Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

“Asuhan pada ibu Postnatal : Dukungan dalam

menyusui dan konseling tentang perawatan diri ibu pascasalin”

Disusun oleh :

Kelompok 1 (satu)

1. Frilia Anggun Lestari


2. Lara Anggraini
3. Linda Alifia Yulianti

DIV Kebidanan + Profesi (Tingkat 3)

Dosen Pembimbing : Dwi Yunita Baska, SST.,M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN+PROFESI

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan besar kita nabi Muhammad SAW.
Yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh kecanggihan teknologi
seperti yang kita rasakan saat ini.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih, kepada Bunda Dwi Yunita Baska,
SST.,M.Keb selaku dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas kebidanan poltekkes
kemenkes Bengkulu yang telah membimbing kami. Harapan kami semoga ada manfaat dan
berguna bagi kalangan mahasiswa.
Dengan mengambil pepatah tak ada gading yang retak maka dengan kerendahan hati,
kami mohon maaf apabila penulisan dan penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan
yang kita harapkan.akhir kata kami, mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada
teman-teman dan dosen pembimbing atas masukan saran, dan kritik untuk kesempurnaan
dimasa yang akan datang.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu, 16 Agustus 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa
nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Millennium Development Goals (MDGs) yang memiliki target untuk
mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat anggota deklarasi telah
berakhir pada akhir 2015. Setelah itu, Indonesia harus melanjutkan perjuangan
pembangunan dengan misi SDGs atau Sustainable Development Goals (tujuan
pembangunan berkelanjutan) tahun 2016-2030 yang salah satu target lanjutan dari
MDGs yaitu meningkatkan tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama
sampai setidaknya 50%.
Menurunnya angka pemberian ASI dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik yang
berasal dari faktor ibu, bayi, maupun lingkungan. Faktor yang berhubungan dengan
ibu menjadi salah satu bagian penting dalam menurunnya tingkat pemberian ASI bagi
bayinya. Faktor yang dapat mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI kepada
bayinya antara lain produksi ASI yang kurang, pemahaman ibu yang kurang tentang
tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi
formula (relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air
gula/dekstrosa, susu formula pada hari hari pertama kelahiran), masalah pada ibu
(puting lecet, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses), ibu hamil lagi
padahal masih menyusui, ibu bekerja, tingkat pendidikan dan adanya kelainan pada
bayi (bayi sakit, abnormalitas bayi), serta faktor psikologis ibu.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dukungan dalam menyusui dan konseling tentang perawatan diri ibu
pascasalin?
C. Tujuan
Mengetahui tentang bagaimana dukungan dalam menyusui dan konseling tentang
perawatan diri ibu pascasalin
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dukungan Dalam Menyusui


2.1.1 Manajemen Laktasi
ASI merupakan cairan hidup yang dinamis, memiliki kandungan gizi beragam
dan lengkap. ASI dengan segala kandungannya sesuai dengan keadaan bayi yang
bersifat alami, bukan sintetik sehingga aman dan dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Kandungan utama ASI sebanyak 88% adalah air. Jumlah ini cukup untuk
memenuhi kebutuhan cairan pada bayi.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6
bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti
susu formula, air jeruk, air teh, madu ataupun air putih. Pada pemberian ASI
Eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur
susu, bubur tim, dan sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi
kebutuhan bayi selama 6 bulan tanpa makanan pendamping. Setelah bayi berusia
lebih dari 6 bulan, memerlukan makanan pendamping tetapi pemberian ASI dapat
dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun.
2.1.2 Manfaat Pemberian ASI
ASI mempunyai banyak manfaat, diantaranya :
1) Aspek kesehatan ibu
Hisapan bayi pada payudara saat menyusu akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu dalam proses involusi
uterus dan dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Pencegahan
terjadinya perdarahan postpartum dapat mengurangi prevelensi anemia
defisiensi besi. Angka kejadian karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih
rendah dibanding tidak menyusui.
2) Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara eksklusif dapat menjadi metode KB yang alami, karena
proses menyusui dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata-rata jarak
kelahiran pada ibu menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui
adalah 11 bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif
dapat menjadi KB yang alami.
3) Aspek Psikologis
Proses menyusui dapat memberikan pengaruh psikologis yang baik bagi ibu.
Ibu yang menyusui akan merasa bangga dan merasa diperlukan, rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia.
a. Manfaat ASI untuk Keluarga
1) Aspek Ekonomi
Menyusui dengan ASI lebih hemat karena ASI tidak perlu dibeli, sehingga
dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan
karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya
pengobatan.
2) Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga semakin bertambah, karena kelahiran lebih jarang.
Sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi
dengan keluarga.
3) Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
Keluarga tidak perlu menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus selalu
dibersihkan dan juga perlu meminta tolong kepada orang lain.
2.1.3 Dukungan Laktasi
a. Dukungan fasilitas kesehatan
Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui setiap fasilitas yang
menyediakan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir yaitu:
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secara rutin
disampaikan kepada semua staf pelayanan untuk diketahui
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan
untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut
3. Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan
menyusui
4. Membantu ibu-ibu untuk memulai menyusui bayinya
5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan laktasi walaupun harus berpisah dengan bayinya
6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir, kecuali bila ada indikasi medis
7. Melaksanakan rawat gabung yang memungkinkan atau mengirimkan ibu dan
anak selalu bersama selama 24 jam
8. Mendukung ibu agar dapat memberi ASI sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan bayi (on demand)
9. Tidak memberikan dot dan empeng kepada bayi yang sedang menyusui
10. Membina kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu-ibu yang
pulang dari RS atau klinik untuk selalu berhubungan dengan kelompok
tersebut.
b. Dukungan Suami
Dukungan emosional dapat diperoleh dari keluarga terutama suami. Salah satu
faktor yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu
kurangnya dukungan suami. Dukungan yang diberikan suami sangat berarti bagi
ibu dalam menghadapi tekanan luar yang menggoyahkan keyakinan ibu akan
pentingnya pemberian ASI (Wahyuningsih, 2012). Suami memiliki peranan
penting dalam mensukseskan pemberian ASI. Peran suami dalam pemberian ASI
yaitu, memberi dukungan penuh pada istri untuk memberikan ASI Eksklusif pada
bayi mereka, melindungi istri dan bayi, jika ada pihak yang kontra terhadap
pemberian ASI dan bersama-sama istri merawat dan mengasuh bayi. Keterlibatan
suami dalam pemberian ASI, akan meningkatkan kepercayaan diri ibu dan
lingkungan.
Keberhasilan menyusui juga ditentukan oleh peran suami yang mempengaruhi
emosi dan perasaan ibu, sehingga peran suami akan mendukung kelancaran
produksi ASI ibu (Roesli, 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Al-Akour,
2010), wanita hamil lebih cenderung berniat menyusui jika mereka memiliki sikap
positif terhadap menyusui. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita hamil
Suriah dan Jor-danian lebih cenderung berniat menyusui jika mereka mendapat
dukungan dari suami mereka.
Dukungan dari suami dan keluarga terdekat adalah yang utama dan terpenting
untuk membantu ibu melewati hari-hari pertama menyusui. Orangorang di dekat
ibu dapat membantu ibu untuk tetap percaya diri dan tenang dalam menghadapi
berbagai tantangan menyusui. Ketika ibu percaya diri dan rileks, ASI akan
mengalir lancar dan tantangan akan terlewati (AIMI, 2016). Berdasarkan hasil
survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah Kudu, dukungan
suami kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayi selama ini mendukung.
Bentuk dukungan yang didapatkan ibu dari suami selama ini dalam menyusui,
hanya berupa memberikan keputusan kepada ibu untuk memberikan ASI.
Pemberian dukungan secara informasi, appraisal, instrumental, dan emosional
sebagian besar belum didapatkan oleh ibu menyusui dari keluarga dan suami. Hal
ini dikarenakan selama ini keluarga tidak tinggal serumah dengan ibu, suami ibu
bekerja seharian, ibu sendiri dengan bayinya di rumah, sehingga kesempatan
bertemu ibu dan suami kurang.
c. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan internal seperti dukungan dari
suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dukungan eksternal
seperti dukungan dari sosial atau keluarga besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan, antara lain :
1. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Menurut Nursalam (2009) menyatakan pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan pada seseorang terhadap orang lain menuju ke arah cita-cita,
pendidikan merupakan faktor paling penting karena dengan pendidikan akan
menimbulkan perilaku positif.
2. Faktor Emosi
Menurut Roesli (2007) suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam
pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan
praktis lainnya.
3. Spriritual
4. Praktik Keluarga
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan keluarganya untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting dan memerlukan aktivitas
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Mayoritas responden
adalah wiraswasta yang pekerjaannya tidak banyak menyita waktu, sehingga
memiliki waktu luang untuk memberikan dukungan keluarga pada ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif
5. Faktor Sosial Ekonomi dan
Meningkatnya pendapatan sama halnya memperbesar peluang untuk membeli
pangan yang berkualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan
akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas pangan yang dibeli.
Pendapatan mempengaruhi dukungan keluarga mencakupi kebutuhan gizi ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif. Dengan adanya pendapatan =
UMK keluarga dapat memberikan dukungan kepada ibu menyusui dalam
memenuhi kebutuhan gizi , seperti : kacang-kacangan, jeruk, telur, bayam,
kangkung, brokoli
6. latar belakang budaya.
d. Dukungan Bidan
Dukungan bidan merupakan suatu kegiatan yang bersifat emosional maupun
psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam meberikan ASI. Hal ini
berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan sensasi yang dapat memperlancar
produksi ASI. Sikap bidan yang dapat ditunjukkan untuk mendukung pemberian
ASI eksklusif adalah memberikan jawaban apabila ditanya, menanyakan keluhan,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Pada dasarnya semua bidan mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif.
Beberapa dukungan bidan yang telah di lakukan oleh bidan diantaranya yaitu
penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif, memberikan konseling informasi
dan edukasi tentang ASI Eksklusif, dan penyediaan ruang menyusui yang terdapat
di Puskesmas. Dalam hal ini peran bidan sebagai pelaksana dan sebagai pendidik
telah dilakukan untuk mendukung ibu menyusui, dimana sebagai sebagai pendidik
bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu dan
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dukungan bidan merupakan upaya yang dilakukan oleh bidan dalam
membentuk perilaku ibu untuk memberikan ASI Eksklusif. Semakin baik
dukungan yang diberikan oleh bidan makan akan semakin tinggi cakupan ASI
Eksklusif yang akan didapat.
2.2 Konseling Tentang Perawatan Diri Ibu Pascasalin
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai
bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil lamanya kira-kira 6-8
minggu. Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghadirkan
adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Bila ada
perlukaan jalan lahir atau luka bekas episotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka
dengan sebaik- baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1
jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan
postpastum.
2.2.1 Tindak lanjut asuhan nifas
2.2.1.1 Kunjungan rumah
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan rumah
direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan
kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam
setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ketiga
setelah pulang kerumah. Kunjungan brikutnya direncanakan disepanjang minggu
pertama jika diperlukan. Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia
pada saat nifas (sekita60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan tenis
yang lebih baru mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit 4 kali
kunjungan pad amsa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi lahir dan
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Frekuesnsi kunjungan padamsa nifas adalah :
a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan) : Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri, Mendeteksi dan merawat penyebab lain, perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut, Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, Pemberian
ASI awal, Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, Menjaga bayi tetap
sehat dengan cara mencegah hipotermi
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan) : Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau, Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal, Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat,
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit, Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan) : Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilkus, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal, Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
d. Kujungan IV (6 minggu setelah persalinan) : Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang dialami atau bayinya, Memberikan konseling Keluarga berencana
secara dini, Menganjurkan ibu membawa bayinya ke osyandu atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi
2.2.2.2 Asuhan Lanjutan Masa Nifas
Setelah melahirkan plasenta, tubuh ibu biasanya mulai sembuh dari persalinan.
Bayi mulai bernafassecara normal dan mulai memprttahankan dirinya agar tetap
hangat. Bidan sebaiknya tetap tinggal selama beberapa jam setelah melahirkan untuk
memastikan ibu dan bayinya sehat, dan membantu ibu keluarga baru ini makan dan
beristirahat.
Di hari-hari pertama dan minggu-minggu pertama setelah melahirkan, tubuh
ibu akan mulai sembuh. Rahimnya akan mengecil lagi dan berhenti berdarah. ASI
akan keluar dari payudaranya. Bayi akan belajar menyusu secara normal dan mulai
memerlukan perawatan bidan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang
dilakukan dalam memberi asuhan kebidanan pada ibu nifas :
a. memeriksakan tanda vital ibu periksalah suhu tubuh, denyut nadi dan tekana darah
ibu secara teratur minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki masalah
kesehatan.
b. membersikan alat kelamin, perut dan kaki ibu bantulah ibu membersikan diri
setelah melahirkan. Gantilah alas tidur yang sudah kotor dan bersihkan darah dari
tubuhnya. Cucilah dengan lembut, gunakan air bersih dan kain steril.
c. mencegah perdarahan hebat setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk
mengalami perdarahan sama banyaknya ketika dia mengalami perdarahan
bulanan. Darah keluar mestinya juga harus tampak seperti darah mestruasi yang
berwarna tua dan gelap, atau agak merah muda. Darah merembes kecil-kecil saat
Rahim berkontraksi atau ketika batuk, bergerak atau berdiri. Perdarahan yang
terlalu banyak sangat membahayakan. Untuk memeriksa muncul tidaknya
perdarahan hebat beberapa jam setelah persalinan.
1. rasakan Rahim untuk melihat apakah dia berkontraksi periksalah segera
setelah plasenta lahir. Kemudia perikasalah setelah 5 atau 10 menit selama 1
jam. Untuk 1 jam atau 2 jam berikutnya periksalah 15-30 menit. Jika rahimnya
terasa keras, maka dia berkontraksi sebagaimana mestinya.
2. Periksa popok ibu untuk melihat seberapa sering mengeluarkan darah, jika
mencapai 500 ml (sekitar 2 cangkir) berat darah berlebihan.
3. Periksa denyut nadi ibu dan tekanan darahnya setiap jam, untuk memastikan
adanya tanda syok.
4. Memeriksa alat kelamin ibu dan masalah-masalah lainya
Kenakan sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut robekan atau
tidaknya alat kelamin ibu. Selain itu, perlu diperiksa juga apakah serviknhya
sudah menutuo (turun menuju bukaan vagina).
d. Bantu ibu buang air
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang- kadang
wanita mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulus spingter ani selama persalinan. Bila
kandungan kemih penuh dan wanita sulit BAK sebaiknya dilakukan katerisasi.
e. Bantu ibu makan dan minum
Sebagian besar ibu mau makan setelah melahirkan dan bagus bagi mereka untuk
bisa menyantap beragam makanan bergizi yang diinginkan. Jus buah sangat baik
karena akan memberinya energy. Anjurkan ibu untuk segera makan dan banyak
minum pada jam-jam pertama. Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori.
Sebaiknya ibu mengkonsumsinya makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayuran dan buah-buahan.
f. Memerhatikan peraasan ibu terhadap bayinya. Hal-hal yang harus dilakukan
untuk membantu meningkatkan perasaan ibu terhadap bayinya adalah sebgai
berikut :
a. Beri dukungan emosional
Sangat penting untuk memberikan dukungan emosional. Kebiasaan dan
ritual menghormati ibu atau merayakan kehadiran adalah salah satu cara
untuk mengakui keberhasilan ibu dalam persalinan. Kebanyakan wanita
merasakan emosi-emosi yang kuat setelah melahirkan. Ini adalah hal yang
normal. Beberapa wanita merasakan sedih dan khawatir selama beberapa
hari, minggu atau bulan.
b. Ibu tidak tertarik kepada bayinya beberapa ibu tidak merasa nyaman
dengan bayi baru mereka.
Ada beberapa alasan yang menyebabkannya bisa jadi ibu sangat lelah,
sakit, dan mengalami perdarahan hebat.bisa juga dia tidak menginginkan
bayi itu, atau khawatir tidak bisa merawatnya, sehingga mengalami
depresi.
g. Perhatikan gejala infeksi pada ibu
Suhu tubuh ibu yang baru melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi daripada
suhu normal,khususnya jika cuaca hari itu sangat panas.Namun,jika ibu
merasa sakit,terserang demam , atau denyut nadi cepat,atau merasa perih saat
kandungannya di sentuh.Bisa jadi dia terkena infeksi.Infeksi seperti ini
biasanya terjadi jika air ketuban pecah lebih awal dari persalinan di mulai atau
jika persalinan terlalu lama , atau mereka merasa kelelahan saat persalinan.
h. Bantu ibu menyusui Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya jika ibu
merasa kebingungan apakah dia ingin menyusui atau tidak,mintalah dia untuk
mecoba menyusui hanya untuk minggu minggu atau bulan bulan pertama bahkan
sedikit saja waktu untuk menyusui masih lebih baik daripada tidak sama sekali.
i. Berikan waktu berkumpul bagi keluarga
Jika ibu dan bayinya sehat,berikan mereka waktu sesaat untuk berduaan saja.orang
tua baru memerlukan waktu untuk sama lain dengan bayi mereka.Mungkin
mereka juga memerlukan jumlah waktu pribadi sebentar untuk berbincang
bincang,tertawa,menangis,berdoa,atau merayakannya dengan sesuatu cara
tertentu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ASI merupakan cairan hidup yang dinamis, memiliki kandungan gizi beragam
dan lengkap. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai
usia 6 bulan. Dukungan laktasi sangat penting bagi seorang ibu. Dukungan laktasi
dapat hadir dari fasilitas kesehatan yang menyediakan tempat bersalin dan menyusui,
dukungan dari suami dan keluarga, ataupun dukungan dari para bidan. Semakin baik
dan positif dukungan yang dinerikan kepada sang ibu maka produksi ASI ibu akan
smeakin baik pula. Sebaliknya apabila sang ibu tidak mendapat dukungan yang bagus
maka akan sangat berpengaruh terhadap produksi ASI nya.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah
ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user2020/Downloads/2611-7548-1-PB%20(1).pdf

http://elearning.fkkumj.ac.id/pluginfile.php?file=%2F8668%2Fcourse%2Foverviewfiles
%2FAsuhan%20Kebidanan%20Nifas.pdf&forcedownload=1

http://digilib.unisayogya.ac.id/2659/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20%28BAIQ%20NINDI
%20PUTRI%20ALDIANTI-1610104482%29.pdf

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:2sFP2kavJ_EJ:journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/download/1801/1649+&
cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id

http://repository.unissula.ac.id/17808/7/BAB%20I_1.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/220118-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai