Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisa Aulia

NIM : 18043075
Jurusan : Akuntansi
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar

TUGAS PERTEMUAN 14

1. Perwujudan nilai, moral dan hukum dalam kehidupan masyarakat dan negara

Perwujudan nilai-nilai, etika, moral, dan norma dalam keyakinan iman bisa saja diterapkan
sebagai hukum jika norma moral yang terkandung didalamnya bersifat universal. Artinya,
dalam keyakinan iman yang lain pun tercermin norma moral yang kurang lebih sama.
Misalnya, norma moral yang terkandung dalam agama untuk menghormati agama lain
dengan cara member toleransi itu sifatnya universal. Oleh karena itu, norma tersebut bisa saja
diterapkan kedalam hukum. Akan tetapi, jika nilai-nilai dalam keyakinan iman sifatnya local,
norma tersebut tidak bisa diterapkan menjadi sebuah hukum yang berlaku untuk seluruh
masyarakat majemuk. Oleh karena itu, etika, moral, norma, dan nilai sering menjadi tuntutan
dalam kehidupan masyarakat supaya kita dapat bertingkah laku dengan baik.

2. Tuntutan dan Sanksi Moral, Norma Hukum dalam Masyarakat Bernegara

Kriteria untuk menilai baik buruknya manusia adalah aturan dan prinsip-prinsip yang berlaku
dalam masyarakatnya. Orang tidak tertantang untuk melakukan kebaikan yang mengatasi
aturan. Kasarnya, orang hanya melakukan kebaikan kalau itu merupakan sebuah perintah atau
larangan. Tidak ada kewajiban dan aturan berarti tidak ada tindakan kebaikan. Oleh karena
itu, pada umumnya apabila seseorang telah melakukan kesalahan di dalam masyarakat,
tuntutan dan sanksi yang akan diterimanya adalah dikucilkan, merasa dipermalukan, dicap
orang sebagai orang yang tidak tahu aturan dan lain sebgainya.

3. Problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia terhadap nilai
dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal dasar dalam menjalin
kehidupan manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang, apakah baik
buruknya sepanjang niali itu dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga
sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang
bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek lahiriah yaitu
untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk
mencapai ketenangan atau ketentraman. Statu contoh adalah masalah perkawinan. Semua
orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah
mawadah warahmah, akan tetapi kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi
dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak
bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan nilai dari perkawinan
tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan.

Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila dilakukan dihadapan
catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA, untuk
penduduk Islam), namur kenyataannya masih banyak istilah kawin sirih (kawin di bawah
tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang demikian
harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh kalangan
masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang demikian ini
sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak. Karena dengan perkawinan
sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan kontrak ini, dengan begitu mudah kaum laki-laki
untuk meninggalkannya, bahkan ingin terlepas dari tanggung jawabnya.

Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan yang
ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan demikian dikatakan
yang bermoral. Juga sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau
tidak dilakukan sesuai dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka
perkawinan itu dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal
ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum yang tidak tertulis, yaitu misalnya
“hukum adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat masing-masing.

Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang dikatakan
ketertiban atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman maka harus patuh lepada hukum
yanng berlaku dan mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai