Anda di halaman 1dari 38

RESUME BOOK

EKONOMI KOPERASI & UMKM


DOSEN PENGAMPU : OK Sofyan Hidayat,SE., M.Si., Ak

Disusun oleh :

Alamsyah (7163210003)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2017
Identitas Buku

Judul : EKONOMI KOPERASI (Teori dan Manajemen)

Penulis : Prof. Dr. Jochen Ropke (Philipps University Marburg Germany)

Jumlah Halaman : 193 halaman

Diterjemahkan Oleh : Hj. Sri Djatnika S. Ariffin S.E., M.Si. (Fakultas Ekonomi Universitas
Padjadjaran)
BAB 1
PENTINGNYA KONSEP-KONSEP TEORITIS DALAM ANALISIS
KOPERASI

1.1 Pendekatan Lembaga komperatif


Koperasi pada negara-negara yang sedang berkembang, pada umumnya tidak memiliki
kesempatan untuk tumbuh secara bertahap serta meningkatkan efisiensi ekonominya sejajar
dengan para pesaing swasta utama (lembaga) ekonomi pemerintah (“govermental economic
competitors”) lainnya.
Koperasi-koperasi tersebut sejak keberadaanya (kelahirannya) pun sudah dihadapkan
pada para pesaing internasional maupun nasional yang kuat.
Alasan-alasan penting yang menyebabkan kegagalan koperasi di negara berkembang,
antara lain :
i) Dasara teoritis-empiris pengetahuan koperasi tradisional yang agak lemah, dan
ii) Tidak dimilikinya atau tidak digunakannya informasi (yang minim) yang
justru secara potensial disediakan oleh pendiri koperasi/instituasi di negara-
negara yang sedang berkembang tersebut.
Pengetahuan koperasi tradisional dihambat oleh defenisi-defenisi yang lemah,
pendekatan-pendekatan esensialis, pemikiran yang bersiftat intuitif dan indukatif serta cara
berpikir dogmatik.
Dengan bantuan informasi teoritis, sedikitnya kita akan mampu meyarankan kepada
berbagai agen pendiri instuisi, kebijakan-kebijakan koperasi mana yang tidak akan
berjalan/berfungsi dalam situasi tertentu.
Kenyataannya, bentuk-bentuk organisasi ekonomi ditandai oleh
keanekaragaman/perbedaan yang luas. Jika kita menyampingkan BUMN (goverment
enterprise) maka suatu perusahaan, pada umumnya, dapat mengambil salah satu dari empat
kemungkinan bentuk berikut :
• Perusahaan yang dimiliki/dikelola sendiri
• Kemitraan
• Perusahaan umum (PT, Perusahaan para pemegang saham), dan
• Koperasi
Fakta yang paling jelas dan penting adalah kita harus mengakui bahwa lembaga
koperasi hanya meliputi bagian yang sangat kecil saja dari keseluruhan transaksi ekonomi.
Mengapa begitu ? Mengapa tidak lebih banyak transaksi ekonomi yang dikuasai oleh
koperasi ? Mengapa tidak lebih banyak lembaga-lembaga yang dikuasai oleh lembaga
koperasi ? Mengapa tidak seluruh produk dan distribusi dilakukan oleh koperasi ?
Jawabannya sederhana, karena lembaga koperasi tampaknya hanya memiliki
keunggulan komparatif yang terbatas untuk mampu bersaing dengan jenis lembaga lain,
terutama dengan perusahaan-perusahaan kapitalis.
Pada bagian berikut ini yang patut kita garis bawahin, adalah : koperasi (sebagai
organisasi) akan dapat terus berjalan hanya dalam kondisi yang sangat khusus. Dalam situasi
khusus seperti itu, koperasi mungkin memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
lembaga-lembaga lainnya dalam hal pelayanan anggota pada suatu pasar target yang telah
ditetapkan, maupun dalam hal menciptakan nilai dalam suatu bidang/kegiatan tertentu.
Keunggulan-keunggulan koperasi mungkin belum tampak. Karena itu koperasi seolah-olah
seperti terisolasi dari efisiensi ekonomi lembaga lainnya.
Jika kita ingin memperlihatkan keistimewaan koperasi dalam situasi bebas masuk
(free-entry) dibandingkan dengan lembaga lainnya, jelas kita harus membuktikan secara
teoritis, mengapa koperasi lebih kuat atau memiliki keunggulan komparatif ( manfaat, bila
dibandingkan dengan lembaga lain. Dalam hal ini berarti manfaat bersih).
Untuk mengatakan koperasi memiliki keunggulan karena dapat mewujudkan sekala
ekonomi, perlu dibuktikan bahwa skala ekonomi tersebut tidak hanya ada pada waktu dan
tempat yang khusus saja, melainkan alangkah akan lebih baik bila koperasi mampu
mewujudkan keunggulan-keunggulan itu.
Keunggulan lembaga koperasi, diproleh dengan membandingkan koperasi yang
berfungsi secara ideal dengan ekonomi pasar yang bekerja secara tidak sempurna.
Dengan memakai analisis kelembgaan komparatif, kita coba untuk menilai masalah
ekonomi yang akan kita pecahkan.

1.2 Penjelasan tentang Ilmu Koperasi


Biasanya ilmu ekonomi di klaim dengan suatu cabang ilmu postif (kebaikan dari
normatif), karena itu keberhasilannya harus diukur dari kegunaan ilmu ekonomi tersebut
pada bidang terapan, seperti ekonomi koperasi.
Kegunaan ini dapat dibagi ke dalam 3 komponen:
• Apakah teori (hipotesisnya) mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa nyata?
• Apakah teori (hipotesisnya) mampu meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan datang?
• Apakah teori (hipotesisnya) mampu mempengaruhi (menciptakan merancang peristiwa-
peristiwa nyata) melalui pengukuran kebijakan yang mejadi pedoman?

Gambar 1 : Kinerja Komparatif Koperasi

“Mengapa” Kinerja Komparatif Koperasi

Variabel bebas Variabel Terikat


Jika kita ingin memahami kinerja komparatif koperasi, kita harus
mempertimbangkan sejumlah penyebab yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas kinerja tersebut.

Gambar 2 : Penyebab efek koperasi

“Penyebab” Efek Koperasi

Dalam Penjelasan sebab-akibat apa pun, kita harus membedakan dua jenis fakta
yaitu: fakta yang sedang dijelaskan (efek, akibat: variabel bebas atau kondisi
“awal”)

Gambar 3 : Tesis simetri

a. Penjelasan b. Prediksi c. Kebijakan

Kenyataan ? Kenyataan

? Teori Teori

Kondisi Awal Kondisi Awal ?

“Akibat” (effect)
“Sebab” (cause)
Kita menelaah koperasi yang para anggotanya meninggalkan atau mengurangi
kegiatan komersilnya (partisipasinya) terhadap usaha ini. Ini merupakan “akibat” yang kita
telaah secara nyata, dan yang ingin kita jelaskan di sini adalah: Mengapa para anggota
koperasi meninggalkan koperasinya?
Dalam menjawab pertanyaan atau menjelaskan akibat, kita harus mencari dulu
“penyebabnya”. Salah satu sebabnya mungkin saja, bahwa pesaing koperasi mulai menjual
produk dibawah harga yang diberikan oleh koperasi.
Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah misalnya, anggota mengetahui bahwa
manajer koperasi telah menggunakan uang koperasi untuk mmenuhi kepentingan pribadinya.
Simetri logis antara penjelasan dan hakikat prediksi, disebut “tesis simetri”.
Untuk memproleh teori yang berguna, teori tersebut harus dapat memberikan makna
yang sangat kuat untuk mengubah kenyataan menjadi keadaan yang sesuai dengan tujuan-
tujuan khusus, dengan cara yang rasional.

BAB 2
BADAN USAHA YANG BERBENTUK KOPERASI
(THE COOPERATIVE FROM OF ENTERPRISE)

2.1 Masalah dalam Membuat defenisi “Apakah Koperasi itu”?


2.1.1 Kepentingan untuk Mendefenisikan
Cara para esensialis mendefenisikan koperasi kurang dapat membantu mencapai tugas-tugas
yang secara konvensional dijadikan pelengkap bagi ilmu empiris; untuk menjelaskan kenyataan,
membimbing kegiatan pemecahan masalah maupun untuk pembuatan prediksi.
Menurut Pooper (1962) Seorang esensialis mencoba untuk menemukan dan menjelaskan
hakikat sejati dari sesuatu, atau inti sari (esens) dari sesuatu. (Sepert: Apakah energi itu? Apakah atom
itu? Apakah koperasi itu?). Hakikat yang sebenarnya, digambarkan oleh makna yang terkandung
dalam defenisinya.
Sebaliknya, Nominalis metodologis tidak mencoba menemukan apa sebenarnya sesuatu itu,
melainkan bagaimana sesuatu berperilaku dalam berbagai lingkungan dan apakah terdapat keteraturan
dalam perilakunya itu (Pooper, 1962 hal. 31-32).

2.1.2 Mendefenisikan Koperasi


Menurut beberapa ahli (akademisi), karakteristik fungsional dasar dari koperasi,
disebut “kriteria identitas” (“identity criterion”), yakni: identitas pribadi antara pemilik dan
pelangga (supplier, pegawai/karyawan, tergantung pada jenis koperasinya) yang
membedakan koperasi dari organisasi usaha lainnya.
Berbicara mengenai kegiatan koperasi, jika sekelompok orang yang merdeka secara
hukum atau unit-unit ekonomi bekerja sama untuk memiliki dan bertanggung jawab atas
manajemen suatu badan usaha, dan bermaksud untuk menggunakan output-output ekonomis
dari badan usaha tersebut, maka kita menamakan badan usaha semacam itu sebagai badan
usaha koperasi.
“Badan usaha Koperasi dimiliki oleh anggota, yang merupakan pemakai jasa (user).
Fakta ini membedakan koperasi dari badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya,
pada dasarnya adalah para penanam modal (investor).”
“Fakta bahwa orang-orang membentuk koperasi ialah untuk memenuhi kebutuhannya
akan pelayanan, yang sebagian besar dinyatakan dalam tujuan-tujuannya, bagaimana koperasi
itu diawasi, dibiayai, dan dioperasikan serta bagaimana SHUnya didistribusikan. Tingkat
keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuan-tujuanny, menjelaskan alasan keunggulan
koperasi bagi anggota pengguna jasa (member-user) untuk menjadi pelanggannya, daripada
menjadi pemilik perusahaan yang berorientasi pada penanaman modal.” (Abrahamson, 1976,
hal. 4)
Konsekuensinya, menurut Kohls, “pandangan (point of view) yang merupakan
pedoman dari kegiatan-kegiatan badan usaha tersebut adalah merupakan pandangan/pendirian
dari para pemilik usahanya, yang juga merupakan pelanggan dan pengguna-
pelayanan/jasanya.”(Kohls, 1961. Hal384-5)
Menurut kriteria identitas, pandangan yang menjadi acuan/pedoman bagi kegiatan
para pemilik koperasi adalahpandangan para pemilik usaha yang juga merupakan para
pelanggan dan pengguna jasanya. Pandangan/pendirian tersebut berupaya mencari usaha
yang menguntungkan, sperti bisnis lainnya.
Kriteria identifikasi dari suatu koperasi akan merupakan prinsip identitas : para
pemilik dan pengguna jasa dari pelayanan suatu unit usaha adalah orang yang sama.
Jika para pemilik dan pelanggan (pembeli jasa atau pelayanan dari suatu organisasi)
adalah orang yang sama, kita dapat mendefenisikan organisasi ini sebagai suatu koperasi
pembelian.
Koperasi pemasaran adalah koperasi yang para anggotanya menjual produk dari
hasil usahanya sendiri jika produk yang dibeli dari sautu badan usaha merupakan barang
akhir dan konsumen tersebut adalah orang-orang yang sama dengan pemilik badan usahanya
organisasi tersebut. Dapat kita namakan Koperasi Konsumen.
Koperasi Produksi dapat kita defenisikan sebagai suatu perusahaan yang dimiliki
oleh para karyawan/pekerjanya (koperasi produsen).
Dalam literatur, kita mungkin menemukan tipe-tipe koperasi tambahan, tetapi secara
keseluruhan dapat digolongkan pada keempat jenis koperasi yang telah diungkapkan diatas.
Koperasi jasa diorganisir untuk dapat melayani para anggotnya dengan pelayanan
yang lebih meningkat. Pelayanan yang dapat diushakan meliputi:
asuransi,kredit,telepon,irigasi,dan drainase (pengairan), rumah sakit,auditing,fasilitas
komputer pemrosesan data, dan lain-lain.
Tipe-tipe berbagai koperasi dapat dikombinasikan ke dalam atau menjadi suatu
koperasi multipurpose (ragan usaha).

2.1.3 Prinsip-prinsip Kopeasi dan Kegiatan Self-help (Swadaya)


Tujuh konsep koperasi yang telah dikembangkan oleh koperasi modern “pertama”
yang didirkan tahun 1844 oleh 28 pekerja Lancashire di Rochdale. Prinsip-prinsip tersebut
masih menjadi dasar (basis) dari gerakan koperasi internasional, yaitu:
1. Open membership.
2. One member, one vote.
3. Limited return on capital.
4. Allocation of surplus in proportion to member transactions.
5. Cash trading.
6. Stress on education.
7. Relogious and political neutrality.

Yang artinya:
1. Keanggotaan terbuka.
2. Satu anggota, satu saura.
3. Pengembalian (bunga) yang terbatas atas modal.
4. Alokasi SHU sebanding dengan transaksi yang dilakukan anggota.
5. Penjualan tunai.
6. Menekankan pada unsur pendidikan.
7. Netral dalam hal agama dan politik.
“Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang dikelola oleh para anggotanya,
dengan dasar satu orang satu suara, dengan SHU yang didistribusikan di antara para
anggotanya sesuai dengan aturan yang telah disetujui.

2.1.4 Masalah-masalah Usaha dengan non-anggota


Para pemegang saham mungkin juga para karyawan dalam perusahaan yang
dimilikinya (yang juga mereka modali) atau para pemagang saham mungkin merupakan
pemasok input (barang-barang,kredit dan lainnya), atau pemegang saham merupakan pembeli
produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaannya.
Semakin banyak jumlah usaha “anggota” yang dilayani oleh perusahaan maka akan
semakin berubah kedalam bentuk “koperasi”.
Sebuah perusahaan pemegang saham (menurut hukum) dapat merupakan suatu
koperasi, baik dari segi materi maupun dari sengi ekonominya, jika para pemagang saham itu
adalah dan hanya merpa yang merupakan pengguna jasa utama dari pelyanan yang
diberikan oleh perusahaannya, atau jika mereka itu berkedudukan bukan hanya sebagai
karyawan, tetapi juga merupakan pemegang saham dari perusahaannya tersebut (koperasi
produsen).

2.2 Persaingan dan Kerja Sama


2.2.1 Kerja Sama Mikro yang Direncanakan versus Kerja Sama Pasar yang tidak
Direncanakan: hierarki dan pasar.
Adam Smith memakai metafora “invisible hand” untuk menggambarkan prinsip yang
bermanfaat baik secara sosial maupun ekonomi yang dikembangkan sebagai suatu konsekuen
“bukan bakal” dari tindakan-tindakan individu manusia.
Selanjutnya, Adam Smith (1976, 1981, IV, II, hal. 456) mengemukan, “bahwa
tindakan yang tidak bermaksud untuk mempromosikan kepentingan umum, maupun
mengetahui bagaiman cara untuk mempromosikannya, ia hanya cenderung untuk
mendahulukan kepentingannya, dan dalam hal ini maupun pada kasus-kasus yang lain, ia
dibimbing oleh (apa yang disebut dengan invisble hand) untuk mempromosikan suatu hasil
akhir, yang sebenarnya bukan bagian dari tujuan itu sendiri.
Apa yang penting dari ide Adam Smith ini adalah bahwa konsekuensi dari tindakan
manusia yang tidak dikoordinasikan oleh kekuasaan sentral maupun hierarki-tidak akan
berhasil dalam anarki atau keadaan yang kacau, melainkan harus dengan memberikan hukum,
adat istiadat, hak milik yang memadai, dalam suatu sistem pengaturan dan koordinasi diri,
yaitu suatu tatanan yang spontan harus dilakukan (FA Hayek).
Peranan koordinasi pasar adalah untuk menghasilkan insentif dan mengunakan
pengetahuan yang tersebar pada individu-idividu itu akan membimbing pada penyesuaian
berbagai harapan yang berbeda.
Jika konstituisi (UUD 1945) Indonesia menyatakan bahwa ekonomi harus
didasarakan pada prinsip “kekeluargaan dan usaha bersama”. Hal ini dapat bermakna:
1. Kegiatan unit-unit usaha koperasi pada tingkat mikro dalam suatu ekonomi pasar.
2. Kerja sama ekonomi yang direncanakan pada tingkat ekonomi secara keseluruhan
(total economy), dengan unit usaha yang diorganisasikan menurut prinsip birokrasi
atau aturan-aturan organisasi (bukan berdasarkan kerja sama koperasi).
3. Kegiatan ekonomi yang direncanakan pada tingkat ekonomi yang luas (economy wide
level) dengan unit-unit usaha, seperti koperasi.

2.2.2 Tingkat Kerja Sama


Untuk menganalisis dengan lebih tepat cara spesialisasi koperasi, kita dapat
menggunakan skema berikut (berdasar pendapat Eschenburg).
Setiap pelaku ekonomi manapun dapat mengisi fungsi atau kegiatan koperasi, baik
bagi dirinya sendiri (“alone”) maupun (“not alone”), yaitu suatu kegiatan khusus yang
dikerjakan bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga bai pelaku lainnya.

2.3 Mengapa Menjadi Anggota Koperasi? Suatu pendekatan kelembagaan komperatif.


2.3.1 Hipotesis Dasar
Jika koperasi memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi bagi seseorang dari
pada organisasi lainnya, hal ini memiliki makna yang sederhana, bahwa koperasi lebih
mampu memuaskan keinginan-keinginan manusiawi anggotanya.
Dalam analisis ekonomi, sikap seorang individu merupakan dasar/landasan tingkatan
yang diambil oleh perusahaan, termasuk koperasi,pemerintah,serikat dagang, dan lain-lain.
Jika “utility” (manfaat) atau keunggulan yang diberikan oleh koperasi bagi seseorang
lebih tinggi dari utility yang dapat diproleh/dicapai olehnya saat ia menjadi anggota koperasi,
maka orang tersebut akan masuk menjadi anggota koperasi dan melakukan usaha dengan
koperasi-nya atau dengan kata lain, koperasi dapat menarik anggotanya.
Perspetif koperasi yang berorientasi pada anggota sebagaimana kita ketahui, tidaklah
secara universal diterima. Dengan logika yang sama, kita dapat pula memandang kinerja
komparatif koperasi, potensial maupun aktual, dari segi tujuannya, kepentingan pemerintah
ataupun manejemennya.
Analisis konsekuensi penggunaan lembaga koperasi sebagai instrumen atau agen
kebijakan pemerintah merupakan topik yang sangat menarik atas konsekuen praktis yang
besar dalam pelaksanaannya.
2.3.2 Keunggulan-keunggulan Khusus Koperasi
Keunggulan khusus yang tidak akan ditentukan dalam lembaga lain, hanya dapat
diwujudkan oleh individu-individu itu jika mereka menjadi anggota koperasi, dan ini berarti:
pada saat mereka menjadi pemilik, dalam waktu yang sama mereka juga menjadi pengguna
jasa.
Karena adanya hubungan identitas maka dapat diaharapkan dalam kondisi khusus
(internal & eksternal) manajemen koperasi akan memberikan pelayanan yang lebih baik atau
kenuntungan (manfaat) yang lebih tinggi bagi para anggota, daripada manajemen pada
perusahaan non-koperasi.
Dalam pengertian yang sangat umum, dapat kita katakan, bahwa ada dua kondisi yang
harus dipenuhi oleh suatu koperasi agar menjadi alternatif yang menarik bagi anggota-
anggota prospektifnya.
1. Koperasi haru mampu memberikan (paling tidak) keunggulan yang sama dengan
alternatif-alternatif non-koperasi: Koperasi harus berhasil dalam persaingan, koperasi
harus memiliki kemampuan untuk memberikan keunggulan (manfaat) “khusus” bagi
anggotanya.
2. Bahkan jika koperasi mampu menyaingi organisasi-organisasi lain dalam kondisi,
waktu dan tempat yang khusus, tetapi para anggotanya tidak dapat berpartisipasi:
maka dalam keunggulan semacam ini, para anggota itu akan kehilangan minatnya
untuk menjadi anggota koperasi yang aktif.
Para anggota koperasi harus mampu mengontrol manejemen koperasi sedemikian
rupa sehingga manajemen dapat dan berkeinginan untuk mempromosikan kepentingan
anggotanya.
Koperasi harus memiliki keunggulan kompetitif yang potensial dibanding dengan
lembaga-lembaga lainnya (market test) dan koperasi harus mengimplementasikan atau
mewujudkan keunggulan ini bagi kepentingan anggotanya (participation-test). Kedua test
ini bersama-sama membentuk “cooperative test”.

2.3.3 Koperasi dalam “Segitiga Strategis”


Untuk menganalisis strategi koperasi, tiga “pelaku” utama harus diperhitungkan:
koperasi,anggota/pelanggan koperasi, dan pesaing koperasi. Masing-masing ketiga pelaku C
strategis ini memiliki tujuan dan kepentingannya sendiri-sendiri.
Strategi koperasi yang berhasil merupakan suatu hal yang dapat menjamin penyesuaian
yang lebih baik dari kekuatan-kekuatan koperasi terhadap kepentigan-kepentingan pelanggan,
dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh pesaing.
1. Koperasi harus mampu memberikan setidaknya manfaat keunggulan yang sama
dengan yang diberikan oleh pesaing (non-koperasi) dengan kata lain, Kopersi harus
memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat keunggulan yang khusus.
2. Anggota koperasi harus mampu mengontrol manajemen, sedemikian rupa sehingga
manajemen termotivasi untuk mempromosikan anggotanya.
BAB 3
PARTISIPASI DALAM KOPERASI

3.1 Mengapa Berpartisipasi


Tanpa partisipasi anggota, kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan
efektivitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar.
Karena kebutuhan yang berubah-ubah dari para anggota lingkungan koperasi, terutama
tantangan persaingan, maka pelayanan koperasi harus secara terus menerus disesuaikan;
penyesuian ini memerlukan informasi yang juga harus diberikan oleh partisipasi.

3.2 Masalah-masalah Partisipasi


3.2.1 Konflik Kepentingan
Sering kali koperasi hanya “koperasi” dalam nama saja, sebagaimana telaahan Uphoff:
1. Fungsi koperasi tidak seperti yang dinilai atau yang dimengerti oleh anggota;
2. Struktur organisasi dan proses pengambilan keputusan sulit dimengerti dan dikontrol.
(Di Indonesia, sebuah KUD mungkin memiliki selusin unit usaha); kompleksitas
organisasi terlalu tinggi;
3. Tujuan koperasi menurut sudut pandang anggota, terlalu sempit;
4. Perusahaan koperasi dijalankan sebagai respon atas kepentingan manajer atau para
pemimpin lainnya, atau sebagai respons atas kepentingan dan arahan dari pemerintah.
5. Koperasi terbuka juga bagi non-anggota dan usaha non-anggota ini mungkin justru
akan menyerap sebagian sumber daya koperasi yang penting.
Hasil-hasil berikut dapat dicapai oleh partisipasi yang efektif:
1. Para anggota akan memutuskan jumlah fungsi koperasinya (fungsi tunggal atau multi
fungsi/multiusaha;misalnya pengelolaan kredit,pemasaran, dan lain-lain.
2. Para anggota akan memutuskan struktur koperasinya akan menjadi organisasi yang
sederhana ataukah yang lebih kompleks? Akankah koperasi itu dibantu pemerintah
menjadi suatu organisasi multilevel yang lebih besar (dari lembaga primer menjadi
organisasi tingkat 2 atau 3?).
3. Para anggota akan memutskan tujuan dari koperasinya sendiri. Apakah koperasi akan
menjadi organisasi yang murni ekonomis atau akan diperluas dengan tujuan-tujuan
sosial politik?
4. Para anggota akan memutskan keanggotaan koperasinya: akankah koperasi terbuka
(bagi anggota baru) atau tertutup? Anggota dapat memperketat keanggotaan menurut
kriteria yang dianutnya yaitu keanggotaan eksklusif. Atau dapat pula mereka
memutuskan keanggotaan inkulsif yaitu dengan mengijinkan siapapun yang dapat
menanamkan saham tertentu (baik berupa uang, atau sumber daya lainnya) untuk
menjadi anggota.
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa partisipasi anggota tidak perlu, karena:
1. Kepemimpinan koperasi dapat bertindak secara alami menurut/sesuai dengan
kepentingan anggota dan
2. Anggota sebagai pemilik koperasi bagaimanapun akan dapat mengawasi kegiatan-
kegiatan koperasi.
Jika kita ingin mengisolasi hubungan antara pemilik dan manajemen, kita menemukan
bahwa dari keempat kemungkinan bentuk yang akan dipakai perusahaan adalah: perusahaan
yang dikelola sendiri, kemitraan, perusahaan umum, dan koperasi, hanya dalam perusahaan
yang dikelola sendiri, konflik kepentingan tidak masalah.
Teori koperasi tradisional mendasarkan argumentasinya pada pengendalian aktual
manajemen koperasi oleh para anggotanya/pemiliknya. Akan tetapi, pengalaman dinegara
maju maupun di negara berkembang jelas bahwa “teori harmoni” merupakan suatu gambaran
realita yang naif dan sebaiknya diganti oleh “teori konflik”.

