Anda di halaman 1dari 43

TINJAUAN KAJIAN UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN

2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

DALAM RANGKA MENGURANGI KECELAKAAN

AKIBAT TITIK RAWAN “BLACKSPOT”

(Studi Penelitian di bagian kantor Kecelakaan Lantas Polresta


Banyuwangi)

ABSTRAKSI SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Program Studi Hukum Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi

Oleh :

ANDRE OKTAVIAN PRASETYO


NIM : 10.17.3616

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2021

i
ABSTRAKSI SKRIPSI

1. Nama : Andre Oktavian Prasetyo


2. NIM : 10.17.3616
3. Program Studi : Strata Satu (S1) Hukum
4. Judul Skripsi : Tinjauan Kajian Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dalam Rangka Mengurangi
Kecelakaan Akibat Titik Rawan “Blackspot” (Studi Penelitian Di Bagian
Kantor Kecelakaan Lantas Polresta Banyuwangi)
ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


5. Ringkasan Isi :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tinjauan Umum Lalu-Lintas
2.2.2 Pengertian Blackspot
2.2.3 Tindakan dan Langkah-langkah yang diperlukan untuk
menentukan Blackspot

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


2.2.4 Korban Kecelakaan Lalu Lintas
2.2.5 Kesengajaan dan Kelalaian
2.2.6 Pengemudi dan Korban Kecelakaan Lalu-Lintas
2.2.7 Jenis-Jenis Kecelakaan Lalu-Lintas
2.2.8 Asuransi Kecelakaan Lalu-Lintas
2.2.9 Unsur-Unsur Penegakan Hukum Pidana Lalu-Lintas
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


3.3 Sumber Data Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data Penelitian
3.5 Analisa Data Penelitian
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu-Lintas Dari Titik
Blackspot Di Kabupaten Banyuwangi
4.1.1 Undang-Undang Lalu lintas Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan

vi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


4.2 Upaya yang harus dilakukan oleh Pihak Kepolisian untuk
Meminimalisir Terjadinya Kecelakaan Lalu-Lintas Di Kabupaten
Banyuwangi.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


Banyuwangi, 29 Agustus 2021
Penulis,

Andre Oktavian Prasetyo


NIM: 10.17.3616
Tim Pembimbing,

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota


viii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


DARMADI, S.H., M.H DEMAS BRIAN WICAKSONO. S.H., M.H
NIP. 19560430 198601 1 001 NIDN. 0703128804

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945
ix
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


RUDI MULYANTO, S.H, M.Kn.
NIDN. 0716116801
KARTU KENDALI
PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Andre Oktavian Prasetyo


x
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


Nim : 10.17.3616
DPU : Darmadi, S.H, M.H
DPA : Demas Brian, S.H., M.H
Judul Skripsi : Tinjauan Kajian Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dalam Rangka
Mengurangi Kecelakaan Akibat Titik Rawan “Blackspot”
(Studi Penelitian Di Bagian Kantor Kecelakaan Lantas
Polresta Banyuwangi)

xi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


Paraf
No Tanggal Catatan Perbaikan/Revisi
Pembimbing
1. 16-02-2021 Pengajuan Judul
2. 18-02-2021 Persetujuan Judul Skripsi
3. 29-03-2021 Bimbingan Skripsi Bab 1
4. 30-03-2021 Revisi Skripsi Bab 1
5. 03-04-2021 Bimbingan Skripsi Bab 2
6. 11-04-2021 Revisi Skripsi Bab 2
7. 18-05-2021 Bimbingan Skripsi Bab 3
xii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


8. 22-05-2021 Revisi Skripsi Bab 3
9. 02-06-2021 Seminar Proposal Skripsi
10. 01-07-2021 Penelitian di P.T. Bank Tabungan Negara
11. 05-07-2021 Bimbingan Skripsi
12. 06-07-2021 Bimbingan Skripsi Bab 4
13. 09-07-2021 Revisi Skripsi Bab 4
14. 10-07-2021 Bimbingan Skripsi Bab 5
15. 12-07-2021 Revisi Skripsi Bab 5
16. 22-07-2021 Acc Skripsi Bab 1-5
17. 27-07-2021 Ujian Skripsi

xiii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


Banyuwangi, 29 Agustus 2021
Dosen Pembimbing Utama

DARMADI, S.H., M.H


NIP. 19560430 198601 1 001
KARTU KENDALI
xiv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Andre Oktavian Prasetyo


Nim : 10.17.3616
DPU : Darmadi, S.H, M.H
DPA : Demas Brian, S.H., M.H
Judul Skripsi : Tinjauan Kajian Undang Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan Dalam Rangka Mengurangi Kecelakaan

xv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


Akibat Titik Rawan “Blackspot” (Studi Penelitian
Di Bagian Kantor Kecelakaan Lantas Polresta
Banyuwangi)

