Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Ejaan Bahasa

Indonesia: dari Djadoel sampai


Kekinian
Fauzia Astuti Nov 13, 2019 • 6 min read
Fakta Seru

Artikel ini membahas tentang perkembangan ejaan bahasa Indonesia dari djaman
djadoel Ejaan van Ophuijsen sampai ejaan kekinian EBI.

--

“Kamu ini nulis cerpen atau nulis password Facebook? Kok huruf kapitalnya asal-


asalan, banyak tanda baca nggak jelas, dan ini nih, pakai angka segala di tengah-
tengah!”

Buat kamu yang pernah coba kirim cerpen atau naskah novel ke penerbit apa
pernah mengalami hal itu? Bukan hanya saat menulis cerpen sih, ejaan juga sangat
penting dalam penulisan resmi seperti surat, lamaran pekerjaan, email,
pengumuman, bahkan chat Whatsapp untuk guru. Duh, jangan sampai deh kalian
di-block guru gara-gara tulisannya naik-turun kayak debar jantung saat ketemu doi.
Eaaa….

Tetapi sebelumnya, apa kamu udah tahu apa yang dimaksud ejaan? Menurut KBBI


Daring, ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat,
dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda
baca. Tapi kali ini Ruangguru bukan mau bahas tentang cara penulisan ejaan,
melainkan perkembangan ejaan bahasa Indonesia itu sendiri. Sejauh ini, telah ada
enam kali pengubahan pedoman ejaan. Mau tahu apa aja? Check these out!

1. Ejaan van Ophuisjen

Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun
1901. Fyi, bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa
ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van
Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim.

Gimana sih ciri-ciri ejaan yang benar menurut Mbah van Ophuijsen? Nih, Ruangguru
kasih rangkumannya ya.
2. Ejaan Soewandi

Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19
Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan
Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh
iya, ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik lho.

Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong (gabungan


dua huruf vokal) oe yang diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda
apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama
sekali. Contohnya:

 Jum’at → Jumat
 ra’yat → rakyat
 ma’af → maaf

Iklan zaman dulu yang menggunakan Ejaan Soewandi


(sumber: fotokita.grid.id)

Baca juga: Inilah 7 Profesi Untuk Mahasiswa Lulusan Sastra Indonesia

3. Ejaan Pembaharuan

Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin


menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan
panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu
fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu,
tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang  memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.
Tapi, ejaan ini nggak jadi diresmikan dalam undang-undang. Huft… untung deh.
Pasti bakal aneh kalau “koboi junior naik kerbau” ditulis jadi “koboy junior naik
kerbaw”.

4. Ejaan Melindo

Melindo itu… buah yang kulitnya warna merah yang suka dibuat emping, ya? Itu
melinjo….

Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Yup, draft penyusunan ejaan ini disusun


pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang
dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini nggak jauh
berbeda kok dari Ejaan Pembaharuan.

Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua
negara. Secara ‘kan ya Indonesia dan Malaysia bahasanya mirip-mirip gitu. Tapi
sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan akibat ketegangan politik antara Indonesia
dan Malaysia waktu itu.

5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)

Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu.
Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun
1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan
dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di beberapa kaidahnya saja.

Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini,
istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb →
kalbu; guerilla → gerilya.

6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak


tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang
paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan
bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca,
pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan
cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur
bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia. 

Yuk, intip perkembangan ejaan di bawah ini.

7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun
resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang
diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini
menyempurnakan EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf
kapital, dan cetak tebal.

Ruangguru sudah rangkum hal yang perlu di-highlight nih.

 Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi


 Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena,
militer
 Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring, dan bagian-bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.
 Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
 Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.

Selain berkembang dalam ejaan, bahasa Indonesia juga mengalami pembaharuan


dalam teknologi. Sekarang ini kalian jadi lebih mudah kepoin KBBI dan EBI karena
sudah dibuat versi daring. Jadi, buat yang masih butuh kejelasan hubungan
ini, ehm… maksudnya penjelasan tambahan tentang EBI, bisa meluncur ke EBI
Daring. Kalian nggak perlu lagi deh repot-repot pinjam KBBI atau pedoman umum
EBI cetak untuk cari ejaan penulisan yang benar.

Anda mungkin juga menyukai