Anda di halaman 1dari 28

Case Report Science

GAGAL INDUKSI PADA KEHAMILAN POST TERM

Disusun oleh :

Syafnira Defiari Putri 1610070100124

Preseptor :

dr. Yufi Permana, Sp OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis sembahkan kehadirat Allah


SWT , yang telah melimpahkan taufik, hidayat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Gagal Induksi Pada Kehamilan
Post Term”. Laporan ini penulis buat sebagai tugas saat menjalankan kepaniteraan
klinik obstetric dan ginekologi. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pembimbing penulis dr. Yufi Permana, Sp.OG
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penulisan laporan kasus ini, sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.
Namun penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Solok, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2

1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Post Term ................................................................... 3

2.1.1 Definisi ........................................................................................ 3

2.1.2 Etiologi......................................................................................... 3

2.1.3 Patofisiologi.................................................................................. 4

2.1.4 Gejala dan Tanda ......................................................................... 5

2.1.5 Diagnosis...................................................................................... 6

2.1.6 Pengaruh Terhadap Ibu dan Janin ................................................ 7

2.1.7 Penatalaksanaan............................................................................ 8

2.2 Induksi Persalinan......................................................................... 10

2.2.1 Definisi......................................................................................... 10

2.2.2 Indikasi......................................................................................... 10

2.2.3 Kontra Indikasi............................................................................. 11

2.2.4 Metode Induksi............................................................................. 11

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Induksi Persalinan..... 14

2.2.6 Resiko Induksi Persalinan............................................................. 15

ii
BAB III LAPORAN KASUS.............................................................................. 16

BAB IV DISKUSI & PEMBAHASAN.............................................................. 22

BAB V PENUTUP............................................................................................... 23

Daftar Pustaka..................................................................................................... 24

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu keadaan patologi dalam kehamilan adalah kehamilan lewat
waktu atau kehamilan postterm. Postterm pregnancy menurut definisi
internasional dari American College of Obstetricians and Gynecologist (2014)
adalah kehamilan usia 42 minggu lengkap(294 hari).4 Insiden kehamilan postterm
sekitar 4 sampai dengan 19%.5 Selain itu kehamilan postterm menyumbang
kematian neonatal lebih besar dibandingkan kehamilan 40 minggu. Hal inilah
yang menjadi dasar dilakukannya induksi persalinan pada kehamilan postterm.1

Induksi persalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil
yang belum dalam persalinan untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi
persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan indikasi
ibu maupun bayinya. Induksi persalinan banyak yang mengalami kegagalan atau
berakhir dengan tindakan persalinan perabdominal oleh karena beberapa faktor
yang mempengaruhinya yaitu antara lain: presentasi janin, kedudukan terendah
janin atau penurunan presentasi janin, paritas ibu dibandingkan dengan
primigravida induksi persalinan pada multigravida akan lebih berhasil karena
serviks sudah terbuka, umur ibu juga dapat mempengaruhi keberhasilan induksi
persalinan,spasing atau usia anak terkahir dan kondisi serviks yang belum
matang.5

Kejadian postterm yang berakibat pada kematian ibu dan kematian bayi
yang meningkat sampai dengan 40% pada kehamilan postterm. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Wonosari pada tahun 2016 total
persalinan sebanyak 1740 persalinan dengan 78,56% adalah pasien rujukan
termasuk rujukan atas indikasi pasien postterm sebesar 25% atau sebanyak 386
pasien. Data jumlah persalinan dengan induksi sebanyak 568 atau 40,9% dari
jumlah total persalinan pervaginam. Indikasi induksi antara lain postterm 68%,

1
KPD 17%, IUFD 4%, PEB dan Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK)11%. Dengan
angka induksi gagal sebanyak 88 pasien atau sebanyak 22 %.6

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteran klinik senior di Rumah
Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang gagal
induksi pada kehamilan post term.

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana gagal induksi
pada kehamilan post term.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Obstetri dan Ginekologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEHAMILAN POST TERM

2.1.1 Definisi

Definisi internasional dari kehamilan post term yang di resmikan

American Collage of Obstertricians and Gynecologistsn pada tahun 2004 adalah

kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung

dari hari pertama haid terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari.1

2.1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilan postterm adalah:2

1. Pengaruh hormon

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan


kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga terjadinya kehamilan postterm
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.

2. Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan


postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.

3. Teori Kortisol

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk


dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan produksi prostaglandin. Pada
cacat bawaan janin anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya

3
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

4. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion serviksalis dan pleksus frankenhauser akan


membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelalaian letak, tali pusat pendek, dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya di duga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.

5. Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15


minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

6. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya.

2.1.3 Patofisiologi

Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak

menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan

kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan

pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian

dalam rahim, dimana terjadi perubahan-perubahan pada faktor fisiologi yaitu

disfungsi placenta. Yang terjadi pada placenta diantara lain adalah kalsifikasi

yang ditimbulkan karena penimbunan kalsium, selaput vakulosinsial menjadi

tambah tebal dan jumlah nya berkurang, terjadi proses degenerasi placenta, dan

perubahan biokimia pada placenta.2

Fungsi placenta mencapai puncak pada umur 38 minggu, dan mulai menurun

sejak umur kehamilan 42 minggu. Rendahnya fungsi placenta berkaitan dengan

4
peningkatan kejadian gawat janin sebesar 3 kali lipat. Akibat penuaan placenta

membuat pasokan makanan dan oksigen menjadi berkurang disamping adanya

spasme arteri spiralis. Sirkulasi uretoplasenter berkurang 50%, dan mempengaruhi

beberapa hal, diantaranya :3

 Berat janin : kehamilan lebih dari 42 minggu dapat menyebabkan pasokan dari

placenta berkurang karena insufisiensi placenta sehingga berat janin berkurang

tetapi juga dapat menyebabkan bayi terus tumbuh jika placenta masih baik,

sehingga dapat menghasilkan bayi besar.

 Sindroma postmatur : ditemui pada bayi dengan post matur adalah gejala-gejala

gangguan pertumbuahan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku

panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lugano,

maserasi kulit terutama di lipat paha dan genital, warna coklat kehijauan pada

kulit , muka tampak menderita dan rambut yang sudah tebal. Tidak semua bayi

menunjukan gejala tersebut, tergantung dari fungsi plasenta. Menurut derajatnya

ada 3 stadium :

Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,

rapuh dan mudah mengelupas

Stadium 2 : gejala diatas disertai pewarnaan kehijauan muconium pada kulit

Stadium 3 : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

2.1.4 Gejala dan Tanda

Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya

kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari

5
pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan

diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa

atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan

USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan

jumlah air ketuban. Umur kehamilan melewati 294 hari/ genap 42 minggu

palpasi bagian – bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air ketuban.

Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan pemeriksaan

auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau

tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.3

2.1.5 Diagnosis

Dalam menegakan diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup

sulit, karena pada diagnosis kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur

kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan, maka menentukan umur

kehamilan harus dapat dipastikan karena dalam beberapa kasus, kesalahan

dalam mendiagnosis kehamilan post term adalah karena kesalahan dalam

perhitungan kehamilan. Untuk mendiagnosis kehamilan post term dapat

dilakukan dengan beberapa cara :2

a. Riwayat haid

Harus ditentukan dengan pasti riwayat HPHT nya, lalu siklus haid yang teratur,

dan tidak minum pil KB dalam 3 bulan terakhir ini.

b. Riwayat pemeriksaan antenatal

Dilihat dari tes kehamilannya,

6
Gerak janin biasanya dirasakan dalam 18-20 minggu. Pada primigravida

biasanya dirasakan pada 18 minggu, sedangkan pada multigravida dirasakan

pada umur kehamilan 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan umur

kehamilan adalah pada primigavida mulai gerak janin ditambah 22 minggu,

sedangkan pada multigravida ditambahan 24 minggu dari awal garak janin.

Pemeriksaan DJJ : DJJ dapat di dengar dengan stetoskop leanec pada

kehanmilan 18-20 minggu, sedangkan dengan dopler dapat didengarkan 10-12

minggu.

c. Pemeriksaan TFU

Jika umur kehamilan lebih dari 20 minggu umur kehamilan dapat diperkirakan

secara kasar.

d. Pemeriksaan USG

Dengan USG dapat diperkirakan umur kehamilan dengan menukur diameter

biparietal dan panjang femur.

2.1.6 Pengaruh Terhadap Ibu Dan Janin

1. Terhadap ibu

Persalinan postterm dapat menyebabkan distosia karena:2

- Aksi uterus tidak terkoordinir

- Janin besar

- Moulding (moulage) kepala kurang.

2. Terhadap Janin

Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan


mulai menurun terutama setelah kehamilan 42 minggu. Hal ini dibuktikan

7
dengan penurunan kadar estriol dan plancental laktogen. Rendahnya fungsi
plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat darurat janin dengan
risiko lebih besar. Akibat dari proses penuaan plasenta, pemasokan makanan
dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri spiralis. Sirkulasi
utero plancenter akan berkurang sampai dengan 50%. Beberapa pengaruh
postterm terhadap janin antara lain sebagai berikut :2,4

a. Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar maka terjadi
penurunan berat janin. Dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah
umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin
mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun
seringkali plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat
janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan.
b. Sindroma postmaturitas. Dapat dikenali dengan ditemukannya
beberapa gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput
seperti kertas (hilangnya lemak subkutan).
c. Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka yang
meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar
terjadi intrapartum. Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi
30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan dan 15% pascapartus.
Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru ialah suhu yang tak
stabil, hipoglikemi, polisitemi, dan kelainan neurologik.

2.1.7 Penatalaksanaan

1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat

dilakukan dengan metode :2

a). Persalinan Anjuran Dengan Infus Pituitrin (Sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam

500 cc glukosa 5%, banyak digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa

lebih sederhana dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit.

Kenaikan tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan

30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut

dipertahankan sampai terjadi persalinan.

8
b). Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat

persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan

harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung

kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa

yang mengandung 5 unit oksitosin.

c). Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian

prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena

dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).

2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan

sehingga persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung

dengan sendiri atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.2

Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42 minggu

untuk memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42

minggu adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda –

tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan

pengawasan ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks

belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda

gawat janin, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi

menahun dan pada primi tua maka dapat dilakukan operasi seksio sesarea.

9
Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik,

memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin.2

2.2 Induksi Persalinan

2.2.1 Definisi

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu,

baik secara operatif maupun mecanical, untuk merangsang timbulnya kontraksi

rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi

persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut

dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu.2

2.2.2 Indikasi

Indikasi Janin : - Kehamilan lewat waktu

-Ketuban Pecah Dini

-Janin mati3

Indikasi Ibu : - Kehamilan dengan hipertensi

- Kehamilan 37 minggu dengan Diabetes Melitus

- Penyakit ginjal berat

- Hidramnion yang besar

- Primigravida tua3

2.2.3 Kontra Indikasi

10
Beberapa kondisi yang merupakan kontraindikasi dari dilakukan induksi pada
ibu hamil. Beberapa kontraindikasi tersebut dibagi menjadi dua yaitu:7

1. Absolut

a. Kontraindikasi ibu: kondisi medis kronis yang serius.

b. Kontraindikasi janin: malpresentasi, gawat janin.

c. Kontraindikasi uteroplacenta: prolaps tali pusat, plasenta

previa, vasa previa.

2. Relatif

a. Kontraindikasi ibu: karsinoma serviks, kelainan bentuk

panggul.

b. Kontraindikasi janin: makrosomia yang berat.

c. Kontraindikasi uteroplacenta: plasenta letak rendah, perdarahan


pervaginam yang tidak dapat dijelaskan, miomektomi yang melibatkan
rongga uterus.

2.2.4 Metode Induksi

Beberapa metode yang umumnya dilakukan pada induksi


persalinan mencakup metode farmakologi, non farmakologi, mekanik dan
surgikal. Metode yang dibahas di sini adalah metode kimiawi berupa
prostaglandin analog yaitu misoprostol dan metode mekanik yaitu balon
kateter.

1. Misoprostol
a. Pengertian

Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 yang pertama kali


diterima oleh badan pengawasan obat dan makanan Amerika (FDA =
Food & Drug Administration) sebagai obat ulkus peptikum. Dalam
perkembangannya efek samping berupa adanya kontraksi miometrium
bahkan dimanfaatkan sebagai obat untuk induksi persalinan, sehingga
FDA memberi label baru penggunaan misoprostol dalam kehamilan oleh
karena mampu membuat pematangan serviks dan memacu kontraksi
miometrium.3

11
Misoprostol telah disetujui oleh lebih dari 80 negara termasuk
Indonesia untuk pencegahan dan pengobatan ulkus peptikum pada
lampung. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan didukung
oleh pengalaman dalam bidang obstetri dan ginekologi, obat ini efektif
dalam induksi persalinan, penanganan aborsi, dan pencegahan serta
pengobatan perdarahan postpartum (PPH) dan penghentian elektif
kehamilan.8

b. Farmakokinetik Dan Farmakodinamik


Misoprostol dapat dijumpai dalam bentuk tablet dengan 2
sediaan yaitu 100 g dan 200 g . Misoprostol dapat diberikan
secara vaginal, oral, sublingual, bukal maupun rektal.9
Misoprostol akan berikatan dengan reseptor prostaglandin
Ep2 dan Ep3. P2 lebih banyak terdapat di serviks sehingga setelah
terjadi sintesis dengan unsur kimiawi akan menimbulkan aksi
berupa dekolagenisasi dan penyusunan kembali kompleks
glikosaminoglikan (suatu jaringan yang bersifat hidrofil). Kondisi
serviks seperti ini disebut matang. Reseptor Ep3 terutama terdapat
dalam miometrium. Proses sintesis dengan melibatkan unsur –
unsur kimiawi akan menimbulkan kontraksi miometrium.
Misoprostol yang diberikan secara sublingual dapat digunakan
dalam induksi abortus maupun pematangan serviks. Misoprostol
dapat larut dalam 20 menit ketika diletakkan di bawah dan
konsentrasi akan mencapai puncaknya dalam waktu 30 menit.
Pemberian secara bukal merupakan cara yang lain dalam
penggunaan misoprostol obat ini diletakkan antara gusi dan
membran mukosa di antara pipi sehingga memudahkannya untuk
diabsorsi melalui mukosa mulut. Pemberian secara bukal efektif
diberikan pada tindakan abortus dan pematangan serviks. 9

c. Efek samping

Efek samping misoprostol yang sering dilaporkan adalah,


mual, muntah, nyeri perut, demam dan mengigil. Efek samping ini
tergantung dari dosis yang diberikan. Dosis yang tinggi ataupun
interval yang dipendekkan berhubungan dengan tingginya efek
samping dari misoprostol itu sendiri terutama gejala hiperstimulasi
yang ditandai dengan kontraksi yang bertahan lebih dari 90 detik
atau lebih.9

2. Foley Kateter

12
Pemasangan foley kateter yang diletakkan pada os serviks interna.
Tekanan ke arah bawah yang dapat menciptakan dengan menempelkan
kateter pada paha dapat menyebabkan pematangan serviks. Penempatan
foley kateter menghasilkan perbaikan favorability serviks dan dapat
menstimulasi uterus. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
pemasangan foley kateter ini menghasilkan peningkatan yang cepat pada
bishop score.3

Pemberian cairan atau udara untuk mengisi foley kateter sebanyak


25 cc sampai 50 cc agar kateter tetap pada tempatnya. Walaupun ada
perbedaan jumlah cairan atau udara pada pengisian balon kateter, tetapi
yang terpenting adalah terjadinya dilatasi serviks dan kontraksi uterus.4

Pematangan serviks dengan cara ini diduga dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain adanya tekanan mekanis balon kateter tersebut
sehingga selaput ketuban dari segmen bawah rahim (SBR) terlepas.
Beberapa peneliti telah menyarankan untuk memasang traksi di ujung
kateter.10

Manipulasi ini akan meningkatkan pembentukan prostaglandin.


Prostaglandin yang meningkat di sini adalah protaglandin PGF2α bukan
PGE2. Hal ini menunjukkan bahwa manipulasi seperti balon kateter akan
mengakibatkan aktivasi dari desidua melalui perantara PAF dan Iiβ akan
menghasilkan PGF2α senyawa protaglandin yang bertugas menginisiasi
persalinan.3

Gambar 1. Posisi Pemasangan Balon Kateter

Menurut beberapa ahli, kateter foley disebutkan memiliki


keuntungan yang lebih signifikan bila dibandingkan dengan preparat
prostaglandin. Kenyataan inilah yang menyebabkan pemakaian foley
kateter dalam proses pematangan serviks menjadi meningkat. Beberapa
penelitian melaporkan foley kateter mempunyai efek samping yang

13
minimal bahkan foley kateter aman di rekomendasikan pada pada
kehamilan postterm dengan riwayat SC persalinan sebelumnya.3

3. Stimulasi Oksitosin

Pemberian induksi oksitosin perlu mendapat pengawasan ketat


agar mampu menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat (mampu
menyebabkan perubahan serviks) tanpa terjadinya hiperstimulasi uterus.
Tanda terjadinya hiperstimulasi adalah kontraksi >60 detik, kontraksi
muncul lebih dari 5x/10 menit atau 7x/15 menit, atau timbulnya pola djj
yang meragukan.11

Induksi oksitosin diberikan intravena, dengan dosis 10-20 IU


dicampur dengan larutan RL. Berikut regimen oksitosin yang digunakan
untuk induksi persalinan.11

Dosis yang lazim digunakan di Indonesia adalah 2,5-5 unit


oksitosin dalam 500 ml cairan kristaloid. Tetesan infus dimulai dari 8 tpm
dan ditambahkan 4 tpm tiap 30 menit hingga dosis optimal untuk his
adekuat tercapai. Dosis maksimum pemberian oksitosin adalah
20mU/menit.12

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Induksi Persalinan

Keberhasilan induksi persalinan pervaginam ditentukan oleh

beberapa faktor berikut yaitu:

1. Kedudukan bagian terendah

Semakin rendah kedudukan bagian terendah janin, kemungkinan


keberhasilan induksi akan semakin besar, oleh karena dapat menekan pleksus
franken-houser.3

2. Penempatan (presentasi)

Pada letak kepala, lebih berhasil dibandingkan dengan kedudukan


bokong. Kepala lebih membantu pembukaan dibandingkan dengan bokong.3

3. Kondisi serviks

Serviks yang kaku, menjurus kebelakang sulit berhasil dengan induksi


persalinan. Serviks lunak, lurus atau ke depan lebih berhasil dalam induksi.
Penilaian serviks menggunakan Bishop Score. Nilai Bishop Score ˂ 5
keberhasilan induksi lebih rendah.13

14
Keberhasilan induksi persalinan :

1. Skor bishop 0-4 = angka keberhasilan induksi persalinan 50-60%

2. Skor bishop 5-9 = angka keberhasilan induksi persalinan 80 -90%


3. Skor bishop >9 = angka keberhasilan induksi
persalinan mendekati 100 %

4. Paritas

Dibandingkan dengan primigravida, induksi pada multipara akan lebih


berhasil karena sudah terdapat pendataran serviks.13

5.Umur penderita dan umur anak terkecil

Ibu dengan umur yang relatif tua (<20 tahun dan > 35 tahun) dan umur
anak terakhir yang lebih dari lima tahun kurang berhasil. Kekakuan serviks
menghalangi pembukaan, sehingga lebih banyak dikerjakan tindakan operasi.13

2.2.6 Resiko Induksi Persalinan

Pemasangan induksi persalinan juga dapat menyebabkan ancaman bagi ibu


dan bayi akan tetapi faktor risiko ini dapat di minimalkan dengan pengawasan yag
lebih intensif pada ibu dan bayi selama proses induksi berlangsung. Peningkatan
risiko dari induksi antara lain:

- Pada ibu : infeksi, inersia uteri, hiperstimulasi uterus, rupture uteri, induksi gagal
yang berakhir dengan tindakan pembedahan.

-Pada bayi : fetal distress, iufd akibat hiperstimulasi uterus.3

15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny.Roza Linda
Umur : 21 Tahun
Alamat : Surian
Tanggal Masuk : 06-05-2021
Jam masuk : 07.00 WIB
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD M. Natsir Solok dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak jam 20:00 WIB tadi malam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dirasakan hilang timbul sejak ± 3 hari
yang lalu dan meningkat pada tadi malam jam 20:00 WIB
- Keluar lendir bercampur darah (+)
- Mual dan muntah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit dengan
frekuensi lebih dari 2 kali sehari
- Badan pasien terasa lemah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit
- Nafsu makan menurun sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit
- Pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati hilang timbul sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit
- Demam (-) batuk (-) sesak (-)
- BAK tidak ada keluhan
- BAB tidak ada keluhan
- HPHT : 14/07/2020
- TP : 21/04/2021
- ANC : 3 kali ke bidan
- RHM : muntah (-), mual(+), perdarahan (-)
- RHT : muntah (+), mual(+), perdarahan (_)

16
c. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus Haid : Teratur
- Panjang Siklus : 28 hari
- Lama : 4-5 hari
- Ganti DUK : 2-3 x/hari
- Nyeri Haid : (+)
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal,
dan penyakit menular.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,ginjal,
paru, dan penyakit menular.
f. Riwayat Perkawinan
1x pernikahan
g. Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : 1/0/0
1. Sekarang

3.3. Pemeriksaan Fisik


a. Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 82 x/menit
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 ˚C
Berat badan : 64 kg
Tinggi Badan : 150 cm
b.Status Generalisata
Kepala : Normochepal
Wajah : Chloasma Gravidarum(-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal

17
Ekstermitas : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
c. Status Obstetrik
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan
Palpasi
- L1 : TFU teraba 3 jari dibawah proc. xypoideus
- L2 : teraba bagian kanan punggung bagian kiri ekstremitas bayi
- L3 : teraba bagian kepala
- L4 : divergen
- TFU : 36 cm
- TBJ : 3565 gr
- HIS : 1 kali dalam 10 menit selama 25 detik, tidak terlalu kuat
- DJJ : 142-146 x/menit
Genitalia
- Pemeriksaan luar : U/V : tenang, PPV (+)
- VT : 1 jari longgar

3.4. Pemeriksaan Penunjang 06-05-2021


Jenis Pemeriksaan Hasil
Hb 10,4 gr/dl
Leukosit 7.500/mm3
Trombosit 202.000/mm3
Hematokrit 28,9 %

Imunologi
Anti SARS-CoV-2 Non Reaktif
Anti-HIV Non Reaktif
TPHA Non Reaktif
HbsAg Non Reaktif

3.5. Diagnosis
G1P0A0H0 Parturient Post Term Gravid 42-43 Minggu Kala I Fase Laten

18
3.6. Penatalaksanaan
- Kontrol keadaan umum dan tanda-tanda vital, KU, His, DJJ, PPV
- Misoprostol ¼ tab/4 jam/ sublingual

Pukul 11:00 WIB

S/ nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

O/ TD : 140/90 mmHg,

VT : 1 jari longgar

DJJ : 147-149 x/ menit

His : 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik, tidak terlalu kuat

A/ G1P0A0H0 Parturient Post Term 42-43 Minggu Kala I Fase Laten

P/ Rencana SC pukul 12:00

- IVFD RL
- Kateter terpasang
- Rencana SCTPP

Tanggal 06 Mei 2021 pukul 12.15 WIB, laporan Pembedahan:

- Ibu dibaringkan diatas meja operasi dan dilakukan anestesi spinal


- Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik disekitar lapangan operasi
- Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi
- Dilakukan insisi kulit bertahap
- Insisi dilakukan mulai dari subkutis, fascia, otot, sampai menembus
peritoneum
- Setelah peritoneum terbuka tampak uterus gravid sesuai dengan post term
- Bayi dilahirkan dengan melaksir kepala

- Lahir bayi pukul 12:25 WIB


 JK : laki-laki
 BB : 3015 gr

19
 PB : 48 cm
 A/S : 7/8
 Anus : (+)
 Ketuban : hijau
- Pukul 12:30 WIB plasenta lahir dengan metode manual plasenta
- Uterus dijahit 2 lapis
- Abdomen dijahit lapis demi lapis
- Kulit dijahit subkutikuler
Pemantauan Kala IV
Pukul 14:00 WIB
- TD : 130/80 mmHg
- HR : 82 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 36,5 C

DIAGNOSIS AKHIR

P1A0H1 Post SCTPP a/i Gagal Induksi

Follow Up
Tanggal Jum’at , 07 Mei 2021
S Nyeri luka post SCTPP (+)

O Tampak Sakit Sedang


Kes : CM RR : 24 x/i
TD : 120/90 mmHg Temp : 36.6oC
Nadi : 74 x/menit
A P1A0H1 Post SCTPP a/i Gagal Induksi

P  IVFD RL drip oxy :


metergin (1:1)
 Diet : ML

Tanggal Minggu, 09 Mei 2021


S Nyeri luka post SCTPP sedikit berkurang

20
O Tampak Sakit Sedang
Kes : CM RR : 20 x/i
TD : 110/70 mmHg Temp : 36.7oC
Nadi : 82 x/menit
A P1A0H1 Post SCTPP a/i Gagal Induksi
P  IVFD RL
 Diet : ML

Tanggal Senin, 10 Mei 2021


S Nyeri luka post SCTPP sudah berkurang
O Tampak Sakit Sedang
Kes : CMC RR : 22x/i
TD : 120/80 mmHg Temp : 36.5oC
Nadi : 80x/menit
A P1A0H1 Post SCTPP a/i Gagal Induksi
P  Cek vital sign
 Pasien boleh pulang

BAB IV

DISKUSI DAN PEMBAHASAN KASUS

Telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 21 tahun dengan


diagnosis G1P0A0H0 Parturient Post Term Gravid 42-43 Minggu Kala I Fase
Laten. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Pasien datang ke RSUD M.Natsir Solok pada tanggal

21
06 Mei 2021 pukul 07.00 WIB dengan keluhan utama nyeri pinggang menjalar
ke ari-ari dirasakan hilang timbul sejak ± 3 hari yang lalu dan meningkat pada tadi
malam jam 20:00 WIB, keluar lendir bercampur darah (+), mual dan muntah sejak
7 hari sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi lebih dari 2 kali sehari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, tanda-tanda
vital; tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 19x/menit, dan
suhu 36,8oC. Pada pemeriksaan obstetrikus, pemeriksaan luar didapatkan perut
tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan dan leopold 1 : TFU teraba 3
jari dibawah proc. Xypoideus, leopold 2 : teraba bagian kanan punggung bagian
kiri ekstremitas bayi, leopold 3 : teraba bagian kepala, leopold 4 : divergen, TFU:
36 cm, TBJ : 3565 gr, His: 1 kali dalam 10 menit selama 25 detik, tidak terlalu
kuat, DJ:142-146 x/menit.
Tindakan selanjutnya yang diambil untuk pasien ini adalah dilakukannya
induksi tetapi setelah 4 jam persalinan tetap tidak maju, oleh karena itu ibu ini
didiagnosa Gravid 42-43 Minggu Kala I Fase Laten + Gagal Induksi dan
dilakukannya tindakan persalinan perabdominan atau SCTPP. Diagnosa akhir
pasien ini adalah P1A0H1 Post SCTPP a/i Gagal Induksi

BAB V

KESIMPULAN
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terahir menurut
rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari. Penyebab kehamilan post term sampai
saat ini belum diketahui secara jelas, namun beberapa teori kehamilan dapat
menjelaskan tentang kehamilan post term seperti pengaruh progesteron, teori

22
oksitosin, teori kortisol, teori syaraf uterus, dan herediter. Tanda dan gejala tidak
terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Dalam menegakan
diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup sulit, karena pada diagnosis
kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap kondisi
kehamilan, maka menentukan umur kehamilan harus dapat dipastikan karena
dalam beberapa kasus, kesalahan dalam mendiagnosis kehamilan post term adalah
karena kesalahan dalam perhitungan kehamilan. Salah satu tindakan yang
dilakukan untuk kehamilan post term agar dapat menjalani persalinan normal
adalah dilakukannya induksi persalinan. Induksi persalinan adalah suatu tindakan
yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif
maupun medisinal untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Jika sudah diinduksi tetapi persalinan tidak maju maka dilakukannya
tindakan operasi yaitu sectio caesarea.

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Obstetricians and


Gynecologist,Determination of Gestatinal by Ultrasound,2014.

2. Saifuddin, Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal ed.1 cet.13. Jakarta : PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2014.

23
3. Cunningham,Gary,et al. Williams Obstetrics,23 rd Ed United
State of America : MC Graw Hill Companies Inc. 2013.

4. Varney, Helen et all. Buku Ajar Asuhan Kerbidanan Edisi IV .


Jakarta : EGC. 2007.

5. Divon dan Feldman Leidner, Postdate and Antenatal Testing,


Departement of Obstetric and Gynecology,Lenox Hospital,New
York. July 2008.

6. Dinas Kesehatan D.I Yogyakarta,Profil Kesehatan DIY 2016.


Yogyakarta : Dinas Kesehatan Yogyakarta.2016.

7. Norwitz, Errol R. John O. Schorge. Obstetrics Ginaecology at a


Glance. Jakarta: Erlangga. 2007.

8. Acton, Q.Ashton. Advances in Synthetic Prostaglandin E


Research and Application.2012 Edition. Georgia: Publish by
Scholary Editions.2012.

9. Azubuike, I J., G Bassey, dan AOU Okpani. 2015. Comparison


of 25 and 50 microgram of misoprostol for induction of labour
in nulliparous women with postdate pregnancy in Port Harcourt.
Nigerian Journal of Clinical Practice. Mar- Apr 2015. Vol 18.
Issue 2

10. Beckman,Charles.R.B,Frank W. Ling, Barbara M.


Barzanky.Obstetrics and Gynecology.Sixth Edition.American :
ACOG.2010.

11. J. Leveno, Keneth . Williams Manual of Obsteterics, 21st Ed.


Jakarta: EGC. 2009.

12. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2013.

13. Berghella, Vicenzo. Obstetri Evidence Based Guideline. USA.


2012

24

Anda mungkin juga menyukai