Pendahuluan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan
papan yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif. Kondisi bangunan rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi kriteria kesehatan merupakan faktor risiko dan
sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit berbasis lingkungan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan lebih dari 80% penyakit yang diderita oleh bayi dan balita.1
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, persentase rumah
sehat hanya mencapai angka 62,8%, di Kabupaten Karawang tahun 2012, hanya
mencapai angka 54,6%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase
rumah sehat secara nasional hanya sekitar 61,68%. dan di Puskesmas Rengasdengklok
tahun 2013 hanya mencapai 41,97%. Angka ini masih sangat jauh dari target penilaian
kinerja puskesmas sebesar 75%.3,4
Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator
Indonesia Sehat 2015 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Target rumah sehat yang akan dicapai dalam Indonesia Sehat 2015 telah ditentukan
sebesar 80%. 1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Mengetahui angka keberhasilan program, masalah yang timbul dan cara
penyelesaiannya dalam melaksanakan program pengawasan rumah sehat di wilayah
kerja Puskesmas Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus
2015.
1.3.2. Tujuan Khusus :
Diketahuinya cakupan pengawasan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Diketahuinya persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Diketahuinya cakupan penyuluhan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Diketahuinya cakupan pembinaan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
1.4. Manfaat
1.4.1.Bagi Evaluator:
1. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program upaya
kesehatan lingkungan terutama program rumah sehat.
2. Mengetahui kendala yang akan dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis
1.4.4.Bagi Masyarakat:
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan
prevalensi penyakit berbasis lingkungan terutama yang berhubungan
dengan rumah sehat.
3. Masyarakat dapat menghuni rumah sehat dan layak dihuni untuk jangka
panjang.
1.5. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program Pengawasan Rumah Sehat di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Januari 2015
sampai dengan Agustus 2015, diambil dari laporan bulanan penyehatan lingkungan yang
terdiri dari :
1. Pendataan rumah sehat
2. Inspeksi rumah sehat
3. Penyuluhan rumah sehat
4. Pembinaan rumah sehat
2.2. Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, dan interpretasi data program Rumah Sehat di Puskesmas Rengasdengklok
periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015. Data dibandingkan dengan tolak ukur
yang telah ditentukan dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah
pada program rumah sehat. Usulan dan saran diberikan berdasarkan penyebab dari masing-
masing unsur keluaran sebagai pemecahan masalah, dengan menggunakan pendekatan
sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis
1) Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari
tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method).
2) Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem
dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
3) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan Rumah Sehat.
4) Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik.
5) Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
rapat bulanan.
6) Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem
dari kegiatan Rumah Sehat.
Tolak ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang
meliputi masukan, proses, keluaran, dan umpan balik. Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program rumah sehat.
Bab IV
Penyajian Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
4.2.1 Geografi
4.2.2 Demografi
4.3.1 Masukan
APBD : Tersedia
BOK : Tersedia
Pendataan rumah dilakukan 1 tahun 1 kali dari Januari 2015 sampai dengan
Agustus 2015 berupa jumlah rumah penduduk yang ada, jumlah rumah
penduduk yang memenuhi kriteria rumah sehat. Pendataan biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan / inspeksi rumah sehat.
Inspeksi dilakukan setiap 1 bulan 1 kali dengan mengunjungi rumah melalui
kaedah survei di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok. Pengawasan /
inspeksi rumah diperiksa berdasarkan formulir sanitasi rumah sehat yang
telah disiapkan.
Penyuluhan mengenai rumah sehat dilakukan jika kondisi rumah yang
diinspeksi tidak memenuhi kriteria rumah sehat.
Pembinaan rumah sehat untuk meningkatkan kondisi rumah dilakukan
minimal 3 bulan sekali.
Pencatatan kegiatan – kegiatan yang dikerjakan dalam format pencatatan
pengawasan rumah sehat oleh petugas, kemudian membuat penyajian /
visualisasi data dalam bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara
periodik (bulanan dan tahunan)
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan
secara periodik (bulanan dan tahunan)
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Perencanaan kegiatan program pengawasan / inspeksi rumah sehat dibuat
1 bulan sebelumnya yaitu dimulai dengan pendataan rumah yang akan di
inspeksi dan petugas dari program kesehatan lingkungan akan
berkoordinasi dengan kader yang ada di setiap desa.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab
program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator kesehatan
lingkungan, kemudian melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya :
Kepala Puskesmas
dr. Hj. Siti Yulyana
4.3.2.3 Pelaksanaan:
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan
secara berkala:
4.3.3. Keluaran
4.3.4 Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Lokasi:
Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda motor)
karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun sebagian
jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang belum diaspal tetapi
tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan.
Iklim:
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan
beberapa tempat becek dan banjir.
Kondisi Geografis:
Kondisi geografis tidak mempengaruhi program pengawasan rumah sehat.
4.3.6. Dampak
Dampak Langsung
Diharapkan meningkatnya jumlah rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok.
Dampak Tidak Langsung
Diharapkan menurunnya angka kesakitan akibat penyakit berbasis lingkungan.
Bab V
Pembahasan Masalah
2 Masukan
Tenaga (Man) Tersedianya minimal 2 orang 1 orang merangkap
petugas, masing-masing koordinator juga (+)
sebagai koordinator dan sebagai pelaksana
pelaksana program program.
pengawasan rumah sehat yang
terampil dibidangnya.
Infokus
Sarana (Material) Layar Jumlah leaflet
Leaflet rumah sehat yang (+)
Lembar balik ada tidak cukup
Poster Tidak ada lembar
Pedoman teknis penilaian balik sebagai
rumah sehat sarana penyuluhan
Formulir penilaian rumah
sehat
Alat tulis
Sarana transportasi
Koordinasi lintas
program dan lintas
sektoral tidak
optimal.
5 Lingkungan
Fisik Pada saat musim hujan beberapa tempat sulit (+)
dijangkau karena jalanan yang becek dan
beberapa tempat banjir.
a. Persentase cakupan pengawasan rumah sehat 15,68% dari tolok ukur sebesar
75%, dengan besar masalah 59,32%.
b. Persentase rumah sehat 12,19% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar
masalah 62,81%.
Lingkungan
o Pada saat musim hujan beberapa tempat sulit dijangkau karena jalanan yang
becek dan beberapa tempat terkadang banjir.
o Sebagian besar penduduk memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk
membina rumah yang sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang
memenuhi kriteria.
o Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, hal ini berpengaruh pada
pengetahuan tentang rumah sehat yang masih rendah.
Bab VII
Prioritas Masalah
Pada keluaran hanya didapatkan 2 masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas masalah.
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
7.1 Masalah I
Persentase cakupan pengawasan rumah sehat 15,68% dari tolok ukur sebesar 75%,
dengan besar masalah 59,32%.
Penyebab:
Penyelesaian masalah:
Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat,
kemudian mengambil sampel rumah untuk diinspeksi.
Menambah jumlah serta memotivasi dan melatih kader terkait tentang rumah
sehat serta pengawasan / inspeksi rumah sehat.
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral. Selain itu, dengan
menggunakan azaz keterpaduan, bekerjasama dengan program yang juga
melakukan pendataan ke setiap rumah seperti program PHBS oleh kader, untuk
sekaligus melakukan pengawasan / inspeksi rumah sehat.
7.2 Masalah II
Persentase rumah sehat 12,19% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar masalah
62,81%.
Penyebab:
Kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang dilakukan tidak optimal.
Kurangnya tenaga untuk melakukan pengawasan / inspeksi rumah sehat.
Kader terlatih untuk melakukan pengawasan dan penyuluhan rumah sehat tidak
ada.
Kurangnya koordinasi dengan tim PKK setempat, karena koordinasi dengan tim
PKK dilakukan hanya jika diadakannya lomba rumah sehat di tingkat Kabupaten
Tidak tersedia lembar balik sebagai sarana penyuluhan/pemicuan kepada
masyarakat.
Tidak cukupnya jumlah leaflet rumah sehat yang digunakan sebagai sarana
penyuluhan perorangan saat dilakukan inspeksi rumah sehat dan penyuluhan
perkelompok saat dilakukan rapat mingguan desa dan posyandu.
Sebagian besar penduduk memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk membina
rumah yang sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang memenuhi kriteria
rumah sehat.
Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, hal ini berpengaruh pada
pengetahuan tentang rumah sehat yang masih rendah.
Penyelesaian masalah:
Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat,
kemudian mengambil sampel rumah untuk diinspeksi.
Menambah jumlah serta memotivasi dan melatih kader terkait tentang
pengawasan rumah sehat.
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, terutama dengan
Dinas Sosial, Dinas Perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum.
Mengadakan pertemuan dengan tim PKK setempat secara berkala, minimal 3
bulan sekali, untuk membincangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat untuk tahu dan sadar tentang pentingnya rumah sehat.
Misalnya dengan gotong-royong untuk membina tempat sampah yang memenuhi
kriteria di sekitar desa sehingga masyarakat tidak membuang sampah
sembarangan.
Menyiapkan lembar balik dan menambah leaflet tentang rumah sehat untuk sarana
penyuluhan baik perorangan saat melakukan inspeksi rumah sehat dan pembinaan
rumah sehat maupun penyuluhan kelompok saat di rapat mingguan desa dan saat
kegiatan posyandu dilakukan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan
masyarakat tentang rumah sehat sehingga dapat mengubah sikap dan perilaku
penghuni rumah.
Bab IX
Penutup
8.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan rumah sehat yang dilakukan dengan cara pendekatan
sistem di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai
dengan Agustus 2015 belum berjalan dengan baik melihat kepada angka keberhasilan program
sebagai berikut:
Cakupan pengawasan rumah sehat 15,68% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar
masalah 59,32%.
Persentase rumah sehat 12,19% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar masalah
62,81%.
8.2. Saran
8.2.1. Saran bagi kepala Puskesmas Rengasdengklok
Menambah jumlah, memotivasi dan melatih kader, terkait dengan
pengawasan rumah sehat, diharapkan dalam jangka waktu 6 bulan sudah
terbentuk kader kesehatan lingkungan di setiap desa.
Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah
sehat, kemudian mengambil sampel rumah untuk diinspeksi dalam jangka
waktu 1bulan.
Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, terutama dengan
Dinas Sosial, Dinas Perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu,
dengan menggunakan azaz keterpaduan, bekerjasama dengan program yang
juga melakukan pendataan ke setiap rumah seperti program Promosi
Kesehatan oleh petugas puskesmas, program Pemberantasan Penyakit
Menular oleh petugas Puskesmas dan dapat juga bekerja sama dengan kader
Posyandu, untuk sekaligus melakukan pengawasan rumah sehat.
Mengadakan pertemuan dengan tim PKK setempat secara berkala, minimal 3
bulan sekali, untuk membincangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat untuk tahu dan sadar tentang pentingnya rumah sehat,
selain itu diharapkan masyarakat juga dapat turut berperan aktif
meningkatkan kesehatan lingkungan. Misalnya dengan gotong-royong untuk
membina tempat sampah yang memenuhi kriteria di sekitar desa sehingga
masyarakat tidak membuang sampah sembarangan.
Menyiapkan lembar balik dan menambah leaflet tentang rumah sehat untuk
sarana penyuluhan baik perorangan saat melakukan inspeksi rumah sehat dan
pembinaan rumah sehat maupun penyuluhan kelompok saat di rapat mingguan
desa dan saat kegiatan posyandu dilakukan. Penyuluhan diharapkan
menambah pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat sehingga dapat
mengubah sikap dan perilaku penghuni rumah.
Daftar Pustaka
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset
kesehatan dasar 2013. Jakarta; 2013.
6. Data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
2013.
7. Data pencatatan dan pelaporan tahun 2013. Program Penyehatan Lingkungan Puskesmas
Rengasdengklok.
8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman instrumen penilaian kinerja puskesmas
Provinsi Jawa Barat, Cetakan 1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2006.