Anda di halaman 1dari 6

NAMA : TUTI SRI WAHYUNINGSIH

NIM : PO7131120035
TINGKAT 2/A

TUGAS MK PATOLOGI MANUSIA


PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH DAN KAITANNYA DENGAN
MASALAH GIZI

1. Jantung Koroner

Kerusakan atau penyakit pada pembuluh darah utama jantung .Penyebab biasanya adalah
penumpukan plak. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit, membatasi aliran
darah ke jantung.Penyakit arteri koroner dapat berkisar dari tanpa gejala, nyeri dada,
hingga serangan jantung. Perawatan termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan,
angioplasti, dan operasi. Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika pembuluh darah
utama yang memberi pasokan darah, oksigen, dan nutrisi untuk jantung menjadi rusak.
Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh plak kolesterol dan proses peradangan.

Gejala Penyakit Jantung Koroner

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner, meliputi:

 Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada, nyeri ini bisa menjalar ke leher, rahang,
bahu, dan tangan sisi kiri, punggung, perut sisi kiri (sering dianggap maag). Nyeri ini
ringan sampai dengan berat. Nyeri dada ini disebut dengan “angina” yang dapat bertahan
selama beberapa menit. Jika plak belum menyumbat arteri koronaria secara total, maka
angina akan mereda dengan sendirinya. Jika angina bertahan terus-menerus, maka segera
bawa diri ke dokter.
 Keringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah.
 Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia), bahkan bisa menyebabkan henti
jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak ditangani dengan cepat dapat
menyebabkan kematian.

Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Penyebab penyakit jantung koroner ada banyak. Meski begitu, penelitian telah menunjukkan
bahwa tekanan darah tinggi, kolesterol dan trigliserida tinggi, diabetes, kegemukan,
kebiasaan merokok, serta peradangan pada pembuluh darah merupakan faktor utama yang
melukai dinding arteri, sehingga menyebabkan PJK. Saat arteri rusak, plak akan lebih mudah
menempel pada arteri dan lambat laun menebal. Penyempitan pembuluh kemudian akan
menghambat aliran darah kaya oksigen ke jantung. Jika plak ini pecah, trombosit akan
menempel pada luka di arteri dan membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri.  Hal
ini dapat menyebabkan angina semakin parah. Ketika bekuan darah cukup besar, maka arteri
akan tertekan yang menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.
Pencegahan penyakit jantung coroner

- Pola makan sehat


- Berhenti merokok
- Hindari stress
- Hipertensi
- Obesitas
- Olahrga teratur
- Konsumsi antioksidan

Kaitannya dengan masalah gizi


-Obesitas Tingkatkan Resiko Penyakit Jantung

Kegemukan atau obesitas merupakan resiko kardiovaskler. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesda) 2010, sekitar seperlima (sebesar 21,7%) penduduk Indonesia di atas 18 tahun
tergolong kelebihan berat badan dan obesitas. Kelebihan berat badan dan obesitas bukan sekedar
permasalahan kosmetik atau dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun kondisi ini
terkait pula dengan peningkatan risiko kardiovaskuler dan kematian. Obesitas, khususnya
obesitas sentral yang ditandai dengan ukuran lingkar pinggang diatas batas normal, merupakan
salah satu faktor risiko independen dari penyakit jantung koroner (PJK). Obesitas juga berkaitan
dengan beberapa resiko PJK lainnya, seperti hipertensi, resistensi insulin atau diabetes mellitus,
dislipidemia, dan obstructive sleep apnea (OSA).Berdasarkan beberapa penelitian, obesitas
terkait dengan peningkatan komponen pro-inflamasi sehingga berperan dalam patogenesis
aterosklerosis. Berbagai kondisi ini kemudian dikenal sebagai obesitas morbid, suatu kondisi
patologis yang harus ditindaklanjuti untuk mencegah berbagai resiko kardiovaskuler. Gizi baik,
jantung sehat.

Khusus untuk jantung koroner, salah satu faktor resikonya adalah obesitas. Cara untuk
menurunkan obesitas. Pengaturan diet yang baik akan membantu pasien untuk mendapatkan gizi
yang cukup, meningkatkan imunitas dan mencegah terulangnya berbagai jenis komplikasi. Dari
sisi gizi, hal yang dapat diupayakan dalam menurunkan berat badan bagi menderita obesitas
adalah dengan mengurangi asupan kolesterol yang didapat dari lemak tak jenuh. Kolesterol
adalah suatu jenis lemak yang ada dalam tubuh, selain diproduksi sendiri dari dalam tubuh,
kolesterol didapat dari asupan makanan. Kolesterol tidak dapat larut dalam darah dan
membutuhkan lipoprotein untuk menyalurkannya. Kolesterol yang menjadi pemicu bagi peyakit
jantun adalah LDL (Low Density Lipoprotein). Berbeda dengan HDL (High Density
Lipoprotein) yang berfungsi untuk membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh
darah dengan mengangkutnya kembali ke hati untuk dihancurkan, LDL dapat menyebabkan
penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. Kondisi karbohidrat yang tinggi ternyata
dapat menurunkan kadar HDL dalam tubuh, dan pada akhirnya meningkatkan resiko penyakit
jantung. Kadar karbohidrat yang tinggi terdapat dalam nasi putih. Sebagai pengganti lebih
dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat dengan index glikemik rendah seperti sereal, roti
gandum, atau sayur-sayuran yang memiliki serat tinggi.
Asupan gizi yang teratur sesuai yang disarankan diatas bukanlah satu-satunya cara. Cara lain
yang tentu saja dapat sangat membantu adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kurangi
merokok, istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak pikiran (stress), dan rutin berolahraga.
Aktivitas fisik seperti berjalan cepat atau aerobik dapat meningkatkan kadar HDL 3,1 mg/dL
hingga 6 mg/dL. Setiap satu kilogram penurunan berat badan dapat meningkatkan kadar HDL
sebesar 0,4 md/dL.Pengaturan gizi yang baik dan penerapan pola hidup yang bersih dan sehat
dapat menurunkan obesitas dan menurunkan resiko penyakit jantung, jadi mari perbaiki pola
hidup kita agar terhindar dari penyakit ini.

2. Arteri koronia

Arteri koroner adalah pembuluh darah utama jantung. Arteri koroner adalah salah satu dari tiga
pembuluh darah utama yang mengelilingi jantung. Arteri memiliki dinding yang cukup elastis
sehingga mampu menjaga tekanan darah tetap konsisten. Kerusakan atau penyakit pada
pembuluh darah utama jantung. Penyebab biasanya adalah penumpukan plak. Hal ini
menyebabkan arteri koroner menyempit, membatasi aliran darah ke jantung. Penyakit arteri
koroner dapat berkisar dari tanpa gejala, nyeri dada, hingga serangan jantung. Perawatan
termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, angioplasti, dan operasi.

ada dua jenis arteri koroner yang terdapat di dalam jantung, yaitu:

1) Arteri koroner kiri utama (Left Main Coronary Artery)

Arteri koroner kiri utama berfungsi memasok darah ke sisi kiri otot jantung (ventrikel dan atrium
kiri). Arteri koroner kiri utama kemudian bercabang membentuk:

 Arteri Left Anterior Descending (LAD), berfungsi menyediakan darah menuju bagian


atas dan kiri jantung.
 Arteri Left Circumflex (LCX), cabang arteri kiri utama yang mengelilingi otot jantung
dan menyediakan darah menuju sisi luar dan belakang jantung.

2) Arteri koroner kanan (Right Coronary Artery)

Arteri koroner kanan bertugas memasok darah menuju ventrikel kanan, atrium kanan, SA
(sinoatrial) dan AV (atrioventricular). Arteri koroner kanan bercabang menjadi arteri Right
Posterior Descending, dan arteri marginal akut. Bersama dengan LAD, arteri koroner kanan
membantu memasok darah menuju sekat jantung.
Arteri koroner memiliki beberapa cabang yang lebih kecil yaitu obtuse marginal (OM), septal
perforator (SP), dan diagonals.
Kaitannya dengan masalah gizi

Obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK pada individu yang memiliki gaya hidup sehat
maupun tidak sehat. Sebaliknya gaya hidup shat pada individu yang obesitas tidak menurunkan
risiko kejadian PJK secara bermakna. Obesitas yang berlansung lama cenderung menjadi
diabetogenik (menyebabkan diabetes) akibat terjadinya resestensi insulin. Resestensi insulin ini
bersamaan dengan risiko kardiovaskuler yang lainnya, seperti hipertensi, dyslipidemia, dan
kumpulan gejala ini disebut sindroma metabolik. Berbagai penlitian epidemiologi telah
membuktikan bahwa sindroma metabolic meningkatkan terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Keadaan sindroma metabolic, resistensi insulin terkait erat dengan berbagai macam gangguan
yang mlibatkan trigliserida dan metabolism glukosa , kenaikan tekanan darah dan inflamasi
vaskular, aktivitas yang kurang dan asupan tinggi kalori mempengaruhi profil metabolic dengan
menurunkan tingkat asam lemak bebas dan oksidasi glukosa dalam otot skeletal dan otot jantung
yang berpotensi menimbulkan penumpukan lemak tubuh dan resistensi terhadap kerja biologis
insulin . Karena banyak jenis sitokin dan interlukin yang disekresi oleh jaringan adiposa akan
mnurunkansupresi insulin terinduksi dari produksi glukosa hepatik, meningkatkan asam lemak
dan sintesis kolestrol, meningkatkan produksi very low density lipoprotein (VLDL) hepatic dan
meningkatkan lipolysis adiposa. Peningkatan lipolysis akan meningkatkan suplai Non-Esterfied
Fatty Acids (NEFA) ke hepar. Peningkatan TNF A memberikan konstribusi terhadap terjadinya
dislipedimia , peningkatan konsentrasi trigliserida plasma puasa, menurunnya konsentrasi HDL
(High Density Lipoprotein) dan peningkatan konsetrasi LDL, Penurunan HDLkolestrol dianggap
meningkatkan risiko terjadinya PJK kerana 3 alasan yaitu HDL dinilai dapat mencegah
atrogenesis, rendahnya kadar HDL menggambarkan adanya peningkatan lipoprotein yang
mengandung apoprotein B yang bersifat aterogenik, dan rendahnya HDL umumnya berkaitan
dengan faktor risiko non lipid dari sindroma metabolic. Sindroma metabolic akan meningkatkan
risiko terhadap PJK, hubungan ini terbentuk tampaknya diakibatkan oleh adanya perubahan
metabolisme yang terjadi. Obesitas akan mempengaruhi metabolism lipid dan glukosa
,pengaturan tekanan darah , pengaturan proses thrombosis, fibrinolysis, serta reaksi inflamasi.
Peningkatan proses inflamasi menyebabkan plak aterosklerosis lebih mudah ruptur. Penemuan
juga menunjukkan bahawa sindroma metabolik ditandai pula dengan berkurangnya fungsi
trombolisis dan peningkatan koagulasi, akibat peningkatan plasminogen activator inhibitor-1
(PAI-1) dan fibrinogen, plak aterosklerosis dapat pecah dan kemudian meransang pembentukan
trombus, tidak mudah mengalami lisis. Perubahan akut morfologi plak aterosklerosis, thrombosis
dan vasospasme pada arteri koronaria merupakan pathogenesis yang mendasari terjadinya PJK.

3. Hipertensi

Suatu kondisi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Biasanya hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika tekanan di atas
180/120. Tekanan darah tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala. Seiring waktu, jika tidak
diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan stroke. Pola makan
sehat dengan sedikit garam, olahraga rutin, dan konsumsi obat dapat membantu menurunkan
tekanan darah.
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian. Tekanan darah bisa
diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh,
yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam tubuh. Besarnya tekanan ini bergantung pada
resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang
dipompa oleh jantung dan semakin sempit pembuluh darah arteri, maka tekanan darah akan
semakin tinggi. Hipertensi dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Setidaknya, orang dewasa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, termasuk tekanan
darah setiap lima tahun sekali. Penulisan hasil tekanan darah berupa dua angka. Angka pertama
atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak.
Sementara itu, angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika
jantung beristirahat di antara detaknya. Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila
pembacaan tekanan darah sistolik pada pengukuran selama dua hari berturut-turut menunjukkan
hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik
menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.

Penyebab Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Masing-masing
memiliki penyebab yang berbeda, seperti berikut ini.

1. Hipertensi Primer

Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak diketahui.
Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.

2. Hipertensi Sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi
daripada hipertensi primer. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder,
antara lain:

 Obstruktif sleep apnea (OSA).


 Masalah ginjal.
 Tumor kelenjar adrenal.
 Masalah tiroid.
 Cacat bawaan di pembuluh darah.
 Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual
bebas. 
 Obat-obatan terlarang.
Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:

 Sakit kepala;
 Lemas;
 Masalah penglihatan;
 Nyeri dada;
 Sesak napas;
 Aritmia; dan
 Adanya darah dalam urine.

 Pencegahan Hipertensi

Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:

 Mengonsumsi makanan sehat.


 Batasi asupan garam. 
 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menjaga berat badan.
 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

Kaitannya dengan masalah gizi

Pada umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun atau
yang sudah masuk pada kategori usia pertengahan. Hipertensi meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia. Salah satu faktor yang memicu timbulnya penyakit hipertensi adamlah status
gizi yang tidak seimbang. Kelebihan gizi yang dimulai pada usia 45 tahun ke atas biasanya
berhubungan dengan kemakmuran dan gaya hidup. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan
tesedianya berbagai makanan siap saji yang enak, nikmat dan kaya akan energi teutama sumber
lemak dan karbohidrat, maka tejadi asupan makanan dan zat gizi yang melebihi kebutuhan
tubuh. Keadaan kelebihan gizi ini akan membawa pada keadaan obesitas. Perubahan status gizi
yang ditandai dengan peningkatan berat badan dapat secara langsung mempengaruhi perubahan
tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai