Anda di halaman 1dari 30

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan
papan yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif. Kondisi bangunan rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi kriteria kesehatan merupakan faktor risiko dan
sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit berbasis lingkungan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan lebih dari 80% penyakit yang diderita oleh bayi dan balita.1

Penyakit berbasis lingkungan antara lain: ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan


Akut), pneumonia, tuberkulosis paru, diare, dan malaria. Berdasarkan Riskesdas tahun
2013, period prevalence ISPA Indonesia sebesar 25%, period prevalence pneumonia
Indonesia sebesar 1,8%, prevalensi tuberkulosis paru Indonesia sebesar 0,4%, insiden
dan period prevalence diare Indonesia sebesar 3,5% dan 7%, sementara insiden dan
prevalensi malaria Indonesia sebesar 1,9% dan 6%.2

Upaya pengendalian faktor resiko yang mengancam kesehatan keluarga dari


dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak memenuhi
kriteria, telah diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Perkriteriaan Rumah Sehat. Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes terdapat
parameter rumah yang dinilai, meliputi 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu:
kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, kelompok perilaku penghuni. 2

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, persentase rumah
sehat hanya mencapai angka 62,8%, di Kabupaten Karawang tahun 2012, hanya
mencapai angka 54,6%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase
rumah sehat secara nasional hanya sekitar 61,68%. dan di Puskesmas Rengasdengklok
tahun 2013 hanya mencapai 41,97%. Angka ini masih sangat jauh dari target penilaian
kinerja puskesmas sebesar 75%.3,4

Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator
Indonesia Sehat 2015 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Target rumah sehat yang akan dicapai dalam Indonesia Sehat 2015 telah ditentukan
sebesar 80%. 1

1.2 Rumusan masalah


1. Rumah yang tidak memenuhi kriteria kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, yang menyumbangkan lebih dari 80% penyakit yang diderita
oleh bayi dan balita.
2. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, period prevalence ISPA Indonesia sebesar 25%,
period prevalence pneumonia Indonesia sebesar 1,8%, prevalensi tuberkulosis paru
Indonesia sebesar 0,4%, insiden dan period prevalence diare Indonesia sebesar 3,5%
dan 7%, sementara insiden dan prevalensi malaria Indonesia sebesar 1,9% dan 6%.
3. Pada tahun 2012, di Jawa Barat memiliki presentase rumah sehat sekitar 62,8%. di
Kabupaten Karawang tahun 2012, hanya mencapai angka 54,6%
4. Pada tahun 2013, persentase rumah sehat di Kabupaten Karawang hanya mencapai
angka 51,47% dan di Puskesmas Rengasdengklok hanya mencapai 38,93%.
5. Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu target
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, telah ditentukan sebesar 80%.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Mengetahui angka keberhasilan program, masalah yang timbul dan cara
penyelesaiannya dalam melaksanakan program pengawasan rumah sehat di wilayah
kerja Puskesmas Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus
2015.
1.3.2. Tujuan Khusus :
 Diketahuinya cakupan pengawasan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
 Diketahuinya persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
 Diketahuinya cakupan penyuluhan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
 Diketahuinya cakupan pembinaan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.

1.4. Manfaat
1.4.1.Bagi Evaluator:
1. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program upaya
kesehatan lingkungan terutama program rumah sehat.
2. Mengetahui kendala yang akan dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis

1.4.2.Bagi Perguruan Tinggi:


1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3.Bagi Puskesmas yang dievaluasi:


1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam upaya kesehatan
lingkungan terutama program rumah sehat di ruang lingkup kerja
Puskesmas Rengasdengklok.
2. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program agar pelaksanaan
program dapat berjalan baik.
3. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan
balik agar keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara
optimal.

1.4.4.Bagi Masyarakat:
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok.
2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan
prevalensi penyakit berbasis lingkungan terutama yang berhubungan
dengan rumah sehat.
3. Masyarakat dapat menghuni rumah sehat dan layak dihuni untuk jangka
panjang.

1.5. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Bab II
Materi dan Metode

2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program Pengawasan Rumah Sehat di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, periode Januari 2015
sampai dengan Agustus 2015, diambil dari laporan bulanan penyehatan lingkungan yang
terdiri dari :
1. Pendataan rumah sehat
2. Inspeksi rumah sehat
3. Penyuluhan rumah sehat
4. Pembinaan rumah sehat

2.2. Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, dan interpretasi data program Rumah Sehat di Puskesmas Rengasdengklok
periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015. Data dibandingkan dengan tolak ukur
yang telah ditentukan dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah
pada program rumah sehat. Usulan dan saran diberikan berdasarkan penyebab dari masing-
masing unsur keluaran sebagai pemecahan masalah, dengan menggunakan pendekatan
sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1 Kerangka Teoritis

Bagan 1. Teori Sistem

Bagan di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang


saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu
kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian
atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu

1) Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari
tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method).
2) Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem
dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
3) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan Rumah Sehat.
4) Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik.
5) Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa
rapat bulanan.
6) Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem
dari kegiatan Rumah Sehat.

3.2. Tolak Ukur

Tolak ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang
meliputi masukan, proses, keluaran, dan umpan balik. Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program rumah sehat.

Tolak ukur berdasarkan pedoman instrumen penilaian kinerja Puskesmas


Provinsi Jawa Barat tentang cakupan pengawasan rumah sehat adalah sebesar 75%.

Bab IV
Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:

1. Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Rengasdengklok,


Kecamatan Rengasdengklok Periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
2. Laporan Bulanan Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Rengasdengklok,
Kecamatan Rengasdengklok, Periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
3. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Rengasdengklok, Kecamatan
Rengasdengklok Tahun 2015.
4. Data demografi Puskesmas Rengasdengklok, Kecamatan Rengasdengklok Tahun
2015.

4.2 Data Umum

4.2.1 Geografi

4.2.1.1. Lokasi Puskesmas

Gedung Puskesmas Rengasdengklok terletak di Desa Rengasdengklok


Kecamatan Rengasdengklok yang berjarak 15 Km dengan kabupaten
Karawang.
Batas wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara: Wilayah Kerja Puskesmas Jayakerta dan Puskesmas
Medang Asem.
 Sebelah Selatan: Wilayah Kerja Puskesmas Kalangsari.
 Sebelah Barat: Sungai Citarum dan Kabupaten Bekasi.
 Sebelah Timur: Wilayah Kerja Puskesmas Kutamukti dan Puskesmas
Kutawaluya.
4.2.1.2. Luas Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok adalah
1.575 Ha terdiri dari tanah darat dengan luas 315 ha, dan tanah sawah dengan
luas 1.260 ha. Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok meliputi
satu Kecamatan Rengasdengklok terdiri dari 6 desa, 32 dusun, dan 157 RT 32
RW. Desa di UPTD Puskesmas Rengasdengklok.
 Desa Dewisari
 Desa Rengasdengklok Selatan
 Desa Rengasdengklok Utara
 Desa Kertasari
 Desa Amansari
 Desa Dukuh Karya.

4.2.2 Demografi

4.2.2.1. Berdasarkan data proyeksi tahun 2015 Puskesmas Rengasdengklok memiliki


79.822 penduduk, terdiri dari laki- laki 40.951 dan perempuan 38.871,
jumlah KK 43.291 dengan jumlah bayi (0 – 11 bulan) 2.002, Balita (1 – 4
tahun) 5.820, anak prasekolah (5 – 6 tahun ) 2.715, ibu hamil 2.279, ibu nifas
2.102 dan neonatus 2.198.
4.2.2.2. Penduduk miskin 33.24% dari jumlah penduduk wilayah Puskesmas
Rengasdengklok yaitu sebanyak 25.757, KK miskin 6.439 dengan jumlah
bayi (0 - 11 bulan) 695, Balita ( 1 – 4 tahun) 1.711, ibu hamil 758, ibu
menyusui 718, ibu melahirkan 731, neonatus 731, pria usia subur (PUS)
5.544 dan wanita usia subur (WUS) 6.868.
4.2.2.3. Jumlah rumah di wilayah kerja puskesmas Rengasdengklok sebanyak 19.646
unit.
4.2.2.4. Derajat pendidikan mayoritas penduduk wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) ( 46,79%)
4.2.2.5. Mata pencarian terbanyak penduduk wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok adalah pedagang (72.43%).
4.2.2.6. Agama Islam dianut mayoritas penduduk wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok (96.30%).

4.2.3 Fasilitas Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok,


antara lain:
a. Puskesmas UPTD : 1 buah
b. RS Swasta : 1 buah
c. Rumah bersalin : 1 buah
d. Klinik 24 Jam : 4 buah
e. Klinik Madya : 4 buah
f. Praktek dokter umum : 10 orang
g. Praktek dokter gigi : 2 orang
h. Praktek bidan : 26 orang
i. Apotik : 10 buah
j. Posbindu : 7 buah
k. Posyandu : 57 buah

4.3 Data Khusus

4.3.1 Masukan

4.3.1.1 Tenaga (Man)

Petugas Kesehatan lingkungan : 1 orang (merangkap sebagai


koordinator program dan pelaksana
program)

4.3.1.2 Dana (Money)


Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :

 APBD : Tersedia
 BOK : Tersedia

4.3.1.3 Sarana (Material)

 Infokus : Ada, 1 buah


 Layar : Ada, 1 buah
 Leaflet : Ada
 Lembar balik : Tidak Ada
 Poster : Ada
 Buku pedoman Kesling : Ada
 Formulir penilaian rumah sehat : Ada
 Alat tulis : Ada
 Sarana transportasi : Ada

4.3.1.4 Metode (Method)

 Pendataan rumah dilakukan 1 tahun 1 kali dari Januari 2015 sampai dengan
Agustus 2015 berupa jumlah rumah penduduk yang ada, jumlah rumah
penduduk yang memenuhi kriteria rumah sehat. Pendataan biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan / inspeksi rumah sehat.
 Inspeksi dilakukan setiap 1 bulan 1 kali dengan mengunjungi rumah melalui
kaedah survei di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok. Pengawasan /
inspeksi rumah diperiksa berdasarkan formulir sanitasi rumah sehat yang
telah disiapkan.
 Penyuluhan mengenai rumah sehat dilakukan jika kondisi rumah yang
diinspeksi tidak memenuhi kriteria rumah sehat.
 Pembinaan rumah sehat untuk meningkatkan kondisi rumah dilakukan
minimal 3 bulan sekali.
 Pencatatan kegiatan – kegiatan yang dikerjakan dalam format pencatatan
pengawasan rumah sehat oleh petugas, kemudian membuat penyajian /
visualisasi data dalam bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara
periodik (bulanan dan tahunan)
 Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan
secara periodik (bulanan dan tahunan)

4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
 Perencanaan kegiatan program pengawasan / inspeksi rumah sehat dibuat
1 bulan sebelumnya yaitu dimulai dengan pendataan rumah yang akan di
inspeksi dan petugas dari program kesehatan lingkungan akan
berkoordinasi dengan kader yang ada di setiap desa.

 Pelaksanaan kegiatan inspeksi rumah dilakukan setiap 1 bulan 1 kali oleh


petugas kesehatan lingkungan pada hari kerja dari pukul 09.00 sampai
dengan pukul 12.00 WIB. Pengawasan / inspeksi rumah yang diperiksa
berdasarkan formulir inspeksi sanitasi rumah sehat.

 Kegiatan penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan


saat melakukan pengawasan / inspeksi rumah sehat terutama jika rumah
yang di inspeksi tidak memenuhi kriteria rumah sehat. Penyuluhan turut
diberikan melalui lintas program dan lintas sektoral. Bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
lingkungan dan sosialisasi program sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM) dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Pembinaan rumah sehat untuk meningkatkan kondisi rumah dengan
memberikan saran tentang kriteria rumah sehat dilakukan 1 bulan sekali
berkoordinasi dengan kader / tim PKK setempat.
 Pencatatan dan pelaporan
 Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilakukan (pada hari kerja
pada pukul 10.00 – 13.00)
 Pelaporan dilakukan setiap awal bulan

4.3.2.2 Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab
program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator kesehatan
lingkungan, kemudian melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya :

Kepala Puskesmas
dr. Hj. Siti Yulyana

Koordinator Kesehatan Lingkungan


H. Iwan S. Hidayat, AmK

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Rengasdengklok

Pengorganisasian dalam program dibagi berdasarkan jabatan:


a. Kepala Puskesmas (dr. Hj. Siti Yulyana):
 Sebagai penanggung jawab program.
 Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan.
 Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan
lingkungan di wilayah kerja

b. Koordinator Pengawasan Rumah Sehat (H.Iwan S. Hidayat, AmK):


 Koordinator program.
 Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari
wilayah setempat.
 Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan
hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Rengasdengklok setiap
bulan.
 Menganalisa hasil kegiatan.

4.3.2.3 Pelaksanaan:
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan
secara berkala:

 Pendataan dilakukan 1 tahun 1 kali dari Januari 2015 sampai dengan


Agustus 2015 berupa jumlah rumah yang ada dan jumlah rumah yang
memenuhi kriteria rumah sehat.
 Inspeksi dilakukan setiap 1 bulan 1 kali oleh petugas kesehatan
lingkungan pada hari kerja dari pukul 09.00 sampai dengan pukul
12.00 WIB. Bersama dengan perangkat desa dengan mengunjungi
rumah melalui kaedah survei di wilayah kerja puskesmas
Rengasdengklok. Pengawasan / inspeksi rumah diperiksa berdasarkan
formulir inspeksi sanitasi rumah sehat.
 Penyuluhan mengenai rumah sehat dilakukan saat melakukan inspeksi
rumah terutama jika kondisi rumah yang diinspeksi tidak memenuhi
kriteria rumah sehat. Dilakukan penyuluhan perorangan disertai
pemberian leaflet rumah sehat pada penghuni rumah. Penyuluhan juga
turut diberikan melalui lintas program dan lintas sektoral. Bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kesehatan lingkungan dan sosialisi program sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Pembinaan rumah sehat dilakukan 1 bulan 1 kali, untuk meningkatkan
kondisi rumah dengan memberikan saran tentang bagaimana kriteria
rumah sehat pada rumah yang belum memenuhi kriteria rumah sehat
dan rumah yang sudah memenuhi kriteria rumah sehat.
4.3.2.4 Pengawasan
 Adanya rapat bulanan di Puskesmas Rengasdengklok tentang hasil
pencapaian program pengawasan rumah sehat.
 Adanya pencatatan bulanan dan tahunan serta pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan rumah sehat ke tingkat Kabupaten
minimal 1 bulan sekali.

4.3.3. Keluaran

 Cakupan pengawasan / inspeksi Rumah Sehat

Jumlah rumah diperiksa di wilayah kerja Puskesmas


dalam kurun waktu Januari 2015 sampai dengan
Cakupan Agustus 2015
Pengawasan = x 100%
Rumah Sehat
Jumlah rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu Januari 2015 sampai dengan
Agustus 2015
3080
Cakupan : X 100% = 15,68%
19646
Hasil: cakupan pengawasan/inspeksi rumah sehat sebesar 15,68%
Target bulan Januari 2015 hingga bulan Agustus 2015 = 75%
Kesimpulan : Jadi besarnya masalah adalah 75% - 15, 68% = 59,32%
 Persentase Rumah Sehat:

Jumlah rumah diperiksa yang memenuhi kriteria


rumah sehat dalam kurun waktu Agustus 2015
Persentase sampai dengan Juli 2015
= x 100%
Rumah Sehat
Jumlah rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
dalam kurun waktu Agustus 2015 sampai dengan
Juli 2015
2396
Persentase : X 100% = 12,19%
19646
Hasil: Persentase rumah sehat sebesar 12,19%
Target bulan Januari 2015 hingga bulan Agustus 2015 = 75%
Kesimpulan : Jadi besarnya masalah adalah 75% - 12,19% = 62,81%

 Pencatatan dan pelaporan


o Laporan yang disajikan merupakan laporan cakupan hasil pengawasan / inspeksi
rumah sehat yang terdiri dari jumlah rumah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Rwngasdengklok dan jumlah rumah yang diperiksa serta jumlah rumah yang
memenuhi kriteria rumah sehat
o Tidak ada laporan mengenai penyuluhan rumah sehat dan pembinaan rumah sehat
di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.

4.3.4 Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Lokasi:
 Semua lokasi dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda motor)
karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Walaupun sebagian
jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan yang belum diaspal tetapi
tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan.
Iklim:
 Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan
beberapa tempat becek dan banjir.
Kondisi Geografis:
 Kondisi geografis tidak mempengaruhi program pengawasan rumah sehat.

b. Lingkungan Non Fisik


 Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang. Masyarakat
memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk membina rumah yang sehat dan
mendapatkan akses sarana sanitasi yang memenuhi kriteria.
 Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu SMP dan masih ada yang
tidak bersekolah, yang berpengaruh pada pengetahuan tentang rumah sehat yang
masih rendah.

4.3.5 Umpan Balik


o Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
o Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap mengenai pendataan jumlah dan
inspeksi rumah sehat sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan
sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan rumah sehat selanjutnya.
o Tetapi tidak adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap mengenai penyuluhan
dan pembinaan rumah sehat, sehingga tidak dapat digunakan sebagai masukan dalam
perencanaan program pengawasan rumah sehat selanjutnya.

4.3.6. Dampak
 Dampak Langsung
Diharapkan meningkatnya jumlah rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok.
 Dampak Tidak Langsung
Diharapkan menurunnya angka kesakitan akibat penyakit berbasis lingkungan.
Bab V
Pembahasan Masalah

Tabel 5.1 Variabel-variabel dari Masalah


No Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah
1 Keluaran Target Kabupaten
Karawang
 Cakupan 75 % 15,68% (+) 59,32%
pengawasan
rumah sehat
 Presentase rumah 75 % 12,19% (+) 62,81%
sehat

 Penyuluhan 75 % Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai


rumah sehat
 Pembinaan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
rumah sehat 75 %

2 Masukan
 Tenaga (Man) Tersedianya minimal 2 orang 1 orang merangkap
petugas, masing-masing koordinator juga (+)
sebagai koordinator dan sebagai pelaksana
pelaksana program program.
pengawasan rumah sehat yang
terampil dibidangnya.

 Infokus
 Sarana (Material)  Layar  Jumlah leaflet
 Leaflet rumah sehat yang (+)
 Lembar balik ada tidak cukup
 Poster  Tidak ada lembar
 Pedoman teknis penilaian balik sebagai
rumah sehat sarana penyuluhan
 Formulir penilaian rumah
sehat
 Alat tulis
 Sarana transportasi

3 Proses Dibentuk struktur organisasi, Kepala Puskesmas


 Pengorganisasian kepala puskesmas sebagai (dr. Hj. Siti Yulyana) (+)
penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan
kepada koordinator kesehatan Koordinator
lingkungan, kemudian Kesehatan Lingkungan
melakukan koordinasi dengan (H. Iwan S. Hidayat )
pelaksana program dan
sektoral.
Koordinator
Kesehatan Lingkungan
(H. Iwan S. Hidayat )

 Koordinasi lintas
program dan lintas
sektoral tidak
optimal.

 Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan


metoda yang telah ditetapkan.  Kader terlatih
1. Dilakukan pendataan untuk melakukan
rumah 1x/tahun. pengawasan dan
2. Dilakukan pengawasan penyuluhan tidak (+)
rumah sehat oleh petugas ada
setiap 1 bulan 1x dengan
mengunjungi rumah
melalui kaedah survei  Kurangnya
Pengawasan / inspeksi koordinasi dengan
rumah diperiksa tim PKK
berdasarkan formulir setempat.
inspeksi sanitasi rumah
sehat.
3. Dilakukan penyuluhan  Koordinasi lintas
saat melakukan inspeksi program dan lintas
rumah terutama jika sektoral tidak
kondisi rumah yang optimal.
diinspeksi tidak
memenuhi kriteria
rumah sehat. Dilakukan
penyuluhan perorangan
disertai pemberian
leaflet rumah sehat.
Penyuluhan juga turut
diberikan melalui lintas
program dan lintas
sektoral
4. Dilakukan pembinaan
rumah sehat 1 bulan sekali
untuk meningkatkan
kondisi rumah dengan
memberikan saran tentang
kriteria rumah sehat.

4 Umpan Balik Tidak adanya pencatatan dan pelaporan yang (+)


lengkap mengenai penyuluhan dan pembinaan
rumah sehat.

5 Lingkungan
Fisik Pada saat musim hujan beberapa tempat sulit (+)
dijangkau karena jalanan yang becek dan
beberapa tempat banjir.

Non Fisik Sebagian besar penduduk memiliki tingkat


ekonomi yang rendah untuk membina rumah yang (+)
sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang
memenuhi kriteria. Tingkat pendidikan
masyarakat masih rendah hal ini berpengaruh
pada pengetahuan tentang rumah sehat yang
masih rendah.
Bab VI
Perumusan Masalah

6.1 Masalah Sebenarnya (menurut Keluaran)


Dari hasil laporan program penyehatan lingkungan di Puskesmas Rengasdengklok
periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015 ternyata terdapat beberapa
masalah, yaitu:

a. Persentase cakupan pengawasan rumah sehat 15,68% dari tolok ukur sebesar
75%, dengan besar masalah 59,32%.
b. Persentase rumah sehat 12,19% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar
masalah 62,81%.

6.2 Masalah dari Unsur Lain (Penyebab)


Dari hasil evaluasi program rumah sehat di Puskesmas Puskesmas Rengasdengklok
periode Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015 didapatkan beberapa penyebab
masalah, yaitu:
 Masukan
o Terdapat hanya 1 orang petugas yang bertugas sebagai kordinator
merangkap sebagai pelaksana program.
o Tidak tersedia lembar balik sebagai sarana penyuluhan kepada masyarakat.
o Tidak cukupnya jumlah leaflet rumah sehat yang digunakan sebagai sarana
penyuluhan perorangan saat dilakukan inspeksi rumah sehat dan penyuluhan
perkelompok saat dilakukan rapat mingguan desa dan posyandu
 Proses
o Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal di lintas
program dan lintas sektoral.
o Kader terlatih untuk melakukan pengawasan dan penyuluhan rumah sehat
tidak ada.
o Kurangnya koordinasi dengan tim PKK setempat, karena koordinasi dengan
tim PKK dilakukan hanya jika diadakannya lomba rumah sehat di tingkat
Kabupaten.
 Umpan Balik
o Tidak adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap mengenai penyuluhan
dan pembinaan rumah sehat.

 Lingkungan
o Pada saat musim hujan beberapa tempat sulit dijangkau karena jalanan yang
becek dan beberapa tempat terkadang banjir.
o Sebagian besar penduduk memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk
membina rumah yang sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang
memenuhi kriteria.
o Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, hal ini berpengaruh pada
pengetahuan tentang rumah sehat yang masih rendah.
Bab VII
Prioritas Masalah

Pada keluaran hanya didapatkan 2 masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas masalah.
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

7.1 Masalah I

Persentase cakupan pengawasan rumah sehat 15,68% dari tolok ukur sebesar 75%,
dengan besar masalah 59,32%.

Penyebab:

 Kurangnya tenaga untuk melakukan pengawasan rumah sehat.


 Kader terlatih untuk melakukan pengawasan dan penyuluhan rumah sehat tidak
ada.
 Kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang dilakukan tidak optimal.

Penyelesaian masalah:
 Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat,
kemudian mengambil sampel rumah untuk diinspeksi.
 Menambah jumlah serta memotivasi dan melatih kader terkait tentang rumah
sehat serta pengawasan / inspeksi rumah sehat.
 Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral. Selain itu, dengan
menggunakan azaz keterpaduan, bekerjasama dengan program yang juga
melakukan pendataan ke setiap rumah seperti program PHBS oleh kader, untuk
sekaligus melakukan pengawasan / inspeksi rumah sehat.

7.2 Masalah II

Persentase rumah sehat 12,19% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar masalah
62,81%.

Penyebab:
 Kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang dilakukan tidak optimal.
 Kurangnya tenaga untuk melakukan pengawasan / inspeksi rumah sehat.
 Kader terlatih untuk melakukan pengawasan dan penyuluhan rumah sehat tidak
ada.
 Kurangnya koordinasi dengan tim PKK setempat, karena koordinasi dengan tim
PKK dilakukan hanya jika diadakannya lomba rumah sehat di tingkat Kabupaten
 Tidak tersedia lembar balik sebagai sarana penyuluhan/pemicuan kepada
masyarakat.
 Tidak cukupnya jumlah leaflet rumah sehat yang digunakan sebagai sarana
penyuluhan perorangan saat dilakukan inspeksi rumah sehat dan penyuluhan
perkelompok saat dilakukan rapat mingguan desa dan posyandu.
 Sebagian besar penduduk memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk membina
rumah yang sehat dan mendapatkan akses sarana sanitasi yang memenuhi kriteria
rumah sehat.
 Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, hal ini berpengaruh pada
pengetahuan tentang rumah sehat yang masih rendah.

Penyelesaian masalah:

 Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah sehat,
kemudian mengambil sampel rumah untuk diinspeksi.
 Menambah jumlah serta memotivasi dan melatih kader terkait tentang
pengawasan rumah sehat.
 Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, terutama dengan
Dinas Sosial, Dinas Perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum.
 Mengadakan pertemuan dengan tim PKK setempat secara berkala, minimal 3
bulan sekali, untuk membincangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat untuk tahu dan sadar tentang pentingnya rumah sehat.
Misalnya dengan gotong-royong untuk membina tempat sampah yang memenuhi
kriteria di sekitar desa sehingga masyarakat tidak membuang sampah
sembarangan.
 Menyiapkan lembar balik dan menambah leaflet tentang rumah sehat untuk sarana
penyuluhan baik perorangan saat melakukan inspeksi rumah sehat dan pembinaan
rumah sehat maupun penyuluhan kelompok saat di rapat mingguan desa dan saat
kegiatan posyandu dilakukan. Penyuluhan diharapkan menambah pengetahuan
masyarakat tentang rumah sehat sehingga dapat mengubah sikap dan perilaku
penghuni rumah.
Bab IX
Penutup

8.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan rumah sehat yang dilakukan dengan cara pendekatan
sistem di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rengasdengklok pada periode Januari 2015 sampai
dengan Agustus 2015 belum berjalan dengan baik melihat kepada angka keberhasilan program
sebagai berikut:

 Cakupan pengawasan rumah sehat 15,68% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar
masalah 59,32%.
 Persentase rumah sehat 12,19% dari tolok ukur sebesar 75%, dengan besar masalah
62,81%.

8.2. Saran
8.2.1. Saran bagi kepala Puskesmas Rengasdengklok
 Menambah jumlah, memotivasi dan melatih kader, terkait dengan
pengawasan rumah sehat, diharapkan dalam jangka waktu 6 bulan sudah
terbentuk kader kesehatan lingkungan di setiap desa.
 Melakukan pemetaan pada setiap desa untuk melakukan pengawasan rumah
sehat, kemudian mengambil sampel rumah untuk diinspeksi dalam jangka
waktu 1bulan.
 Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, terutama dengan
Dinas Sosial, Dinas Perumahan, dan Dinas Pekerjaan Umum. Selain itu,
dengan menggunakan azaz keterpaduan, bekerjasama dengan program yang
juga melakukan pendataan ke setiap rumah seperti program Promosi
Kesehatan oleh petugas puskesmas, program Pemberantasan Penyakit
Menular oleh petugas Puskesmas dan dapat juga bekerja sama dengan kader
Posyandu, untuk sekaligus melakukan pengawasan rumah sehat.
 Mengadakan pertemuan dengan tim PKK setempat secara berkala, minimal 3
bulan sekali, untuk membincangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat untuk tahu dan sadar tentang pentingnya rumah sehat,
selain itu diharapkan masyarakat juga dapat turut berperan aktif
meningkatkan kesehatan lingkungan. Misalnya dengan gotong-royong untuk
membina tempat sampah yang memenuhi kriteria di sekitar desa sehingga
masyarakat tidak membuang sampah sembarangan.
 Menyiapkan lembar balik dan menambah leaflet tentang rumah sehat untuk
sarana penyuluhan baik perorangan saat melakukan inspeksi rumah sehat dan
pembinaan rumah sehat maupun penyuluhan kelompok saat di rapat mingguan
desa dan saat kegiatan posyandu dilakukan. Penyuluhan diharapkan
menambah pengetahuan masyarakat tentang rumah sehat sehingga dapat
mengubah sikap dan perilaku penghuni rumah.
Daftar Pustaka

1. Keman S. Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan,


Vol.2, No.1, Juli 2005:29-42.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset
kesehatan dasar 2013. Jakarta; 2013.

3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman teknis


penilaian rumah sehat. Departemen Kesehatan RI, 2007.

4. Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Peryaratan Kesehatan Perumahan.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Profil kesehatan


Indonesia tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.

6. Data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,
2013.

7. Data pencatatan dan pelaporan tahun 2013. Program Penyehatan Lingkungan Puskesmas
Rengasdengklok.
8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman instrumen penilaian kinerja puskesmas
Provinsi Jawa Barat, Cetakan 1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2006.

Anda mungkin juga menyukai