RSUD BANYUASIN
TAHUN 2018
547 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SMF KESEHATAN NEUROLOGI
RSUD BANYUASIN
4. Kriteria Anamnesis
Diagnosis Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat
aktifitas/ istirahat, kesadaran baik/terganggu, nyeri
kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat hipertensi (faktor
risiko strok lainnya), lamanya (onset), serangan
pertama/ulang
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum)
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.
5. Diagnosis Stroke
7. Pemeriksaan Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska
Penunujang stroke, resiko pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan
penunjang. Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa
banding, faktor risiko, komplikasi, prognosa dan pengobatan.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya
infeksi maupun kelainan jantung
Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI kepala
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula
Darah Sewaktu (GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan
Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), Protein darah
548 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
(Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol,
Trigliserida, HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah
dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan cairan serebrospinal.
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke Iskemik / Infrak
Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel,
dipiridamol, cilostazol
Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
ntikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke
emboli) (Guidelines stroke 2004)
Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid
Antivasospasme : Nimodipin
Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral
Konservatif :
Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal
hemostasis)
Mencegah / mengatasi vasospasme otak akibat
perdarahan : Nimodipine
Neuroprotektan
Operatif : Dilakukan pada kasus yang indikatif/
memungkinkan :
Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3
cm pada fossa posterior.
Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda
peninggian TIK akut dan ancaman herniasi otak
Perdarahan serebellum
Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau
serebellum
GCS > 7
Terapi Komplikasi
Antiedema : larutan Manitol 20%
Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
Anti trombosis vena dalam dan emboli paru
Terapi Nonfarmaka
Komplikasi
Infrak berdarah
Hidrosefalus
Non Neurologis :
Hipertensi / hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Fase Lanjut
549 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Neurologis : gangguan fungsi luhur
Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
550 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
RSUD BANYUASIN
MENINGITIS TUBERKULOSA
ICD A 17.0
8. Terapi 1. Umum
2. Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
INH
Pyrazinamida
Rifampisin
Etambutol
3. Kortikosteroid
551 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
9. Prognosis Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya
meninggalkan sekuele neurologis
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
meninggal
10. Penelaah SMF Kesehatan Neurologi
Kritis
11. Indikator a. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi saraf pusat melalui
medis anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien
b. Mampu menyimpulkan etiologi penderita infeksi SSP secara
klinik dan laboratorik
c. Merencanakan pemeriksaan penunjang radiologi pada kasus
infeksi dan mampu menafsirkan hasilnya
d. Mampu merencanakan terapi empiris pada seluruh infeksi
SSP
e. Mampu melaksanakan dan menjelaskan terapi infeksi SSP
dan resistensi antibiotika
f. Mampu merencanakan tindakan operatif sesuai indikasi
(misal: drainase ventrikel, biopsi, pengangkatan massa
infeksi)
12. Kepustakaan 1. Konsensus Kelompok Studi Neuro Infeksi, PERDOSSI, 2011.
2. Infection of central Nervous System 3 ed, W. Micael Scheld,
Lippincott Wilkins & Williams, 2004
3. Cerebral Fluid in Clinical Practice, David N irani, Saunders
Elsevier, 2009
MENINGITIS BAKTERIAL
ICD G 00
552 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
H. Influenzae, Staphylococci, Listerio monocytogenes, basil
gram negatif
2. Anamnesis Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut
antara 17 hari. Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit
kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang, perubahari
status mental sampai penurunan kesadaran
3. Pemeriksaan Tanda-tanda rangsang meningeal
fisik Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis
media, mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih,
arthritis (N. Meningitidis).
4. Diagnosis Meningitis Bakterial
553 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
2g/4jam/IV (200mg/kg
BB/IV/hari)
H. Influenzae Bila prevalensi S.
Pneumioniane Resisten
Cephalos porin ≥ 2 %
Species Listeria diberikan :
Pseudomonas Cefotaxime / Ceftriaxon +
aeroginosa Vancomycin 1g/12jam/IV
N. Meningitidis (max. 3g/hari)
Ceftadizime 2g /8jam/IV
554 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Pangkalan Balai, Januari 2018
MENINGITIS KRIPTOKOKKUS/JAMUR
7. Prognosis Buruk
555 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Lippincott Wilkins & Williams, 2004
3. Cerebral Fluid in Clinical Practice, David N irani, Saunders
Elsevier, 2009
TUMOR INTRAKRANIAL
ICD C 71
556 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
4. Antidepresan bila perlu
Rehabilitasi Medik
7. Penyulit Hernia Otak
Pendarahan pada tumor
Hidrosefalus
8. Prognosis Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
11. Kepustakaan Brain tumor, Andre H. Kaye - Edward R. Laws, Elsevier, 2013
557 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SMF KESEHATAN NEUROLOGI
RSUD BANYUASIN
STATUS EPILEPTIKUS
ICD G 41.0
558 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
memulai pemberian OAE dosis maintenance
Operasi
Indikasi Operasi :
a. Fokal epilesi yang intraktabel terhadap obat obatan
b. Sindroma Epilepsi fokal dan simptomatik
Jenis-Jenis Operasi :
a. Operasi reseksi; pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi : korpus kalosotomi, multiple supial transection
c. Hemispherektomi
5. Edukasi Konsultasi
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi (bila pasien masuk ICU)
Lama Perawatan
1. Pada kasus bukan status epileptikus: pasien dirawat sampai
diagnosis dapat ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat
diatasi dan pasien kembali ke keadaan sebelum status
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat
hal-hal sebagai berikut:
Terdapat lesi struktural otak
Bangkitan epilepsi parsial
Sindroma epilepsi berat
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum
dimulainya pengobatan
Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
6. Penelaah SMF Kesehatan Neurologi
Kritis
7. Indikator a. Mampu menyimpulkan diagnosis kejang berdasarkan
medis gambaran klinik
b. Mampu melaksanakan terapi pemeliharaan dengan obat
antikejang yang sesuai secara rasional
c. Mampu menangani kejang sesuai sindroma epilepsi yang
terjadi dan mengevaluasi hasil terapi secara teratur
d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk
memantau efek samping obat dan kadar obat dalam darah
559 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Pembina / IV. a
NIP. 19730313 200604 2 009
VERTIGO
1. Definisi Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang
timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau
penyakit.
Klasifikasi :
Vestibulogenik :
a. Primer : motion sickness, benign paroxysmal positional
vertigo (ICD 10 H81.10), Meniere disease (H81.0), neuronitis
vestibuler, drug-induced
560 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi
vertebrobasiler, neuroma akustik.
Nonvestibuler :
Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.
561 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Pemeriksaan Radiologi : Foto tulang tengkorak leher,
Stenvers (pada neurinoma akustik).
Pemeriksaan Neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG),
elektromiografi (EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging : CT Scan kepala,
pnemoensefalografi, Tronscronial Doppler.
7. Terapi Terapi Kausal :
Sesuai dengan penyebab
Terapi Simptomatik :
Pengobatan simptomatik vertigo :
562 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Strupp, Annals of The New York Academy of Science, 2009
563 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
NYERI PUNGGUNG BAWAH
ICD : M54
3. Kriteria Klinis
Diagnosis Pembagian klinis NPB untuk triage :
NPB dengan tanda bahaya (red flags)
neoplasma / karsinoma
infeksi
fraktur vertebra,
sindrom kauda ekwina
NPB dengan kelainan neurologik berat
NPB dengan sindroma radikuler
NPB nonspesifiK
Sekitar > 90 % NPB akut atau kronik (> 3 bulan)
merupakan NPB non-spesifik
4. Diagnosis Nyeri Punggung Bawah
5. Diagnosa 1. Migren
Banding 2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler,
adenoma kelenjar pituitari, aneurisma arteri karotis, kanker
nasofaring.
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
6. Pemeriksaan Laboratorium
Penunujang Atas Indikasi :
laju endap darah
darah perifer lengkap
C – reaktif protein (CRP)
faktor rematoid
fosfatase alkali / asam
kalsium, fosfor serum
urinanalisa
likwor serebrospinal
NEUROFISIOLOGI
Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan sindroma
radikuler dan mungkin NPB dengan tanda bahaya :
Kecepatan hantar saraf (NCV) : MNCV dan SNCV
Elektromiografi (EMG)
Respon lambat : gelombang F dan reflek H
Cetusan potensial somato-sensorik (SEP)
Cetusan potensial motorik (MEP)
NEURORADIOLOGI
Foto polos : tidak rutin, terutama untuk menyingkirkan
kelainan tulang
Mielografi.
Computer Tomography scan. (CT-scan)
Mielogram – CTscan.
564 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
7. Terapi Kausal : terutama kasus NPB dengan tanda bahaya (red flags)
NPB AKUT :
Medikamentosa
Asetaminofen, ASA, NSAID
Relaksan otot : eperison, tizanidin, diazepam
Nonmedikamentosa
Edukasi :
Reassurance,
Kembali aktivitas normal dini dan bertahap,
Mengenal dan menanangani Yellow flags (faktor biop-
sikososial)
Heat-wrap therapy
Tindakan : Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada
sindroma radikuler
NPB KRONIK
Medikamentosa
antidepresan, antikonvulsan.
Nonmedikamentosa :
Edukasi
Terapi Perilaku
Intensive exercise therapy
13. Penelaah SMF Kesehatan Neurologi
Kritis
14. Indikator a. Mampu membedakan nyeri nosiseptif, neuropatik dan
medis psikogenik berdasarkan gambaran nyeri dan penyebabnya
b. Mampu melakukan pemeriksaan spesifik untuk diagnosis
(penilaian dan pengukuran nyeri)
c. Mampu menyimpulkan lokasi/ topis lesi
d. Mampu menafsirkan penyebab nyeri dan mengevaluasinya
e. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang dan mampu
menyimpulkan hasilnya
f. Mampu menangani keluhan secara farmakologik dan
nonfarmakologik (Cognitive Behavioral Therapy,
Biofeedback), serta mengevaluasi hasilnya
g. Mampu melaksanakan perujukan kepada sejawat dari
bagian lain yang terkait dengan persoalan nyeri termasuk
rehabilitasinya
15. Kepustakaan 1. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD,
Mosby Elsevier, 2010
2. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott
Wilkins & Williams, 2010
3. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press,
2010Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP
Press, 2010
565 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SMF KESEHATAN NEUROLOGI
RSUD BANYUASIN
EPILEPSI
ICD G40
566 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan
magnesium
Atas indikasi
1. Penapisan dini racun/toksik
2. Pemeriksaan serologis
3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya
Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
1. Asam Amino
2. Asam Organik
3. NH3
4. Enzim Lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut
Lumbat Pungsi
3. Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan
pilihan utama untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
5. Positron Emission Tomography (PET)
6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
5. Terapi Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada
bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu
dipikirkan kemudahan pemakaiannya. Penggunaan terapi
tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan
pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE yang
timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama
dibagi dalam 3 kategori:
1. Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan segera)
Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a. Tumor otak
b. AVM
c. Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes
Tanpa lesi struktural :
a. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung
(bukan orang tua)
b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas
c. Riwayat bangkitan simpomatik
d. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP
e. Status epilepstikus pada awitan kejang
567 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
b. Ketergantungan obat obatan
c. Bangkitan dengan penyakit akut (demam tinggi, dehidrasi,
hipoglikemia)
d. Bangkitan segera setelah benturan di kepala
e. Sindroma epilepsi spesifik yang ringan, seperti kejang
demam, BECT
f. Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur
568 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
Pembina / IV. a
NIP. 19730313 200604 2 009
NEUROPATI
569 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
(terutama nervi untuk pergerakan bola mata) dan saraf
tepi besar dengan gejala nyeri.
b. Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis (gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda :
gangguan sensorimotor simetris pada tungkai &
tangan
rasa gatal, geli Et rasa merayap pada tungkai dan
paha memberat pada malam hari, membaik bila kaki
digerakkan (restless leg syndrome).
2. Nutrisional
a. Polineuropati defisiensi :
Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid (INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati
optika
Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin > a intake
asam folat yang kurang
Niasin : pada pasien defisiensi multiple
3. Toksik :
a. Arsenik : keracunan arsen secara kronik (akumulasi
kronik)
Gejala & tanda : -
gangguan sensoris berupa nyeri & gangguan motorik
yang berkembang lambat
gangguan GIT mendahului ganggauan neuropati oleh
karena intake arsen.
b. Merkuri :
Gejala & tanda : menyerupai keracunan arsen
4. Drug induced
a. Obat antineoplasma : (Cisplastin, carboplastin, vincristin)
Gejala & tanda :
Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati setelah
beberapa minggu terapi seperti parestesia
Gangguan proprioseptif, vibrasi sering terganggu sampai
mengenai kolum posterior
Gangguan motorik tertutama tungkai bawah
b. Antimikrobial :
INH : simetrikal polineuropati
Kloramfenikol & metronodazole : gangguan sensoris
ringan/ akral parestesia, kadang optik neuropati.
5. Keganasan / paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda :
Banyak dalam bentuk distal simetrikal sensorimotor
polineuropati akibat ”remote effect” keganasan seperti:
mieloma multipel, limfoma
Gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut
570 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
kelumpuhan.
6. Trauma : neuropati jebakan.
3. Kriteria Klinis :
Diagnosis gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan
rasa raba, vibrasi dan posisi.
gangguan motorik : kelemahan otot-otot
reflek tendon menurun
Fasikulasi
4. Diagnosis Neuropati
5. Diagnosa miopati
Banding motor neuron disease
multipel sklerosis
6. Pemeriksaan Laboratorium :
Penunujang Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12
darah, kadar logam berat, fungi hormon tiroid
Lumbal pungsi : sesuai indikasi
Gold Standard :
ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
Biopsi saraf
7. Terapi Terapi kausa
Simptomatis : analgetik, antiepileptik
Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
Fisioterapi
8. Penelaah SMF Kesehatan Neurologi
Kritis
9. Indikator a. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan
medis gangguan saraf tepi (termasuk lesi pleksus)
b. Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik
neuropati perifer (termasuk akut dan kronik)
c. Mampu menganalisa diagnosis topis keluhan pasien dengan
dasar neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang
benar.
d. Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari terjadinya
neuropati (defisiensi, metabolik, trauma/kompresi,
keganasan, genetik, imunologik)
e. Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma
prototip, gejala yang dominan (motorik/sensorik) dan
identifikasi gejala-gejala atipikal, serta gejala lain yang
menyertai
f. Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal
pungsi dan PA
10. Kepustakaan 1. Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill
Medical, 2008
2. Companion to Peripheral neuropathy, Peter J. Dyck,
Saunders Elsevier, 2010.
3. Textbook of Pheripheral Neurophaty, Peter D. Donofrio,
Demosmedical, 2012
571 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SMF KESEHATAN NEUROLOGI
RSUD BANYUASIN
MIELOPATI
ICD G 95.9
2. Anamnesis Lemah / lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan
buang air besar, gangguan sensibilitas.
6. Diagnosa Polineuropati
Banding
7. Pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium:
Penunujang Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes
kadar obat : kokain, heroin
572 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik :
Foto polos vertebra AP / Lateral / Oblik
Mielografi
CT mielografi
Pemeriksaan penunjang lain :
EMNG
Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia :
SSEP / VEP
Bone Scanning
MRI
8. Terapi Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
9. Prognosis Tergantung etiologi dan berat penyakit
10. Penelaah SMF Kesehatan Neurologi
Kritis
11. Indikator a. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan
medis gangguan saraf tepi (termasuk lesi pleksus)
b. Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik
(termasuk akut dan kronik)
c. Mampu menganalisa diagnosis topis keluhan pasien dengan
dasar neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang
benar.
d. Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari
(defisiensi, metabolik, trauma/kompresi, keganasan,
genetik, imunologik)
e. Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma
prototip, gejala yang dominan (motorik/sensorik) dan
identifikasi gejala-gejala atipikal, serta gejala lain yang
menyertai
f. Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal
pungsi dan PA
12. Kepustakaan Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill
Medical, 2008
573 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s
574 | P a n d u a n P r a k ti k K l i n i s