Summary For Policy Maker-Layout-20 Juli-Versi Alfa 1.0 Release
Summary For Policy Maker-Layout-20 Juli-Versi Alfa 1.0 Release
PENDAHULUAN
Daftar Kontributor
A’an J. Wahyudi 1, Afdal1, Novi Susetyo Adi2,Agustin Rustam2,
Hadiyanto1, Susi Rahmawati 1, Andri Irawan3, I Wayan E. Dharmawan 1,
Bayu Prayudha1, Muhammad Hafizt1, Hanif B. Prayitno1, Yusmiana P.
Rahayu2, Tubagus Solihudin2, Restu Nur Afi Ati2, Terry Louise Kepel2,
Mariska Astrid K.2, August Daulat2, Hadiwijaya L. Salim2, Nasir
Sudirman2, Devi D. Suryono2, Wawan Kiswara1, Indarto H. Supriyadi1
1 Pu s a t Pe n e lit ia n Os e a n o g ra fi, Le m b a g a Ilm u Pe n g e t a h u a n
In d on e s ia (P2 O-LIPI)
2 Pu s a t Ris e t Ke la u t a n , Ba d a n Ris e t d a n Su m b e r Da ya Ma n u s ia ,
In d on e s ia (P2 LD-LIPI)
Ek o s is t e m Ma n g ro v e & Pa d a n g La m u n
(Fo t o o le h AI)
LAYANAN EKOSISTEM PESISIR: PENYERAPAN KARBON OLEH VEGETASI PESISIR
1
Duarte, C., Middelburg, J. & Caraco, N., (2005). Major role of marine vegetation on the oceanic carbon cycle. Biogeosciences, Volume 2, pp. 1-8.
2
Duarte, C., et al., (2005). -
3
Larkum, A., Orth, R.J., Duarte, C. (Eds.) (2006). Seagrasses: Biology, Ecology, and Conservation. Springer, Dordrecht, Netherland. 691pp.
4
Fourqurean, J.W., Duarte, C.M., Kennedy, H., Marba, N., Holmer, M., Mateo, M.A., Apostolaki, E.T., Kendrick, G.A., Krause-Jensen, D.,
McGlathery, K.J. and Serrano, O. (2012). Seagrass ecosystems as a globally significant carbon stock. Nature Geoscience 5:505-509.
5
Donato, D. C., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M. & Kanninen, M. (2011). Mangroves among the most carbon-rich
forests in the tropics. Nat. Geosci., 4, 293–297.
6
Larkum et al., (2006). -
7
Nellemann, C., Corcoran, E., Duarte, C. M., Valdes, L., DeYoung, C., Fonseca, L., Grimsditch, G. (Eds). (2009). Blue Carbon. A Rapid
Response Assessment. United Nations Environment Programme, GRID-Arendal, www.grida.no
8
Hernawan, U. et al., (2017). Status Padang Lamun Indonesia 2017. Jakarta: Puslit Oseanografi - LIPI
9
Green, E.P. And Short, F.T., (2003). World Atlas of Seagrasses. UNEP World Conservation Monitoring Center, University of California Press,
Berkeley, USA.
10
Badan Informasi Geospasial (BIG). (2012). Informasi geospasial mangrove Indonesia. Bogor: Pusat Pemetaan danInformasi Tematik, Badan
Informasi Geospasial Indonesia, 335pp.
11
Kementerian Kehutanan (KLHK). (2013). Rekalkulasi penutupan lahan Indonesia tahun 2012. Jakarta: Center for Forest Mapping and Inventory.
Kementerian Kehutanan RI, 85pp.
12
Giri C., Ochieng, E., Tieszen, L. L., Zhu, Z., Singh, A., Loveland, T., Masek, J. & Duke, N. (2011). Status and distribution of mangrove forests of
the world using earth observation satellite data. Global Ecol. Biogeography, 20, 154–159.
tingkat emisi CO2, namun juga perlu diimbangi dengan
mempertahankan layanan ekosistem sebagai penyerap karbon.
Penyerapan karbon sesuai dengan siklus karbon terdiri dari
peningkatan jumlah karbon terserap pada materi organik (vegetasi)
dan penimbunan karbon (carbon burial) pada sedimen dan tanah.
Proses penyerapan ini terkait dengan proses alamiah seperti
fotosintesis, jaring makanan, carbon sink oleh perairan dan
penyimpanan karbon dalam sedimen. Usaha meningkatkan
penyerapan karbon dalam konteks proses alamiah siklus karbon
dilakukan dengan mempertahankan dan meningkatkan layanan
ekosistem vegetasi pesisir. Usaha meningkatkan atau
mempertahankan layanan ekosistem ini berarti meningkatkan
volume penyerapan gas rumah kaca (CO2 dan CO2-equivalen).
Ek o s is t e m Ma n g ro v e (Fo t o o le h IW ED)
13
Badan Informasi Geospasial (BIG). (2012). -
14
Kementerian Kehutanan (KLHK). (2013). -
15
Ilman, M., Dargusch, P., Dart, P., and Onrizal. (2016). A historical analysis of the drivers of loss and degradation of Indonesia’s mangroves. Land
Use Policy, 54, 448–459.
16
Ilman, M., et al., (2016). -
17
Giri C., et al., (2011). -
18
Kauffman, J.B. and D.C. Donato. (2012). Protocols for the measurement, monitoring and reporting of structure, biomass and carbon stocks in
mangrove forests. CIFOR. Bogor - Indonesia. 40 pp.
19
Alongi, D.M. 2009. The Energetics of Mangrove Forests. Autralian Institute of Marine Science Townsville, Quesnsland.
20
Bouillon, S., A.V. Borges, E. Castañeda-Moya, K. Diele, T. Dittmar, N.C. Duke, E. Kristensen, S.Y. Lee, C. Marchand, J.J. Middelburg et al. 2008.
Mangrove production and carbon sinks: a revision of global budget estimates. Global Biochem Cy. 22:
21
Aida, G.R. Fahrudin, A., dan Kamal, M.M. (2014). Produksi Serasah Mangrove di Pesisir Tangerang, Banten. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI), 19(2): 91-97.
22
Pribadi R. (1998). The Ecology of Mangrove Vegetation in Bintuni Bay, Irian Jaya, Indonesia. [Thesis]. Scotland: University of Stirling.
23
Soeroyo. (2003). Pengamatan gugur serasah di hutan mangrove Sembilang Sumatra Selatan. P3O-LIPI. 38-44.
24
Sukardjo,S. Alongi, D.M., and Kusmana, C. (2013). Rapid litter production and accumulation in Bornean mangrove forests. Ecoshpere, 4(7): 1-7.
25
Supriadi, I.H., dan Wouthuyzen, S. (2005). Penilaian ekonomi sumber daya mangrove di Teluk Kotania, Seram Barat, Maluku. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia 38: 1-21.
26
Zamroni, Y. and I.S. Rohyani. (2008). Produksi Serasah Hutan Mangrove di Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Biodiversitas, 9(4): 284-
287.
27
Bouillon, S., A.V. Borges, E. Castañeda-Moya, K. Diele, T. Dittmar, N.C. Duke, E. Kristensen, S.Y. Lee, C. Marchand, J.J. Middelburg et al. 2008.
Mangrove production and carbon sinks: a revision of global budget estimates. Global Biochem Cy. 22:
94,32 ton CO2/ha/tahun diikuti oleh Papua (57,99 ton CO2/ha/tahun)
dan Sulawesi (53,95 ton CO2/ha/tahun). Sementara itu, mangrove di
Pulau Sumatera dan Jawa yang telah banyak terdegradasi
Serapan CO2 oleh komunitas menunjukan potensi serapan karbon yang paling rendah, yaitu
mangrove di Indonesia 52,85 berturut-turut 37,07 dan 39,27 ton CO2/ha/tahun.
Secara global, estimasi simpanan karbon pada ekosistem
ton CO2/ha/tahun, atau sebesar mangrove di dunia rata-rata sekitar 1.023 ton C/ha28. Hasil analisis
167 Mt CO2/tahun di seluruh data Primer LIPI & KKP serta data sekunder yang berasal dari
kawasan. publikasi jurnal ilmiah29,30,31,32,33, menghasilkan rata-rata simpanan
karbon sebesar 891,70 ton/ha dengan potensi cadangan karbon total
mangrove nasional sebesar 2,89 Tt C. Ukuran diameter pohon yang
besar 34, berimplikasi pada tingginya simpanan karbon mangrove di
Papua, rata-rata 1.073 ton/ha atau total sebesar 1,72 Tt C (lebih dari
setengah cadangan karbon mangrove nasional).
28
Donato, D. C., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M. & Kanninen, M. (2011). Mangroves among the most carbon-rich
forests in the tropics. Nat. Geosci., 4, 293–297.
29
Alongi, D.M. 2009. The Energetics of Mangrove Forests. Autralian Institute of Marine Science Townsville, Quesnsland.
30
Bismark, M., E. Subiandono and N.M. Heriyanto. (2008). Keragaman dan Potensi Jenis serta Kandungan Karbon Hutan Mangrove di Sungai
Subelen Siberut, Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5(3): 297-306.
31
Murdiyarso, D., D. Donato, J.B. Kauffman, S. Kurnianto, M. Stidham, and M. Kanninen. (2009). Carbon storage in mangrove and peatland
ecosystems A preliminary account from plots in Indonesia. CIFOR.
32
Murdiyarso, D., Purbopuspito, J., Kauffman, J. B., Warren, M. W., Sasmito, S. D., Donato, D. C., Manuri, S., Krisnawati, H., Taberima, S. &
Kurnianto, S. (2015). The potential of Indonesian mangrove forests for global climate change mitigation. Nat. Clim. Change. 5, 1089–1092.
33
Rahmah.F., H. Basri and Sufardi. (2015). Potensi Karbon Tersimpan pada Lahan Mangrove dan Tambak di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 4(1): 527-534
34
Dharmawan, I.W.E. and A. Widyastuti. (2017). Pristine mangrove community in Wondama Gulf, West papua, Indonesia. Mar. Res. Indonesia,
42(2): 67-76.
POTENSI CADANGAN DAN SERAPAN KARBON EKOSISTEM PADANG LAMUN
35
Azkab, M., (2000). Produktivitas dilamun. Oseana, XXV(1), pp. 1-11.
36
Duarte, C., et al., (2005). -
37
Lembi, C., (2014). The Biology and Management of Algae. In: L. Gettys, W. Haller & D. Petty, eds. Biology and Control of Aquatic Plants: A Best
Management Practices Handbook. 3rd ed. Marietta: Aquatic Ecosystem Restoration Foundation, pp. 97-104.
38
de Boer, W., (2007). Seagrass-Sediment Interactions, Positive Feedbacks and Critical Tresholds for Occurence: A Review. Hydrobiologia, Issue
591, pp. 5-24.
39
Short, F., Carruthers, T., Dennison, W. & Waycott, M., (2007). Global seagrass distribution and diversity: A bioregional model. Journal of
experimental Marine Biology And Ecology, Issue 350, pp. 3-30.
40
Hernawan, U. et al., (2017). -
41
Duarte, C. et al., (2005). -
42
Azkab, M., (2000). -
Pengukuran cadangan dan serapan karbon yang lebih
menyeluruh diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih
representatif. Data serapan selama ini kebanyakan hanya meliputi
dua jenis lamun yaitu E. acoroides dan T. hemprichii. Pengukuran
serapan karbon oleh jenis lamun yang lain dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam meningkatkan nilai serapan
karbon. Selain itu, nilai cadangan karbon total dapat lebih tinggi dari
estimasi saat ini karena masih ada area lamun yang belum dihitung
atau belum dipetakan. Dengan area padang lamun yang lebih luas,
nilai ekstrapolasi total cadangan lamun di Indonesia akan lebih
tinggi. Disisi lain, pengukuran cadangan karbon di dalam substrat
memiliki beberapa kendala teknis seperti keberadaan karbon
anorganik. Keterbatasan tersebut mengakibatkan estimasi berlebih
cadangan karbon di dalam substrat.
Ek o s is t e m Pa d a n g La m u n (Fo t o o le h AI)
43
Wahyudi A.J., et al (Edt). (2017) Menyerap Karbon: Layanan Ekosistem untuk Mitigasi Perubahan Iklim. Gadjah Mada University Press.
Upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem vegetasi pesisir
(mangrove dan padang lamun) memiliki nilai penting karena
ekosistem tersebut memiliki peran esensial untuk layanan ekosistem
penyerapan karbon. Vegetasi pesisir berkontribusi sampai 50%
penimbunan karbon di sedimen44. Potensi penyerapan karbon pada
vegetasi pesisir juga cukup signifikan (i.e. sampai 77%) dibandingkan
dengan vegetasi daratan45. Dengan mempertahankan potensi
padang lamun Indonesia seluas 150.693 ha46 dan mangrove seluas
3.237.000 ha,474849 Indonesia dapat menyerap karbon sampai 170,64
Mt CO2/tahun. Data riset menyebutkan (lihat bagian 4-5) bahwa
mempertahankan satu (1) hektar mangrove dan padang lamun per
tahunnya, dapat berkontribusi menyerap karbon masing-masing
52,85 dan 24,15 ton CO2.
Pa d a n g la m u n Pa n t a i W a a i, Am b o n
(Fo t o o le h AI)
Pe rs e n t a s e lu a s an v e g e t as i p e s is ir
(m a n g rov e d an p ad an g lam u n ), d ala m
rib u a n h e k t ar.
Pe rs e n t a s e cad an g a n k arb on v e g e t a s i
p e s is ir (m an g ro v e d an p ad an g lam u n ),
d ala m Mt C.
44
Duarte, C., et al., (2005).-
45
Wahyudi, A.J. et al., (2018). Carbon sequestration index as a determinant for climate change mitigation: Case study of Bintan Island. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 118 (012050), 342-346. http://dx.doi.org/10.1088/1755-1315/118/1/012050
46
Hernawan, U.E. et al., (2017) Status Padang Lamun Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta, 23 pp (in Bahasa Indonesia).
47
Badan Informasi Geospasial (BIG). (2012). Informasi geospasial mangrove Indonesia. Bogor: Pusat Pemetaan danInformasi Tematik, Badan
Informasi Geospasial Indonesia, 335pp.
48
Ilman, M., Dargusch, P., Dart, P. & Onrizal. (2016). A historical analysis of the drivers of loss and degradation of Indonesia’s mangroves. Land Use
Policy, 54, 448–459.
49
Kementerian Kehutanan (KLHK). (2013). Rekalkulasi penutupan lahan Indonesia tahun 2012. Jakarta: Center for Forest Mapping and Inventory.
Kementerian Kehutanan RI, 85pp.
DUKUNGAN PROGRAM KONSERVASI DAN REHABILITASI EKOSISTEM PESISIR
UNTUK PEMBANGUNAN RENDAH KARBON
50
Neumann, B., Vafeidis, A.T., Zimmermann, J., and Nicholls, R.J. (2015). Future Coastal Population Growth and Exposure to Sea-Level Rise and
Coastal Flooding - A Global Assessment. PLoS ONE 10(3): e0118571. doi:10.1371/journal.pone.0118571
51
Irving, A.D., Connell, S.D., and Russell, B.D. (2011). Restoring Coastal Plants to Improve Global Carbon Storage: Reaping What We Sow. PLoS
One 6(3): e18311. doi: 10.1371/journal.pone.0018311
52
https://katadata.co.id/berita/2017/10/25/bappenas-siapkan-perpres-perencanaan-pembangunan-rendah-karbon
53
http://mediaindonesia.com/read/detail/135926-pembangunan-rendah-karbon-diutamakan
Layanan ekosistem vegetasi pesisir dalam menyerap karbon
Perencanaan Pembangunan
berperan penting dalam usaha konservasi dan rehabilitasi. Dengan
Rendah Karbon (PPRK) perlu hanya 3% dari luas vegetasi hutan daratan, vegetasi pesisir memiliki
menambahkan komponen kemampuan yang setara dalam menyerap dan menyimpan karbon
per tahun.54 Hal ini dikarenakan laju pengendapan karbon organik di
konservasi dan rehabilitasi sedimen ekosistem vegetasi pesisir 30-50 kali lebih cepat
vegetasi pesisir sebagai dibandingkan hutan daratan.55 Dengan demikian ekosistem vegetasi
pesisir sangat efektif dalam mitigasi perubahan iklim. Di Indonesia,
kontribusi sektor kelautan
mangrove dan padang lamun memiliki potensi penyerapan CO2
untuk aksi penanganan masing-masing sebanyak 167 dan 3,64 Mton CO2/tahun.
perubahan iklim.
Ca t a t a n :
1 t on = 1 0 0 0 kg ; 1 Mt (Me g a t o n ) = 1 0 6 t on ; 1 Tt (Te ra t on ) = 1 0 9 t on ; 1 t on C = 3 ,6 6 4 t on CO 2
Kontak Persantunan
Dr. A’a n J. Wa h y u d i Doku m e n in t is a ri in i d ib u a t d e n g a n d u ku n g a n
Pu s a t Pe n e lit ia n Os e a n og ra fi (LIPI) p e n d a n a a n d a ri Ris e t Prio rit a s Le m b a g a Ilm u
Jl. Pa s ir Pu t ih 1 , An c o l Tim u r, Ja ka rt a 1 4 4 3 0 Pe n g e t a h u a n In d on e s ia via p ro g ra m Cora l Re e f
Em a il: a a n j0 0 1 @lip i.g o.id Ma n a g e m e n t a n d Re h a b ilit a t io n - Cora l Tria n g le
In it ia t ive (COREMAP-CTI) TA 2 0 1 8 . Da t a p rim e r
Afd a l, M. S i ya n g d ip e rg u n a ka n m e ru p a ka n ko n t rib u s i b e rs a m a
Pu s a t Pe n e lit ia n Os e a n og ra fi (LIPI) P2 O-LIPI, P2 LD-LIPI, d a n PUSRIKEL-BRSDMKKP.
Jl. Pa s ir Pu t ih 1 , An c o l Tim u r, Ja ka rt a 1 4 4 3 0 Kole ks i d a t a p rim e r d ila ku ka n d e n g a n ke g ia t a n
Em a il: a fd a ld ja liu s 2 8 @g m a il.c om ya n g d id a n a i m e la lu i s ke m a Ris e t Kom p e t e n s i In t i
P2 O LIPI DIPA TA 2 0 1 3 -2 0 1 4 , Ris e t Ag e n d a
Dr. No v i S u s e t y o Ad i COREMAP-CTI TA 2 0 1 5 -2 0 1 6 , Ris e t Un g g u la n LIPI
Pu s a t Ris e t Ke la u t a n (KKP) via DIPA Pu s a t Pe n e lit ia n Ge o t e kn o lo g i (P2 G) LIPI
Jl. Pa s ir Pu t ih II La n t a i 4 , An c o l Tim u r, Ja ka rt a TA 2 0 1 6 -2 0 1 7 , Ris e t Prio rit a s LIPI via COREMAP-CTI
14430 TA 2 0 1 7 -2 0 1 8 , DIPA PUSRIKEL-BRSDMKKP TA 2 0 1 3 -
Em a il: n ovis u s e t yoa d i@g m a il.c o m 2016.
54
Duarte, C.M., Losada, I.J., Hendriks, I.E., Mazarrasa, I., and Marbà, N. (2013). The role of coastal plant communities for climate change
mitigation and adaptation. Nature Climate Change 3:961-968.
55
Mcleod, E., Chmura, G.L., Bouillon, S., Salm, R., Björk, M., Duarte, C.M., Lovelock, C.E., Schlesinger, W.H., and Silliman, B.R. (2011). A
blueprint for blue carbon: Towards an improved understanding of the role of vegetated coastal habitats in sequestering CO2. Frontiers in Ecology and
the Environment 9(10): 552–560.