Ekonomi pasar in terdiri dari tiga agen: produsen, konsumen dan pedagang.
Pedagang
Produsen Pelanggan
Rantai Pemasaran
Jika produsen telah menjual beberapa produknya melalui pedagang, koperasi harus
memberikan manfaat yang paling tidak, sama dengan manfaat yang diberikan oleh pedagang
untuk membuat solusi koperasi memilih alternatif yang bermanfaat bagi produsen.
Sesungguhnya, konsumen tersebut memiliki 3 alternatif.
Produsen itu juga menghadapi alternatif-alternatif berikut sehubungan dengan suplai “input”:
Solusi koperasi dalam rantai perdagangan dan kegiatan pemasaran yang ingin di
ungkapkan di sini tanpa maksud membahasnya adalah untuk melukiskan situasi pemilik
sumber daya manusia-SDM (human capital).
Koperasi grosir yang dimiliki oleh produsen mungkin bersaing dengan koperasi yang
dimiliki oleh pengecer pada tingkat yang sama dalam rantai pemasaran. Kepetingan antara
dua koperasi tersebut sangatlah berbeda, karena keanggotaan mereka yang berlainan.
Koperasi yang anggotanya adalah produsen, akan berusaha mengenakan harga yang
tinggi pada sepatu yang dibeli pengecernya, sedangkan koperasi yang anggotanya terdiri dari
pengecer menginginkan untuk membayar harga yang serendah mungkin dari produsen
sepatunya.
Berapa harga yang harus dibayar anggota pada “supply” dan berapa harga yang
diproleh anggota pada koperasi pemasaran ?
Ada dua pandangan teoritis yang dapat membantu menjawab pertanyaan ini :
Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli
ekonomi. Model persaingan merupakan basis bidang analitis dan riset terapan yang luas.
“Sebenarnya seluruh implikasi kesejahteraan yang positif dari koordinasi pasar lahir dari
model-model ahli ekonomi yang menggunakan asumsi persaingan “sempurna” (Timmer dkk.
1983, hal. 152).
Jumlah yang “besar” merupakan gambaran struktural dasar. Asumsi dari beberapa
perusahaan, bukan berarti sejumlah tertentu. Akan tetapi, harus ada jumlah yang cukup dari
prusahaan, sehingga setiap perusahaan perorangan, bagaimanapun besarnya, hanya memasok
sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan yang terpengaruh di pasar. Kebalikannya, apakah
perusahaan berproduksi pada kapasitas penuh atau tidak sama sekali, harga pasar tdak akan
terpengaruh pula.
Jika terdapat banyak penjual, namun harga di pasar tidak given, melainkan ditetakan
oleh mereka, maka terjadi kasus kolusi atau penatapan harga sejenis kartel. (Untuk mencegah
akibat yang seperti itu, maka asumsi lain seperti bebas keluar masuk pasar harus
diperkenalkan).
a) Disini tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam persaingan non-harga
(melalui iklan dan jenis-jenis lainnya dari sales promotion/promosi penjualan).
b) Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung
bahwa perusahaan individu tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
3. Free Entry dan Exit (Bebas Masuk dan Keluar) bagi perusahaan
Asumsi bebas masuk dan keluar seperti yang didefenisikan diatas secara tidak
langsung mengungkapkan, bahwa faktor-faktor produksi bebas bergerak dari perusahaan satu
ke perusahaan lainnya : materi/bahan baku dan faktor-faktor lainnya yang tidak dimonopoli.
(terdapat persaingan yang sempurna di pasar faktor-faktor produksi).
Karena itu, dalam jangka pendek, tak akan ada keunggulan bagi anggota
koperasi dibandingkan dengan ia membeli di pasar (open market).
Kasus 2: Koperasi dengan Kemampuan Manajerial yang Lebih Rendah
Kesenjangan kemapuan koperasi adalah sangat krisis terutama pada fase awal
dari kelahiran koperasi tersebut: pada saat itu manajemen mungkin masih belum
berpengalaman atau manajemen yang baik/ berkualitas sulit untuk diajak
berkecimpung dalam koperasi.
Pada saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan lagi bagi anggotanya
keunggulan yang tidak tersedia pada pesiangnya.
Ekuilibrium jangka panjang dari suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Pada
saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan bagi anggotanya keunggulan yang tidak
tersedia pada pesaingnya.
Koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah mungkin dapat bertahan untuk
jangka waktu tertentu, karena tertolong oleh antusiasme para anggota serta kesetiaan mereka.
Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari
kemampuan pesaing.
Dalam kasus koperasi memiliki kemampuan yang lebih rendah (berarti biaya lebih
tinggi), dalam jangka panjang, koperasi ini tidak dapat bertahan.
Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi dapat brsaing melawan para
pesaingnya dalam dua artian:
1. Koperasi dapat memberikan harga yang lebih rendah atas barang-barangnya, atau
2. Memberikan harga yang sama dengan pesaingnya.
Kesimpulan:
Jika suatu koperasi memiliki kemampuan manajemen yang lebih rendah daripada
perusahaan swasta, maka koperasi tidak akan berhasil dalam menghadapi persaingan. Untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggotanya dibanding dengan pelayan yang
tersedia di pasar, suatu koperasi memerlukan kemampuan yang lebih tinggi, baik dalam
penakanan biaya (inovasi produk maupun inovasi teknologi). Kasus terakhir, bagaimana pun
juga, berada di dalam model persaingan sempurna.
4.4.1 Defenisi
Suatu koperasi dibentuk untuk memsauki pasar persaingan tidak sempurna atau pasar
persaingan monopolistik. Sebagaimana halnya dalam kasus pasar persaingan sempurna,
untuk mencapai keberhasilan, suatu koperasi harus mampu meningkatkan pendapatan
anggotanya, atau secara umum dapat menambah kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
Persaingan tidak sempurna dapat ditandai oleh karakteristik sebagai struktur pasar
persaingan sempurna (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan perkecualian bahwa
setiap pemasok merupakan pula monopolis “kecil”. (Persaingan monopolis kelompok besar).
4.4.2 Analisis Jangka Panjang
Dalam Persaingan tidak sempurna, para penjual bersaing melalui diferensiasi produk.
Sebagaimana yang telah dibahas pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, aturan
keputusan untuk berproduksi pada Average Cost yang serendah-rendahnya, tidak terjadi
dalam situasi yang stabil; para anggota baru akan tertarik dan/atau para anggota lama
didorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian dari peningkatan output dengan
harga pasar yang lebih tinggi).
Koperasi akan membebankan harga di P3 dan memproduksi sejumla Q3. Pada saat profit
diproleh, para anggota baru masih akan merasa tertarik untuk masuk menjadi anggota
koperasi, dan meningkatkan outputnya sampai AC = AR (yaitu di P4 dan Q4).
Kesimpulan:
Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi pasar.
Terdapat suatu keunggulan jangka pendek bagi koperasi. Keunggulan ini diproleh jika
pelayanan yang dijual merupakan suatu yang baru bagi anggotanya (misalny pupuk, di negara
berkembang). Karena pembersihan (eliminasi) efek monopoli, koperasi tidak hanya menjual
barang dengan harga murah, tetapi juga dengan jumlah yang banyak, dalam hal input yang
baru. Hal ini akan membuat inovasi pada perusahaan anggota melalui cara yang lebih murah
dan menguntungkan.
Apabila kemampuan koperasi lebih rendah dari kemampuan perusahaan swasta, koperasi
masih akan mampu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anggota koperasi,
sepanjang kurva Average Costnya memotong fungsi permintaan pada titik yang lebih rendah
dari harga perusahaan swasta yang diminta. Dalam jangka pendek, bahkan kesenjangan
kemampuan ini tidak mampu menjaga keunggulan komparatif koperasi.
4.4.3 Analisis Jangka Panjang
Faktanya, bahwa koperasi sendiri dalam persaingan tidak sempurna, tidak dapat
memproleh profit. Hal ini tidak berarti bahwa koperasi berhasil bersaing dengan perusahaan
swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu rendah untuk dapat memberikan dampak langsung pada
para penjual lainnya. Keuntungan “swasta” ini akan menarik perusaaan lain ke pasar.
Hasilnya, kurva permintaan akan sedikit demi sedikit bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak
akan masuk lagi, saat seluruh profit telah habis. Ekuilibrium Jangka panjang inilahlah yang
digambarkan Chamberlain dalam solusinya yang terkenal “tangency”
Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memeberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi
pasar.
Kasus koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan monopolisitik
lebih sulit untuk ditelaah. Dalam kasus fungsi permintaan (AR) akan sama bagi semua
partisipan di pasar, produsen yang memerlukan biaya yang lebih tinggi, tidak akan mampu
bersaing, kerena fungsi permintaannya (AR) akan lebih rendah dari biaya Jangka Panjangnya.
Koperasi akan berproduksi dalam keadaan merugi.
Sebagaimana Heflebower (1980, 29) menemukan bawha banyak entry yang dilakukan
oleh koperasi yang berintegrasi vertikal, terjadi di pasar lokal atau regional, dimana
perusahaan-perusahaan yang telah maju hanya sedikit yang melakukannya.
Maksudnya adalah bawha secara empiris, banyak koperasi didirikan atau muncul dalam
struktur pasar oligopoli. Pangsa-pangsa di pasar ini hanya dikuasai oleh beberapa penjual
saja.
Jika pernyataan empiris ini benar, jika situasi oligopoli benar-benar secara empiris
penting bagi koperasi, amak sangat disesalkan, bahwa para ahli ekonomi sejauh ini belum
samapai pada teori yang meyakinkan tentang perilaku lembaga usaha dalam pasar oligopoli.
Dua strategi dasar yang terbuka bagi koperasi dapat dibedakan menjadi: menggunakan
harga sebagai parameter kegiatan (“senjata”) dan persaingan non harga (melalui
pengurangan/reduksi biaya, diferensiasi produk, kualitas, dan lain-lain).
Suatu koperasi dapat menggunakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli. Harga
dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup besar.
Dengan kebijakan harga aktif koperasi, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi
para pesaingnya untuk menyapu bersih koperasi yang baru masuk. Jika koperasi
memproduksi dengan kemampuan rendah (biaya lebih tinggi), para pesaingnya dapat dengan
mudah melenyapkan pihak luar dan membuat koperasi tergantung pada bantuan luar untuk
mempertahankan hidupnya.
Koperasi bukan hanya mempromosikan para anggotanya saja, tetapi juga seluruh
pengguna jasa dari produk koperasi yang bersangkutan.
Biasanya, koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan
perusahaan-perusahaan lainya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju, yang
esjak beberapa tahun lamanya mampu mengakumulasi profit dan likuiditas melalui kolusi
(ataupun pemimpin harga). Mereka mungkin dapat berupaya untuk mengeluarkan koperasi
dari persaingan, karena sudah jelas bagi mereka bahwa kolusi menghasilkan keuntungan,
sedangkan persaingan tidak.
Kepemimpinan Harga
Kesimpulan kita sejauh ini: Jika koperais tidak diberi bantuan, dengan kemampuan
manajerial yang lebih rendah akan bijaksana jika menggunakan ‘senjata’ harga secara hati-
hati(dalam rangka bertahan dalam persaingan), memberi kesempatan bahwa oligopoli,
pengurangan harga dapat dengan mudah terlepas dari kendala.
Jika koperasi dikelola untuk manfaat atau kepentingan anggota, koperasi dapat
menggunakan metode-metode yang lebih memiliki ciri-ciri tersendiri untuk mengoptimalkan
anggotanya seperti membayar SHU (patronage refund) maupun memberikan pelayanan
tambahan yang lebih baik (menggunakan persaingan non-harga).
Jika pasar-pasar oligopolistik tersebar luas, jika kepemimpinan harga ataupun praktik-
praktik kolusif lainnya menjadi sangat umum, dan peluang memasuki pasar mudah selama
aturan main oligopolistik tidak dilanggar, kita mungkin bertanya-tanya mengapa masuknya
koperasi kedalam pasar seperti itu, tampak menjadi fenomena yang ternyata jarang ditelaah.
Beberapa perusahaan yang telah maju terlebih dahulu, mungkin telah menganggap
koperasi sebagai tantangan yang serius, tetapi dengan mengarahkan hambatan masuk bagi
perusahaan-perusahaan baru non-koperasi, mereka akan berhasil (dan sekaligus) juga dapat
menyingkirkan koperasi.
Struktur pasar oligopolistik atau pasar monopolistik terdiri dari beberapa bentuk:
Masuknya koperasi ini juga dapat dianggap sebagai integrasi vertikal yang terkordinasi
secara koperasi, yang dilakukan oleh perusahaan (milik anggota).
Keunggulan potensial yang dimiliki oleh usaha kopersai baru telah diperbandingkan
dengan usaha penanaman modal harus yang beroperasi dalam tingkat pasar yang sama
(misalnya penjual input bagi petani) yang keduanya dapat terlahir dari identitas pemilik dan
pengguna jasa.
1. Karena di suatu sisi dari pasar, pelanggannya lebih memungkinkan untuk membuat
kontrak dengan perushaan yang dimiliknya sendiri.
2. Anggota akan lebih bersedia untuk memberikan informasi penting meneganai kondisi
pasar. Sedemikian pula upaya manajemen pada kualitas produk dan baiay periklanan
serta promosi, akan menjadi lebih rendah.
3. Hubungan yang kuat atas kepercayaan dan kesetiaan antara anggota dan manajemen
koperasi: memiliki keunggulan reputasi yang berhasil dibangunnya sendiri, bila
dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
4.5.4 Oligopoli & Monopoli Alami
Pemasok tunggal dapat menghasilkan output given selalu pada biaya rata-rata yang lebih
kecil, bila dibandingkan dengan beberapa pemasok output, yang sama secara bersama-sama.
Dalam literatur, kasus terakhir ini sering dianggap sebagai “monopoli alami” yang
dibedakan dari monopoli “buatan” yang diakibatkan atau ditegakkan oleh hambatan masuk
buatan, terutama hambatan hukum (misalnya produsen obat-obatan yang memiliki hak
paten). Sedangkan monopoli alami merupakan hasil dari hambatan teknologi “alami”
Dengan peluang masuk yang potensial, bagi kegiatan koperasi maupun perusahaan
lainnya, membuat monopolis tidak dapat menggunakan kekuatan monopolisnya. Jika
koperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan monopolis, maka koperasi harus
mampu memiliki keunggulan tambahan:
a) Atau dengan memberikan teknologi yang lebih baik yang tidak tersedia pada
perusahaan yang disingkirkan.
b) Atau menghasilkan produk/jasa yang lebih baik.
c) Atau mewujudkan keunggulan biaya administrasi lainnya (yang belum dibahas
sejauh ini).
d) Memiliki akses kepada kekuatan politis yang lebih baik dalam rangka memberikan
kekuatan hukum untuk membersihkan monopolis.
Kesimpulan:
1. Terdapat hanya penjual/pembeli tunggal yang ada di pasar, bagi suatu produk
tertentu.
2. Penjual tunggal tersebut menghasilkan produk yang tidak memiliki substitusi siap
baginya.
3. Terdapat hambatan masuk yang utama, dan yang terpenting lainnya adalah terdapat
hambatan masuk yang berupa keunggulan bersaing yang besar/kuat, atau hambatan
hukum.
Jika perusahaan lain memasuki industri, maka itu tak disebut lagi monopoli, melainkan
oligopoli.
1. Dari sudut pandang statis atas struktur pasar monopolistik & oligopolistik; oleh
karena mereka membebankan harga yang lebih tinggi dari Marginal Cost (MC)
(berarti kegagalan pasar), hal ini menawarkan kondisi yang baik bagi masuknya
koperasi.
2. Tiga jawaban yang telah dibahas, sedangkan jawaban keempatnya diasumsikan
diabaikan:
a) Masuknya pesaing kedalam pasar tidaklah bebas, karena adanya hambatan-
hambatan hukum, politik & ekonomi (perilaku wirausha politik yang berorientasi
‘pecah belah’ atau “rent”).
b) Terdapat kesenjangan kemampuan antara yang sedang berkuasa di pasar dan para
pesaing baru yang potensial untuk memasuki pasar.
c) Biaya masuk (sebgai hambatan masuk) sangat tinggi.
d) Biaya pelaksanaan transaksi yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi peluang
profit, terlalu tinggi.
3. Melihat kondisi masuk kedalam pasar secara lebih terperinci, maka perilaku
oligopolis dan monopolis tergantung secara kritis pada biaya yang dibutuhkan untuk
memasuki pasar tersebut. Jika biaya masuk maupun hambatan masuk rendah, bahkan
pasar oligopoli & monopoli dalam jangka panjang pun tidak akan menyimpang
banyak dari pasar persaingan sempurna.
4. Menginggat relevansi teori kinerja struktur-conduct, maka:penentu perilaku struktur
pasar menjadi kurang relevan dalam prsaingan potensial.
4.7 Skala Ekonomi & Kinerja Komparatif Koperasi:
Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan bagi suatu
perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah
daripada hanya menghasilkan output yang lebih sedikit. Skala ekonomi lebih diartikan pada
hubungan antara biaya rata-rata dengan skala output.
Skala ekonomi ini dapat lahir dari dua hukum yang utama, mengenai produksi:
Kami akan menjelaskan 3 faktor saja untuk memperlihatkan bahwa, jika koperasi dapat
merealisasikan skala ekonomi, hal ini tidak berarti bahwa koperasi memang memiliki
keunggulan alami dalam mewujudkannya.
Jika skala ekonomi terwujud maka sulit untuk melihat mengapa koperasi harus memiliki
manfaat komparatif dalam merealisasikan hal itu, dalam kondisi bebas masuk (free
entry).