Anda di halaman 1dari 12

PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No.

1 (2015) 11-21

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH MUDA

Fajar Tri Utami

Prodi Psikologi Islam


Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Abstrak

Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia. Pernikahan muda juga sering
terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah
saling mencintai dan siap untuk menikah. Pada umumnya pernikahan dini yang hanya dilandasi rasa
cinta tanpa kesiapan mental dan materi akan berdampak buruk dalam rumah tangga. Usia yang
masih terlalu muda, banyak keputusan yang diambil berdasar emosi atau mengatasnamakan cinta
yang membuat mereka salah dalam bertindak. Berat ringannya tanggung jawab yang dipikul bukan
hanya ditentukan oleh banyak sedikitnya beban, melainkan tujuan dan pandangan kita terhadap
pernikahan. Keputusan menikah di usia muda karena rasa cinta yang begitu besar, kehamilan pra
nikah, desakan dari orang tua, mengikuti tradisi daerah sehingga menyebabkan keputusan diambil
didasarkan pada suasana batin, yakni kebahagiaan agar dapat hidup bersama dengan orang yang
dicintai dan memberikan status pada anak yang akan lahir. Para pelaku pernikahan di usia muda
menerima sejumlah konsekuensi negatif dari pernikahan di usia muda yang dijalani, yakni
mengalami suatu tekanan berupa kesedihan, kebinggungan, ketidaknyamanan, ataupun penyesalan.
Kata kunci : remaja putri, menikah di usia muda

Pendahuluan Nurbaya sebagai suatu gambaran perjodohan


Pada abad modern saat ini fenomena di masa lalu sebagai sesuatu yang umum
menikah usia muda masih banyak dijumpai di dilakukan. Sekarang mungkin kita akan
masyarakat. Pernikahan merupakan salah satu mencibir jika ada orangtua yang menjodohkan
bentuk interaksi antara manusia. Menurut anak-anaknya karena sekarang tren telah
Duvall dan Miller (Paruntu, 1998) pernikahan berubah. Muda-mudi zaman sekarang
dapat dilihat sebagai suatu hubungan dan cara berpacaran sebelum memasuki jenjang
berkomunikasi sebagai bentuk interaksi antara pernikahan.
pria dan wanita yang sifatnya paling intim dan Muda dengan berbagai alasan, maka
cenderung diperhatikan. Selain itu melihat kini remaja sendiri yang bercita-cita untuk
keadaan pergaulan bebas sekarang ini yang menikah muda, dan kebanyakan dari mereka
sudah dianggap lumrah, bahkan aneh bagi adalah remaja-remaja di kota besar (Syuqqoh,
yang tidak melakukannya, remaja 1999)
berpandangan menikah muda merupakan Penelitian yang dilakukan Ikatan
pilihan agar mereka terhindar dari perbuatan Sosiologi Indonesia (ISI) Jawa Barat tahun
dosa, seperti hubungan seks sebelum 2005 mengungkap fakta masih tingginya
menikah. kawin muda di Pulau Jawa dan Bali. Diantara
Menikah merupakan saat yang penting daerah-daerah tersebut, Jawa Barat
dalam siklus kehidupan manusia, menduduki peringkat pertama dalam jumlah
sebagaimana sebuah baju, pernikahan pasangan yang melakukan kawin muda,
mempunyai tren mode yang terus berubah. terbukti dari 1000 penduduk Jawa Barat yang
Pada masa lalu kita mengenal kisah Siti berusia 15 hingga 19 tahun terdapat 126 orang
12 | PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

yang sudah melahirkan dan kawin muda. masalah yang tidak sedikit. Menikah tidak
Sedangkan DKI Jakarta menduduki peringkat sesederhana dan semudah yang mereka
kedua dengan angka 44 orang yang menikah bayangkan, cinta saja tidak cukup untuk
muda dan sudah melahirkan dari 1000 membangun rumah tangga yang kuat tanpa
penduduk di usia 15 hingga 19 tahun. dilengkapi dengan kesiapan pada aspek-aspek
Pernikahan muda banyak terjadi pada lainnya (teknis dan non-teknis). Realitas yang
masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja banyak ditemukan, mereka berani menikah
sangat rentan terhadap perilaku seksual. (secara biologis) namun semua beban dan
Pernikahan muda juga sering terjadi karena konsekuensi dari pernikahan itu ditinggalkan
remaja berfikir secara emosional untuk kepada orang tua, tinggal di rumah orang tua,
melakukan pernikahan, mereka berfikir telah makan dan minum serta kebutuhan lainnya
saling mencintai dan siap untuk menikah. ditanggung 100% oleh orang tua. Ketika
Selain itu faktor penyebab terjadinya pasangan muda memiliki anak, anak pun akan
pernikahan muda adalah perjodohan orang menjadi beban bagi orang tua, beban dalam
tua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus pengasuhan diserahkan kepada orang tua atau
sekolah dan karena masalah ekonomi sebagai pengasuh karena mereka harus bekerja.
(Sarwono, 1994). Berdasarkan data penelitian jumlah
Penelitian yang dilakukan oleh IPADI pernikahan di usia muda dibawah 20 tahun di
(Ikatan Peminat dan Ahli Demografi kota Surakarta dalam kurun waktu lima tahun
Indonesia) melalui lembaga kependudukan menunjukkan:
dan BKKBN tahun 2003 menunjukkan saat Tahun Jumlah
ini jumlah usia remaja (12-24 tahun) di 2005 189
Indonesia 42 juta (sekitar 20% dari penduduk 2006 175
Indonesia yang berjumlah 213 juta jiwa). Dari 2007 185
angka ini 35% sudah menikah, dan dari angka 2008 192
ini sekitar 52% perempuan telah menikah. Total
Rata-rata usia perkawinan pertama di
Indonesia adalah usia 19 tahun bagi penduduk Jumlah perceraian di kota Surakarta dalam
yang sekarang berusia 20-24 tahun. Bagi kurun waktu lima tahun adalah sebagai
penduduk usia 25-29 tahun menikah pada usia berikut:
15 tahun adalah 11%, menikah pada usia 18 Keterangan:
tahun adalah 18% dan pada usia menikah 20 CT: Cerai Talak
tahun sebesar 51%. CG: Cerai Gugat
Pasal 7 Undang-undang nomor 1 tahun Tahun Jumlah
1974 tentang perkawinan menetapkan bahwa 2005 CT : 128
"perkawinan diizinkan bila pria berusia 19 CG : 274
tahun dan wanita berusia 16 tahun". Dengan 2006 CT : 161
adanya undang-undang perkawinan akan ada CG : 290
batasan usia, pernikahan di usia muda baru 2007 CT : 169
dapat dilakukan bila usia seorang remaja CG : 349
sudah sesuai undang-undang pernikahan yang 2008 CT : 158
berlaku di CG : 366
Wijayanto (2001) mengatakan bahwa
Total CT : 616
pernikahan di usia muda atau belia merupakan
CG : 1279
solusi tetapi sekaligus diikuti oleh variabel

ISSN: 2502-728X
FAJAR TRI UTAMI Penyesuaian Diri Remaja Putri yang Menikah Muda | 13

Pada umumnya pernikahan dini yang terhadap kenyataan, situasi dan hubungan
hanya dilandasi rasa cinta tanpa kesiapan sosial untuk mencapai kehidupan yang
mental dan materi akan berdampak buruk memuaskan. Apabila individu mampu
dalam rumah tangga. Usia yang masih terlalu melakukan penyesuaian diri berarti ia mampu
muda, banyak keputusan yang diambil menyelaraskan antara tuntutan diri dengan
berdasar emosi atau mengatasnamakan cinta tuntutan lingkungan, sehingga keadaan yang
yang membuat mereka salah dalam bertindak. menekan akan berhasil diatasi.
Banyaknya perkawinan usia muda ini Remaja juga dituntut untuk dapat
berbanding lurus dengan tingginya angka berpikir ke depan dan memilah milah sisi
perceraian di daerah-daerah yang menjadi yang positif dan negatif dalam membina suatu
penelitian Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) rumah tangga yang harmonis. Rahmawati
yaitu Indramayu, Purwakarta, Garut, Cianjur, (2003) mengemukakan bahwa remaja putri
Majalengka, dan Sukabumi. Kasus perceraian harus mempersiapkan fisik dan mental yang
merupakan dampak dari mudanya usia matang dan kuat untuk menerima kehamilan
pasangan ketika memutuskan untuk menikah, serta mempersiapkan diri untuk berperang
namun alasan perceraian tentu saja bukan dengan maut saat bersalin atau melahirkan.
karena alasan kawin muda, melainkan karena Lebih lagi setelah melahirkan remaja putri
alasan pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. harus mempersiapkan diri sebagai seorang ibu
Tetapi masalah tersebut sebagai salah satu baru sekaligus sebagai seorang istri yang
dampak dari perkawinan yang dilakukan mempunyai tugas dan kewajiban yang lebih
tanpa kematangan usia dan psikologis besar dari sebelumnya.
(Dadang, 2005). Kephart (1991) menyatakan bahwa
Setelah menikah dan berumah tangga, pasangan yang berpacaran terlebih dahulu
kepribadian, harapan mengenai peran, dan sebelum menikah, ketika mereka telah
keterlibatan dengan hal-hal di luar keluarga melangsungkan pernikahan mereka tetap
sering tidak sesuai dengan ketika pacaran, memerlukan penyesuaian diri terhadap
sehingga sesudah menikah pasangan suami pasangannya. Hal ini terjadi karena dua orang
isteri membutuhkan upaya yang lebih besar yang berpacaran mempunyai kecenderungan
untuk membuat kesepakatan-kesepakatan, untuk lebih memperhatikan persamaan yang
komunikasi yang jelas, dan fleksibel untuk ada dan tidak banyak mempelajari perbedaan-
menyesuaikan diri dengan pasangan dan perbedaan yang ada di antara mereka.
dunia di sekeliling mereka. Sandi (dalam BP- Tujuan dan manfaat menikah sangat
4, 2001) menjelaskan bahwa perkawinan besar bagi kehidupan manusia baik di dunia
memiliki serangkaian ciri-ciri psikologis, maupun di akhirat kelak. Di dalam pernikahan
salah satu diantaranya adalah bahwa ada komitmen moral dan keilmuwan, manfaat
kehidupan perkawinan menuntut pasangan pernikahan yang positif antara lain akan
suami isteri untuk menyesuaikan diri dengan membuat jiwa lebih bahagia, pikiran lebih
pasangannya. Penyesuaian diri dengan jernih dan hati lebih bersih. Ada kebutuhan-
pasangan diperlukan dalam kehidupan kebutuhan psikologis yang hanya dapat
perkawinan agar tercapai keharmonisan dipenuhi dengan menikah dan setelah
perkawinan, meskipun pasangan tersebut menikah, manusia menyempurnakan
telah berpacaran sebelumnya. hidupnya dari aspek psikis (Zulkifli, 1992)
Atkinson (1983) mengemukakan Sarwono (2001) mengemukakan bahwa
penyesuaian diri merupakan kemampuan pernikahan remaja merupakan pilihan terbaik
individu untuk bereaksi secara efektif untuk terciptanya pergaulan sehat. Menikah di
14 | PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

usia remaja menjadi pilihan, mengingat untuk memasukkan perannya untuk mengadakan
melakukannya yang dibutuhkan tidak hanya hubungan dengan orang lain atau
persiapan yang matang dalam banyak hal, kelompoknya dan manjaga sikap serta tingkah
namun juga konsekuensi dan tanggung jawab laku yang menyenangkan.
yang besar. Tetapi juga orientasi pernikahan,
kebahagiaan pernikahan lebih ditentukan oleh Faktor-faktor yang mempengaruhi
bagaimana orientasi pasangan dalam Penyesuaian Diri
pernikahan. Berat ringannya tanggung jawab Faktor-faktor yang mempengaruhi
yang dipikul bukan hanya ditentukan oleh keberhasilan penyesuaian diri diantaranya
banyak sedikitnya beban, melainkan tujuan adalah: a). Pemuas kebutuhan pokok dan
dan pandangan kita terhadap pernikahan. pribadi. Terpenuhinya kebutuhan pokok dan
pribadi menyebabkan individu akan dapat
Penyesuaian Diri menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Istilah penyesuaian (adaptation dalam Apabila tidak terpenuhi kebutuhan pokok dan
istilah biologi) dalam psikologi disebut pribadi, individu akan kesulitan dalam
dengan adjusment. Adjusment itu sendiri menyesuaikan diri dengan lingkungan. b).
merupakan suatu proses untuk mencari titik Kebiasaan dan keterampilan. Individu yang
temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan memiiki cukup kebiasaan dan keterampilan
lingkungan (Dayakisni dan Hudaniyah, 2003). dapat membantu dalam pemenuhan
Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri kebutuhan yang mendesak. Kebiasaan dan
dengan lingkungan sosial, kejiwaan, dan keterampilan yang dimiliki oleh individu akan
lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu mempengaruhi cara mempelajari berbagai
sendiri secara alamiah juga mendorong jalan untuk memenuhi kebutuhan dan cara
manusia untuk terus - menerus menyesuaikan bergaul dengan orang lain dalam kehidupan
diri. sosial. c). Mengenal diri sendiri. Individu
Pengertian penyesuaian diri menurut yang dapat mengenal dirinya sendiri akan
Fahmi (1999) merupakan suatu proses mudah dalam menyesuaikan diri, karena
dinamika yang bertujuan untuk mengubah individu mengetahui batas kemampuan yang
perilaku individu agar terjadi hubungan yang ada padanya dan mengetahui batas
lebih sesuai antara diri individu dengan kemungkinan bahwa keinginannya dapat
lingkungannya. Dengan batasan tersebut menjadi kenyataan. Individu yang tidak
dapat diberikan batasan bahwa kemampuan mengenal dirinya sendiri, tidak akan tahu
manusia sanggup untuk membuat hubungan- batas kemampuan yang dimilikinya, sehingga
hubungan yang menyenangkan antara akan mengganggu proses penyesuaian
manusia dengan lingkungannya. Menurut dirinya. d). Penerimaan diri. Individu yang
Kartono (2003) penyesuaian diri adalah cara dapat menerima dirinya dengan baik, akan
seseorang menghadapi dan memecahkan dengan mudah meyesuaikan diri dengan
situasi yang mengandung masalah sampai lingkungannya. Individu yang tidak dapat
tercapai hasil yang diharapkan, dengan menerima dirinya akan mengalami frustasi
menyingkirkan segala hambatan dan tidak yang menjadikan individu merasa tidak
menggunakan mekanisme yang keliru, seperti berdaya dan gagal sehingga tingkat
mekanisme pertahanan diri dan mekanisme menyesuaikan dirinya buruk. e). Kelincahan.
pelarian diri. Kelincahan di sini berarti reaksi individu
Penyesuaian diri menurut Hurlock terhadap parangsang-perangsang baru dengan
(1984) menunjuk pada keberhasilan individu cara yang serasi (cocok). Individu yang lincah

ISSN: 2502-728X
FAJAR TRI UTAMI Penyesuaian Diri Remaja Putri yang Menikah Muda | 15

akan bereaksi terhadap lingkungan baru Hurlock (1999) memberikan batasan


dengan cara yang serasi, yang menjamin mengenai penyesuaian diri yang sehat
proses penyesuaian diri dengan lingkungan. diantaranya: a). Bisa bergaul dengan kaum
Individu yang kurang lincah, kaku, sejenis maupun lawan jenis dan mengadakan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan persahabatan. b). Percaya pada diri sendiri
lingkungan akan kurang. bahwa ia mampu berperilaku secara mandiri
Selanjutnya Sobur (2005) menjelaskan dalam setiap situasi yang dihadapi serta
faktor-faktor penyesuaian diri meliputi a). mampu mempertanggung jawabkan. c).
Frustasi (tekanan perasaan). Merupakan suatu Memiliki toleransi terhadap situasi yang
proses yang menyebabkan orang merasa menekan batinnya terhadap apa yang
adanya hambatan terhadap terpenuhinya dihadapkan tanpa over acting dan over
kebutuhan. b). Konflik (pertentangan batin). excited.
Adalah terdapat suatu dorongan atau lebih
yang berlawanan atau bertentangan satu sama Gangguan atau hambatan dalam
lain dan tidak mungkin terpenuhi dalam penyesuaian diri
waktu yang sama. c). Anxiety (kecemasan). Penyesuaian diri seseorang terhadap
Merupakan manifestasi dari beberapa proses lingkungannya tidak selamanya berhasil
emosi yang bercampur-baur ketika seseorang dengan baik. Kadang-kadang akan mengalami
mengalami konflik. kegagalan atau terganggu oleh suatu sebab.
Aspek-aspek penyesuaian diri yang baik Manifestasi dari kesulitan penyesuaian diri
perlu diperhatikan beberapa aspek. Ada tiga dan sosial biasanya akan mengganggu
aspek penyesuaian diri yang dikemukakan keseimbangan individu.
oleh Wall (1993) yaitu: a). Keharmonisan diri Fatimah (2006) mengemukakan bahwa
pribadi. Merupakan kemampuan individu individu yang tidak dapat menyesuaikan diri
untuk menerima keadaan dirinya. b). dengan baik akan mengalami hambatan
Kemampuan mengatasi ketegangan. seperti timbul rasa kecewa, frustasi, tidak
Merupakan kemampuan seseorang dalam dapat menhadapi maslah dengan baik, bahkan
menghadapi konflik dan frustasi sehingga mengganggu kesehatan jiwa seseorang.
mampu memenuhi kebutuhan dirinya tanpa Menurut Kartono (1999) untuk dapat
tekanan emosi yang berarti. c). Keharmonisan memperhatikan diri dalam kondisi mental
dengan lingkungan. Merupakan kemampuan dalam bertingkah laku secara teratur, efisien,
individu untuk menyesuaikan diri dengan dan tepat untuk memecahkan segala
lingkungan. probematika hidupnya dan mengatasi
Kartono (2002) berpendapat bahwa ketegangan-ketegangan hidupnya.
individu yang berhasil dalam penyesuaian diri Menurut Hasan (2004) antar pasangan
ditandai dengan: a). Memenuhi segala jenis tidak sama persis dalam penyesuaian
kebutuhannya, tanpa melebihkan atau perkawinannya. Masing-masing pasangan
mengurangi kepentingan sesuatu dengan menunjukkan bagaimana beradaptasi terhadap
kebutuhan lain. b). Tidak mengganggu perbedaan yang terjadi yang melewati fase
individu lain dalam melakukan penyesuaian bulan madu, fase pengenalan kenyataan, fase
diri. c). Melakukan atau melaksanakan krisis perkawinan, fase menerima kenyataa,
pertanggungjawaban dalam arti kata fase kebahagiaan sejati.
pertanggungjawaban terhadap masyarakat
tempat ia tinggal.
16 | PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

Remaja meliputi perkembangan psikis, mental, dan


Menurut Hurlock (1997) adolescence emosi. Dalam perkembangan mental,
atau remaja berasal dari kata latin adolescere kemampuan intelektual remaja berkembang
yang berarti "tumbuh atau tumbuh menjadi pesat, sehingga remaja mampu berpikir
dewasa". Istilah adolesence mempunyai arti abstrak, mengadakan generalisasi, mampu
lebih luas yaitu mencakup kematangan memakai prinsip-prinsip logika dalam
mental, emosional, sosial, dan fisik. berpikir secara teoritis dan terjadi
Menurut Calon (Monks dkk, 1998) perkembangan yang mencolok dalam diri
remaja adalah masa yang menunjukkan remaja. Hal ini menyebabkan remaja berpikir
dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau kritis, mencoba memecahkan masalahnya
peralihan karena remaja akan memperoleh sendiri dan mampu mengambil pengalaman
status dewasa dan tidak lagi memiliki status sebagai pelajaran.
kanak-kanak. Menurut Sarwono (2002) ciri-ciri sosial
Remaja dikenal sebagai masa pencarian remaja putri antara lain: 1). Tumbuh
dan penjelajahan identitas diri kekaburan "dinding" yang memisahkan diri pribadinya
identitas diri menyebabkan remaja berada di (private self) dan masyarakat umum (the
persimpangan jalan, tak tahu mau kemana dan public). 2). Jenis dan jumlah cabang
jalan mana yang harus diambil untuk permainan lebih selektif dan terbatas pada
menentukan jati diri yang sesungguhnya. keterampilan yang menunjang kepada
Itulah sebabnya anak remaja tidak bisa lagi di kesiapan kerja. 3).Lebih bersifat nasionalis
masukkan ke dalam golongan orang dewasa atau idealis. 4).Bergaul dengan jumlah teman
atau golongan tua. Jadi remaja ada diantara yang terbatas dan selektif lebih lama. 5).
anak dan orang dewasa. (Djamarah, 2002) Bergabung kepada kelompok sebaya
berangsur fleksibel, kecuali dengan teman
Perkembangan masa remaja dekat pilihannya yang banyak mempunyai
Masa remaja menurut Hurlock (1990) kesamaan minat dan sebagainya.
adalah masa yang menentukan dalam Sedangkan ciri-ciri emosi remaja putri
perkembangan karena pada masa ini remaja meliputi: 1). Egonya mencari kesempatan
banyak mengalami perubahan baik perubahan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam
fisik maupun psikisnya. Terjadinya perubahan pengalaman-pengalaman baru 2).
kejiwaan menimbulkan kebingungan di Egosentrisnya (dahulu memusatkan perhatian
kalangan remaja sehingga masa ini oleh pada diri sendiri) diganti dengan
negara barat disebut periode sturm and drang keseimbangan arti kepentingan diri sendiri
yaitu masa yang penuh gejolak emosi dan dengan orang lain. 3). Mulai dapat memlihara
tekanan jiwa sehingga menyebabkan remaja jarak dan batas-batas kebebasannya, mana
mudah menyimpang dari aturan-aturan dan yang harus dirundingkan dengan orang tua.
norma-norma sosial yang berlaku di kalangan 4). Penghayatan dan pelaksanaan hidup
masyarakat. keadaan sehari-hari mulai dilakukan atas
Menurut Monks (1992) masa remaja dasar kesadaran dan perkembangan hati
sebagai masa peralihan dari masa anak ke nuraninya sendiri yang tulus dan ikhlas. 5).
masa dewasa, yaitu dimana anak tidak mau Mulai menemukan pegangan hidupnya yang
lagi diperlakukan sebagai anak, tetapi dilihat definitive. 6). Kecenderungan tertentu yang
dari perkembangan fisiknya ia belum dapat akan mewarnai pola dasar kepribadiannya. 7).
dikatakan sebagai orang dewasa. Usia remaja Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya
berkisar 12-21 tahun. Perkembangan remaja

ISSN: 2502-728X
FAJAR TRI UTAMI Penyesuaian Diri Remaja Putri yang Menikah Muda | 17

tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dengan peraturan-peraturan yang ada. Ikatan
dirinya. formal ini adalah nyata, baik yang mengikat
Salah satu tugas perkembangan pokok dirinya, yaitu suami dan istri, maupun orang
yang paling sulit bagi remaja adalah lain yaitu masyarakat luas. Oleh karena itu
perubahan yang dialaminya. Remaja harus perkawinan pada umumnya diinformasikan
menyesuaikan diri dengan erubahan yang kepada masyarakat luas agar masyarakat
dialaminya, remaja harus menerima bentuk dapat mengetahuinya. Sedangkan ikatan batin
fisik yang baru yang akan dimilikinya adalah ikatan yang tidak nampak secara
sepanjang usianya (Hurlock, 1994). langsung, merupakan ikatan psikologik.
Perubahan fisik dan pengalaman yang Antara suami istri harus ada ikatan ini, saling
menyertai perubahan itu akan membentuk mencintai satu dengan yang lain, tidak adanya
persepsi diri jasmani yang menimbulkan paksaan dalam perkawinan.
pengertian akan pentingnya bentuk dan Menurut (QS. An-Nur:32) pernikahan
kekuatan fisik sehingga ia akan memandang adalah firman Alloh SWT yang ditujukan
sesuatu mengenai dirinya dari segi fisik kepada kaum laki-laki dan perempuan ketika
(Kurniati, 2004). jasmani dan rohaninya sudah mampu untuk
Selanjutnya Havighurst (Hurlock, 1994) melakukan pernikahan. Kemiskinan tidak
menambahkan bahwa tugas perkembangan boleh dijadikan alasan untuk tidak
yang akan dilalui remaja adalah sebagai membangun rumah tangga. Alloh berjanji
berikut: akan memampukan mereka dengan
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih karuniaNya, karena Alloh SWT Maha luas
baik dengan teman sebaya baik pria pemberiannya dan Maha mengetahui.
maupun wanita. Pasal 7 ayat 1 mengatakan, perkawinan
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. hanya diizinkan jika pihak pria sudah
c. Menerima keadaan fisiknya dan mencapai umur 19 tahun, dan pihak wanita
menggunakan secara efektif sudah mencapai umur 16 tahun.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku Namun demikian, jika belum mencapai
sosial dan bertanggung jawab 21 tahun, calon pengantin baik pria maupun
e. Mencapai kemandirian emosional dari wanita diharuskan memperoleh izin dari
orang tua dan orang dewasa lainnya orang tua/wali yang diwujudkan dalam bentuk
f. Mempersiapkan karir ekonomi surat izin sebagai salah satu syarat untuk
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga melangsungkan perkawinan.
h. Memperoleh peringkat nilai dan sistem etis Grifari (2002) menyatakan bahwa manfaat
sebagai pegangan untuk berperilaku dari pernikahan yaitu a). lebih cepat memiliki
mengembangkan ideology keturunan, b). Sehat jasmani dan rohani, c).
Lebih banyak nilai ibadah, d). Lebih cepat
Menikah dewasa.
Menurut Undang-undang perkawinan No.1
tahun 1974 perkawinan ialah ikatan lahir Metode
batin antara seorang pria dengan seorang Partisipan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan Penelitian ini menggunakan pendekatan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang kualitatif dengan alasan untuk mengungkap
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan makna dengan mendiskripsikan kejadian
Yang maha Esa. Ikatan lahir merupakan melalui pengamatan peneliti yang bersifat
ikatan yang nampak, ikatan formal sesuai partisipatif (Moleong, 2004). Subjek
18 | PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

penelitian diambil dengan purposif sampling dan dokumentasi sehingga analisis yang
dimana ada 6 (enam) orang remaja putri yang digunakan adalah analisis model Miles and
memiliki kriteria: a). remaja putri yang waktu Huberman, dimana dilakukan pada saat
menikah berusia antara 16 – 21tahun, b). usia pengumpulan data berlangsung, dan setelah
pernikahan kurang lebih berjalan 3 tahun, c) selesai pengumpulan data dalam periode
berdomisili di Surakarta. tertentu. Peneliti melakukan wawancara
kepada informan, setelah dianalisis terasa
Pengukuran belum memuaskan maka peneliti akan
Data mengenai penyesuaian diri remaja melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
putri yang menikah diusia muda didapatkan tertentu. Dalam analisis kualitatif dilakukan
dengan menggunakan wawancara dimana secara interaktif dan berlangsung terus
merupakan dialog atau perbincangan untuk menerus sampai tuntas sehingga datanya
mendapatkan informasi tentang orang lain sudah jenuh. Penulisan analisis menggunakan
dengan tujuan penjelasan untuk memahami deduktif induktif yaitu melakukan abstraksi
seseorang tentang hal tertentu. Wawancara dan melakukan rekaman fenomena-fenomena
tersetruktur yaitu wawancara dipandu khusus yang dikelompokkan menjadi satu,
menggunakan guide wawancara. Data yang kemudian teori yang dikembangkan nanti
lain didapatkan dengan observasi yang mana muncul dari sejumlah besar bukti yang
sebagai pengamatan atau pencatatan dengan terkumpul di lapangan dan saling
sistematika fenomena-fenomena yang berhubungan antara keduanya.
diselidiki, yang tidak terbatas pada
pengamatan langsung dan tidak langsung. Hasil dan Pembahasan
Subjek pertama (VK)
Prosedur VK, remaja putri berusia 19 tahun saat
Guna mengungkap data penelitian, menikah, alasan memutuskan menikah karena
menggunakan 6 (enam ) pertanyaan teoritis mengalami hamil pra nikah, dimana usia
yaitu tentang 1). Latar belakang kehidupan kehamilannya saat menikah sudah 3 bulan.
subjek, 2). Alasan subjek memutuskan Hal yang memperkuat keinginan menikah
menikah muda, c). Pandangan subjek tetang karna ingin bersama dengan laki-laki yang
pernikahn muda, d). Penyesuaian diri subjek dicintai dan ingin pertanggung jawaban atas
dengan pernikahannya, e). Perasaan subjek kelahiran anak. Pihak keluarga menyetujui
dengan pernikahannya saat ini. Dari dalam rencana pernikahan tersebut, namun calon
pertanyaan teoritis terdapat beberapa suami ragu atas pernikahan karena belum siap
pertanyaan pada masing-masing pertanyaan karena banyak pertimabangan dan ketakutan
teoritis sebanyak 22 pertanyaan. akan masa depan rumah tangganya karena
ketidak siapan fisik, mental, dan ekonomi.
Analisis VK mengalami ketidak bebasan setelah
Analisis data yang digunakan dalam menikah, subjek masih ingin menikmati masa
penelitian ini adalah anallisis deskriptif remaja namun sudah disibukkan oleh suami
kualitatif, yaitu hanya melukiskan kenyataan- dan anak. Kehidupan rumah tangga VK tidak
kenyataan berdasarkan keadaan yang harmonis, VK dan pasangan masih sering
diperoleh baik lapangan maupun kepustakaan. bertengkar, belum bisa menerima perubahan
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini sikap dari pasangan, dan hal terberat yang
nantinya berupa narasi, deskripsi, yang dialami VK adalah belum dinafkahi lahir oleh
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, suami, karena keduanya masih kuliah jadi

