PENDAHULUAN
2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mengaplikasikan ilmu teknik industri yang didapat dari
bangku kuliah pada perusahaan.
2. Perusahaan memperoleh rekomendasi perbaikan dalam
merancang ulang lingkungan kerja sistem produksi
sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Asumsi
Asumsi-asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tidak terjadi perubahan lingkungan kerja sistem produksi
selama penelitian ini berlangsung.
2. Jumlah karyawan tetap (tidak ada pemecatan)
3. Setiap karyawan mengetahui bidang pekerjaanya sesuai
dengan metode kerja.
3
4. Para karyawan dan pimpinan mempunyai komitmen yang
kuat untuk mendukung peningkatan produktivitas dan
efisiensi mesin/peralatan di perusahaan tersebut.
4
BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN
5
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Bagi suatu perusahaan, organisasi dan struktur
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan.
Dengan adanya organisasi dapat dilihat sistem birokrasi yang
menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilakukan
dengan teratur dan penuh dengan tanggung jawab sehingga
rencana-rencana kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta
pengawasan akan lebih mudah dilaksanakan. Untuk struktur
organisasi PT.Amin Jaya Karya Abadi yaitu:
Direktur :
H.Ikwan amin ST
Wakil Direktur :
Ir. Zusjantoro
Sekertaris : Bendahara :
Lailatul Kamila SE Febrian surya adiputra ST
9
Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan
pencampuran pada material Hotmix.
Berikut adalah dokumentasi pemanasan aspal:
10
Berikut adalah dokumentasi proses Hotbin dan Mixing:
11
BAB III
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
14
3.5 Flowchart Penelitian Praktek Kerja Lapangan
Mulai
Survey Lapangan
Tahap Persiapan
Rumusan Masalah
Tahap identifikasi
Tujuan Penelitian
Masalah
Pengumpulan Data :
Tahap
1. Data Observasi Pengumpulan
2. Data Wawancara Data
3. Data Dokumentasi
Selesai
15
BAB IV
USULAN METODE PENYELESAIAN
4.1 Pendahuluan
Dari permasalahan diatas terkait dengan proses produksi,
perawatan mesin, K3, lantai kantor dan lantai produksi.
Dimana dari data observasi diketahui bahwa seluruhnya
mengarah pada lingkungan kerja yang kurang terorganisir dan
kurang memberikan kenyamanan dalam melakukan pekerjaaan
sehari-hari, sehingga mempengaruhi produktivitas perusahaan.
Dalam hal ini peneliti memberikan usulan metode
penyelesaian dengan menggunakan “penerapan 5S untuk
mengurangi waste dengan menggunakan time study dalam
meningkatkan produktivitas pada perusahaan”.
5S merupakan sebuah metode yang digunakan dalam
Tool Quality Management untuk meningkatkan kualitas
lingkungan kerja yang merupakan tindakan harian yang
penting serta mendasar dalam menciptakan kondisi kerja yang
baik, sehat, bersih, aman dan bertujuan untuk dapat
menghasilkan produk dengan biaya rendah dan kualitas tinggi.
Selain itu 5S merupakan sebuah tool yang dirancang untuk
16
menghilangkan weste (pemborosan) sehingga segala sesuatu
yang ada dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan
penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas
pelaksanaan 5S. Di Indonesia metode ini dikenal dengan
istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan
5C. Kemudian untuk menghitung waktu produktifitas terhadap
kinerja karyawan sebelum penerapan dan sesudah penerapan
5S, digunakan Time Study untuk membandingkan hasil waktu
pada penerapan tersebut.
4.2 Kaizen
Menurut Imai (1998) dalam (Muksir, 2012) Kaizen
merupakan istilah dalam bahasa jepang terhadap konsep
Conttrinous Incremental Improvement. Kai berarti perubahan
dan Zen berarti baik. Kaizen berarti penyempurnaan yang
berkesinambungan yang melibatkan setiap orang. Metode ini
hanya akan berhasil dengan baik apabila disertai dengan usaha
sumber daya manusia yang tepat karena manusia merupakan
dimensi yang terpenting dalam perbaikan kualitas dan
produktivitas.
4.3 Metode 5S
5S adalah singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan
Shitsuke yang dapat diterjemahkan menjadi Ringkas, Rapi,
17
Resik, Rawat dan Rajin. 5S merupakan metode yang terdiri
dari beberapa tahap untuk mengatur kondisi tempat kerja yang
berdampak lansung terhadap peningkatan kualitas, efisiensi,
mempercepat penyelesaian tugas sebelum jatuh tempo,
mengurangi weste (pemborosan), efektifitas, produktifitas,
produktifitas dan keselamatan kerja dengan menciptakan
lingkungaan kerja yang lebih aman dan menyenangkan.
(Rinta, 2011)
Sedangkan menurut pakar lain konsep 5S pada dasarnya
merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan proses
perubahan sikap dengan menerapkan penataan, kebersihan dan
kedisiplinan ditempat kerja. Dengan menerapkan prinsip “A
place for everything in it’s place”, maka setiap anggota
organisasi dibiasakan bekerja dalam lingkungan kerja dengan
standart tempat yang jelas.
Dalam memperkenalkan pemeliharaan tempat kerja,
seperti Indonesia dengan istilah 5R, perusahaan barat juga
mempunyai istilah masing – masing yaitu “Kampanye 5S” dan
kampanye 5C (Rimawan dan Sutowo, 2002)
Kampanye 5S (di amerika):
1. Sort (memilih): Pisahkan barang yang tidak diperlukan
dan singkirkan.
2. Straighten (meluruskan): Letakkan barang yang
diperlukan secara teratur sehingga mudah diambil.
18
3. Scrub (gosok): Bersihkan semuanya yaitu mesin dan
tempat kerja, hilangkan noda dan limbah serta
menanggulangi sumber limbah.
4. Systematize (sistematisasi): Rutin membersihkan dan
memeriksa.
5. Standardize (standarisasi): Membakukan empat
langkah sebelumnya dan membuatnya menjadi proses
yang berkesinambungan.
Kampanye 5C (di inggris dan eropa):
1. Clear Out (Singkirkan): Tentukan yang diperlukan
dan singkirkan yang tidak diperlukan.
2. Configure (Susun/Tata): Siapkan tempat yang mudah,
aman dan teratur untuk semua barang.
3. Clean and Check (Bersihkan dan Perikasa): Periksa
dan perbaiki keadaan tempat kerja sambil
membersihkannya.
4. Conform (Pastikan/patuhi): Tetapkan standart, latih
dan jaga.
5. Custom and Practice (Kebiasaan dan Praktek):
Kembangkan kebiasaan pemeliharaan rutin dan
kegiatan perbaikan lebih lanjut.
4.3.1 Manfaat Penerapan 5S
Berikut beberapa manfaat 5S yang dapat diperoleh dari
perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaan, yaitu:
1. Membantu karyawan agar memiliki disiplin pribadi.
19
2. Menghilangkaan waste (pemborosan).
3. Menunjukkan berbagai kewajaran, seperti produksi, gagal
fungsi dan persediaan yang berlebih.
4. Membuat masalah kualitas menjadi jelas.
5. Mengurangi gerak kerja yang tidak bernilai tambah.
6. Meningkatkan efisiensi kerja dan mengurangi biaya
produksi.
7. Kemudahaan indentifikasi barang.
8. Penggunaan alat kerja secara benar.
9. Memperlancar waktu proses.
10. Menghilangkan kekacauan dalam ketidak pastian.
11. Kemampuan konsentraasi kerja yang baik.
12. Aliran transportasi internal yang lebih baik.
13. Higher productivity.
14. Mengurangi kerusakan.
15. Tempat yang nyaman dan aman untuk bekerja.
16. Mempersiapkan barang sebelum digunakan.
4.3.2 Aplikasi 5S
Sebenarnya aplikasi 5S tidaklah sulit dan biasa dilakukan
secara berkesinambungan untuk menghasilkan output yang
maksimal, berikut langkah-langkah untuk menghasilkan 5S:
Untuk melakukan Seiri:
1. Cek barang yang berada di area masing-masing.
2. Tetapkan kategori barang-barang yang digunakan dan
yang tidak digunakan.
20
3. Beri label warna merah untuk barang yang tidak
digunakan.
4. Siapkan tempat untuk menyimpan/membuang/
memusnahkan barang-barang yang tidak digunakan.
5. Pindahkan barang-barang yang berlabel merah ke tempat
yang telah digunakan.
Untuk melakukan Seiton:
1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan,
sehingga mudah didapatkan saat dibutuhkan.
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat
yang telah dirancang dan disediakan.
3. Beri label atau identifikasi untuk mempermudah
penggunaan maupun pengembalikan ke tempat semula.
Untuk melakukan Seiso:
1. Cari sumber kotoran dan temukan cara pencegahannya.
2. Tetapkan tindakan pencegahan/mengurangi terjadinya
pengotoran.
Untuk melakukan Seiketsu:
1. Tetapkan standart kebersihan, penempatan dan penataaan.
2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja
ditempat kerja.
Untuk melakukan Shitsuke:
1. Biasakan kondisi tempat kerja selalu sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan.
2. Lakukan pengontrolan setiap saat.
21
3. Koreksi bila ditemukan penyimpangan.
4. Lakukan peningkatan, misalnya dengan melakukan
perlombaan antara bagian untuk peningkatan efektifitas.
22
Gambar 4.8 Foto kondisi area kerja yang tidak ringkas
a. Akibat yang ditimbulkan akibat ketidakringkasan
Akibat yang dapat ditimbulkan pada kondisi kerja yang
ada pada gambar 4.8 adalah sebagai berikut:
1. Gerak kerja akan terganggu, karena harus mengambil
barang yang diperlukan yang ada diarea yang cukup
jauh.
2. Akan sulit mencari kembali barang yang diperlukan dan
dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadi
pemborosan waktu.
3. Kemungkinan akan membahayakan para pekerja, karena
barang tersebut diletakkan di area produksi.
b. Solusi untuk ketidakringkasan
Pekerja meletakkan ember dan roda truk di sembarang
tempat yang bukan tempatnya. Seharusnya ember diletakkan
lebih dekat dengan tabung bahan bakar (Residu) sehingga
tidak menghalangi jalan dan bisa digunakan untuk
menampung bahan bakar yang tumpah. Sedangkan roda truk
yang tidak digunakan tersebut diletakkan di dalam gudang
23
mekanik yang merupakan tempat penyimpanan benda-benda
maupun alat yang tidak digunakan.
2. Seiton (Rapi)
Seiton merupakan hal mengenai sebagaimana cepat kita
meletakkan barang dan mendapatkannya kembali pada saat
diperlukan dengan mudah. Perusahaan tidak boleh asal-asalan
dalam memutuskan dimana benda-benda tersebut diletakkan.
Data waktu pemerolehan barang perlu dikumpulkan dan
dianalisa. Penganalisa juga perlu melibatkan karyawan, baik
yang sering menggunakan barang tersebut maupun karyawan
yang jarang menggunakannya, sehingga rencana yang akan
diterapkan dapat bersifat universal.
Ketidakrapian di dekat gudang bahan baku semen (Filler)
dan gudang mekanik, seperti yang terjadi pada gambar 4.9:
24
1. Kemungkinan akan terjadi barang hilang atau terselip
cukup besar karena penataan yang kurang rapi.
2. Waktu persiapan produksi tidak efektif karena operator
harus mencari dan mengambil beberapa bahan atau alat
pekakas dan mempersiapkan bahan yang bercampur
baur dengan bahan yang tidak diperlukan.
26
produk karena akan berbeda performansi kerja
seseorang ketika tempat kerja nyamaan dan bersih
dengan tempat kerja yang kumuh dan kotor.
28
Gambar 4.11 foto kondisi area kerja yang tidak terawat
a. Akibat yang ditimbulkan akibat keridakterawataan
Akibat yang dapat ditimbulkan pada gambar 4.11 adalah
sebagai berikut:
1. Operator yang tidak menggunakan sarung tangan, alas
kaki dan masker, maka akan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan keselamatan kerja.
2. Lingkungan yang kumuh juga akan berpengaruh pada
produktivitas pekerja, karena mereka akan kurang
nyaman dengan lingkungan seperti gambar 4.11.
b. Solusi untuk ketidakrawatan
Solusi untuk ketidakrawatan dari gambar 4.11 adalah
sebagai berikut:
1. Seharusnya operator mengutamakan K3 yaitu dengan
menggunakan sarung tangan, alas kaki dan masker
apabila diperlukan. Lingkungan yang terlihat pada
gambar 4.11 seharusnya ditata dengan lebih rapi lagi,
agar semua lingkungan terawat, tidak hanya di area
depan pabrik, area laboratorium, area produksi dan
gudang harus terawat juga.
2. Melakukan pemantapan prosedur kerja atau SOP pada
operator agar bekerja lebih teliti dan merawat barang
maupun alat.
5. Shitsuke (Rajin)
29
Shitsuke merupkan prinsip utama dari 5S dimana
kebiasaan secara rutin dan kontinyu dengan penuh disiplin
melakukan prosedur dan aktivitas yang telah ditetapkan
dengan benar. Adapun tujuan utama dari konsep shitsuke
adalah membudayakan 4S sebelumnya sebagai sarana untuk
menciptakan kondisi tempat kerja yang kondusif (lebih baik).
100 %
100 %−%allowance
1
( unit / jam )
4. Output Standart = waktu sandart
31
4.4.2 Penentuan Allowance
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah
semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang
berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan
pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Walaupun demikian
pada prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa
diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus
menerus sepanjang hari tanpa adanya intruksi sama sekali.
Disini kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja
dan membutuhkan waktu – waktu khusus untuk keperluan
seperti personal needs, istirahat melepas lelah dan alasan –
alasan lain yang diluar kontrolnya. Waktu longgar yang
dibutuhkan dan akan mengintrupsi proses produksi ini bisa
diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatigue
allowance dan delay allowance. Waktu baku yang akan
ditetapkan kelonggaran – kelonggaran (allowance) yang perlu.
Dengan demikian makan waktu baku adalah sama dengan
waktu normal kerja dengan waktu longggar. (Wigjosoebroto,S,
1995)
1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal
(Personal Allowance)
Pada dasarnya setiap pekerjaan haruslah diberikan
kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan
pribadi (personal needs). Jumlah waktu longgar untuk
kebutuhan dapat ditetapkan dengan jalan melaksanakan
32
aktvfitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode
sampling kerja. Untuk pekerjaan – pekerjaan relatif ringan –
dimana operator bekerja 8 jam per hari tanpa jam istirahat
yang resmi sekitar 5% (atau 10 sampai 24 menit) setiap hari
akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat personil ini.
Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan
personil yang diperlukan ini akan bervariasi tergantung pada
individu pekerjaannya dibandingkan dengna jenis pekerjaan
yang dilaksanakan, akan tetapi kenyataannya untuk pekerjaan–
pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak enak
(terutama untuk temperatur tinggi) akan menyebabkan
kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi.
Allowance untuk hal bisa lebih besar dari 5%.
2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah (Fatigue
Allowance)
Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa
penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran
banyak (lelah mental) dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi
uuntuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk
istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan komplek sekali.
Disini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahan akan
sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, interval
waktu dari siklus kerja dimana pekerjaan akan memikul beban
kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan
faktor - faktor lainnya.
33
3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-
keterlambatan (Delay Allowance)
Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-
faktor yang sulit untuk dihindarkan (unavoidable delay), tetapi
bisa juga disebabkkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya
masih bisa dihindari. Keterlambatan yang terlalu besar atau
lama tidak akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk
menetapkan waktu baku. Untuk avoidable delay di sini terjadi
dari saat ke saat yang umumnya disebabkan oleh mesin,
operator ataupun hal-hal yang lain yang diluar kontrol. Mesin
dan peralatan kerja lainnya selalu diharapkan tetap pada
kondisi siap kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan
berat terpaksa harus dilaksanakan, operator biasanya akan
ditarik dari stasiun kerja ini sehingga delay yang terjadi akan
dikeluarkan dari pertimbangan-pertimbangan untuk
menetapkan waktu baku untuk proses kerja tersebut.
34
Perbandingan antara rasio output dan input menghasilkan
perbandingan besar yang cukup bermanfaat antara lain:
1. Dapat meminimumkan biaya produksi.
2. Adanya upaya dan daya untuk melaksanakan fungsi dan
peran dalam kegiatan produksi.
3. Mampu meningkatkan daya saing output yang dihasilkan.
Faktor –faktor penentu tingkat produktifitas kerja:
1. Tingkat pengetahuan.
2. Kemampuan teknis.
3. Metedologi kerja dan pengaturan organisasi.
4. Motivasi kerja
Dari hasil perhitungan Time Study, dapat diketahui
produktivitas dari perusahaan tersebut. Kemudian bandingkan
hasil Time Study sebelum dan sesudah penerapan metode 5S.
Bila mengalami kenaikan hasil produktivitas, maka metode ini
sangat dianjurkan untuk diterapkan pada perusahaan tersebut.
35