Anda di halaman 1dari 14

BAB 4

ANALISIS TEORI HARGA PADA KOPERASI

4.1 Masalah Koperasi dalam Rantai Pemasaran


Pertama-tama dari sudut pandang konvensional/tradisional dalam menganalisi
keunggulan komparatif koperasi. Argumen ini lahir dari teori neo-klasik tentang harga yaitu
dengan menerapkan teori harga pada organisasi koperasi.

Beberapa teori dasar dan masalah-masalah kelembagaan dan keterkaitan koperasi


dengan sistem pasar dapat digambarkan sebagai berikut:

Ekonomi pasar in terdiri dari tiga agen: produsen, konsumen dan pedagang.

Segitiga pemasaran (The Marketing Triangle)

Pedagang

Produsen Pelanggan

Dalam menjual produknya kepada konsumen produsen dapat secara langsung


memasarkannya kepada konsumen, atau melalui pedagang (perusahaan perdagangan)
perantara.

Produsen dapat melakukan pemasaran oleh dirinya sendiri, maupun menjualnya


terlebih dahulu kepada perantara yaitu pedagang, yang akan menjual barang-barang produsen
tersebut kepada konsumen.

Produsen akan menggunakan perusahaan perdagangan (sebagai hasil keputusan


“membeli”: membeli pelayanan pemasaran) daripada melakukan pemasaran dan distribusi
oleh dirinya sendiri (keputusan “membuat”: membuat pemasaran sendiri), jika :

Manfaat “membeli” pelayanan > Manfaat “membuat” pelayanan

Dari konsumen, situasinya hampir sama. Karena konsumen memiliki alternatif


membuat kontrak secara langsung dengan produsen atau melalui pedagang sebagai perantara
(antara konsumen dan produsen).

Rantai Pemasaran

Jika produsen telah menjual beberapa produknya melalui pedagang, koperasi harus
memberikan manfaat yang paling tidak, sama dengan manfaat yang diberikan oleh pedagang
untuk membuat solusi koperasi memilih alternatif yang bermanfaat bagi produsen.
Sesungguhnya, konsumen tersebut memiliki 3 alternatif.

1. Membeli dari produsen barang


2. Membuat kontrak dengan pedagang
3. Membeli dari koperasi

Produsen itu juga menghadapi alternatif-alternatif berikut sehubungan dengan suplai “input”:

a) Ia dapat memenuhi input atas upaya dirinya sendiri (“membuat”).


b) Ia dapat membeli input secara langsung dari produsen input.
c) Ia dapat membuat kontrak dengan pedagang dalam memasok input.
d) Ia dapat bertransaksi dengan koperasi pembelian.

Solusi koperasi dalam rantai perdagangan dan kegiatan pemasaran yang ingin di
ungkapkan di sini tanpa maksud membahasnya adalah untuk melukiskan situasi pemilik
sumber daya manusia-SDM (human capital).

Saluran Persaingan Antar-Koperasi

Koperasi grosir yang dimiliki oleh produsen mungkin bersaing dengan koperasi yang
dimiliki oleh pengecer pada tingkat yang sama dalam rantai pemasaran. Kepetingan antara
dua koperasi tersebut sangatlah berbeda, karena keanggotaan mereka yang berlainan.

Koperasi yang anggotanya adalah produsen, akan berusaha mengenakan harga yang
tinggi pada sepatu yang dibeli pengecernya, sedangkan koperasi yang anggotanya terdiri dari
pengecer menginginkan untuk membayar harga yang serendah mungkin dari produsen
sepatunya.

4.2 Pendekatan Kinerja “Struktur-Conduct”

Berapa harga yang harus dibayar anggota pada “supply” dan berapa harga yang
diproleh anggota pada koperasi pemasaran ?

Ada dua pandangan teoritis yang dapat membantu menjawab pertanyaan ini :

1. Pendekatan pertama, model struktur pasar neo-klasik standar, adalah suatau


pendekatan yang paling umum yang dipakai dalam kepustakaan koperasi.
2. Pendekatan kedua, teori klasik mengenai proses pasar, sejauh yang saya ketahui
belum dipakai secara sistematis dalam pemikiran koperasi.

Model neo-klasik standar membentang dari persaingan sempurna sampai persaingan


monopolistik (tidak sempurna), oligopoli dan monopoli. Implikasinya ialah pada satu
ujung dari rangkaian kesatuan persaingan sempurna/monopoli, persaingan adalah nol dan
pada ujung lainnya dimaksimumkan.
Struktur pasar terdiri dari unsur eksternal yang berubah secara perlahan dan relatif
permanen bagi perusahaan dan mendesak pengaruh jangka panjang atas conduct,
khususnya dalam penentuan harga perusahaan dalam pasar.

Struktur pasar tergantung pada pertimbangan-pertimbangan seperti jumlah penjual


dan pembeli di pasar, kesamaan produk mereka dan kemudahan perusahaan untuk
memasuki dan meningglkan “industri” (pasar).

Kinerja pasar berkenaan dengan hasil-hasil ekonomis dan non-ekonomis yang


ditentukan oleh struktur pasar atas “behavior” perusahaan yang harus dihasilkannya.

Kinerja dapat dipandang sebagai yang berkenaan dengan dimensi-dimensi yang


berbeda seperti efisiensi ekonomis/alokatif, mutu produk, kemajuan teko=nologi dan ,
berkaitan dengan koperasi, promosi anggota.

4.3 Koperasi dalam Persaingan Sempurna

4.3.1 Hakikat Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli
ekonomi. Model persaingan merupakan basis bidang analitis dan riset terapan yang luas.
“Sebenarnya seluruh implikasi kesejahteraan yang positif dari koordinasi pasar lahir dari
model-model ahli ekonomi yang menggunakan asumsi persaingan “sempurna” (Timmer dkk.
1983, hal. 152).

Model persaingan sempurna berdasar atas asumsi berikut:

1. Banyak pembeli dan penjual

Jumlah yang “besar” merupakan gambaran struktural dasar. Asumsi dari beberapa
perusahaan, bukan berarti sejumlah tertentu. Akan tetapi, harus ada jumlah yang cukup dari
prusahaan, sehingga setiap perusahaan perorangan, bagaimanapun besarnya, hanya memasok
sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan yang terpengaruh di pasar. Kebalikannya, apakah
perusahaan berproduksi pada kapasitas penuh atau tidak sama sekali, harga pasar tdak akan
terpengaruh pula.

Jika terdapat banyak penjual, namun harga di pasar tidak given, melainkan ditetakan
oleh mereka, maka terjadi kasus kolusi atau penatapan harga sejenis kartel. (Untuk mencegah
akibat yang seperti itu, maka asumsi lain seperti bebas keluar masuk pasar harus
diperkenalkan).

2. Seluruh perusahaan menjual produk yang identik (homogenitas produk)


Produk di suatu perusahaan di anggap sama dengan produk perusahaan lainnya.
Dalam benak pembeli, setiap produk perusahaan dipandang sebagai substitusi yang sempurna
bagi produk perusahaan manapun di pasar.

Asumsi homogenitas produk, memiliki beberapa implikasi penting:

a) Disini tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam persaingan non-harga
(melalui iklan dan jenis-jenis lainnya dari sales promotion/promosi penjualan).
b) Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung
bahwa perusahaan individu tidak mampu mempengaruhi harga pasar.

3. Free Entry dan Exit (Bebas Masuk dan Keluar) bagi perusahaan

Bagi perusahaan dan sumber-sumber daya yang digunakannya (hukum, keuangan,


teknologi, & sebagainya) tidak ada hambatan untuk masuk ataupun keluar dari pasar.

Asumsi bebas masuk dan keluar seperti yang didefenisikan diatas secara tidak
langsung mengungkapkan, bahwa faktor-faktor produksi bebas bergerak dari perusahaan satu
ke perusahaan lainnya : materi/bahan baku dan faktor-faktor lainnya yang tidak dimonopoli.
(terdapat persaingan yang sempurna di pasar faktor-faktor produksi).

4. Pengetahuan yang sempurna darim para pembeli dan penjual

Pembeli maupun penjual diasumsikan memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai


kondisi pasar. Informasi dapat diproleh secara gratis alias tidak memerlukan dana untuk itu.

4.3.2 Ekuilibrium Usaha Koperasi dalam Persainagn Sempurna

4.3.2.1 Tujuan-tujuan Usaha Koperasi


a. Memaksimalkan profit
Perusahaan berada dalam ekuilibrium, ketika memaksimasi profitnya yang
didefenisikan sebagai perbedaan antara Total Cost (TC) dan Total
Revenue (TR). Keadaan ini sama dengan aturan persamaan Marginal =
Marginal Cost (MR=MC).
b. Memaksimalkan output
Asusmsi perilaku lainnya adalah Memaksimalkan Output, dalam kondisi
bahwa tidak akan ada kerugian yang diderita oleh koperasi. Kondisi ini
akan terwujud jika Average Cost (AC) = Average Revenue (AR).
Harganya menjadi P = AC = AR.
c. Meminimasi Average Cost
Ini merupakan tujuan koperasi untuk memberikan pelayanan kepada
anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya. Hal ini berarti
koperasi memproduksi outpu (Q2) pada Average Cost yang minimum.
Harga yang sesuai adalah P2.
d. Kompetitif Ekuilibrium
Koperasi berperilaku seperti halnya dia berada didalam struktur pasar yang
kompeitif. Dalam persaingan sempurna, ekuilibrium akan diproleh jika
MC = P = AC.
e. Maksimisasi SHU/Devidend (patronage refund)
Jika koperasi bertujuan untuk memaksimumkan SHU yang dapat
didistribusikan kepada anggotanya, koperasi tersebut harus memproduksi
output yang merupakan hasil terbesar dari perbedaan antara harga yang
akan dibebankan, dengan rata-rata biaya produksinya (AC), yaitu pada P3
Q3.
Alternatif-alternatif perilaku:
• Maksimasi Output (P5 Q5)
• Minimasi Average Cost (P2 Q2)
• Solusi kompetitif (P4 Q4)

4.3.2.2 Kinerja Jangka Pendek Koperasi

Suatu koperasi yang mengecerkan barang atau jasa kepada anggotanya


memasuki suatu pasar dengan struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin
berhasil, maka ia harus memeberikan, paling sedikit, manfaat yang sama dengan
pasar, bagi para anggotnya.

Kasus 1: Kemampuan Koperasi Sama dengan Kemampuan Manajerial


Pesaingnya

Dalam persaingan sempurna, suatu koperasi tidak dapat


mempengaruhi/mengendalikan harga. Kurva permintaan bagi koperasi akan sangat
elastis, misalnya koperasi dapat menjual sebanyak-banyaknya atau sedikit mungkin
output sebagaimana yang dikehendaki tanpa mampu mempengaruhi harga.

Karena itu, dalam jangka pendek, tak akan ada keunggulan bagi anggota
koperasi dibandingkan dengan ia membeli di pasar (open market).
Kasus 2: Koperasi dengan Kemampuan Manajerial yang Lebih Rendah

Terdapat suatu kesenjangan kemampuan yang kritis: jika minimum rata-rata


kurva biaya koperasi berada dalam situasi diatas kurva permintaan, maka koperasi
tidak akan dapat bersaing. Karena koperasi tidak dapat meningkatkanharganya diatas
harga pasar (P1), maka koperasi akan mendapatkan kerugian, yang harus ditutupi oleh
para anggotnya maupun bantuan pihak luar.

Kesenjangan kemapuan koperasi adalah sangat krisis terutama pada fase awal
dari kelahiran koperasi tersebut: pada saat itu manajemen mungkin masih belum
berpengalaman atau manajemen yang baik/ berkualitas sulit untuk diajak
berkecimpung dalam koperasi.

Kasus 3: Koperasi dengan Kemampuan Manajerial yang Lebih Tinggi

Suatu koperasi dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi dapat


memproduksi output yang given, dengan biaya yang lebih rendah daripada para
pesaingnya.

