Anda di halaman 1dari 11

Tugas 05 – Mhd.

Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Jawab:
Aluminium 5052 (essentially Al-2.5Mg)
Diketahui:
Equilibrium freezing range (∆T) = 40oC
Welding speed (v) = 4 mm/s = 0.4 cm/s
Koefisien difusi (DL) = 3 x 10-5 cm2/s
Ditanya :
 Berapa laju pendinginan yang sesuai?
Planar solidification equation (G)
G T T
  G  R
R DL DL
40 C
G  0.4  5
 5 105  C / cm
3 10 cm / s
2

Cooling rate (Ɛ)


  G  R  5  105  C / cm  0.4 cm / s  2 105  C / s
 Dapatkah tingkat laju pendinginan ini dicapai dalam pengelasan busur pada kasus ini?
Laju pendinginan dengan   2 10 C / s terlalu tinggi, sehingga sulit untuk dicapai
5 

dalam pengelasan busur

Jawab:
Al-Mg system
Diketahui:
CE = 35% Mg
CSM = 15% Mg
Tm = 660oC
T=TE = 451oC
Ditanya :
Berapa perkiraan fraksi volume dendrit rich aluminium di zona fusi las aluminium 5052
autogenous?
C 15
k E   0.428
CSM 35
Untuk mencari TL kita menggunakan persamaan berikut:
 Tm  TL  C0
 
 Tm  T  CL

P a g e 1 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Dimana:
C0   CE  CSM  / 2  (35  15) / 2  10
C0  CE  C0  35  10  25
Substitusikan:
 660  TL  2.5
 
 660  451  35
TL  660  (2.5 / 35)  (660  451)  645 C
Menentukan fraksi volume menggunakan Scheil Equation:
1/1 k
 T T 
fL  1  fs   m L 
 Tm  T 
1
 660  645 10.428
fL  1  fs   
 660  451 
f L  0.01
f s  1  f L  1  0.01
f s  0.99
Sehingga dapat diketahui fraksi volume dendrit rich aluminium di zona fusi las aluminium 5052
autogenous adalah fs=0.99

Jawab:
Pengaruh laju pendinginan berdasarkan pengamatan, telah diketahui bahwa semakin cepat laju
pendinginan, semakin pendek waktu solidifikasi dan semakin halus struktur sel atau
dendritiknya. Gambar 6.17 menunjukkan jarak lengan dendrit sebagai fungsi dari laju
pendinginan atau waktu solidifikasi dalam tiga material yang berbeda. Hubungan tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:

dimana d adalah jarak lengan dendrit sekunder, tf adalah waktu pembekuan lokal, ε adalah laju
pendinginan, a dan b adalah konstanta proporsional. Semakin lambat laju pendinginan selama
solidifikasi, semakin lama waktu yang tersedia untuk terjadi pengasaran dan semakin besar arm
spacing dendrite.
Pada pengelasan electron beam welding (EBW), laju pendinginan dalam rata-rata jauh lebih
cepat daripada pengelasan GMAW, sehingga menghasilkan jarak lengan dendrit sekunder yang
jauh lebih halus dan semakin pendek waktu solidifikasinya.

P a g e 2 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Jawab:
Pendinginan super konstitusional menunjukkan bahwa semakin tinggi temperature
kesetimbangan solidifikasi (ΔT), maka akan semakin besar kecenderungan solidifikasi planar
untuk rusak. Planar solidification equation (G):
G T

R DL

Bedasarkan diagram fasa Al-Cu diatas, dapat dilihat Al-0.01Cu memiliki ΔT yang jauh lebih
kecil dibandingkan Al-6.3Cu. Hal ini menyebabkan kecenderungan lebih besar untuk mem-
break-down solidifikasi planar.

Jawab:
Semakin lambat laju pendinginan selama proses solidifikasi, maka semakin lama waktu yang
untuk pengasaran dan semakin besar jarak arm dendrit. Sebagai contoh, efek laju pendinginan
atau waktu pembekuan pada jarak lengan dendrit untuk Al-4.5Cu dapat dilihat pada Gambar
berikut:

Berdasarkan gambar diatas, didapatkan persamaan turunan berikut:


P a g e 3 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

log d  1.67  log( )1/3 atau d  101.67  1/3

Hubungan antara laju pendinginan dengan proses pre-heating dinyatakan dalam persamaan
berikut:

 T  V 
     2 k (T  T0 ) 2  
 t  Q
1/3
 2  V 
d  10 1.67
  2 k (T  T0 )  
  Q 
Sehingga, dari beberapa persamaan di atas dapat di lihat perbandingan nilai d sebanding dengan
T-T0. Dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi temperature pre-heating, maka akan semakin
besar jarak arm dendrit d.

Jawab:
Struktur butir dari pengelasan overlapped menunjukkan mekanisme permurnian butir yang
nukleasinya heterogen (tidak sejenis), hal ini di kareanakan inti atom heterogen tersebut telah
dilarutkan didaerah overlapped sebelum dilakukan uji pengelasan. Dapat dilihat pada Gambar
dibawah, dimana butiran equiaxed akan menghilang setelah masuk daerah overlapped, kemudian
mekanisme nukleasi heterogen sebagai pembentukan nukleat (AlTi3).

P a g e 4 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Jawab:
Kondisi solidifikasi pada weld pool sangat berbeda dengan logam las. Perbedaan nya terletak
pada laju pendinginan (cooling rate) yang jauh lebih cepat selama solidifikasi kawah las yang
dapat mengakibatkan undercooling dan meningkatnya kadar nukleasi pada permukaan kolam las
atau inti heterogen. Kemudian pendinginan super konstitusional dapat di tingkatkan, karena
gradien temperatur yang lebih rendah dan laju solidifikasi yang lebih tinggi mengakibatkan
hilangnya sumber panas. Sehingga pada kasus ini, pembentukan grain equiaxed menjadi lebih
mudah terbentuk.

Jawab:
a. Tidak ada zona equiaxed nondendric di zona overlapped karena inti heterogen telah larut
dalam pengelasan awal sebelum pengelasan uji dilakukan

P a g e 5 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

b. Zona equiaxed nondendritic dapat terbentuk di zona overlapped, karena inti heterogen
dapat terbentuk di pre weld selama proses heat treating berlangsung.

(Sumber: A. Gutierrez and J. C. Lippold: Weld. J., 77:123s, 1998)

Jawab:
a. Pengelasan dengan kecepatan lambat, maka akan terbentuk kolam las elliptical.

b. Pengelasan dengan kecepatan tinggi, maka akan terbentuk kolam las teardrop..

P a g e 6 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Jawab:
Pengelasan dengan pulse-arc (PAW) mengakibatkan adanya penghalusan pada butir, dengan
membentuk nukleasi permukaan yang heterogen. Grain grow secara epitaxial terbentuk dari
butir yang ada di batas fusi. Kemudian butir baru terbentuk dibagian tengah permukaan seperti
pada gambar berikut:

Jawab:
a. Dinyatakan dengan persamaan:
log d  1.67  log( ) 1/3 atau d  101.67  1/3

 T  V 
     2 k (T  T0 ) 2  
 t  Q
1/3
 2  V 
d  10  2 k (T  T0 )   
1.67

  Q 
b. Nilai d sebanding dengan k-1/3 dan (T-To)-2/3
c. Tidak, karena pada persamaan Rosenthal tidak menjelaskan hasil secara akurat hasil
dalam kumpulan cairan

P a g e 7 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Jawab:

Berdasarkan gambar diperoleh persamaan untuk menghitung nilai d:

log d  1.67  log( ) 1/3


atau
d  101.67  1/3
atau
103
 3
d
KarenaL

  V t  V T / 
Sehingaa jika di substituisikan menjadi

d3
  V  T 
105
Dimana V adalah welding speed, ∆T adalah freezing temperature time, ∆x adalah welding
direction dan d adalah width mushy zone,

Jawab:
Bedasarkan teori difusi, l adalah jarak difusi yang berhubungan dengan waktu dan koefisien D,
sehingga menjadi persamaan:

l  Dt

P a g e 8 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Dengan l  d / 2 , dimana d adalah dendrite arm spacing

d  2  Dt
atau
d2
t
4D
Dari persamaan soal 11, kemudian substitusikan dengan persamaan diatas, sehingga didapatkan
persamaan;
1

  V  3
d  101.67  2 k (T  T0 )2   
  Q 
2

10 3.34
2  V 
3
t  2 k (T  T0 )  
4D   Q 

Jawab:
 Jika dibandingkan dengan Al-1%Cu alloy di bawah kondisi pengelasan yang sama, Al-
5%Cu alloy memiliki kisaran temperature solidifikasi dengan kesetimbangan yang lebih
besar (ΔT) dan kecenderungan untuk terjadinya pendinginan super konstitusional selama
proses solidifikasi.
 Karena kecenderungannya yang lebih besar untuk pendinginan super konstitusional,
logam las dari Al-5%Cu alloy cenderung memiliki dendrite equiaxed daripada Al-1%Cu
alloy

Jawab:
Apabila dibandingkan dengan pengelasan electron beam welding (EBW) yang dibuat kecepatan
pengelasan yang sama, pengelasan GTAW diharapkan memiliki gradien temperature (G) yang
lebih rendah karena heat input (Q) yang dimiliki lebih tinggi berdasarkan persamaan berikut:

 T  (T  T0 ) 2
   2 kV
 x t Q
Oleh karena itu, berdasarkan kriteria pendinginan super konstitusional berikut, pengelasan
GTAW diharapkan mengalami pendinginan super konstitusional, dengan;
P a g e 9 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

G T

R DL

Jawab:
Bedasarkan persamaan berikut, temperatur pada gradien G menurun seiring naiknya nilai
temperatur preheat T0:

 T  (T  T0 ) 2
   2 kV
 x t Q
Oleh karena itu, berdasarkan kriteria pendinginan super konstitusional berikut, peningkatan
temperature preheat diharapkan dapat meningkatkan pendinginan super konstitusional dan
terjadinya pembentukan butiran equiaxed:

G T

R DL

Jawab:
Berdasarkan persamaan berikut, cooling rate  menurun dengan meningkatnya temperatur
preheat T0:

 T   T   x  (T  T0 )2
       2 kV
 t  x  x t  t T Q
Sehingga jarak dendrite arm meningkat dan menurunnya nilai laju pendinginan, maka akan
meningkatkan temperature pada preheat.

Jawab:
Pertumbuhan butir epitaxial melintasi garis fusi terlihat jelas. Dimana model pertumbuhan
berbentuk planar tepat di sebelah garis fusi, namun berubah menjadi seluler yang menjauh dari
garis fusi.

P a g e 10 | 11
Tugas 05 – Mhd. Ibkar Yusran Asfar (2006545010)

Garis Fusi

P a g e 11 | 11

Anda mungkin juga menyukai