Paraf
No Tanggal Catatan Perbaikan/Revisi
Pembimbing
1. 16-02-2021 Pengajuan Judul
2. 18-02-2021 Persetujuan Judul Skripsi
3. 29-03-2021 Bimbingan Skripsi Bab 1
4. 30-03-2021 Revisi Skripsi Bab 1
xvi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


5. 03-04-2021 Bimbingan Skripsi Bab 2
6. 11-04-2021 Revisi Skripsi Bab 2
7. 18-05-2021 Bimbingan Skripsi Bab 3
8. 22-05-2021 Revisi Skripsi Bab 3
9. 02-06-2021 Seminar Proposal Skripsi
10. 01-07-2021 Penelitian di P.T. Bank Tabungan Negara
11. 05-07-2021 Bimbingan Skripsi
12. 06-07-2021 Bimbingan Skripsi Bab 4
13. 09-07-2021 Revisi Skripsi Bab 4
14. 10-07-2021 Bimbingan Skripsi Bab 5
15. 12-07-2021 Revisi Skripsi Bab 5
xvii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


16. 22-07-2021 Acc Skripsi Bab 1-5
17. 27-07-2021 Ujian Skripsi

Banyuwangi, 29 Agustus 2021


Dosen Pembimbing Anggota

DEMAS BRIAN WICAKSONO. S.H., M.H

xviii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


NIDN. 0703128804

xix
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sistem

keuangan pada setiap negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan, bank adalah “badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank menyimpan dana

dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dana

tersebut dikelola oleh bank dan disalurkan untuk masyarakat dalam bentuk

kredit. Semakin berkembangnya zaman telah meningkatkan aktivitas

bisnis di dalam masyarakat. Untuk memulai aktivitas bisnis tersebut

peranan bank tidak akan lepas sebagai penyalur dana untuk masyarakat

yang akan memulai suatu bisnis.

Bentuk kredit yang diberikan oleh bank tidak serta merta diberikan

langsung kepada masyarakat, tetapi terdapat sebuah Perjanjian Kredit di

dalamnya yang berisi kesepakatan antara Pihak bank sebagai kreditur dan

debitur. Secara tidak langsung di dalam perjanjian kredit tersebut timbul

sebuah perikatan yang mengikat para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Menurut Muhamad Djumhana dalam (Ucok Parulianth, 2017:2),


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Djajoesman (1976:50) mengemukakan bahwa secara harfia lalu


lintas diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau barang dari satu tempat
ketempat lainnya dengan menggunakan sarana jalan umum. Negara Republik
Indonesia merupakan negara integritas yang sangatlah luas dan harus
mengedepankan adanya penataan infrastruktur dari sektor transportasi khususnya
transportasi darat supaya dapat memperlancar mobilitas masyarakat indonesia.
Munculnya undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas angkutan
jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi
nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Pada
penerapannya undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 ini masih menuai
permasalahan, Kedisiplinan dalam berlalu lintas di jalan raya, untuk itu diperlukan
sumber daya manusia yang memumpuni tata tertib agar dapat menunjang
terciptanya tatanan maupun aturan hukum yang tepat, khususya di bidang lalu-
lintas guna mewujudkan pemerataan pembangunan nasional seperti yang sudah
diimplementsikan di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55)
Menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal
perjalanan di jalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah
tempat dengan tempat lainnya. Dengan demikian lalu lintas adalah merupakan
gerak lintas manusia dan atau barang dengan menggunakan barang atau ruang di
darat, baik dengan alat gerak ataupun kegiatan lalu lintas di jalan yang dapat
menimbulkan permasalahan seperti terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu
lintas.
Menurut data dari Korlantas Polri Angka kecelakaan dan pelanggaran di
Indonesia masih terbilang tinggi, terhitung mulai dari tanggal 1 Januari 2021
menyatakan bahwa sepanjang tahun 2020 terdapat 4559 kecelakaan lalu lintas

1
2

dengan korban berjumlah 6161 orang. Rinciannya 346 meninggal dunia, 100 luka
berat, dan 5715 luka ringan.
Menurut data dari unit Laka Satlantas Polresta Banyuwangi menyebutkan
bahwa selama tahun 2020 terjadi 1.402 kasus dan sebanyak 1945 korban (Data
Laka Lantas Polresta Banyuwangi).
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam rangka mengurangi jumlah
kecelakaan adalah dengan mengidentifikasi lokasi / daerah yang menjadi titik
rawan kecelakaan (blackspot). Dengan mengetahui lokasi tersebut, maka dapat
dilakukan penanganan khusus yang sesuai dan diharapkan dapat mencegah dan
mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan yang terjadi. Agar dapat dilakukan upaya
penanganan kecelakaan yang sesuai dan tepat sasaran, selain mengidentifikasi
titik rawan juga dilakukan analisa terhadap penyebab kecelakaan di titik tersebut.
Meningkatnya jumlah korban kecelakaan merupakan suatu hal yang tidak
diinginkan oleh semua pihak apalagi terjadi di titik rawan kecelakaan
“blackspot”, mengingat betapa sangat berharganya nyawa seseorang yang sulit
diukur dengan nominal mata uang. Faktor keselamatan wajib di utamakan dalam
berkendara dan juga kesadaran hukum berlalu-lintas harus dipatuhi sebagaimana
mestinya. Dengan masih banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya yang banyak
menimbulkan korban jiwa, penyusun diupayakan mengetahui dan memahami
faktor apa saja penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya dan upaya apa saja
yang harus dilakukan oleh pihak kepolisian untuk meminimalisir angka
kecelakaan lalu-lintas. Oleh karena itu penyusun mengambil tema ini untuk di kaji
lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat yaitu sebagai berikut :
1. Faktor apa saja penyebab terjadinya kecelakaan lalu-lintas dari
titik Blackspot di Kabupaten Banyuwangi?
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh pihak kepolisian
untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu-lintas di
Kabupaten Banyuwangi?
3

1.3 Batasan Masalah

Skripsi ini berjudul “Tinjauan Kajian Undang-Undang Nomor


22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan Dalam Rangka
Mengurangi Kecelakaan Akibat Titik Rawan Kecelakaan Blackspot”.
Untuk memberikan arah yang tepat terhadap masalah yang dibahas,
penyusun berusaha memberikan pengertian kata-kata yang berkaitan
dengan judul skripsi ini:
Blackspot adalah suatu tempat dimana dengan radius 500 meter,
di situ sering terjadi kecelakaan lalu lintas terutama yang mengakibatkan
fatalitas korban meninggal dunia
1. Untuk mengetahui data-data kecelakaan akibat blackspot.
2. Untuk mengetahui pasal yang membahas tentang kecelakaan lalu lintas.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Dari penelitian ini adalah sebagai pemenuhan dan
pelengkapan persyaratan akademik untuk mendapat gelar
Sarjana Hukum (S.H) dalam program studi Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui titik letak blackspot yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu- lintas di Kabupaten
Banyuwangi.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh


kepolisian untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu-
lintas di Kabupaten Banyuwangi.

1.5 Manfaat penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum
khususnya hukum pidana mengenai upaya yang harus dilakukan
4

oleh kepolisian dalam menanggulangi terjadinya kecelakaan


lalu-lintas. Dan dapat bermanfaat sebagai informasi juga
sebagai bahan literatur atau bahan informasi ilmiah yang dapat
di gunakan untuk mengembangkan teori yang sudah ada dalam
hukum pidana.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan
masukan serta dijadikan landasan dasar informasi bagi
masyarakat untuk lebih jauh menggali permasalahan dan
pemecahan masalah terkait kecelakaan lalu-lintas dengan hasil
penelitian ini.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilitian Terdahulu

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini terdapat beberapa


penelitian terdahulu sebagai acuan Penulis untuk Kajian penelitian tentang
Tinjauan Kajian Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-
lintas dan Angkutan Jalan Dalam Rangka Mengurangi Kecelakaan Akibat
Titik Rawan (Black spot) antara lain :

1. Ade Gunawan., Heri Azwansyah., Komala Erwan “Identifikasi Lokasi


Titik Rawan Kecelakaan (Blackspot) pada Ruas Jalan Adi Sucipto”
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah penanganan
yang dapat diberikan pada lokasi titik rawan kecelakaan? Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian merupakan metode empiris atau
sosiologis.
2. Larasaputri Dian melakukan penelitian tentang “Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan”. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
Bagaimanakah akibat dari kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh
kelalaian atau kesengajaan? Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian merupakan metode empiris atau sosiologis.
3. Nazarrudin Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang tahun 2014 tentang “Sanksi Hukum Terhadap Buruknya
Pelayanan Bagi Penumpang Bus Patas Menurut Undang- Undang Nomer
22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan Perspektif
Konsep Ta’zir Dalam Islam” Skripsi yang ditulis oleh peneliti ini adalah
Sanksi hukum atas pelanggaran-pelanggaran oleh bus patas seyogyanya
harus diterapkan demi sebuah kemaslahatan semua pihak. Pelanggaran
atas tidak sesuainya pelayanan menimbulkan ketimpangan sosial antara
pemilik jasa bus patas dengan penumpangnya. Jenis Penelitian yang
digunanakan dalam merupakan metode penelitian normatif bersifat
deskriptif sebab dalam penelitian normatif ini tidak dibutuhkan sumber

4
5

hukum berupa angka ataupun data melainkan hanya diperlukan adanya


bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.
Kesimpulannya dari hasil analisis peniliti memfokuskan bagaiman
bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh jasa penyedia jasa Bus patas
kepada penumpang tersebut akibat kelalain dari pihak bus patas yang
pelayanan masih kurang maksimal seperti supir ugal-ugalan dijalan
maupun fasilitas dari bus tersebut. Serta pemberian sanksi kepada
perusahaan penyediaan jasa tersebut oeh pemerintah atau oknum yang
mempunyai hak terhadap kasus tersebut.