Pada saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan lagi bagi anggotanya
keunggulan yang tidak tersedia pada pesiangnya.

Kesimpulan: dalam persaingan sempurna jangka pendek, koperasi “kurang


berfungsi”, karena tidak memiliki keunggulan yang komparatif dalam
mempromosikan anggotanya.

4.3.2.3 Kinerja Jangka Panjang Koperasi

Dalam jangka pendek, koperasi hanya menggunakan variabel faktor-faktor


produksi, karena itu koperasi dapat mengubah faktor produksinya.

Dalam menganalisis kinerja kompeitif jangka panjang koperasi pada suatu


pasar persaingan sempurna, kami ingin kembali membedakan kembali kasus-kasus
kemampuan koperasi dengan tingkat yang sama, lebih rendah serta lebih tinggi.

Kasus 1: Koperasi dengan kemampuan manejerial yang sama dengan


kemampuan pesaing.

Ekuilibrium jangka panjang dari suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Pada
saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan bagi anggotanya keunggulan yang tidak
tersedia pada pesaingnya.

Koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah mungkin dapat bertahan untuk
jangka waktu tertentu, karena tertolong oleh antusiasme para anggota serta kesetiaan mereka.
Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari
kemampuan pesaing.

Dalam kasus koperasi memiliki kemampuan yang lebih rendah (berarti biaya lebih
tinggi), dalam jangka panjang, koperasi ini tidak dapat bertahan.

Kasus 3: Koperasi dengan kemampuan yang lebih tinggi

Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi dapat brsaing melawan para
pesaingnya dalam dua artian:

1. Koperasi dapat memberikan harga yang lebih rendah atas barang-barangnya, atau
2. Memberikan harga yang sama dengan pesaingnya.

Koperasi dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya hanya dalam jangka


panjang saja, jika koperasi berhasil dalam pengurangan biaya secara berkesinambungan
pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan dengan para pesaingnya.

Kesimpulan:

Jika suatu koperasi memiliki kemampuan manajemen yang lebih rendah daripada
perusahaan swasta, maka koperasi tidak akan berhasil dalam menghadapi persaingan. Untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggotanya dibanding dengan pelayan yang
tersedia di pasar, suatu koperasi memerlukan kemampuan yang lebih tinggi, baik dalam
penakanan biaya (inovasi produk maupun inovasi teknologi). Kasus terakhir, bagaimana pun
juga, berada di dalam model persaingan sempurna.

4.4 Kinerja Koperasi dalam Persaingan tidak Sempurna

4.4.1 Defenisi

Suatu koperasi dibentuk untuk memsauki pasar persaingan tidak sempurna atau pasar
persaingan monopolistik. Sebagaimana halnya dalam kasus pasar persaingan sempurna,
untuk mencapai keberhasilan, suatu koperasi harus mampu meningkatkan pendapatan
anggotanya, atau secara umum dapat menambah kesejahteraan ekonomi para anggotanya.

Persaingan tidak sempurna dapat ditandai oleh karakteristik sebagai struktur pasar
persaingan sempurna (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan perkecualian bahwa
setiap pemasok merupakan pula monopolis “kecil”. (Persaingan monopolis kelompok besar).
4.4.2 Analisis Jangka Panjang

Karena didalam persaingan monopolistik, setiap pemasok merupakan “monopolis kecil”,


maka kurva permintaannya tidak elastis sempurna seperti dalam persaingan sempurna. Jadi,
perusahaan memiliki kekuatan untuk menentukan harga, terutama jika tidak banyak
perusahaan yang menjadi monopolis, oleh karena itu, kurva permintaannya lebih menurun
lagi. Semakin besar jumlah perusahaan dan semakin sedikit diferensiasi produknya, maka
akan semakin elastis kecendrungan kurva permintaan bagi perusahaannya.

Dalam Persaingan tidak sempurna, para penjual bersaing melalui diferensiasi produk.

Kasus 1: Kemampuan Koperasi sama dengan Perusahaan Lain

Sebagaimana yang telah dibahas pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, aturan
keputusan untuk berproduksi pada Average Cost yang serendah-rendahnya, tidak terjadi
dalam situasi yang stabil; para anggota baru akan tertarik dan/atau para anggota lama
didorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian dari peningkatan output dengan
harga pasar yang lebih tinggi).

“Solusi Persaingan” akan tercapai, saat MC = AR

Koperasi akan membebankan harga di P3 dan memproduksi sejumla Q3. Pada saat profit
diproleh, para anggota baru masih akan merasa tertarik untuk masuk menjadi anggota
koperasi, dan meningkatkan outputnya sampai AC = AR (yaitu di P4 dan Q4).

Kesimpulan:

Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi pasar.

Terdapat suatu keunggulan jangka pendek bagi koperasi. Keunggulan ini diproleh jika
pelayanan yang dijual merupakan suatu yang baru bagi anggotanya (misalny pupuk, di negara
berkembang). Karena pembersihan (eliminasi) efek monopoli, koperasi tidak hanya menjual
barang dengan harga murah, tetapi juga dengan jumlah yang banyak, dalam hal input yang
baru. Hal ini akan membuat inovasi pada perusahaan anggota melalui cara yang lebih murah
dan menguntungkan.

Kasus 2: Koperasi dengan Kemampuan yang Lebih Rendah

Apabila kemampuan koperasi lebih rendah dari kemampuan perusahaan swasta, koperasi
masih akan mampu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anggota koperasi,
sepanjang kurva Average Costnya memotong fungsi permintaan pada titik yang lebih rendah
dari harga perusahaan swasta yang diminta. Dalam jangka pendek, bahkan kesenjangan
kemampuan ini tidak mampu menjaga keunggulan komparatif koperasi.
4.4.3 Analisis Jangka Panjang

Kasus 1: Kemampuan Sama

Faktanya, bahwa koperasi sendiri dalam persaingan tidak sempurna, tidak dapat
memproleh profit. Hal ini tidak berarti bahwa koperasi berhasil bersaing dengan perusahaan
swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu rendah untuk dapat memberikan dampak langsung pada
para penjual lainnya. Keuntungan “swasta” ini akan menarik perusaaan lain ke pasar.
Hasilnya, kurva permintaan akan sedikit demi sedikit bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak
akan masuk lagi, saat seluruh profit telah habis. Ekuilibrium Jangka panjang inilahlah yang
digambarkan Chamberlain dalam solusinya yang terkenal “tangency”

Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memeberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi
pasar.

Kasus 2: Kemampuan Lebih Rendah

Kasus koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan monopolisitik
lebih sulit untuk ditelaah. Dalam kasus fungsi permintaan (AR) akan sama bagi semua
partisipan di pasar, produsen yang memerlukan biaya yang lebih tinggi, tidak akan mampu
bersaing, kerena fungsi permintaannya (AR) akan lebih rendah dari biaya Jangka Panjangnya.
Koperasi akan berproduksi dalam keadaan merugi.

4.5 Koperasi dalam Pasar Oligopoli

4.5.1 Defenisi & Asumsi

Sebagaimana Heflebower (1980, 29) menemukan bawha banyak entry yang dilakukan
oleh koperasi yang berintegrasi vertikal, terjadi di pasar lokal atau regional, dimana
perusahaan-perusahaan yang telah maju hanya sedikit yang melakukannya.

Maksudnya adalah bawha secara empiris, banyak koperasi didirikan atau muncul dalam
struktur pasar oligopoli. Pangsa-pangsa di pasar ini hanya dikuasai oleh beberapa penjual
saja.

Jika pernyataan empiris ini benar, jika situasi oligopoli benar-benar secara empiris
penting bagi koperasi, amak sangat disesalkan, bahwa para ahli ekonomi sejauh ini belum
samapai pada teori yang meyakinkan tentang perilaku lembaga usaha dalam pasar oligopoli.

Setiap produsen juga merupakan monopolis kecil. Ia dapat mempengaruhi kurva


permintaannya sendiri melalui periklanan dan promosi penjualan.
4.5.2 Strategi-strategi Harga Koperasi

Dua strategi dasar yang terbuka bagi koperasi dapat dibedakan menjadi: menggunakan
harga sebagai parameter kegiatan (“senjata”) dan persaingan non harga (melalui
pengurangan/reduksi biaya, diferensiasi produk, kualitas, dan lain-lain).

Suatu koperasi dapat menggunakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli. Harga
dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup besar.

Dengan kebijakan harga aktif koperasi, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi
para pesaingnya untuk menyapu bersih koperasi yang baru masuk. Jika koperasi
memproduksi dengan kemampuan rendah (biaya lebih tinggi), para pesaingnya dapat dengan
mudah melenyapkan pihak luar dan membuat koperasi tergantung pada bantuan luar untuk
mempertahankan hidupnya.

Koperasi bukan hanya mempromosikan para anggotanya saja, tetapi juga seluruh
pengguna jasa dari produk koperasi yang bersangkutan.

Pengurangan Harga “predatori”

Biasanya, koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan
perusahaan-perusahaan lainya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju, yang
esjak beberapa tahun lamanya mampu mengakumulasi profit dan likuiditas melalui kolusi
(ataupun pemimpin harga). Mereka mungkin dapat berupaya untuk mengeluarkan koperasi
dari persaingan, karena sudah jelas bagi mereka bahwa kolusi menghasilkan keuntungan,
sedangkan persaingan tidak.

Kepemimpinan Harga

Kesimpulan kita sejauh ini: Jika koperais tidak diberi bantuan, dengan kemampuan
manajerial yang lebih rendah akan bijaksana jika menggunakan ‘senjata’ harga secara hati-
hati(dalam rangka bertahan dalam persaingan), memberi kesempatan bahwa oligopoli,
pengurangan harga dapat dengan mudah terlepas dari kendala.

Jika koperasi dikelola untuk manfaat atau kepentingan anggota, koperasi dapat
menggunakan metode-metode yang lebih memiliki ciri-ciri tersendiri untuk mengoptimalkan
anggotanya seperti membayar SHU (patronage refund) maupun memberikan pelayanan
tambahan yang lebih baik (menggunakan persaingan non-harga).

Hambatan Masuk Bagi Koperasi

Jika pasar-pasar oligopolistik tersebar luas, jika kepemimpinan harga ataupun praktik-
praktik kolusif lainnya menjadi sangat umum, dan peluang memasuki pasar mudah selama
aturan main oligopolistik tidak dilanggar, kita mungkin bertanya-tanya mengapa masuknya
koperasi kedalam pasar seperti itu, tampak menjadi fenomena yang ternyata jarang ditelaah.
Beberapa perusahaan yang telah maju terlebih dahulu, mungkin telah menganggap
koperasi sebagai tantangan yang serius, tetapi dengan mengarahkan hambatan masuk bagi
perusahaan-perusahaan baru non-koperasi, mereka akan berhasil (dan sekaligus) juga dapat
menyingkirkan koperasi.

Struktur pasar oligopolistik atau pasar monopolistik terdiri dari beberapa bentuk:

1. Sanksi hukum pemerintah (paten, kuota, hak monopoli/franchise)


2. Harga yang terbatas atas permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu/beberapa
perusahaan saja yang mungkin mampu untuk menghasilkan profitabilitas dalam pasar
yang terbatas),
3. Harga yang terbatas.

4.5.3 Hambatan Masuk dan Integrasi Vertikal Koperasi

Masuknya koperasi ini juga dapat dianggap sebagai integrasi vertikal yang terkordinasi
secara koperasi, yang dilakukan oleh perusahaan (milik anggota).

Keunggulan potensial yang dimiliki oleh usaha kopersai baru telah diperbandingkan
dengan usaha penanaman modal harus yang beroperasi dalam tingkat pasar yang sama
(misalnya penjual input bagi petani) yang keduanya dapat terlahir dari identitas pemilik dan
pengguna jasa.

Koperasi yang menjual (produk/jasanya) kepada para anggotanya memiliki jaminan


pasar potensial. Apa yang dibeli sendiri oleh anggota jelas kini menjadi “memasok untuk diri
sendiri”.

Jika dibandingkan dengan perusahaan penanaman modal, dalam memasuki pasar,


kehidupan ekonomi suatu koperasi dengan kemampuan bersaing yang sama, jelas dapat lebih
mudah:

1. Karena di suatu sisi dari pasar, pelanggannya lebih memungkinkan untuk membuat
kontrak dengan perushaan yang dimiliknya sendiri.
2. Anggota akan lebih bersedia untuk memberikan informasi penting meneganai kondisi
pasar. Sedemikian pula upaya manajemen pada kualitas produk dan baiay periklanan
serta promosi, akan menjadi lebih rendah.
3. Hubungan yang kuat atas kepercayaan dan kesetiaan antara anggota dan manajemen
koperasi: memiliki keunggulan reputasi yang berhasil dibangunnya sendiri, bila
dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
4.5.4 Oligopoli & Monopoli Alami

Pemasok tunggal dapat menghasilkan output given selalu pada biaya rata-rata yang lebih
kecil, bila dibandingkan dengan beberapa pemasok output, yang sama secara bersama-sama.

Dalam literatur, kasus terakhir ini sering dianggap sebagai “monopoli alami” yang
dibedakan dari monopoli “buatan” yang diakibatkan atau ditegakkan oleh hambatan masuk
buatan, terutama hambatan hukum (misalnya produsen obat-obatan yang memiliki hak
paten). Sedangkan monopoli alami merupakan hasil dari hambatan teknologi “alami”

Dengan peluang masuk yang potensial, bagi kegiatan koperasi maupun perusahaan
lainnya, membuat monopolis tidak dapat menggunakan kekuatan monopolisnya. Jika
koperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan monopolis, maka koperasi harus
mampu memiliki keunggulan tambahan:

a) Atau dengan memberikan teknologi yang lebih baik yang tidak tersedia pada
perusahaan yang disingkirkan.
b) Atau menghasilkan produk/jasa yang lebih baik.
c) Atau mewujudkan keunggulan biaya administrasi lainnya (yang belum dibahas
sejauh ini).
d) Memiliki akses kepada kekuatan politis yang lebih baik dalam rangka memberikan
kekuatan hukum untuk membersihkan monopolis.

Kesimpulan:

Mengingat kasus Monopoli/Oligopoli alami, kami dapat menyimpulkan bahwa


sepanjang pasar terbuka bagi pendatang (entrants) baru maupun hambatan masuk yang
didasari oleh motif politik maupun hukum lainnya tidak ada, maka masuknya koperasi dalam
pasar seperti itu tak dapat memberikan keunggulan tambahan.

4.6 Kinerja Koperasi dalam Pasar Monopoli

4.6.1 Masuknya Koperasi dalam Pasar Monopoli

Menopolis asli/sejati merupakan monopolis yang hanya dialah satu-satunya penjual


dalam pasar yang given. Ketika suatu perusahaan merupakan satu-satunya penjual dalam
pasar yang given, nyatalah bahwa perusahaan tersebut memiliki kekuatan atas produk, harga
dan jumlahnya di dalam pasar.

Kekuatan monopoli merupakan kemampuan untuk mempengaruhi harga atau jumlahnya,


didalam pasar (persaingan tidak sempurna).
Asumsi-asumsi yang merupakan dasar bagi model kita tentang monopoli murni adalah
sebagai berikut:

1. Terdapat hanya penjual/pembeli tunggal yang ada di pasar, bagi suatu produk
tertentu.
2. Penjual tunggal tersebut menghasilkan produk yang tidak memiliki substitusi siap
baginya.
3. Terdapat hambatan masuk yang utama, dan yang terpenting lainnya adalah terdapat
hambatan masuk yang berupa keunggulan bersaing yang besar/kuat, atau hambatan
hukum.

Jika perusahaan lain memasuki industri, maka itu tak disebut lagi monopoli, melainkan
oligopoli.

4.6.2 Persaingan Potensial & Koperasi

Merangkum pembahasan monopoli dan oligopoli, terdapat beberapa masalah penting:

1. Dari sudut pandang statis atas struktur pasar monopolistik & oligopolistik; oleh
karena mereka membebankan harga yang lebih tinggi dari Marginal Cost (MC)
(berarti kegagalan pasar), hal ini menawarkan kondisi yang baik bagi masuknya
koperasi.
2. Tiga jawaban yang telah dibahas, sedangkan jawaban keempatnya diasumsikan
diabaikan:
a) Masuknya pesaing kedalam pasar tidaklah bebas, karena adanya hambatan-
hambatan hukum, politik & ekonomi (perilaku wirausha politik yang berorientasi
‘pecah belah’ atau “rent”).
b) Terdapat kesenjangan kemampuan antara yang sedang berkuasa di pasar dan para
pesaing baru yang potensial untuk memasuki pasar.
c) Biaya masuk (sebgai hambatan masuk) sangat tinggi.
d) Biaya pelaksanaan transaksi yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi peluang
profit, terlalu tinggi.
3. Melihat kondisi masuk kedalam pasar secara lebih terperinci, maka perilaku
oligopolis dan monopolis tergantung secara kritis pada biaya yang dibutuhkan untuk
memasuki pasar tersebut. Jika biaya masuk maupun hambatan masuk rendah, bahkan
pasar oligopoli & monopoli dalam jangka panjang pun tidak akan menyimpang
banyak dari pasar persaingan sempurna.
4. Menginggat relevansi teori kinerja struktur-conduct, maka:penentu perilaku struktur
pasar menjadi kurang relevan dalam prsaingan potensial.
4.7 Skala Ekonomi & Kinerja Komparatif Koperasi:

4.7.1 Masalah dan Arti Skala Ekonomi:

Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan bagi suatu
perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah
daripada hanya menghasilkan output yang lebih sedikit. Skala ekonomi lebih diartikan pada
hubungan antara biaya rata-rata dengan skala output.

Skala ekonomi ini dapat lahir dari dua hukum yang utama, mengenai produksi:

1) The Law of Diminishing Returns.


Ini adalah hukum jangka pendek yang memiliki hipotessa bahwa output tumbuh pada
tingkat yang menurun dan mulai jatuh ketika unit-unit yang berturut-turut dari faktor
variabel inputnya ditambahkan kepada input lain yang berjumlah tetap, baik secara
kuantitas maupun kualitasnya.
2) Hukum dimana seluruh input dalam proses produksinya merupakan (bersifat)
variabel. Hukum ini berhubungan dengan Returns To Scale dengan menggambarkan
hubungan antar input dengan ouput dalam jangka panjang: perusahaan memiliki
keluwesan yang lengkap dalam menentukan karakter proses produksinya.

4.7.2 Skala Ekonomi & Organisasi Koperasi

Kami akan menjelaskan 3 faktor saja untuk memperlihatkan bahwa, jika koperasi dapat
merealisasikan skala ekonomi, hal ini tidak berarti bahwa koperasi memang memiliki
keunggulan alami dalam mewujudkannya.

1. Koperasi harus memperlihatkan tingkat kemampuan yang sama dalam memproduksi


dan mendistribusikan air bagi para anggotanya dibandingkan dengan perusahaan air
swasta manapun agen pemerintah.
2. Dengan memberi kesempatan dan kemampuan pada manajer irigasi, untuk
meminimalkan biaya produksi.
3. Kita harus mengasumsikan bahwa teknologi juga given.
4. Seluruh argumen ini menyatakan secara tidak langsung tentu saja, bahwa masuknya
suatu perusahaan kedalam industri manajemen irigasi air adalah bebas.

Jika skala ekonomi terwujud maka sulit untuk melihat mengapa koperasi harus memiliki
manfaat komparatif dalam merealisasikan hal itu, dalam kondisi bebas masuk (free
entry).

Anda mungkin juga menyukai