Anda di halaman 1dari 15

LO 1.

ETIOLOGI NYERI DAN MEKANISME


NYERI

Menurut Branstrom dan Lind (1965) serta Langeland (1996), reaksi pulpa
dapat terjadi pada lesi dini karies dentin. Meskipun pulpa belum terbuka,
sel-sel peradangan dapat mengadakan penetrasi ke pulpa melalui tubulus
dentin yang terbuka sehingga jika karies sudah meluas mengenai pulpa,
itu berarti peradangan sudah kronis. jika tidak dirawat akan berkembang
menjadi nekrosis pulpa. Peradangan bisa menyebar ke tulang alveolar
sekitarnya dan menyebabkan penyakit periapikal.

Jurnal : DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 2.


September 2014

Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email


atau dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi. Stimulus ini biasanya
diekspresikan secara klinis sebagai nyeri. Jaringan pulpa juga
mentransmisikan sensasi dari nyeri dalam, yang timbul karena adanya
penyakit, terutama penyakit inflamasi.

Awal penyakit pulpa dimulai dari pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel


dikarakteristikkan adanya hipersensitif terhadap suhu maupun stimulasi
kimia yang tiba-tiba menghilang pada saat stimulus dihilangkan. Saat
pasien makan dan minum dingin, pasien terasa nyeri sehingga pasien
tersebut menjadi tidak nyaman

JURNAL : Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM(B)


November 2019

Hipersentivitas gigi, sensitivitas dentin atau hipersensitivitas adalah


respon berlebihan dari stimulus exogen.
Stimulus exogen perubahan osmotik. Yang mana stimulus ekstrim dapat
membuat semua gigi sakit. (Garg,2010). Nyeri sering di deskripsikan
“sebagai sensori tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sebenarnya atau berpotensi
terjadi kerusakan jaringan (Garg,2010)
Hipersensitivitas dentin terjadi karena terbukanya dentin yang pada
umumnya disebabkan karena resesi gingiva akibat kesalahan menyikat
gigi sehingga terjadi abrasi dan erosi. Pada umumnya terjadi di bagian
servikal gigi dengan gejala sakit atau ngilu apabila terjadi kontak dengan
rangsangan dari luar seperti panas dingin, dehidrasi (hembusan udara),
asam, maupun alat alat kedokteran gigi misalnya sonde, pinset, dan lain-
lain. Bagi penderita rasa ngilu itu merupakan suatu gangguan, dimana
secara tidak langsung akan menimbulkan masalah lain seperti
terganggunya pembersihan gigi dan mulut, sehingga kebersihan mulut
kurang sempurna yang akhirnya akan menyebabkan kelainan periodontal.
Untuk mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut maka hipersensitivitas
dentin perlu dirawat.(Prijantijo, 1996).
Reaksi hipersensitifitas pada gigi sering dikaitkan dengan teori
hidrodinamik. Teori hidrodinamik pada sensitifitas dentin adalah proses
penerusan perpindahan cairan dentin ke tubulus dentin, yang mana
merupakan perpindahan ke salah satu arah yaitu ke arah luar (permukaan)
atau ke arah dalam (pulpa) dan menstimulasi nervus sensoris pada dentin
atau pulpa. Gerakan cairan sangat cepat dan terjadi sebagai respon
terhadap perubahan temperatur, tekanan, atau mekanik yang
menghasilkan deformasi mekanis pada odontoblas dan saraf di dekatnya
(Ingle, 2002) . Teori hidrodinamik menjelaskan reaksi rasa sakit pulpa
terhadap panas, dingin, pemotongan dentin, dan probing dentin. Panas
mengembangkan cairan dentin, sedang dingin mengerutkan cairan dentin,
memotong tubuli dentin memungkinkan cairan dentin keluar, dan
melakukan probing pada permukaan dentin yang dipotong atau terbuka
dapat merusak bentuk tubuli dan menyebabkan gerakan cairan. Semua
rangsangan ini mengakibatkan gerakan cairan dentin dan menggiatkan
ujung saraf.(Grossman, 1988).
Pada dasarnya dentin bersifat sensitif karena secara struktural
mengandung serabut saraf yang berjalan dalam tubulus dari arah pulpa.
Namun kesensitifan ini tidak menimbulkan masalah karena adanya
jaringan lain yang melindungi dentin yaitu tubulus, enamel, dan ginggiva.
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan bahwa tubulus dentin pada
pesien dengan dentin hypersensitivity ditemukan lebih banyak
dan berkembang dibandingkan dengan orang normal.Hasil ini selaras
dengan hipotesis bahwa rasa nyeri dimediasi oleh mekanisme
hidrodinamik. (Orchardson and Gillam, 2006).
 
Erosi gigi dapat meningkatkan sensitivitas dari dentin sehingga gigi lebih
sensitif saat terpapar rangsangan, terutama rangsangan  suhu.Keadaan  
ini   sering   disebut   hipersensitivitas   dentin   yang   semakin  
harisemakin   sering   dijumpai.   Hipersensitivitas   dentin   ini   dapat  
diketahui   dari  intensitas   nyeri   yang   dihasilkan.   Semakin   berat  
hipersensitivitas   dentin   yang terjadi, semakin berat pula intensitas nyeri
yang dihasilkan.(Mitchell, 2004).
Gigi sensitif diakibatkan oleh terbukanya lapisan dentin. Ketika lapisan
dentin terbuka, rangsang termal akan mudah terdeteksi, sehingga akan
membuat gigi terasa linu ketika makan/ minum dengan suhu yang dingin.
Beberapa perawatan gigi ada juga yang mengakhibatkan gigi sensitif. Di
antaranya pemutihan gigi, pembersihan karang gigi / skeling, perawatan
kawat gigi, dan penambalan gigi (Ardyan, 2010). Penambalan  gigi harus
dilakukan dengan prosedur yang tepat, selain itu menjaga kebersihan
mulut tetaplah penting. Gigi yang telah ditambal dan tidak dijaga
kebersihannya memungkinkan terjadinya karies sekunder. Karies
sekunder ini merupakan karies kompleks yang terbentuk setelah karies
primer. Karies sekunder akan berakhibat terbukanya lapisan dentin lebih
dalam menuju pulpa, sehingga rangsang termal akan lebih mudah masuk
ke ujung saraf di pulpa, akhibatnya sensitifitas gigi akan meningkat.
( David, 2008 ).

LO. 2 ETIOLOGI DAN GEJALA PADA GIGI


VITAL

Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email


dan dentin, penyebab kedua adalah cedera

Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai
pulpa, misal:
-   trauma : akibat pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu;
-  syok termal : pada waktu melakukan preparasi kavitas dengan bur
tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi, atau
karena panas yang berlebihan pada waktu memoles tumpatan
-  dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau
rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka
-  penempatan tumpatan amalgam yang baru berkontak, atau beroklusi
dengan suatu restorasi emas
-  stimulus kimiawi : bahan makanan manis atau masam atau iritasi
tumpatan silikat atau akrilik polimerisasi
-  bakteri dari karies. Setelah insersi suatu restorasi, pasien sering
mengeluh tentang sensitivita sringan terhadap perubahan temperatur,
terutama dingin.

Etiologi
Faktor-faktor penyebab dapat dibagi menjadi 3, yaitu
a.Bakteri
Penyebab utama caries adalah mikroorganisme beserta produk-
produknya. Reaksi pulpa dapat terjadi pada lesi dini dentin. Stelah itu
dengan berlanjutnya proses caries walaupun pulpa belum terkena, sel-
sel inflamasi akan mengadakan penetrasi melalui dentin yang terbuka,
sehingga apabila caries sudah mengenai pulpa maka terjadilah suatu
inflamasi yang kronis
b.Mekanis
Cedera pada pulpa oleh karena jatuh atau pukulan pada wajah,
dengan atau tanpa disertai fraktur. Apabila pulpa terbuka, kuman akan
mengadakan penetrasi kedalam dan menyebabkan inflamasi pulpa
c.Kimiawi
Kerusakan pulpa dapat disebabkan oleh erosi bahan-bahan yang
bersifat asam ataupun uap

Etiologi Penyakit Pulpa,dikelompokan dalam 4 kategori umum:


1.Faktor Bakteri
bakteri dan produk-produknya adalah penyebab utama penyakit
endodontik.
 Khususnya, pulpa yang terekspos akan memburuk dan menjadi nekrotik
totaldengan pembentukan abses jika hanya terdapat bakteri
2. Faktor Iatrogenik
Penyebab umum kedua dari penyakit endodontik adalah akibat
usaha perbaikan penyakit gigi. Misalnya saat prosedur operatif yang
mengakibatkan panas ataukekeringan yang berlebihan, teknik saat
mencetak gigi, material dan bahan kimiayang digunakan dalam
kedokteran gigi juga dapat menyebabkan iritasi pulpa
3. Faktor Trauma
Respon terhadap trauma tergantung keparahan trauma tersebut.
Misalnya,trauma yang relative ringan dari oklusi akan sedikit atau tidak
mempunyai pengaruh, namun, trauma oklusi yang lebih berat mungkin
akan mempunyaiefek ke pulpa yang lebih signifikan. Beberapa gigi
merespon trauma denganmeningkatkan kalsifikasi pulpanya. Tetapi ada
juga yang menjadi nekrotik.Trauma yang menyebabkan fraktur pada gigi
memberikan jalan kepada oralflora mencapai pulpa. Hal ini dapat
membuat gejala klinis aneh, sehinggadiagnosa menjadi sulit.
4. Faktor Idiopatik
Perubahan pulpa juga terjadi karena alasan-alasan yang belum
diketahui(idiopathic). Contoh umumnya adalah resorpsi interna.
Walaupun sudahdiketahu bahwa trauma memperluas resorpsi interna,
namun tidak dapatmenjelaskan kejadiannya secara keseluruhan. Secara
mikroskopis, macrophagesdan multinucleated giant cells ditemukan di
dentin yang teresorbsi. Juga terlihatgambaran radiolusensi di
bagian periapikal yang mungkin berhubungan denganresorpsi interna,
menandakan nekrosis pulpa sebagai lanjutan dari reaksitersebut.

Gejala pulpitis reversible ada yang simtomatik dan asimtomatik.


- Simtomatik : rasa sakit tajam yang hanya sebentar, disebabkan oleh
makanan, minuman dan udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan
tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan.
- Asimtomatik : dapat disebabkan oleh karies yang baru mulai dan normal
kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.

JURNAL : BDJ, Volume 2, Nomor 2, Juli - Desember 2018: 95-99

LO.3 PEMERIKSAAN PADA GIGI VITAL

Pemeriksaan klinis
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin,
asam dan manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri,
kadang belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan
karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga
hanya paktor sugesti yang mendasarinya. Bila perkusi terasa
nyeri/perkusi (+), maka peradangan telah menyebar ke jaringan dan
tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran
radiologist berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum
pulpa. Pemeriksaan radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa
dan menunjukkan apakah peradangan telah menyebar ke jaringan dan
tulang sekitarnya.
tes klinis.
-  Rasa sakitnya tajam
- Berlangsung beberapa detik, dan umumnya berhenti bila stimulus
dihilangkan.
-  Dingin, manis, atau masam biasanya menyebabkan rasa sakit.
-  Rasa sakit dapat menjadi kronis.
- Pulpa dapat sembuh sama sekali, atau rasa sakit dapat tiap kali dapat
berlangsung lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih
pendek, sampai akhirnya pulpa mati.
- Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin,
aplikasi dingin merupakan suatu cara yang bagus untuk menemukan dan
mendiagnosis gigi yang terlibat.
- Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi terhadap
perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografi jaringan
periapikal adalah normal.

Anamnesa :
·        Biasanya nyeri bila minum panas,  dingin, asam dan asin
·        Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
·        Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan

Pemeriksaan Objektif :
·        Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan
·        Intra oral :
o       Perkusi (-)
o       Karies mengenai dentin/karies profunda
o       Pulpa belum terbuka
o       Sondase (+)
o       Chlor etil (+)
Pemeriksaan Subyektif Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi,
keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri
yang timbul karena stimulus suhu dan menyebar, besar kemungkinan
berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu mastikasi atau ketika
gigi berkontak berkontak dan jelas batasnya mungkin berasal dari
periaspeks. Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas
nyeri adalah spontanitas, intensitas dan durasinya.

Pemeriksaan Obyektif Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan


keras dan lunak rongga mulut. Pemeriksaan visual meliputi observasi
pembengkakan, pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat
karies, ada tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna,
karies sekunder atau adanya fraktur. Tes periradikuler membantu
mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi
palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan
perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak
begitu bermanfaat pada pasien yang sedang menderita sakit akut karena
dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin,
panas, elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau
nekrosis.

LO.4 DIAGNOSIS PADA GIGI VITAL

Pulpitis reversibel adalah penyakit pulpa yang dapat berubah menjadi


pulpa normal kembali apabila stimulus iritan dihilangkan, sedangkan
pada pulpitis irevesibel kecil kemungkinan menjadi pulpa normal kembali
walaupun stimulus iritan sudah dihilangkan kecuali dengan perawatan
endodontik

Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversibel adalah radang pulpa yang ringan, jika penyebab radang
dihilangkan maka pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang
menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus ringan
atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan dalam
prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email
yang menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008).
Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya rasa sakit hilang saat
stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler
terlihat normal, dan gigi masih normal saat diperkusi, kecuali jika
terdapat trauma

pada bagian oklusal (Heasman, 2006).

JURNAL : Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM(B)


November 2019

LO.5 PERAWATAN PADA GIGI VITAL

Penatalaksanaan Pasien Hal ini merupakan faktor yang penting karena


pasien yang sedang cemas harus diyakinkan bahwa dia akan ditangani
dengan baik. Untuk mengurangi kecemasan dan memperoleh informasi
mengenai keluhan utama dan agar diperoleh kerjasama pasien selama
perawatan, klinisi hendaknya membangun dan mengendalikan situasi,
membangkitkan kepercayaan pasien, memberikan perhatian dan simpati
kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai individu yang penting.
Penatalaksanaan psikologis merupakan faktor yang penting dalam
perawatan kedaruratan.2,8

Penatalaksanaan Pulpitis Reversibel Akut Pasien dapat menunjukan gigi


yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh pemeriksaan
visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut
berhasil dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng
oksida eugenol sebagai tambalan sementara, rasa sakit akan hilat dalam
beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih buruk, maka
lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama
mempunyai titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini
biasanya akan meringankan rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh
kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau pembersihan
kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus
dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugeno

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversible adalah pencegahan. Perawatan


periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila
kavitas meluas. Tes vitalitas merupakan suatu hal yang penting untuk
memastikan terdapat suatu keadaan nekrosis pada sekitar daerah pulpa
atau jaringan sekitarnya. Namun dalam penanganan inflamasi hendaknya
dianggap sebagai pulpitis ireversibel.
Prognosis untuk untuk pulpa adalah baik jika etiologi dihilangkan sedini
mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah terjadiya perluasan kearah
pulpitis ireversibel yang semakin parah
(Grossman, et al., 1988)
  Restorasi kavitas klas I komposit, The American Dental
Association(ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit untuk
digunakan sebagai pit dan fissure sealant, resin preventif, lesi awal kelas I
dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi
kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada
tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang
alergi atau sensitif terhadap logam

Rencana perawatan pada anak yang mengalami pulpitis reversibel yakni


dilakukan  Pulp Capping. Tujuan pulp capping adalah untuk
mempertahankan vitalitas pulpa dengan menempatkan selapis material
proteksi atau terapeutik yang sesuai, baik secara langsung pada pulpa
yang terbuka berdiameter kurang lebih 1 mm atau di atas lapisan dentin
yang tipis dan lunak. Bahan yang dipakai Ca(OH)2 yang mempunyai
khasiat merangsang odontoblas membentuk dentin reparative (Andlaw,
1992).Teknik pulp capping ini ada dua cara, yaitu Pulp capping indirek
dan Pulp capping direk . Pulp capping indirek merupakan pemberian
bahan terapitik pada dentin yang terinfeksi di atas pulpa pada kavitas
yang dalam, dimana pulpa belum terbuka. Sedangkan Pulp capping direk
merupakan pemberian bahan terapitik atau medikamen pada daerah pulpa
yang terbuka untuk merangsang terbentuknya barrier atau dentin reparatif
yaitu dentin barrier atau calcific barrier (Andlaw, 1992).

Kaping pulpa direk adalah prosedur perawatan dengan cara


mengaplikasikan bahan liner secara langsung pada jaringan pulpa yang
terbuka, tindakan ini dilakukan biasanya karena trauma atau karies yang
dalam (Qualtrough et al., 2005). Tujuan dilakukan kaping pulpa direk
adalah untuk membentuk dentin reparatif dan memelihara pulpa vital
(Komabayashi & Zhu, 2011).
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (2014) indikasi
dilakukannya pulpa kaping direk adalah gigi dalam keadaan pulpa yang
masih vital dikarenakan kesalahan mekanis yang kecil atau kejadian
pulpa yang terbuka karena trauma dengan kondisi respon pulpa terhadap
penyembuhan masih baik.
Kaping Pulpa Indirek Indikasi untuk perawatan kaping pulpa indirek
adalah karies dentin yang dalam dan masih terdapat lapisan dentin pada
dasar kavitas, untuk radiografis dan klinisnya tidak ditemukan degenerasi
pulpa dan penyakit periradikuler (Harty, 2007). Perawatan kaping pulpa
indirek dilakukan jika tidak ada riwayat pulpagia atau tidak ada tanda-
tanda pulpitis ireversibel.

LO.6 PROSEDUR PERAWATAN PADA GIGI


VITAL

Kaping pulpa direk


Gigi yang dilakukan perawatan harus diisolasi dengan rubber dam, dan
hemostasis yang memadai tercapai (Amerongen et al., 2006). Prosedur
dalam melakukan perawatan pulpa kaping adalah mengaplikasikan bahan
material yang bersifat protektif secara langsung pada pulpa yang terbuka.
Pulpa yang terbuka dibersihkan dari debris dan perdarahan dihentikan
dengan menggunakan paper points yang steril atau kapas, saline dan
larutan sodium hipoklorit juga dapat digunakan. Ketika luka pada pulpa
telah kering, bahan pulpa kaping langsung diaplikasikan diatas pulpa
yang terbuka, diikuti dengan aplikasi zinc oxide eugenol atau glass
ionomer sebagai base, kemudian direstorasi permanen. Menunda dalam
pengaplikasian restorasi permanen mengurangi prognosis karena
kemungkinan adanya microleakage (Harty, 2010).
Prosedur dalam melakukan perawatan kaping pulpa indirek adalah
membuang semua dentin lunak terlebih dahulu, kemudian diatas dentin
yang tersisa diaplikasikan kalsium hidroksida untuk menekan bakteri,
kemudian diberikan tumpatan sementara, setelah beberapa minggu
kalsium hidroksida dan tumpatan sementara dilepas.
Jurnal :

1. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 April–Juni 2005: 49–
51

2. Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.2 Hal. 117-124, Mei-September 2014, ISSN
1411-5549

Anda mungkin juga menyukai