Anda di halaman 1dari 4

RUMAH SAKIT Dr.

SOETOMO
KOTA SURABAYA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
VISUM ET REPERTUM LANJUTAN

Pro JUSTISIA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Dokter Didik Subekti sebagai Dokter pemerintah pada
Rumah Sakit Dr. Soetomo, sejak tanggal 24 Mei 2004 telah merawat seorang penderita, yang
menurut surat dari : Sugeng Mujiat tertanggal 24 Mei 2004 nomor VER/031/V/2004/RESTA
UTARA
Nama : Joko Susanto Alamat: Karang Menjangan
Jenis Kelamin : Laki-laki I/5 Surabaya
Umur : 32 tahun Pekerjaan : Karyawan Bank
Dan pada tanggal 14 Juni 2004 penderita tersebut diatas telah dikeluarkan dari perawatan di
Rumah Sakit Dr. Soetomo. Adapun VISUM ET REPERTUM SEMENTARA penderita tersebut,
telah dibuat oleh Dokter Gunawan pada tanggal 24 Mei 2004 nomor 04.392.

HASIL PEMERIKSAAN :
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN :
Korban mengalami luka memar pada lengan kiri atas dan luka lecet pada lengan kiri bawah yang
telah dilakukan rawat luka, juga luka robek pada tungkai kiri bawah yang telah dilakukan
penjahitan, juga patah tulang tertutup pada tulang kering kanan setinggi sepertiga atas dari
tungkai bawah yang telah dilakukan operasi pemasangan plat.
Kerusakan tersebut diatas disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul.
Setelah penderita dirawat selama delapan hari, penderita dipindah ke rumah sakit yang lain.
Penderita dinyatakan belum sembuh.
Kualifikasi luka belum dapat ditentukan (selanjutnya penyidik menghubungi dokter/ RS yang
merawat korban selanjutnya).

Demikian Visum Et Repertum Lanjutan ini dibuat atas Sumpah Dokter pada saat memangku
jabatan saya.
Surabaya, 14 Juni 2004

Dr. Didik Subekti

Visum et Repertum Korban Hidup dan Permasalahannya


Terkait dengan visum et repertum korban hidup, ada kalanya seorang korban mendapat
dua atau lebih visum et repertum sementara dan lanjutan. Sebagai contoh, seseorang bernama X
dianiaya oleh majikannya bernama Y. Si X yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di
rumah Y mengalami luka bakar akibat disetrika oleh majikannya, dan tangan kanannya patah
setelah dipukuli bertubi-tubi. Lalu si X dibawa ke rumah sakit A, kemudian dokter membuatkan
visum et repertum sementara. Lalu ternyata keluarga X memindahkan X ke rumah sakit B di
kotanya. Dokter di rumah sakit A membuatkan visum et repertum lanjutan untuk korban X.
Kemudian dokter di rumah sakit B menerima korban X atas rujukan dari rumah sakit A,
membuat visum et repertum sementara korban X. Bila setelah dirawat di rumah sakit B korban X
sembuh dan pulang, dokter rumah sakit B membuatkan visum et repertum lanjutan, yang dalam
kesimpulannya memuat kualifikasi luka korban X. Sementar bila ternyata setelah dirawat di
rumah sakit B ternyata korban X meninggal dunia, maka dokter membuat visum et repertum
jenazah.
Perlu ditekankan, kapan seorang dokter berhak dan atau berkewajiban memberikan visum
et repertum korban hidup. Visum et repertum diberikan bila ada SPVR (Surat Permintaan Visum
et Repertum) dari kepolisian. Bila ada SPVR seorang dokter berkewajiban memberikan visum et
repertum sebagai bukti tertulis untuk peradilan.
Pada beberapa kasus, mungkin suatu saat dokter menemukan kejanggalan pada
pasiennya, dan merasa curiga kalau pasiennya telah mengalami penganiayaan, maka dokter
berhak menghubungi pihak berwajib, untuk menindak lanjuti, selanjutnya pihak berwajib akan
membuatkan SPVR, sehingga dokter yang bersangkutan dapat membuatkan visumnya.
3.1.4 Waktu penyerahan visum et repertum kepada penyidik
Memang tidak ada batasan kapan visum et Repertum harus selesai dan diserahkan kepada
penyidik. Tetapi sebaiknya secepatnya karena hal ini berkaitan dengan penahanan seorang
tersangka yang belum tentu bersalah.
Menurut pasal-pasal di KUHAP
KUHAP Oleh Lama Penahanan
Pasal 24 Penyidik Max 20 hari
Diperpanjang oleh penuntut umum Max 40 hari
Pasal 25 Penuntut umum Max 20 hari
Diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri Max 30 hari
Pasal 26 Hakim Pengadilan negeri Max 30 hari
Diperpanjang oleh ketua pengadilan agama Max 60 hari
Pasal 27 Hakim pengadilan tinggi Max 30 hari
Diperpanjang oleh ketua pengadilan tinggi Max 60 hari
Pasal 28 Hakim Mahkamah Agung Max 50 hari
Diperpanjang oleh ketua mahkamah agung Max 60 hari
Jadi disarankan untuk menyerahkan visum et repertum sebaiknya kurang dari 20 hari.

Contoh Aplikasi Kualifikasi Luka


Untuk mendapatkan gambaran yang konkrit dalam hal luka yang disebabkan oleh suatu
tindak pidana, maka di bawah ini digambarkan berbagai kemungkinan dari luka itu, misalnya
dalam kasus sebagai berikut :
“Si A dengan sengaja menendang perut si B”
Sebagai akibat daripada tendangan si A itu maka timbul beberapa kemungkinan pada tubuh si B
yaitu :
Kemungkinan I :
Pada perut si B kulitnya bengkak, merah dan sakit, tetapi hal itu tidak menyebabkan penyakit
atau halangan menjalankan jabatan atau pekerjaan.
Bagi dokter hal itu berarti luka derajat pertama (luka ringan), dan bagi hakim perbuatan itu
merupakan “penganiayaan ringan”.
Jadi dalam Visum et Repertum harus dicantumkan :
“Luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan menjalankan jabatan atau pekerjaan”.
Kemungkinan II :
Perut si B luka sehingga terpaksa harus diobati dan dirawat di Rumah Sakit, misalnya selama
seminggu, dan setelah itu si B sembuh dan tidak menunjukkan akibat-akibat lain lagi.
Bagi dokter hal itu berarti luka derajat kedua (luka sedang), dan dicantumkan dalam visum et
repertum : “Luka yang berakibat penyakit atau halangan menjalankan jabatan atau pekerjaan
untuk sementara waktu/seminggu”.
Kemungkinan III :
Tendangan si A mengakibatkan limpa si B robek, sehingga menimbulkan perdarahan dalam
rongga perut dan jika tidak segera ditolong dengan jalan operasi, maka tentu mengakibatkan
maut.
Si B dapat ditolong dengan cepat dan tepat yaitu dioperasi dan setelah dirawat/diopname di
Rumah Sakit selama kurang lebih sebulan, maka kesimpulan dalam Visum Et Repertum ialah :
“Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut”. (Luka derajat ketiga).
Misalkan si B itu adalah wanita yang sedang hamil dan tendangan si A tersebut menyebabkan
keguguran dalam kandungannya atau kematian janin dalam rahimnya, maka kesimpulan dalam
Visum Et Repertum ialah: “Luka yang menyebabkan keguguran kandungan atau kematian janin
dalam rahimnya”.
Kemungkinan IV :
Karena tendangan itu si B limpanya robek dan menimbulkan pendarahan dalam rongga perutnya
serta tidak tertolong lagi dan meninggal dunia.
Dengan demikian berubahlah sifat pemeriksaannya, yaitu harus dilakukan pemeriksaan bedah
mayat, untuk menentukan hubungan sebab akibat (causal verband) apakah benar sebab kematian
si B itu karena limpanya koyak yang diakibatkan oleh tendangan/ kekerasan sehingga
menimbulkan pendarahan dalam perutnya dan meninggal dunia.
Pemeriksaan bedah mayat dilakukan oleh dokter atas permintaan tertulis dari penyidik. Meliputi
pemeriksaan mayat di bagian luar dan pemeriksaan dalam yaitu membuka dan memeriksa ketiga
rongga besar daripada tubuh yakni rongga dada, rongga perut dan rongga tengkorak.
Dalam ilmu kedokteran kehakiman ada suatu hukum yaitu : “Untuk menentukan sebab mati
seseorang harus dilakukan periksa bedah mayat”. Jadi tanpa periksa bedah mayat tidak mungkin
ditentukan sebab mati seseorang.
Hal ini sesuai dengan Instruksi Kapolri No. Pol. INS/E/20/IX/75 tanggal 19 September 1975
yang menyatakan bahwa : “dengan Visum Et Repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah.
Sama sekali tidak dibenarkan mengajukan permintaan Visum Et Repertum atas mayat
berdasarkan pemeriksaan luar saja”.
Kemudian perlu dikemukakan lagi di sini bahwa barang siapa dengan sengaja menghalang-
halangi, merintangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, dihukum penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 4.500,- .

Anda mungkin juga menyukai