TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Tinjauan pustaka adalah latar belakang atau ringkasan dari suatu bahan
melakukan sebuah penelitian. Tinjauan pustaka dalam bab ini membahas tentang
konsep dasar gastroenteritis akut, konsep dasar tentang anak dan proses
keperawatan.
2.1.1. Definisi
penyakit yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek hingga mencair dan bertambahnya jumlah frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering
dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana
seorang anak bisa mengalami 1 – 3 episode diare berat (Kemenkes RI, 2019).
6
7
terjadi karena frekuensi buang air besar yang berlebihan hingga berbentuk tinja
halus (enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis. Diare akut adalah diare yang
berlangsung kurang dari 15 hari sementara diare kronik adalah diare yang terjadi
2.1.2. Etiologi
seperti infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor
menyebabkan diare:
1) Faktor infeksi
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
8
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral antara lain
antara, lain:
2) Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 0-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan mempunyai hubungan
dengan kejadian diare, dan bayi yang diberikan susu formula mempunyai
risiko 14,1 kali terpapar diare, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
berisiko bayinya terkena diare. Terjadinya diare pada bayi yang diberi susu
9
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
5) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
penyimpanan.
6) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
8) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
Ensifalitis, keadaan ini terutama terbagi pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
10
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
laktosa.
yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi
Tanda dan gejala gastroenteritis terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1) Diare akut
11
(1) Buang air besar (BAB) cair, perut terasa kembung akibat berisi gas,
nyeri di perut dan perut terasa tidak nyaman hingga merasa mual
sampai muntah.
(2) Nyeri pada perut kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
(3) Kadang terjadi demam jika terjadi diare terjadi akibat adanya
2) Diare kronis
yang keluar
2.1.4. Patofisiologi
Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum kondisi peradangan pada
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme
zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan
12
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
menimbulkan diare.
Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air
yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari
gastroenteritis akan menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus,
serta absorpsi air menjadi terganggu. Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat
Enterotoksin yang di produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera)
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
disebabkan output melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.
Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan
kekurangan natrium (sodium defletion), serta kekurangan air dan natrium secara
bersama-sama.
14
sehingga masuknya air sangat terbatas. Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer
adalah haus, saliva sedikit sekali sehingga mulut kering, oliguria sampai anuri,
sangat lemah, serta timbulnya gangguan mental seperti halusinasi dan delirium.
Pada stadium awal kekurangan cairan, ion natrium dan klorida ikut menghilang
dengan cairan tubuh, tetapi akhirnya terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal
berlebihan, serta terjadi hipertoni. Hal ini menyebabkan air keluar dari sel
sehingga terjadi dehidrasi intasel, inilah yang menimbulkan rasa haus. Selain itu,
sekunder merupakan dehidrasi yang terjadi karena tubuh kehilangan cairan tubuh
cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang
hebat. Akibat dari kekurangan natrium terjadi hipotoni ekstrasel sehingga tekanan
ginjal mengeluarkan air agar tercapai konsentrasi cairan ekstrasel yang normal.
Akibatnya volume plasma dan cairan interstisial menurun. Selain itu, karena
terdapat hipotoni ekstrasel, air akan masuk ke dalam sel. Gejala-gejala dehidrasi
sekunder adalah nausea, muntah-muntah, sakit kepala, serta perasaan lesu dan
lelah. Akibat turunnya volume darah, maka curah jantung pun menurun sehingga
hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisien sirkulasi
ruang susunan vascular dan berkurangnya volume darah. Syok dibagi dalam syok
primer dan syok sekunder. Pada syok primer terjadi defisiensi sirkulasi akibat
mengakibatkan darah seolah-olah ditarik dan sirkulasi umum dan segera masuk ke
dalam kapiler dan venula alat-alat dalam (visera). Pada syok sekunder terjadi
disertai jumlah volume darah yang menurun, aliran darah yang kurang, serta
hemokosentrasi dan fungsi ginjal yang terganggu. Sirkulasi yang kurang tidak
waktu sesudahnya, oleh karena itu disebut syok sekunder atau delayed shock.
Gejala-gejalanya adalah rasa lesu dan lemas, kulit yang basah, kolaps vena
tekanan darah yang rendah, oliguria, dan terkadang disertai muntah. Faktor yang
darah berkurang akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh. Hal ini
2.1.5. Klasifikasi
1) Diare akut, yaitu penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam
traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri (berlangsung kurang dari
14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari). Diare
diare non spesifik lainnya yang kronis, atau sebagai akibat dari
3) Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
4) Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan pada anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah
melihat apakah pada stool terdapat darah atau mukosa karena pada kasus
apakah ada lekosit yang menandakan adanya respon terhadap bakteri yang
Uremic Syndrome.
2.1.7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
19
dikeluarkan.
badannya.
seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi
usus, antimetik.
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak
mau minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang
2) Penatalaksanaan keperawatan
tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air matang
yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1
jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak mau minum sama
sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral tidak dapat
1) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
berikut:
1) Rencana Terapi A
2) Rencana terapi B
periode ini.
dehidrasinya.
pengobatan.
3) Rencana terapi C
teraba,
minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
(4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
melanjutkan pengobatan.
24
menit).
(6) Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan
melanjutkan pengobatan.
(1) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc
(2) Dosis tablet Zinc (1 tablet – 20 mg). berikan dosis tunggal selama
10 hari
a) Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
penuh.
pathogen. Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi
Probiotik aman dan efetif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada
anak
6) Kebutuhan Nutrisi
anak menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan
makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada saat masih
2.1.8. Komplikasi
1) Hiponatremi
2) Hipokalemi
3) Hipokalsemi
4) Hipoglikemi
6) Syok hipovolemik
27
berkeringat dingin,
ekstremitas teraba
dingin, sianosis.
2. Denyut nadi Normal, < Teraba cepat Cepat, lemah, susah
cepat cepat
4. Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
besar
5. Kelopak mata Normal Cekung Sangat cekung
6. Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7. Mukosa Lembab Kering Sangat kering
8. Kulit Turgor kulit Lambat Sangat lambat
normal
9. BAK Normal Berkurang Tidak BAK
2.2.1. Pengkajian
28
Beberapa hal yang perlu dikaji pada pasien anak dengan gastroenteritis
1) Identitas pasien, meliputi nama, umur, alamat, identitas orang tua dan
diagnosa medis
diderita pasien
4) Keluhan utama
7) Riwayat imunisasi
10) Pola aktifitas sehari-hari meliputi pola makan, minum, eliminasi, tidur,
personal hygene
(1) Keadaan umum hasil pemeriksaan tanda tanda vital yang didapat pada
klien gastroenteritis adalah mual muntah dan BAB cair lebih dari 3x
sehari.
(3) Kepala
29
Palpasi: Raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur
(4) Leher
kelenjar tiroid, dan amati kesimetrisan leher dari depan belakang dan
samping
(5) Mata
(6) Hidung
(7) Telinga
Palpasi: Tekan daun telinga adakah respon nyeri atau tidak serta
(8) Mulut
Palpasi: Pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan ada
(9) Dada
Inspeksi: Amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan kiri,
(10) Abdomen
Palpasi: Biasanya terdapat nyeri tekan pada bagian kiri bawah akibat
(11) Ekstremitas
yang dinilai oleh perawat yang mempunyai ijin dan berkompeten untuk
aktif.
muntah.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji skala nyeri.
kebisingan.
7) Lakukan kolaborasi
pemberian analgesik
warna kulit.
5. Resiko kerusakan Setelah diberikan asuhan 1) Bersihkan sekitar anal
laboratorium.
34
4) Anjurkan penggunaan
bedak.
2.2.4. Implementasi Keperawatan
keperawatan atau intervensi yang telah ditentukan untuk dapat mencapai tujuan
yang telah ditentukan bersama. Pada tahap ini seorang perawat harus memiliki
saling percaya satu dengan yang lain, saling tolong menolong, dapat
2.2.5. Evaluasi
sesuai dengan usia, BB, Nadi, suhu tubuh dan tekanan darah normal,
tujuan, Berat badan sesuai dengan usia anak, Tidak ada tanda malnutrisi,
dengan kriteria hasil: Merasa nyaman setelah nyeri berkurang, Wajah lebih
tenang, Frekuensi menangis anak berkurang, Tidak ada nyeri tekan pada
abdomen.
dengan kriteria hasil: Suhu tubuh dalam batas normal, Nadi dan respirasi
integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil: Tidak terjadi lecet dan
2.2.6. Dokumentasi
1) Rahasia
Informasi yang didapat dari klien merupakan hal yang rahasia dan tidak
boleh dibocorkan kepada orang lain Menurut Potter dan Perry (2011),
dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak bagi individu
cara.
2) Fakta
3) Akurat
36
adalah akurat.
4) Lengkap
mudah dipahami.
Data yang didapat langsung dicatat. Kegiatan dan temuan harus dicatat
pada waktunya.
6) Terorganisasi
Data yang dicatat harus menggunakan format atau urutan yang logis.
juga terhadap kesehatan diri sendiri. Sikap merupakan respon dari seseorang
2011).
dalam suatu layanan kesehatan yang disusun untuk menolong klien dan keluarga
rumah setelah pasien pulang dari rumah sakit. Dengan dilakukannya hal ini maka
diharapkan agar klien dapat menjaga atau meningkatkan tingkat kesehatan yang
kemampuan pasien