seharusnya dihindari (kacang dan
keripik)
Data-data pasien sbb. : TB = 145,5 cm, BB = 45 kg, hasil lab : Hb =12 mg/dl, Albumin = 3 g/dl (N
3,4-4,8 g/dl), kolesterol HDL = 30 mg/dl, kolesterol LDL = 50 mg/dl, Na darah = 133 mEq/L, K = 5
mEq/L. Isterinya kemudian berusaha membuatkan makanan yang lebih mudah ditelan yaitu
makanan blenderized yang terdiri dari nasi tim 1½ p, tim ikan kakap/tuna 2 p, wortel/brokoli rebus 2
p, dengan pemberian 3 x 300 cc, ditambah makanan cair 250 cc (2x sehari) yang terdiri dari :
susu full cream 3 sdm, bubur kacang hijau ½ gelas, dan telur 2 butir. Hasilanamnesa gizi (recall 24
jam) : E = 800 kkal, P = 51 g, L = 27 g, KH = 85 g. Isteri pasien belum mengetahui variasi bahan
makanan yang digunakan untuk makanan blenderized, variasi makanan cair selain blenderized, dan
komposisi zat gizi yang memenuhi kebutuhan gizi pasien.
Selanjutnya pasien mendapat terapi dari dietisien yang merawatnya. Pada hari ketiga intervensi,
pasien dapat menghabiskan semua makanan yang disediakan rumah sakit berdasarkan
rekomendasi dietisien. Lemah berkurang. Isteri pasien ikut membantu perawat memberikan
makanan kepada pasien, dan menyatakan akan mengikuti anjuran dietisien dalam penyediaan
makanan setelah pasien pulang ke rumah.

Berdasarkan kasus di atas, bagaimana asesmen gizinya?


1. Lakukan review data diatas.
2. Lakukan cluster data menurut terminologinya.
3. Lakukan identifikasi data dengan membandingkan dengan rujukan standar.

Berdasarkan kasus di atas, tentukan kemungkinan diagnose gizi dan prioritas diagnose?

Anda mungkin juga menyukai