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Tinjauan Umum Lalu-Lintas
2.1.1 Pengertian Kecelakaan Lalu-lintas
Menurut F.D. Hobbs (1995:7), kecelakaan lalu lintas
merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana
terjadinya. Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun
kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan sulit
diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan
panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.
Kecelakaan lalu-lintas dapat dibagi menjadi 6 sub bagian, yaitu:
1. Tabrakan secara menyudut (Angle), adalah tabrakan antara
kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, tetapi juga
bukan dari arah berlawanan. Biasanya terjadi pada susut siku-
siku (right angle).
2. Menabrak bagian belakang (Rear-End), adalah kendaran
menabrak dari belakang kendaraan lain yang berjalan pada
arah yang sama, biasanya di jalur yang sama pula.
3. Menabrak bagian samping/ menyerampet (side swipe), adalah
kendaraan yang menabrak kendaraan lain dari samping sambil
berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang
berlawanan, biasanya pada jalur yang berbeda.
4. Menabrak bagian depan (Head On) adalah tabrakan antara
yang berjalanan pada arah yang berlawanan.
6

5. Menabrak secara mundur (backing)


6. Kehilangan control
2.2.2 Pengertian Blackspot

Menurut KOMBES YUSUF S.I.K., M.Hum Blackspot adalah suatu


tempat yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas terutama yang
mengakibatkan fatalitas korban meninggal dunia dengan radius 500 meter
di kutip dalam buku Clarkson, H.; Ogleby., And Gary Hick, R Teknik
Jalan Raya (Edisi keempat) 1999:11). Berdasarkan Undang- undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
butir 24 menyatakan: “Kecelakaan lalu-lintas adalah suatu peristiwa di
jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda”.

2.2.3 Tindakan dan Langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan


Blackspot
a. Identifikasi
Tindakan ini pada prinsipnya Adalah untuk menentukan
lokasi – lokasi yang dianggap rawan terhadap kecelakaan lalu
lintas sehingga dilakukan penelitian lebih mendalam. Langkah –
langkah yang perlu dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Dari data kecelakaan yang diperoleh, dilakukan inventarisasi tempat
– tempat yang dianggap rawan kecelakaan.
2) Melakukan seleksi awal terhadap tempat – tempat yang rawan
kecelakaan yang telah terinventarisasi, dengan maksud agar dapat
dipilih lokasi – lokasi rawan kecelakaan yang perlu diteliti lebih
lanjut.
3) Dari pilihan lokasi, kemudian dilakukan penelitian awal terhadap
lokasi yang dimaksud.
4) Kemudian menyusun daftar urut lokasi rawan kecelakaan, untuk
diusulkan agar dilakukan penelitian lebih mendalam.
7

b. Diagnosis
Setelah dilakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan
dengan menghasilkan daftar urut, tindakan berikutnya adalah
melakukan diagnosis dengan maksud untuk mengetahui lebih
mendalam faktor – faktor penyebab kecelakaan serta hubungan dan
interaksi berbagai faktor tersebut.
2.2.4 Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Korban kecelakaan lalu-lintas dapat digolongkan berdasarkan


kondisi korban menjadi tiga, yaitu:

1) Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal


dunia sebagai akibat kecelakaan lalu-lintas dalam jangka waktu paling
lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
2) Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya
menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam
jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu
kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan
hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh
atau pulih untuk selama-lamanya.
3) Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang
tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit
dari 30 hari.
2.2.5 Kesengajaan dan Kelalaian

Dengan kesengajaan atau kealpaan adanya suatu kelakuan yang


melawan hukum belum cukup untuk menjatuhkan pidana, tetapi masih
disyaratkan pembuat itu dapat di persalahkan (dipertanggungjawabkan)
atas perbuatanya. Jadi supaya dapat memidana seseorang, harus memiliki
tiga unsur, yaitu:

1. Pembuat harus melawan hukum,

2. Harus ada kesalahan.


8

2.2.6 Pengemudi dan Korban Kecelakaan Lalu-lintas

Dalam Pengaturan hukum di Indonesia, korban selalu menjadi


pihak yang paling dirugikan, karena selain mengalami kerugian dari segi
material, fisik dan psikologis, akibat kejahatan yang menimpa dirinya,
korban juga harus menanggung derita berganda karena harus kembali
mengemukakan, mengingat kejadian bahkan mengulangi (merekontruksi)
kejahatan yang pernah dialaminya pada saat sedang menjalani proses
pemeriksaan, baik ditingkat penyidikan maupun setelah kasusnya diperiksa
di pengadilan.

2.2.7 Jenis-Jenis Kecelakaan Lalulintas

Pihak korban memiliki hak untuk menerima ganti rugi dimana


dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 229 membagi kecelakaan lalu-lintas menjadi tiga golongan yaitu:

1. Kecelakaan lalu-lintas digolongkan atas ;

a. Kecelakaan lalu-lintas ringan;

b. Kecelakaan lalu-lintas sedang; atau

c. Kecelakaan lalu-lintas berat.

2.2.8 Asuransi Kecelakaan Lalu-Lintas

Dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan


Jalan pasal 240 dan pasal 241 terang diamanatkan bahwa korban
kecelakaan lalu-lintas berhak mendapatkan:

Pasal 240 menegaskan:

1. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas


terjadinya kecelakaan lalu-lintas dan/atau pemerintah,
2. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan lalu-lintas, dan
9

3. Santunan kecelakaan lalu-lintas dari perusahaan.

2.2.9 Unsur-Unsur Penegakan Hukum Pidana Lalu-Lintas


Sesuai dengan Pasal 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Polisi lalu-lintas merupakan unsur pelaksana yang
bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan,
pengaturan pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa
lalu- lintas, registrasi serta identifikasi pengemudi atau kendaraan
bermotor, penyidikan kecelakaan lalu-lintas dan penegakan hukum dalam
bidang lalu-lintas guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran
lalu-lintas.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis, Sifat dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan adalah


penelitian hukum empiris (sosiologis). Penelitian hukum empiris atau
sosiologis mencakup penelitian terhadap identitas hukum dan penelitian
terhadap penelitian hukum (Dr. Mukti Fajar ND, 2010:153).

Penelitian Hukum Empiris merupakan penelitian hukum yang


menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik
perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang
dilakukan melalui pengamatan langsung. Penelitian empiris juga digunakan
untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang berupa peninggalan fisik
maupun arsip. Pendekatan Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan
normatif-empiris, secara normatif yaitu dengan mengkaji peraturan
perundang- undangan yang berkaitan dengan lalu-lintas sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Secara, empiris yaitu suatu
metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu melakukan kegiatan dan penelitian ini bertempat di Kantor


Kecelakaan Lalu Lintas serta terencana dalam kurun waktu satu semester yaitu
kurang lebih selama enam bulan hitungan kalender Universitas 17 Agustus
1945 Banyuwangi, terhitung sejak bulan Maret 2021 sampai selesai.

3.3 Sumber Data


Sumber hukum dalam penelitian skripsi ini didapat dari Bahan Hukum
Primer dan Bahan Hukum Sekunder. Bahan Hukum Primer diperoleh
langsung dari lapangan dengan cara melakukan penelitian kepada narasumber
yang bersangkutan dengan melakukan wawancara. Sedangkan Bahan Hukum
Sekunder dikumpulkan atau diperoleh dari sumber – sumber yang telah ada.

9
10

Data – data tersebut diperoleh dari perpustakaan, jurnal penelitian, Internet,


dan sumber – sumber tertulis lainnya.
Teknik pengumpulan data dalam penyusunan skripsi, data yang diperoleh
dalam penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara
dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini serta mengetahui
atau menguasai permasalahan yang akan dibahas dan dokumen dari
instansi terkait.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, dokumen, artikel
serta peraturan perundang-undangan lainnya yang sesuai dengan masalah
yang diteliti.
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan berdasarkan dari responden dan narasumber. Pengumpulan
data dilapangan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara.
3.3.2 Data Sekunder
Pengumpulan data dalam studi pustaka ini dilakukan penelitian
dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan
dengan objek penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku
kepustakaan, peraturan perundang-undangan, browsing internet, dan
dokumen-dokumen lainnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Sehubungan dengan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
mengunjungi langsung ke objek penelitian yaitu di Unit Laka Lantas
Polresta Banyuwangi.

3.5 Teknik Analisis Data


Dalam penulisan ini, data yang diperoleh kemudian di kumpulkan baik
secara primer maupun sekunder, dan di analisis secara kualitatif. Data dan
11

informasi yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian, baik wawancara


dengan instansi terkait, panitia pelaksana pengadaan tanah maupun
masyarakat kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode analisis data dengan cara mengelompokkan dan menyeleksi data
yang diperoleh dari penelitian menurut kualitas dan kebenarannya.
Kemudian data tersebut dihubungkan dengan teori-teori dan peraturan
perundang-undangan yang diperoleh dari studi dokumen, sehingga
diperoleh jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu-Lintas Dari Titik


Blackspot Di Kabupaten Banyuwangi
4.1.1 Undang-Undang Lalu lintas Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan
Polisi lalu-lintas menerapkan sosialisasi undang-undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan
kepada masyarakat baik pengguna roda dua maupun roda empat
supaya para pengguna kendaraan selalu mematuhi peraturan dan
rambu-rambu lalu-lintas sehingga dapat mengurangi tingkat
kecelakaan dan pelanggaran lalu-lintas.
Dalam Undang-Undang pasal 105 disebutkan: Setiap orang
yang menggunakan Jalan wajib: a. berperilaku tertib; dan/atau b.
mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau
yang dapat menimbulkan kerusakan Jalan. Tinjauan utama dari
peraturan lalu lintas adalah untuk mempertinggi mutu kelancaran
dan keamanan dari semua lalu lintas di jalan-jalan. Identifikasi
masalah-masalah yang dihadapi di jalan raya berkisar pada lalu
lintas.
Masalah-masalah lalu lintas, secara konvensional berkisar
pada pelanggaran lalu lintas sehingga terjadi kemacetan lalu lintas,
kecelakaan lalu lintas, dan pencemaran lingkungan. Keadaan ini
terjadi karena beberapa faktor seperti pengguna jalan, sarana jalan
dan kendaraan serta sikap pemerintah dalam penegakan hukum lalu
lintas. Walau demikian kebanyakan pengemudi menyadari akan
bahaya yang dihadapi apabila mengendarai kendaraan dengan
melebihi kecepatan maksimal tersebut. Akan tetapi di dalam
kenyataannya tidak sedikit pengemudi yang melakukan hal itu dan
penanganan dari pemerintah dalam hal ini polisi lalu lintas
terhadap pelanggaran seperti ini masih jauh dari harapan.

11
12

Tabel 1
Berdasarkan Kecelakaan Lalu Lintas

Tanggal Tingkat Luka Jumlah Rugi Materill Ket


Kejadian Korban
Berdasarkan Meninggal Luka Luka
Tahun Dunia Berat Ringan

Tidak
Teridentifikasi

2019 243 17 1,055 1,315 Rp Turun


1,079,700,000

2020 181 9 802 992 Rp Turun


914,150,000

Total 424 26 1,857 2,307


(Sumber Data; Sat Lantas Polresta Banyuwangi 2021)

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat di lihat bahwa jumlah kecelakaan


pada tahun 2019 sebanyak 1,315 korban yang mengakibatkan 243 orang
meninggal dunia, 17 orang mengalami luka berat, dan 1,055 orang
mengalami luka ringan serta kerugian materill sebanyak Rp
1,079,700,000. Kemudian pada tahun 2020 jumlah kecelakaan lalu lintas
sebanyak 992 korban yang mengakibatkan 181 orang meninggal dunia, 9
orang mengalami luka berat, 802 orang mengalami luka ringan serta
kerugian materillnya sebanyak Rp 914,150,000.

Data diatas menunjukkan bahwa kecelakaan yang terjadi di


Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2019 – 2020 cukup tinggi sebanyak
2,307 korban yang mengakibatkan 424 orang meninggal dunia, 26 orang
mengalami luka berat dan 1,857 orang mengalami luka ringan serta
kerugian materillnta sebanyak Rp 1,993,385,000.
13

Tingginya angka kecelakaan di Kabupaten Banyuwangi di karnakan beberapa


faktor jalan, faktor alam, serta faktor pengemudi. Dan untuk jelasnya akan di
paparkan sebagai berikut:

1. Faktor jalan
Jalan merupakan salah satu hal yang penting dalam transportasi
darat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar arus perhubungan
menggunakan prasarana jalan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa lalu
lintas di jalan mempunyai arti penting bagi perkembangan masyarakat.
Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang, licin, gelap,
tanpa marka/rambu, dan tikungan/tanjakan/turunan tajam, selain itu lokasi
jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan) dan volume lalu
lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas.
2. Faktor Kendaraan
Menurut Briptu Fahmi Dwi Apriliyanto dan hasil wawancara
dengan penulis,beliau mengatakan faktor kendaraan merupakan salah satu
faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lau lintas. Memilih
kendaraan yang cocok atau sesuai dengan kebutuhan adalah keputusan
penting yang harus dipilih oleh seorang pengendara Kendaraan yang cocok
akan memeberi pengendara pengendalian yang baik. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menyeimbangkan dan mengendalikan
kendaraan tersebut. Kondisi dari kendaraan itu sendiri juga merupakan hal
yang wajib menjadi perhatian karena berperan penting untuk keselamatan
bagi pengendara tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mejadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada faktor
manusia adalah:

a. Ceroboh
Ceroboh merupakan salah satu faktor yang paling banyak
mendapat kasus seperti ceroboh terhadap lalu lintas dari depan
sebanyak 695 kasus, ceroboh saat belok sebanyak 352 kasus, ceroboh
14

saat menyalip 259 kasus. Ceroboh adalah salah satu faktor penyebab
yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau
kegiatan lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya tidak fokus
dan teralihkan ketika berkendara.
b. Mengantuk
Mengantuk juga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu-
lintas, karena pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi
akibat kurang istirahat (tidur) atau sudah mengemudikan kendaraan
lebih dari 5 jam tanpa istirahat. Ciri-ciri pengemudi yang mengantuk
adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi,
berhalusinasi, dan pandangan kosong.
c. Lelah
Faktor kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab
kecelakaan, kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengemudi
dalam mengantisipasi keadaan lalu-lintas dan mengurangi konsentrasi
dalam berkendara.
d. Mabuk
Mabuk dapat disebabkan pengemudi kehilangan kesadaran antara
lain karena pengaruh obat-obatan, alkohol, dan narkotika. Mabuk yang
disebabkan alkohol memiliki peranan penting terhadap terjadinya
kecelakaan lalu-lintas pada pengendara karena kehilangan konsentrasi
serta halusinasi. Alkohol dan berkendara merupakan kombinasi yang
fatal.
e. Tidak tertib
Tidak tertib dalam berlalu-lintas merupakan ketidakdisiplinan
pengendara dalam berkendara yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu-lintas.
f. Tidak terampil
Mengendarai kendaraan membutuhkan keterampilan dan
memerlukan latihan serta keahlian selama bertahun-tahun dalam
praktek dengan menggunakan teknik berkendara yang tepat, contoh
15

dari pengendara yang tidak terampil seperti tidak berjalan sesuai


jalurnya atau terlalu ke kanan, tidak menjaga jarak aman.

g. Kecepatan tinggi
Kecepatan merupakan hal yang dapat dikontrol pengendara sesuai
keinginannya, akan tetapi perilaku dari pengendara sering kali
membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

4.2 Upaya yang harus dilakukan oleh Pihak Kepolisian untuk


Meminimalisir Terjadinya Kecelakaan Lalu-Lintas Di Kabupaten
Banyuwangi.
Menurut Briptu Fahmi Dwi Apriliyanto (BA Operator Laka)
Upaya yang di lakukan oleh aparat kepolisian dalam menanggulangi
terjadinya kecelakaan lalu-lintas.
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kecelakaan lalu-lintas
yaitu ada 3:
1. Preemtif
2. Preventif
3. Refresif.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas pada bab
sebelumnya,
Faktor penyebab kecelakaan lalu-lintas di Kabupaten
Banyuwangi terbagi 4 yaitu faktor manusia, kendaraan, jalan,
dan cuaca. Faktor manusia merupakan faktor yang paling
dominan dalam sebuah peristiwa kecelakaan lalu-lintas.
Sebagian besar kejadian kecelakaan diawali dengan pelanggaran
rambu- rambu lalu-lintas. Pelanggaran rambu- rambu lalu-lintas
ini bisa terjadi karena sengaja melanggar peraturan,
ketidaktahuan atau tidak adanya kesadaran terhadap arti aturan
yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan
dalam berkendara. Terjadinya kecelakaan lalu-lintas di jalan raya
juga dapat disebabkan karena kelalaian korban, selain
pengemudi kendaraan dalam berkendara. Faktor kendaraan
seperti kendaraan yang tidak jalan, faktor jalan seperti jalan
rusak atau berlubang, dan faktor cuaca seperti hujan dan kabut.
2. Upaya yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam
menanggulangi kecelakaan ada 3 yaitu pre-emtif, preventif dan
represif. Upaya pre-emtif seperti melaksanakan seminar,
sosialisasi di sekolah, kampus, masyarakat, melalui penyuluhan
guna memberikan pemahaman etika berlalu-lintas. Upaya
preventif seperti turjawali (pengaturan, penjagaan, pengawalan,
dan patroli), penerbitan SIM/STNK, dan kerjasama lintas
sektoral. Dan upaya represif seperti operasi rutin dan operasi
gabungan.

