Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SAAT INI”

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLAH


032 2020 0032

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESIN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpaham rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuli salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen. Makalah ini ditulis dari penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan materi.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Ibu Ihramsari Akidah S.Pd,
M.Pd. atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Sejarah dan Perkembangan
Bahasa Indonesia” khususnya bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi yang disampaikan oleh seseorang agar
orang lain dapat mengerti apa yang ingin disampaikan. Dalam kehidupan sehari-hari,
bahasa mengambil peran penting untuk hubungan sosial. Dengan bahasa, manusia dapat
saling mengerti satu sama lain. Manusia juga dapat mengungkapkan apa yang ada
dibenak mereka. Sehingga manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Saat ini, baha mengalami perkembangan yang sangat cepat. Namun, seiring dengan
kemajuan zaman banyak orang yang lebih mementingkan bahasa internasional. Belajar
bahasa internasional sangatlah baik untuk menambah wawasan kita. Tetapi akan lebih
baik jika kita sebagai warga negara lebih mencintai dan mengetahui akan sejarah dan
perkembangan dari Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penulisan makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Peristiwa-peristiwa apa saja yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Indonesia?
2. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi dari Bahasa Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan
Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari Bahasa Melayu, yang sejak dulu
sudah digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) dihampir seluruh Asia
Tenggara. Dasar yang digunakan adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Istilah
Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha pada
abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera, jadi secara geografis
semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari
wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup
wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup
negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu
seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda.
Naskah putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun1928 itu berisi tiga butir kebulatan
tekad sebagai berikut :
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia
Kedua : Kami putra da putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjungjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang bertebaran
dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah Republik
Indonesia sekarang adalah satu kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran) yang disebut
Tanah Air Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah pengakuan bahwa manusia-
manusia yang menempati bumi Indonesia itu juga merupakan satu kesatuan yang
disebut bangsa Indonesia. Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan
“berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan

3
bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia. (Halim, 1982: 2-3).
Menurut Arifin (1985:5-6), ada empat faktor yang menjadi penyebab bahasa
Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Bahasa melayu sudah merupakanlingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan
dan bahasa perdagangan
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak
dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa jawa (ngoko, kromo) atau
perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa sunda (kasar, lemes).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku-suku yang lain dengan suka rela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

2.1.1 Peristiwa-Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa


Melayu/Indonesia
a) Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah
badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor
de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun
1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan
novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku
penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang
tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
b) Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam
sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa
Indonesia.
c) Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin
mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan
Indonesia.

4
d) Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisyahbana.
e) Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru
Bahasa Indonesia.
f) Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I
di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
g) Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah UndangUndang Dasar
1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara.
h) Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik
sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
i) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini
merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
j) Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden
Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan
sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972.
k) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
l) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan

5
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
m) Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua
warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
n) Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini
dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa
di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
o) Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya
sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,
Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan
Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya UndangUndang
Bahasa Indonesia.

6
p) Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan adalah seperangkat aturantentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Sebelum mempunyai tata
bahasa baku dan resmi menggunakan aksara latin, bahasa Melayu (sebagai cikal-bakal
Bahasa Indonesia) ditulis menggunakan aksara Jawi (arab gundul) selama beratus-ratus
tahun lamanya. Lalu, sejak bangsa Eropa datang di Nusantara, barulah kita mengenal
aksara latin. Ejaan latin yang dipakai untuk bahasa Melayu pun sudah berubah berkali-
kali sesuai dengan kebijakan para penulis buku pada waktu itu. Ternyata Nusantara
yang diduduki Belanda punya gaya ejaan yang berbeda dengan Semenanjung Melaya
yang notabene dikolonisasi Inggris. Untuk mengatasinya, tahun 1897, seorang linguis
Londo (sebutan orang Belanda) kelahiran Batavia, yang bernama A.A. Fokker
mengusulkan agar ada penyeragaman ejaan di antara dua wilayah ini. Hingga akhirnya,
van Ophuijsen (sistem orthografi) membakukan segalanya tentang Bahasa Melayu.
Ejaan dalam konteks Bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan
sejak seratus tahun ini. Motif yang mendasari perubahan ejaan itu umumnya karena
alasan politik. Dalam perubahan ejaan tersebut, para ahli bahasa menggunakan beberapa
prinsip, antara lain :
a) Prinsip efisiensi (kehematan)
b) Prinsip keluwesan, dan
c) Prinsip kepraktisan
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan tokoh penting
dalam tonggak bahasa Indonesia. ejaan Ophuijsen lahir dari niat pemerintah kolonial
Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara
saat itu, sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan kekuasaan di daerah
kolonisasinya. Dalam merancang ejaan ini, Van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi
Gelar Soetan Ma’moer dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:

7
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang
dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip
dengan tuturan Belanda, antara lain:
1) Huruf (u) ditulis (oe).
2) Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
3) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)
4) Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: Janda2 (janda-janda)
6) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a. Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
b. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
c. Dipisahkan, misalnya (anak negeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa
huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan
Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf
Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
2. Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947. Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi.
Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. Ciri
khusus Ejaan Suwandi :
1.) Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2.) Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3.) Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.
4.) Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
5.) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.

8
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
6.) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7.) Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya : (putra)
bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia-Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir
bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan
nama ejaan Malindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
4. Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No.57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

2.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting yaitu sebagai
bahasa nasional, seperti tercantum pada ikrar Sumpah Pemuda 1928. Selain itu, di
dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36)
mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah
bahasa Indonesia.
Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
1) Lambang kebanggaan kebangsaan

9
2) Lambang identitas nasional
3) Alat perhubungan antar warga, antardaerah,antarbudaya, dan
4) Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya masingmasing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara antara lain:
1) Bahasa resmi kenegaraan
2) Bahasa pengantar didalam dunia pendidikan
3) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan Alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia yang merupakan
serapan dari bahasa melayu. Awal penciptaan “Bahasa Indonesia” bermula dari ikrar
Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928. Bahasa Indonesia secara resmi diakui
keberadaannya pada 18 oktober 1945 atau sehari setelah kemerdekaan Indonesia.
Ada beberapa ejaan bahas Indonesia yang pernah digunakan, antara lain : ejaan
Van ophuijsen, ejaan Suwandi, ejaan Malindo (belum sempat diterapkan), dan yang
disempurnakan atau EYD yang merupakan ejaan yang masih digunakan hingga saat ini
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu, lambang kebanggaan
nasional, lambang identitas nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan
antar budaya, alat pemersatu
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu, bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, bahasa resmi kebudayaan dan
ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
Bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa memiliki peran yang sangat penting
bagi kehidupan manusia dan bahasa Indonesia selalu mengandung nilai-nilai dan status
yang tidak dapat ditinggalkan.
Akan lebih baik jika kita sebagai warga negara yang baik bisa mencintai,
memahami, dan mengamalkan nilai-nilai penting dari bahasa Indonesia

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademia Presindo
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia di akses pada rabu, 15 Januari 2021
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan di akses pada rabu, 15 Januari 2021

12

Anda mungkin juga menyukai