ISSN: 2502-728X
FAJAR TRI UTAMI Penyesuaian Diri Remaja Putri yang Menikah Muda | 19

ekonomi keluarga ditanggung oleh orang tua rasa cinta. Hal yang memperkuat keinginan
kedua belah pihak. menikah karna ingin bersama dengan laki-laki
Setelah menikah VK merasa lebih yang dicintai, namun tidak mempertimbangan
dewasa dan tambah pengalaman hidup, resiko yang akan terjadi. Pihak keluarga
lingkungan keluarga dan masyarakat kedua belah pihak menyetujui dan sepakat
menerima VK dengan baik, VK dapat bergaul pernikahan tersebut, calon suami menyetujui
dengan masyarakat. Harapan VK terhadap pernikahan tersebut. TT dapat menerima
rumah tangganya, VK ingin bisa memberi kondisi pasangannya, serta menerima segala
makan anaknya dengan hasil keringatnya resikonya. TT mengalami ketidak bebasan
sendiri dan suami, serta ingin suami lebih setelah menikah, semua yang akan dilakukan
bertanggung jawab dengan keluarganya. Hal harus mendapat dan ijin kepada suami, sterlah
dapat membuat VK bahagia karena kehadiran menikah TT tidak pernak keluar rumah atau
anak. bepergian sendiri. Kehidupan rumah tangga
TT tidak harmonis, TT dan pasangan belum
Subjek kedua (NT) dapat menerima kekurangan pasangan dan
NT, remaja putri berusia 19 tahun saat sering bertengkar. Hal terberat yang dialami
menikah, alasan memutuskan menikah karena TT adalah masalah ekonomi, karena suami
rasa cinta. Hal yang memperkuat keinginan sering sakit sehingga tidak bisa bekerja setiap
menikah karna ingin bersama dengan laki-laki hari.
yang dicintai. Pihak keluarga kedua belah Setelah menikah TT merasa agak
pihak menyetujui dan sepakat pernikahan menyesal dengan pernikahannya, TT menjadi
tersebut, calon suami menyetujui pernikahan lebih dewasa. Lingkungan keluarga dan
tersebut. NT dapat menerima kondisi masyarakat menerima TT dengan baik, TT
pasangannya, serta menerima segala dapat bergaul dengan masyarakat tapi agak
resikonya. NT mengalami ketidak bebasan terbatas. Harapan TT terhadap rumah
setelah menikah, semua yang akan dilakukan tangganya, TT ingin bisa hidup mandiri,
harus mendapat dan ijin kepada suami. mempunyai anak dan memiliki tempat tinggal
Kehidupan rumah tangga NT harmonis, NT sendiri, tidak ngontrak rumah lagi. Hal dapat
dan pasangan bisa menerima kekurangan membuat TT bahagia karena kesetiaan suami.
pasangan. Hal terberat yang dialami NT
adalah susah mencari pekerjaan karena Subjek keempat (YT)
statusnya yang sudah menikah. YT, remaja putri berusia 17 tahun saat
Setelah menikah NT merasa lebih menikah, alasan memutuskan menikah karena
dewasa dan bangga karena dikarunia anak. rasa iba dan cinta. Hal yang memperkuat
lingkungan keluarga dan masyarakat keinginan menikah karena rasa kasihan
menerima NT dengan baik, NT dapat bergaul kepada orang tuanya yang tidakmampu serta
dengan masyarakat. Harapan NT terhadap ada paksaan dari orang tua, juga ingin
rumah tangganya, NT ingin bisa hidup bersama dengan laki-laki yang dicintai,
mandiri, tidak tinggal bersama orang tua. Hal namun ketika memutuskan menikah YT tidak
dapat membuat NT bahagia karena perhatian mempertimbangan resiko yang akan terjadi.
dari suaminya. Pihak keluarga kedua belah pihak menyetujui
dan sepakat pernikahan tersebut, calon suami
Subjek ketiga (TT) mengajak YT untuk menikah. YT dapat susah
TT, remaja putri berusia 19 tahun saat menerima kondisi pasangannya, dan sering
menikah, alasan memutuskan menikah karena bertengkar dengan pasangannya. YT
20 | PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