25
26

5.2 Rekomendasi
1. Bagi masyarakat pengguna jalan raya, baik masyarakat sebagai
pengemudi kendaraan maupun masyarakat pejalan kaki untuk
lebih memperhatikan rambu-rambu lalu-lintas karena sebagian
besar terjadinya kecelakaan diawali dengan pelanggaran rambu-
rambu lalu-lintas dan pengemudi dalam berkendara supaya
berkonsentrasi dalam mengemudikan kendaraannya.
2. Pihak kepolisian selaku aparat penegak hukum sebaiknya
meningkatkan sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang tata
cara berlalu-lintas yang baik dan benar. Serta memberikan
pemahaman berlalu-lintas sejak dini dan untuk mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat dalam mematuhi peraturan lalu-
lintas. Mengingat salah satu kendala penanggulangan kecelakaan
lalu-lintas adalah kurang perhatian dari masyarakat untuk
mematuhi peraturan lalu-lintas. Diharapkan pihak kepolisian
dalam penanggulangan pelanggaran lalu-lintas lebih
ditingkatkan penjagaan di pos-pos polisi dan lebih tegas dalam
menindaki pelanggaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
HS, Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Cet. VII;
Jakarta: 2011. Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas
Hukum Pidana di Indonesia. Cet. VI; Bandung: PT
Refika Aditama, 2014.
Hardiman. Gerakan Disiplin Nasional dalam Berlalu-lintas Sejak Dini. Cet.
V; Jakarta: Graha Umbara, 2000.
Schaffmeister, D, dkk., Hukum Pidana. Cet. II; Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2011.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermasa; Jakarta:
1991. Dikutip dalam Marilang. Hukum Perikatan.
Makassar: Alauddin University Press, 2013.
Tim Reality. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya:
Reality Publisher, 2008.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (1991). Highway Capacity
Manual Project (HCM). Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI), 1(I), 564.
Pignataro, Louis J., Traffic Engineering Theory and Practice,
New Jersey ; Prentice Hall, Inc, 1973
Hobbs, F.D., Perencanaan Teknik Lalu Lintas, Cetakan
Kedua, Penerbit Erlangga Jakarta, 1995
Oglesby & Hicks, Teknik Jalan Raya, Jilid 2, Edisi 4 (1982).
Erlangga, 1996 Direktorat Jendral Bina Marga. Manual Kapasitas
Jalan Indonesia 3860/BM
70225. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1997
Direktorat Jendral Bina Marga. Panduan Penentuan Klasifikasi
Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan no.110/BNKT/1990.
Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1990
Direktorat Jendral Bina Marga. Spesifikasi Lampu Penerangan
Jalan Perkotaan no.12/BNKT/1991. Jakarta : Badan
Penerbit Pekerjaan Umum, 1991
Wignall Arthur, dkk. Proyek Jalan. Jakarta : Erlangga, 2003
Mulyadi. Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.
Jakarta: Salemba Medika, 2011
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: PT Tiga Serangkai Pustaka, 2013

27
28

JURNAL
Gunawan, Ade dkk. “Identifikasi Lokasi Titik Rawan
Kecelakaan (Black Spot) Pada Ruas Jalan Adi Sucipto”.
Fakultas Teknik,Jurusan Teknik Sipil,Universitas
Tanjungpura, 2014.
Dian, Larasputri. “Analisis Yuridis Sanksi Pidana Atas
Kelalaian Atau Kesengajaan Yang Mengakibatkan
Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan”. eJurnal Unsrat, 2019.
Nazzarudin. “Sanksi Hukum Terhadap Buruknya Pelayanan
Bagi Penumpang Bus Patas Menurut Undang- Undang
Nomer 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan
Angkutan Jalan Perspektif Konsep Ta’zir Dalam
Islam”. Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014.
Gani, Muchtar dkk. “ Analisis Blackspot area Kecelakaan pada
ruas jalan Arteri di Kota Makassar Berbasis SIG”.
Universitas Hasanuddin Makassar, 2017.
Kusnandar, E. (2009). Pengkinian Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997.
Jurnal Jalan Dan Jembatan, 26(2), 1–11
Wiraguna, A., Mahmudah, A. M. H., & Setiono. (2017).
Analisis Daerah dan Titik Rawan Kecelakaan pada
Ruas Jalan Kolektor Sekunder di Kota Surakarta. E-
Jurnal Matriks Teknik Sipil, 12, 1207–1214.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (2014). Peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM
13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
29

UNDANG-UNDANG
Republik Indonesia. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian
Sektor.
Republik Indonesia. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

INTERNET
Zainovsky, Sergie. ”Kesengajaan dan kealpaan”, Blog Sergie
Zainovsky. http://sergie-
zainovsky.blogspot.co.id/2012/11/kesenggajaan-dan-
kealpaan- dalam-hukum.html (20 Maret 2021).
Sri Umbang Sulastri. “Pengertian lalu lintas”, Blog Sri Umbang
Sulastri http://umbangs.blogspot.com/2012/06/pengertian-
lalu-lintas.html?m=1
(2 April 2021)
http://e-journal.uajy.ac.id/11942/3/TS140722.pdf (02 April 2021)
Kombes Pol Yusuf S.I.K., M.Hum. “Penjelasan Blackspot.”
https://www-jawapos-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.jawapos.com/jabodetabek/1
8/12/2019/ra wan-kecelakaan-ini-daftar-area-blackspot-di-
jakarta-dan- sekitarnya/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&amp&usqp=mq331AQHKAFQA
r ABIA%3D%3D#aoh=16177799300246&referrer=https%3A
%2F%2Fww w.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%
2Fwww.jawapos.com%2Fjabodetabek
%2F18%2F12%2F2019%2Frawan- kecelakaan-ini-daftar-
area-blackspot-di-jakarta-dan-sekitarnya%2F
(02 April 2021)
http://eprints.ums.ac.id/34000/8/BAB%20III.pdf (02 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai