MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 3
(1) Objek retribusi adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan
peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar
tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang dengan
tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas
bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan
penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi
syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.
(3) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Pasal 4
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin
Mendirikan Bangunan dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan, termasuk
pemungut retribusi atau pemotong retribusi
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan termasuk Golongan Retribusi Perizinan
Tertentu.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
(1) Besaran retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara
tingkat pengguna jasa atas pemberian layanan dengan tarif retribusi.
(2) Tingkat penggunaan jasa atas pemberian layanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) komponen yaitu :
a. Indeks Kegiatan; dan
b. Indeks Parameter.
(3) Indeks sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB V
PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi didasarkan pada tujuan
untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian Izin
Mendirikan Bangunan.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan
hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin
tersebut.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya Tarif Retribusi ditetapkan berdasarkan :
a. Kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan
pembangunan :
1. Pembangunan Bangunan Gedung Baru.
Retribusi pembangunan gedung baru dihitung berdasarkan luas
bangunan (L) dikalikan dengan Indeks terintegrasi (lt) dikalikan
dengan harga satuan bangunan gedung (HSbg) atau dengan
Rumus :
L x lt x 1,00 x HSbg
L x lt x Tk x HSbg
L x I x 1,00 x HSpbg
Atau
V x I x 1,00 x HSpbg
Atau
P x I x 1,00 x HSpbg
L x I x Tk x HSpbg
Atau
V x I x Tk x HSpbg
Atau
P x I x Tk x HSpbg
(3) Contoh perhitungan besaran tarif retribusi sebagai mana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 9
(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
BAB VIII
PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pasal 11
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa kwitansi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan
Retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 12
(3) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau ditempat lain yang
ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah paling
lambat 1 x 24 jam hari kerja atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.
Pasal 13
(1) Bupati atau pejabat dapat memberikan izin kepada Wajib Retribusi untuk
mengangsur pembayaran retibusi terutama dalam jangka waktu tertentu
dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga 2% (dua
persen) setiap bulan dari jumlah retribusi yang belum atau kurang dibayar.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengangsur pembayaran retribusi
yang terutang diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Bupati atau pejabat dapat mengizinkan Wajib Retribusi untuk menunda
pembayaran retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) per
bulan dari jumlah retribusi yang belum atau kurang dibayar.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menunda pembayaran retribusi yang
terutang diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 15
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi dan tata cara pengisian SSRD
ditetapkan oleh Bupati.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 16
Wajib Retribusi yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan
dari jumlah retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih
dengan menggunakan STRD.
BAB X
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 17
(2) Pengeluaran surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
sebagai tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah
7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(3) Dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus
melunasi retribusi yang terutang.
(4) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati
atau pejabat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan diatur dalam Peraturan
Bupati
BAB XI
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 18
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat
Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah
Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
BAB XII
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI
YANG KEDALUWARSA
Pasal 19
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
apabila :
a. wajib retribusi telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan
atau kekayaan;
b. wajib retribusi badan yang telah selesai proses pailitnya; dan/atau
c. wajib retribusi tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek retribusi dan hak
untuk melakukan penagihan retribusi telah kedaluwarsa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang retribusi yang
sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN POKOK
RETRIBUSI DAN/ATAU SANKSINYA
Pasal 20
(4) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
melihat fungsi objek Retribusi.
BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 21
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 22
(1) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 12 ayat (1)
diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling
banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pasal 24
Ditetapkan di Semarapura
pada tanggal 7 November 2013
BUPATI KLUNGKUNG,
Diundangkan di Semarapura
pada tanggal 7 November 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG,
KETUT JANAPRIA
B. Indeks parameter
I. Bangunan Gedung
1. Bangunan gedung diatas permukaan tanah
a. Indeks parameter fungsi bangunan gedung ditetapkan untuk :
1) Fungsi Hunian, sebesar 0,05 dan 0,50.
a) Indeks 0,05 untuk rumah tinggal tunggal sederhana meliputi
rumah inti tumbuh, rumah sederhana sehat dan rumah deret
sederhana; dan
b) Indeks 0,50 untuk fungsi hunian selain rumah tinggal tunggal
sederhana dan rumah deret sederhana.
2) Fungsi keagamaan, sebesar 0,00
3) Fungsi usaha, sebesar 3,00
4) Fungsi sosial dan budaya, sebesar 0,00 dan 1,00
a) Indeks bangunan 0,00 untuk bangunan gedung kantor milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau bangunan yang memiliki
fungsi seperti balai banjar, balai pertemuan masyarakat, balai
subak, wantilan dan sejenisnya;.
b) Indeks 1,00 untuk bangunan gedung fungsi sosial dan budaya
selain bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a).
5) Fungsi khusus, sebesar 2,00
6) Fungsi ganda/campuran, sebesar 4,00
b. Indeks parameter klasifikasi bangunan gedung dengan bobot masing-
masing terhadap bobot seluruh parameter klasifikasi ditetapkan sebagai
berikut :
1) Tingkat kompleksitas berdasarkan karakter kompleksitas dan tingkat
teknologi dengan bobot 0,25 :
a) Sederhana 0,40
b) Tidak sederhana 0,70
c) Khusus 1,00
2) Tingkat permanensi dengan bobot 0,20
a) Darurat 0,40
b) Semi permanen 0,70
c) Permanen 1,00
3) Tingkat resiko kebakaran dengan bobot 0,15
a) Rendah 0,40
b) Sedang 0,70
c) Tinggi 1,00
4) Tingkat Zonasi gempa dengan bobot 0,15
a) Zona I/minor 0,10
b) Zona II/minor 0,20
c) Zona III/sedang 0,40
d) Zona IV/sedang 0,50
e) Zona V/kuat 0,70
f) Zona VI/kuat 1,00
5) Lokasi berdasarkan kepadatan bangunan gedung dengan bobot 0,10
a) Rendah 0,40 ( 1 lantai - 4 lantai )
b) Sedang 0,70 ( 5 lantai – 8 lantai )
c) Tinggi 1,00 ( lebih dari 8 lantai )
6) Ketinggian bangunan gedung dengan bobot 0,10
a) Rendah 0,40 ( maksimal 1 lantai )
b) Sedang 0,70 ( 2 lantai - 3 lantai )
c) Tinggi 1,00 ( lebih dari 3 lantai )
7) Kepemilikan bangunan gedung dengan bobot 0,05
a) Negara, yayasan 0,40
b) Perorangan 0,70
c) Badan usaha 1,00
c. Indeks parameter waktu penggunaan bangunan gedung ditetapkan
untuk :
1) Bangunan gedung dengan pemanfaatan sementara jangka pendek
maksimum 6 (enam) bulan seperti bangunan gedung untuk pameran
dan mock up, diberi indeks sebesar 0,40.
2) Bangunan gedung dengan masa pemanfaatan sementara jangka
menengah maksimum 3 (tiga) tahun seperti kantor dan gudang
proyek, diberi indeks sebesar 0,70.
3) Bangunan gedung dengan masa pemanfaatan lebih dari 3 (tiga)
tahun diberi indeks sebesar 1,00.
2. Bangunan gedung dibawah permukaan tanah (basement), di atas/bawah
permukaan air, prasarana dan sarana umum. Untuk bangunan gedung
ditetapkan indeks penggali tambahan sebesar 1,30 untuk mendapatkan
indeks terintegrasi.
BUPATI KLUNGKUNG,
CONTOH 1 :
Data Dasar :
1. Fungsi : Hunian (rumah tinggal tidak sederhana)
2. Luas tanah : 200 m2
3. Luas bangunan : 100 m2
4. Sarana Prasarana Bangunan Gedung
Tembok pagar : 55 m
b. INDEKS KLASIFIKASI
Indeks Klasifikasi : (0,40 x 0,25) + (1,00 x 0,20) + (0,40 x 0,15) + (0,40 x 0,15) +
(0,40 x 0,10) + (0,40 x 0,10) + (0,70 x 0,50) = 0,85
= 0,425
B. PERHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
GEDUNG
a. Bangunan Gedung : L x It x 1,00 x HSbg
= 100 m2 x 0,425 x 1,00 x Rp. 12.500,-/m2
= Rp. 531.250,-
b. Prasarana Bangunan Gedung
Pagar : 55 m
: P x I x 1,00 x Hspbg
= 55 m x 1,00 x Rp. 2.500,- = Rp. 137.500,-
Total biaya Retribusi IMB : Rp. 531.250 + Rp. 137.500 + Rp. 25.000 = Rp.
693.750,-
BUPATI KLUNGKUNG,