mengalami ketidak bebasan setelah menikah, SH terhadap rumah tangganya, SH ingin bisa
semua yang akan dilakukan harus mendapat hidup bahagia, tidak ribut dengan pasangan.
dan ijin kepada suami, Kehidupan rumah Hal dapat membuat SH bahagia karena suami
tangga YT harmonis, YT dan pasangan belum bisa menerima kondisi SH apa adanya.
dapat menerima kekurangan pasangan dan Subjek Keenam (RM)
kadang bertengkar. Hal terberat yang dialami RM, remaja putri berusia 19 tahun saat
YT adalah kebiasaan suami yang suka berjudi menikah, alasan memutuskan menikah karena
dan jarang pulang kerumah. mengalami hamil pra nikah, dimana usia
Setelah menikah YT merasa agak kehamilannya saat menikah sudah 3 bulan.
menyesal dengan pernikahannya karena Hal yang memperkuat keinginan menikah
kekurangan secara ekonomi dan menjadi lebih karna ingin bersama dengan laki-laki yang
dewasa. Lingkungan keluarga dan masyarakat dicintai dan ingin pertanggung jawaban atas
menerima YT dengan baik, YT dapat bergaul kelahiran anak. Pihak keluarga dan calon
dengan masyaraka. Harapan YT terhadap suami menyetujui rencana pernikahan
rumah tangganya, YT ingin dikaruniai anak, tersebut, namun RM dan pasangan ragu atas
bisa hidup mandiri, memiliki tempat tinggal pernikahan karena belum siap karena banyak
sendiri. Hal yang membuat YT bahagia jika pertimbangan dan ketakutan akan masa depan
suami tidak berjudi dan bertanggung jawab. rumah tangganya. RM mengalami ketidak
bebasan setelah menikah, harus ijin kepada
Subjek kelima (SH) suami jika ingin melakukan sesuatu.
SH, remaja putri berusia 17 tahun saat Kehidupan rumah tangga RM cukup
menikah, alasan memutuskan menikah karena harmonis, RM bisa menerima perubahan
mengalami hamil pra nikah, dimana usia sikap dari pasangan, dan hal terberat yang
kehamilannya saat menikah sudah 5 bulan. dialami RM adalah dilarang untuk
Hal yang memperkuat keinginan menikah melanjutkan kuliah.
karna ingin bersama dengan laki-laki yang Setelah menikah RM merasa lebih
dicintai dan ingin pertanggung jawaban atas sabar. Lingkungan keluarga dan masyarakat
kelahiran anak. Pihak keluarga dan calon kurang menerima RM dengan baik, RM dapat
suami menyetujui rencana pernikahan bergaul dengan masyarakat. Harapan RM
tersebut, namun SH ragu atas pernikahan terhadap rumah tangganya, RM ingin bisa
karena belum siap karena banyak hidup bahagia sampai tua.
pertimbangan dan ketakutan akan masa depan
rumah tangganya. SH mengalami ketidak
bebasan setelah menikah dan merasa Daftar Pustaka
terkekang. Kehidupan rumah tangga SH
cukup harmonis, SH dan pasangan masih Al-Qur’an dan Terjemahnya. (2000).
sering bertengkar,dan SH bisa menerima Departemen Agama Republik
perubahan sikap dari pasangan, dan hal Indonesia. Bandung: Diponegoro.
terberat yang dialami SH adalah ketika hamil
Anjani, C & Suryanto. (2006). Pola
dan tidak segera menikah.
penyesuaian perkawinan pada periode
Setelah menikah SH merasa beban
awal. Jurnal Insan. Vol 8, No. 3.
hidup berkurang, walaupun suaminya masih
Surabaya. Fakultas Psikologi
suka berjudi. Lingkungan keluarga dan
Universitas Airlangga.
masyarakat menerima SH dengan baik, SH
dapat bergaul dengan masyarakat. Harapan

ISSN: 2502-728X
FAJAR TRI UTAMI Penyesuaian Diri Remaja Putri yang Menikah Muda | 21

Astuti, C. P. (2003). Hubungan kualitas Sari, Y. (2005). Penyesuaian perkawinan


komunikasi dan toleransi stres dalam pasangan suami istri dewasa muda
perkawinan. Jurnal Suksma. Vol. 2, ditinjau dari kecerdasan emosional
No. 1. Yogyakarta. Fakultas Psikologi dan umur perkawinan. Jurnal
Universitas Sanata Dharma. Psikologi Indonesia. Vol. 20. No. 2,
hal 139-148. Surabaya. Universitas
Fahmi, M. (1982). Pengertian Penyesuaian
Katolik Widya Mandala.
Diri dan Perannya Dalam Kesehatan
Mental. Jakarta. PT. Bulan Bintang. Sarwono, S. W. (2001). Psikologi Remaja.
Jakarta: Rajawali Pers
Hurlock, B. (1990). Psikologi Perkembangan:
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Sasanti, N. (2006). Konsekuensi Psikologis
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Menikah Diusia Remaja. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Moloeng, L. (2000). Metode Penelitian
Psikologi Universitas Muhammadiyah
Kualitatif Edisi ke-13. Bandung: PT.
Surakarta.
Remaja Rosda Karya.
Strauss & Corbin. (2003). Dasar-dasar
Monks, F. J. (1992). Psikologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah
Pustaka pelajar Offset.
Mada University Press.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Ni'matuzzakiyah, E. (2006). Berani
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Mengambil Keputusan, Memantapkan
Bandung: Alfabeta.
Diri Menerima Pinangan di Usia
Muda. Yogyakarta: Pro-U Media. Suryabrata, S. (1998). Metodologi Penelitian.
Jakarta: Rajawali
Hadi, S. (2001). Metode Research Jilid I.
Yogyakarta: Andi Offset. Wahyuningsih, H. (2002). Perkawinan: Arti
Penting, Pola Dan Tipe Penyesuaian
Pratiwi, F. (2007). Penyesuaian Diri Remaja
Antar Pasangan. Jurnal Psikologika.
Penyandang Kanker Payu Dara.
Vol. 7, No. 14. Yogyakarta. Fakulatas
Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Walgito, B. (2000). Bimbingan Dan
Konseling Perkawinan. Yogyakarta:
Purwoko, Y. (2001). Memecahakan Masalah
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Remaja. Bandung: Nuansa.
Mada.
Rifai, M. S. (1994). Psikologi Perkembangan
Remaja (Dari Segi Kehidupan Sosial).
Jakarta: Bina Aksara.
12 | PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 Juni 2015

ISSN: 2502-728X

Anda mungkin juga menyukai