1
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang
Bedagai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4346);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia
Nomor 6573);
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
2
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Mendukung
Kemudahan Berusaha dan Layanan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6622);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6628);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 6
Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai (Lembaran Daerah Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2016 Nomor 6);
3
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
dan
BUPATI SERDANG BEDAGAI
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
7. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau
badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,
adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
9. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsisebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus/
10. Persetujuan Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut
PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik
Bangunan Gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat Bangunan
Gedung sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung.
5
11. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yang selanjutnya
disingkat SLF adalah sertifikat yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk menyatakan kelaikan fungsi
Bangunan Gedung sebelum dapat dimanfaatkan.
12. Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung yang
selanjutnya disingkat SBKBG adalah surat tanda bukti hak
atas status Kepemilikan Bangunan Gedung.
13. Penilik Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut
Penilik adalah orang perseorangan yang memiliki
kompetensi dan diberi tugas oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
untuk melakukan inspeksi terhadap penyelenggaraan
Bangunan Gedung.
14. Prasarana dan Sarana Bangunan Gedung adalah fasilitas
kelengkapan di dalam dan di luar Bangunan Gedung yang
mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi Bangunan
Gedung.
15. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau
kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
16. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
17. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena
pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
18. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam,
6
barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
19. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut peraturan perundang-undangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
20. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
21. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat
SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar
daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
24. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan
retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
7
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah dan retribusi daerah.
26. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah
yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
27. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai.
28. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
BAB II
NAMA, OBJEK, DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Pasal 3
8
(2) Penerbitan PBG dan SLF sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi kegiatan layanan konsultasi pemenuhan
standar teknis, penerbitan PBG, inspeksi bangunan gedung,
penerbitan SLF dan SBKBG, serta pencetakan plakat SLF.
(3) Penerbitan PBG dan SLF tersebut diberikan untuk
permohonan persetujuan:
a. pembangunan baru;
b. bangunan gedung yang sudah terbangun dan belum
memiliki PBG dan/atau SLF;
c. PBG perubahan untuk:
1. perubahan fungsi Bangunan Gedung;
2. perubahan lapis Bangunan Gedung;
3. perubahan luas Bangunan Gedung;
4. perubahan tampak Bangunan Gedung;
5. perubahan spesifikasi dan dimensi komponen pada
Bangunan Gedung yang mempengaruhi aspek
keselamatan dan/atau kesehatan;
6. perkuatan Bangunan Gedung terhadap tingkat
kerusakan sedang atau berat;
7. perlindungan dan/atau pengembangan Bangunan
Gedung cagar budaya; atau
8. perbaikan Bangunan Gedung yang terletak di
kawasan cagar budaya.
(4) PBG perubahan tidak diperlukan untuk pekerjaan
pemeliharaan dan pekerjaan perawatan.
(5) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah penerbitan PBG dan SLF untuk bangunan
milik pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, atau bangunan
yang memiliki fungsi keagamaan.
9
Pasal 4
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN BESARAN TARIF
Pasal 7
11
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF
Pasal 8
12
(3) Rincian perhitungan struktur dan besaran tarif sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) dan (2) tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 9
BAB VII
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Pembayaran
Pasal 10
13
Pasal 11
Bagian Kedua
Penagihan Retribusi PBG
Pasal 12
Pasal 13
Bagian Keempat
Keberatan
Pasal 14
Pasal 16
16
BAB VIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 17
17
BAB IX
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 18
18
Pasal 19
BAB X
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 20
19
BAB XI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 21
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 22
20
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi
atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang
Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan
hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui
21
Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
Pasal 24
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
22
2. Pasal 2 Ayat (1) huruf a Peraturan Daerah Kabupaten
Serdang Bedagai Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi
Perizinan Tertentu dihapus;
3. BAB III Bagian Kesatu, Bagian Kedua, Bagian Ketiga, Bagian
Keempat, Bagian Kelima, Bagian Keenam, Bagian Ketujuh,
Bagian Kedelapan, Bagian Kesembilan, Bagian Kesepuluh,
Bagian Kesebelas, Bagian Kedua Belas Peraturan Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu dihapus;
4. Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 10A, Pasal 11, Pasal 11A, Pasal 12, Pasal 13,
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19,
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25,
Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31,
Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37,
Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 131 huruf a Peraturan
Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 4 Tahun 2011
tentang Retribusi Perizinan Tertentu dihapus.
Pasal 30
23
Ditetapkan di Sei Rampah
pada tanggal …..
H. DARMA WIJAYA
H. M. FASIAL HASRIMY
24
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
NOMOR ….. TAHUN …..
TENTANG RETRIBUSI PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG
Keterangan :
LLt : Luas Total Lantai
SHST : Standar Harga Satuan Tertinggi, atau yang
sebelum Peraturan Pemerintah ini dikenal
dengan HSBGN (Harga Satuan Bangunan
Gedung Negara)
Ilo : Indeks Lokalitas, yang merupakan persentase
pengali terhadap SHST yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah, dengan nilai paling tinggi
0,5%.
It : Indeks Terintegrasi
Ibg : Indeks BG Terbangun
Lli : Luas Lantai ke-i
Lbi : Luas Basemen ke-i
If : Indeks Fungsi
bp : bobot parameter
Ip : Indeks parameter
Fm : Faktor kepemilikan
2. Standar Harga Satuan Tertinggi (SHST)
SHST diperoleh secara tersistemasi melalui aplikasi Perhitungan
Standar Harga Satuan Tertinggi yang disediakan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan ditetapkan secara
berkala setiap tahun oleh Bupati.
3. Indeks Lokalitas (Ilo)
Ilo ditetapkan sebesar 0,5% (nol koma lima persen).
4. Indeks Terintegrasi (It)
Indeks Bobot Indeks
Fungsi Fungsi Klasifikasi Parameter Parameter Parameter
(If) (bp) (Ip)
a. Sederhana 1
Usaha 0,7 Kompleksitas 0,3
b. Tidak Sederhana 2
Usaha a. Non Permanen 1
0,5 Permanensi 0,2
(UMKM-Prototipe) b. Permanen 2
Hunian *)Mengikuti Tabel *)Mengikuti
Koefisien Jumlah Tabel
Lantai Koefisien
a. < 100 m² dan 0,15 Jumlah
<2lantai Lantai
Ketinggian 0,5
b. > 100 m² dan 0,17
>2lantai
Keagamaan 0
Fungsi Khusus 1
Sosial Budaya 0,3 Faktor Kepemilikan (Fm) a. Negara 0
b. Perorangan/ 1
Ganda/Campuran
Badan Usaha
a. Luas<500 m²
dan <2lantai 0,6
b. Luas>500 m² 0,8
dan >2lantai
Koefisien Koefisien
Jumlah Lantai Jumlah Lantai
Jumlah Lantai Jumlah Lantai
Keterangan:
- untuk basemen disebut koefisien jumlah lapis.
- untuk lantai disebut koefisien jumlah lantai.
- koefisien jumlah lantai/lapis digunakan sesuai dengan
jumlah lantai atau lapis basemen pada bangunan gedung.
- diatas 3 lapis basemen, koefisien ditambahkan 0,1 setiap
lapisnya.
- diatas 60 lantai, koefisien ditambahkan 0,003 setiap
lantainya.
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Konstruksi Pagar m1 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
pembatas/penga
man /penahan Tanggul / m1 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
retaining wall
Turap batas m1 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
kaveling/persil
2 Konstruksi Gapura m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
penanda masuk
lokasi Gerbang m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
3 Konstruksi Jalan m2 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
Perkerasan
Lapangan m2 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
upacara
Lapangan m2 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
olahraga
terbuka
4 Konstruksi m2 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
perkerasan
aspal, beton
5 Konstruksi m2 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
perkerasan
grassblock
6 Konstruksi Jembatan m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
penghubung
Box Culvert m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
7 Konstruksi m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
penghubung
(jembatan antar
gedung)
8 Konstruksi m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
penghubung
(jembatan
penyebrangan
orang/barang)
9 Konstruksi m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
penghubung
(jembatan bawah
tanah/underpas s)
10 Konstruksi Kolam renang m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
kolam/ reservoir
bawah tanah Kolam m2 10.480 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
pengolahan air
reservoir di
bawah tanah
11 Konstruksi m2 52.400 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
septictank,
sumur resapan
12 Konstruksi Menara Per 5 m2 26.200 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
menara reservoir
Cerobong Per 5 m2 26.200 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
13 Konstruksi Per 5 m2 26.200 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
menara air
14 Konstruksi Tugu Unit 2.096.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
monumen
Patung Unit 2.096.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
Di dalam persil Unit 2.096.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
Di luar persil Unit 2.096.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
15 Konstruksi Instalasi listrik Unit 52.400 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
instalasi/ gardu (luas
listrik maksimum
10 m2 ),
apabila
unit lebih
dari 10 m2
dikenakan
biaya
tambahan
per m2
Instalasi Unit 52.400 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
telepon/komu (luas
nikasi maksimum
10 m2 ),
apabila
unit lebih
dari 10 m2
dikenakan
biaya
tambahan
per m2
Instalasi Unit 52.400 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
Pengolahan (luas
maksimum
10 m2 ),
apabila
unit lebih
dari 10 m2
dikenakan
biaya
tambahan
per m2
16 Konstruksi Billboard Unit dan 524.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
reklame/ papan papan iklan penambah
annya
nama
Papan nama Unit dan 524.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
(berdiri sendiri penambah
atau berupa annya
tempok pagar)
17 Fondasi mesin Unit mesin 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
(di luar
bangunan)
18 Konstruksi Unit 47.160.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
menara televisi (tinggi
maksimal
100 m,
selebihnya
dihitung
kelipatann
ya)
19 Konstruksi
antena radio
1) Standing tower Ketinggian 25- Unit 7.860.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
dengan 50 m
konstruksi 3- Ketinggian 51- Unit 15.720.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
4 kaki: 75 m
Ketinggian 76- Unit 23.580.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
100 m
Ketinggian Unit 31.440.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
101-125 m
Ketinggian Unit 39.300.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
126-150 m
Ketinggian di Unit 47.160.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
atas 150 m
2) Sistem guy Ketinggian 0- Unit 7.860.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
wire/ 50 m
bentang Ketinggian 51- Unit 15.720.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
kawat: 75 m
Ketinggian 76- Unit 23.580.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
100m
Ketinggian di Unit 31.440.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
atas 100 m
20 Konstruksi Menara bersama
antena (tower
Ketinggian Unit 7.860.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
telekomunikasi) kurang dari 25
m
Ketinggian 25- Unit 15.720.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
50 m
Ketinggian di Unit 23.580.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
atas 50 m
Menara mandiri
Ketinggian Unit 7.860.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
kurang dari 25
m
Ketinggian 25- Unit 15.720.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
50 m
Ketinggian di Unit 23.580.000 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
atas 50 m
21 Tangki tanam Unit 52.400 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
bahan bakar
22 Pekerjaan 1) Saluran m1 5.240 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
drainase (dalam 2) Kolam m2 52.400 1,00 0,65 x 50% = 0,325 0,45 x 50% = 0,225
persil) tampung
Keterangan:
1. RB = Rusak Berat
2. RS = Rusak Sedang
3. Jenis konstruksi bangunan lainnya yang termasuk prasarana bangunan gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
C. Retribusi layanan lainnya
H. DARMA WIJAYA