Anda di halaman 1dari 13

i

MAKALAH BLOK NEUROSENSORY SISTEM II

“CAHAYA, WARNA, PENGLIHATAN”

Disusun oleh :

NADIA ALIFIA PUTRI

21901101044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari blok Neurosensory system 2.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang yang telah membimbing saya dalam
mengerjakan makalah ini hingga selesai.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 5 April 2020

Nadia Alifia Putri


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1


A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2
BAB IV PENUTUP……………………………………………………….. 8
a. Kesimpulan ………………………………………………………... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................... ......................................10
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indera adalah kumpulan dari reseptor yang membentuk organ atau alat khusus.
Sedangkan reseptor adalah ujung syaraf yang berfungsi untuk menerima rangsang, dan
propioseptor adalah kumpulan reseptor yang tidak membentuk alat khusus.
Mata adalah organ penglihatan. Mata mendeteksi cahaya yang mengubahnya menjadi
impuls elektrokimia pada sel saraf. Mata merupakan system optic kompleks yang
mengumpulkan cahaya dari lingkungan sekitarnya, mengatur intensitasnya melalui
diafragma, memfokuskan melalui perakitan yang menyesuaikan lensa untuk membentuk
sebuah gambar, mengkonversi gambar tersebut menjadi satu himpunan sinyal listrik, dan
mentransmisikan sinyal-sinyal ke otak melalui jalur saraf kompleks yang menghubungkan
mata melalui saraf optic menuju korteks visual dan area lain dari otak. Secara embriologis
proses pembentukan mata dimulai pada minggu ke-4 masa embrio. Proses pembentukan
mata berasal dari 3 sumber yaitu :

1. Penonjolan forebrain yang akan membentuk retina dan saraf optic.


2. Permukaan ectoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan beberapa struktur
pelengkap di bagian depan mata.
3. Jaringan mesenkim yang mengumpul membentuk tunika dan struktur-struktur
yang berkaitan dengan orbita.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami anatomi mata
2. Mengetahui mekanisme penglihatan
3. Mengetahui mekanisme fotoreseptor penglihatan
4. Mengetahui dan memahami tentang penglihatan warna
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme penglihatan?
2. Apa pengaruh banyak atau sedikitnya cahaya yang masuk pada mata?
3. Apa yang terjadi di retina pada saat kita melihat cahaya yang cukup banyak
dan bila dalam kondisi gelap?
4. Bagaimana mekanisme penglihatan warna?
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Mata

Bola mata berbentuk bulat


dengan panjang maksimal 24 mm.
Bagian anterior bola mata mempunyai
kelengkungan yang lebih cembung
sehingga terdapat bentuk dengan dua
kelengkungan yang berbeda. Bola mata
dibungkus oleh tiga lapisan jaringan,
yaitu jaringan fibrosa, jaringan
vaskulosa, dan retina. Jaringan fibrosa
terdiri dari kornea dan sklera, sedangkan jaringan vaskulosa terdiri dari kornea, korpus
siliaris, dan iris. Di dalam bola mata juga terdapat cairan aqueous humor, lensa, dan
vitreous humor. Sedangkan bagian luar mata, yaitu superciliaris, ciliaris, dan palpebra.

A. Jaringan fibrosa
1. Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya dan merupakan lapisan
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Dari anterior ke posterior kornea
mempunyai lima lapisan, yaitu :
 Epitel kornea
 Membrana Bowman
 Substansia propria
 Membrana descmeti
 Endotel kornea

2. Sklera merupakan jaringan ikat lentur dan memberikan bentuk pada mata. Jaringan
ini merupakan jaringan terluar yang melindungi bola mata. Jaringan ini terdiri atas
beberapa lapisan, yaitu :

 Episklera
 Sklera Propria
 Lamina Fusca
3

B. Jaringan Vasculosa
1. Koroid merupakan segmen posterior jaringan vasculosa yang terletak antara retina
dan sklera yang berisi pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi memberi
nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.
2. Korpus siliaris merupakan lanjutan koroid dan retina. Korpus siliaris ini
mengelilingi muskulus siliaris. Yang memiliki fungsi untuk mengubah ketegangan
kapsul lensa sehingga lensa dapat focus untuk objek dekat maupun jauh.
3. Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior yang mempunyai permukaan
relative datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya (pupil). Fungsi
utama iris ialah untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata
pada waktu gelap, dan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam
mata pada waktu terang.
C. Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor untuk menerima
rangsangan cahaya. Retina memiliki lapisan-lapisan dari luar ke dalam, yaitu : (1)
lapisan berpigmen, (2) lapisan batang dan kerucut yang menonjol ke lapisan pigmen,
(3) lapisan nukleus luar yang mengandung badan sel batang dan sel kerucut, (4)
lapisan pleksifrom luar, (5) lapisan nukleus dalam, (6) lapisan pleksiform dalam, (7)
lapisan ganglion, (8) lapisan serat-serat nervus optikus, dan (9) membrane limitans
dalam.
D. Lensa mata terbentuk dari invaginasi embryonic surface epithelium. Memiliki struktur
lunak, bening, bikonveks, dan dilapisi oleh kapsul tipis homogen. Lensa mata
memiliki fungsi untuk mengubah bentuk lensa (akomodasi), dan melindungi dari
humor aqueous dan vitreous.
E. Aqueous humor merupakan cairan yang terus mengalir yang membawa metabolites
dan juga membantu menjaga optimal microenvironment di dalam anterior cavity.
F. Vitreous humor merupakan badan gelatin yang jernih, dan avascular. Mengandung air
sekitar 99%, sedangkan sisa 1% yang meliputi dua komponen, kolagen, dan asam
hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena kemampuannya
mengikat banyak air.
G. Supersiliaris merupakan bagian yang berfungsi untuk melindungi mata dari air serta
kotoran yang hendak masuk ke dalam mata.
4

H. Palpebra berfungsi untuk melindungi dan juga membersihkan mata. Palpebra dapat
menutup dan juga membuka. Palpebra mempunyai gerak refleks untuk dapat berkedip
apabila terjadi sesuatu, misalnya pada saat intensitas cahaya yang diterima bola mat
aitu meningkat secara tiba-tiba.
I. Ciliaris berfungsi untuk melindungi mata dari adanya kotoran serta juga untuk
menyaring intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata. Bulu mata terdapat suatu
kelenjar yang disebut dengan kelenjar meibow, yang berfungsi untuk menghasilkan
lemak untuk mencegah kedua kelopak mata tersebut lengket saat berkedip.

2.2 Mekanisme Penglihatan


Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari acula peka sinar
primitive pada permukaan golongan invertebrate. Dalam bungkus pelindungnya, mata
memiliki lapisan reseptor, system lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut,
dan system saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak. Cahaya
merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket energi
mirip partikel yang dinamai foton yang berjalan dalam bentuk gelombang. Cahaya
yang masuk melalui kornea akan diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar
anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Pupil akan membesar jika intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat yang gelap),
dan apabila berada di tempat yang terang, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur
perubahan pupil tersebut adalah iris. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya akan
diteruskan sampai ke lensa. Lensa ini berada di antara aqueous humor dan vitreous
humor, yang melekat ke otot-otot siliaris melalui ligementum suspensorium. Fungsi
lensa yaitu untuk memfokuskan cahaya ke retina. Ketika cahaya telah sampai ke retina
, maka sel-sel batang dan sel-sel kerucut akan meneruskan sinyal-sinyal cahaya
tersebut ke otak melalui nervus opticus. Serabut pada nervus opticus akan melewati
foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi
lainnya untuk membentuk kiasma optikum. Kemudian serabut yang berasal dari
lapangan visual temporal akan menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari
lapangan visual nasal tidak menyilang. Selanjutnya serabut untuk indeks cahaya yang
berasal dari kiasma optikum akan berakhir di kolikulus superior. Dan sisa serabut yang
meninggalkan kiasma akan berhubungan dengan penglihatan dan berjalan dalam
traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Kemudian serabut yang berasal
5

dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan akan berakhir di
koteks visual lobus oksipital, sehingga terjadi presepsi penglihatan.

2.3 Fotoreseptor Penglihatan


Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel
batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah
energi cahaya menjadi sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP. Bagian saraf retina
terdiri dari tiga lapisan sel peka rangsang, yaitu (1) lapisan paling luar mengandung sel
batang dan sel kerucut, (2) Lapisan tengah mengandung sel bipolar dan antar neuron
yang terkait, (3) lapisan dalam mengandung sel ganglion.
Sinar cahaya
yang masuk, harus
melewati lapisan
ganglion dan bipolar
sebelum mencapai
fotoreseptor.
Fotoreseptor terdiri dari
tiga bagian, yaitu : (1)
segmen luar yang
mendeteksi rangsangan
cahaya, (2) segmen
dalam yang
mengandung perangkat
metabolic sel, (3)
terminal sinaps, bagian
ini bervariasi dalam laju
pelepasan
neurotransmitter.
Segmen luar terdiri dari
sel batang dan sel kerucut, yang mengandung banyak molekul fotopigmen peka
cahaya. Fotopigmen dalam sel batang adalah rhodopsin, yang peka terhadap cahaya
gelap. Pada keadaan gelap, retina dalam bentuk 11-cis retinal. Bentuk cis ini adalah
bentuk yang paling penting sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan
skotopsin agar dapan bersintesis dengan rhodopsin. Membran plasma segmen luar
6

fotorespetor mengandung kanal Na+ berpintu kimiawi. Kanal ini berespons terhadap
CGMP. Pengikatan CGMP dengan kanal Na+ ini membuatnya tetap terbuka. Bila
sudah terjadi acula cahaya, maka akan menyebabkan CGMP terurai. Kebocoran
pasif Na+ menyebabkan depolarisasi fotoreseptor. Penyebaran pasif depolarisasi dari
segmen luar ke ujung sinaps membuat kanal Ca2+ memicu pelepasan neurotransmitter
glutamate dari ujung sinaps selama dalam keaadan gelap. Sedangkan pada keadaan
terang, konsentrasi CGMP menurun melalui serangkaian reaksi biokimia yang dipicu
oleh pengaktifan fotopigmen. Retinal berubah bentuk menjadi konformasi all-trans
ketika 11-cis retinal menyerap cahaya. Akibat perubahan bentuk ini, retinal tidak lagi
muat dalam tempat ikatannya di opsin, menyebabkan opsin juga berubah konformasi,
yang mengaktifkan fotopigmen. Sel batang dan sel kerucut mengandung transdusin.
Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transdusin, yang nantinya mengaktifkan
enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan CGMP sehingga konsentrasi
fotoresptor berkurang. Selama proses eksitasi cahaya, penurunan CGMP
memungkinkan kanal Na+ tertutup, sehingga menghentikan kebocoran Na+ penyebab
depolarisasi dan dengan demikian menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi ini,
yang merupakan potensial reseptor, secara pasif menyebar dari segmen luar ke ujung
sinaps fotoreseptor. Menyebabkan penutupan Ca+ dan penurunan pelepasan
neurotransmitter. Oleh karena itu, fotoreseptor dihambat oleh stimulus adekuatnya
dan tereksitasi jika tidak mendapat stimulasi. Potensial penyebab hiperpolarisasi dan
penurunan pelepasan neurotransmitter yang ditimbulkannya bertahap sesuai dengan
intensitas cahaya. Semakin terang, semakin besar respons hiperpolarisasi dan semakin
besar penurunan pelepasan acula te.
2.4 Penglihatan Warna
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut, yaitu sel fotosensitif pada mata
yang dapat mempersepsikan warna. Sel ini terletak di bagian sentral atau acula lutea
yang mempunyai pigmen terutama cis aldehid A2. Penglihatan warna merupakan
kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda berdasarkan intensitasnya.
Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnitnya mempunyai panjang gelombang
yang terletak antara 440-700 nm. Warna primer utama pada pigmen sel kerucut adalah
merah, hijau, dan biru. Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan
diteruskan rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Kemudian
terjadi penggabungan warna bila panjang gelombang berada di antara kedua pigmen.
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor oleh cahaya. Pigmen-pigmen di
7

berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang sinar tertentu dari
sumber cahaya. Panjang gelombang yang tidak diserap akan dipantulkan dari
permukaan benda sehingga bisa dilihat dengan mata. Suatu benda yang terlihat biru
menyerap panjang gelombang merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan
panjang gelombang biru yang lebih pendek. Panjang gelombang yang terlihat sebagai
biru tidak merangsang sel kerucut merah atau hijau tetapi merangsang sel kerucut biru
secara maksimal.
 Kerucut-S : Sensitif pada panjang
gelombang cahaya pendek,
puncaknya 420 nm (biru)
 Kerucut-M : Sensitif pada panjang
gelombang cahaya medium,
puncaknya 530 nm (hijau)
 Kerucut-L : Sensitif pada panjang
gelombang cahaya panjang,
puncaknya 560 nm (merah)
8

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Salah satu alat indera pada manusia adalah mata atau indera penglihatan , yang disebut
juga dengan fotoreseptor karena mampu menerima rangsangan fisik yang berupa cahaya. Ada
3 lapisan jaringan atau selaput yang membungkus bola mata dari luar kedalam yaitu jaringan
fibrosa, jaringan vaskulosa, dan retina.

Mekanisme penglihatan dimulai ketika ada sumber cahaya yang masuk ke rongga mata,
masuk melalui kornea, melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris. Kemudian akan
dibiaskan oleh lensa, sehingga terbentuk bayangan di retina yang bersifat nyata, terbalik, dan
diperkecil. Kemudian di retina terdapat sel kerucut yang akan meneruskan sinyal ke nervus
optikus. Selanjutnya akan menyilang kiasma optikum. Dan kemudian bergabung di traktus
optikus. Dan selanjutnya akan berjalan ke korteks penglihatan di fissure kalkarina lobus
oksipitalis refraksi, sehingga terjadi presepsi penglihatan.

Pada retina terdapat dua sel yang berperan dalam penglihatan warna, yaitu sel batang dan
sel kerucut. Sel batang akan peka terhadap cahaya gelap, sehingga akan menghasilkan
penglihatan pada saat gelap. Sedangkan sel kerucut akan peka terhadap warna terang.
Fotopigmen dalam sel batang adalah rhodopsin, yang peka terhadap cahaya gelap. Pada
keadaan gelap, retina dalam bentuk 11-cis retinal. Bentuk cis ini adalah bentuk yang paling
penting sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan dengan skotopsin agar dapan
bersintesis dengan rhodopsin. Membran plasma segmen luar fotorespetor mengandung kanal
Na+ berpintu kimiawi. Kanal ini berespons terhadap CGMP. Pengikatan CGMP dengan
kanal Na+ ini membuatnya tetap terbuka. Bila sudah terjadi acula cahaya, maka akan
menyebabkan CGMP terurai. Kebocoran pasif Na+ menyebabkan depolarisasi fotoreseptor.
Penyebaran pasif depolarisasi dari segmen luar ke ujung sinaps membuat kanal Ca2+ memicu
pelepasan neurotransmitter glutamate dari ujung sinaps selama dalam keaadan gelap.
Sedangkan pada keadaan terang, konsentrasi CGMP menurun melalui serangkaian reaksi
9

biokimia yang dipicu oleh pengaktifan fotopigmen. Retinal berubah bentuk menjadi
konformasi all-trans ketika 11-cis retinal menyerap cahaya. Akibat perubahan bentuk ini,
retinal tidak lagi muat dalam tempat ikatannya di opsin, menyebabkan opsin juga berubah
konformasi, yang mengaktifkan fotopigmen. Sel batang dan sel kerucut mengandung
transdusin. Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transdusin, yang nantinya
mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan CGMP sehingga
konsentrasi fotoresptor berkurang. Selama proses eksitasi cahaya, penurunan CGMP
memungkinkan kanal Na+ tertutup, sehingga menghentikan kebocoran Na+ penyebab
depolarisasi dan dengan demikian menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi ini, yang
merupakan potensial reseptor, secara pasif menyebar dari segmen luar ke ujung sinaps
fotoreseptor. Menyebabkan penutupan Ca+ dan penurunan pelepasan neurotransmitter.

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut, yaitu sel fotosensitif pada mata yang dapat
mempersepsikan warna. Warna primer utama pada pigmen sel kerucut adalah merah, hijau,
dan biru. Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya
pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Kemudian terjadi penggabungan warna bila
panjang gelombang berada di antara kedua pigmen. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara
selektif menyerap panjang gelombang sinar tertentu dari sumber cahaya. Panjang gelombang
yang tidak diserap akan dipantulkan dari permukaan benda sehingga bisa dilihat dengan mata.
10

DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L, Santoso BI, editor. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta:
EGC,2001.h.160-76
2. https://www.academia.edu/33363734/MATA_DAN_MEKANISME_MELIHAT
3. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13.
Jakarta : EGC, 1022
4. https://www.academia.edu/18796651/ANATOMI_FISIOLOGI_DAN_MEKANISME
_PENGLIHATAN

Anda mungkin juga menyukai