3.2.2 Biaya Partisipasi


Biaya partisipasi tergantung dari waktu, energi, dan sumber daya-sumber daya langsung
yang digunakan oleh anggota, manajemen , dan pimpinan-pimpinan koperasi untuk
berpartisipasi dalam koperasinya.
1. Ukuruan Koperasi
Hipotesis berikut diformulasikan untuk membahas mengenai ukuran koperasi: semakin
besar ukuran suatu koperasi, maka akan semakin tinggi biaya untuk berpartisipasi: alasnanya
karena:
1. Dengan peningkatan jumlah keanggotaan, maka keefektifan partisipasi berkurang:
untuk mencapai manfaat yang given (ditentukan), maka akan semakin banyak
sumber daya yang harus dipakai (misalnya keefektifan berdiskusi berkurang).
2. Dengan peningkatan jumlah keanggotaan, kita dapat (oleh karena faktor-faktor
lokasional) memperkirakan akan lebih banyak waktu, energi dan sumber-sumber
daya yang digunakan untuk berpartisipasi (lokasi/tempat tinggal yang lebih jauh
untuk menjangkau koperasi).
3. Karena lebih tingginya biaya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi, maka respons
yang rasional dari anggota adalah dengan menurunkan tingakt partisipasinya
sehingga menjadi anggota yang lebih pasif, dan akan lebih mengandalkan pihak-
pihak lain dalam menjalankan tugasnya untuk pengendalian manajemen.
2. Struktur Keanggotaan
Struktur keanggotaan memiliki beberapa dimensi; income, profesi, pendidikan, dan lain-
lain, (yang lebih penting adalah dimensi income dan profesi).
Jika anggota-anggota terdiri dari anggota-anggota dengan income yang berbeda (miskin
dan kaya) dari profesi yang berlainan (petani dan guru) dengan tingkat pendidikan yang
berbeda, maka potensi untuk terjadinya konflik anta-anggota dan anggota dengan
manajemen, akan semakin tinggi dibanding dengan koperasi yang memiliki keanggotaan
lebih homogen.
3.3 Model “Kesesuaian” Partisipasi
Partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat diwujudkan
jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan koperasi “sesuai” dengan kepentingan dan
kebutuhan daripada anggotanya.

Kita akan memusatkan pembahasan pada partisipasi sebagai suatu alat. Dalam hal ini
kita gunakan partisipasi dalam 3 konteks sebagai berikut:

1. “Partisipasi” anggota dalam mengkontribusikan atau menggerakan sumber-sumber


dayanya.
2. “Partisipasi” anggota dalam menagambil keputusan (perencanaan,
implementasi/pelaksanaan, evaluasi).
3. “Partisipasi” anggota dalam menikmati manfaat.

Mutu partisipasi tergantung pada interaksi dari ketiga variabel berikut:

1. Anggota atau penerima manfaat.


2. Manajemen organisasi.
3. Program.

3.4 Alat Partisipasi: Voice, Vote, dan Exit


Dengan “Voice” anggota koperasi dapat mempengaruhi manajemen dengan cara bertanya, dengan
cara mencari, atau memberi informasi maupun dengan mengajukan ketidaksepakatan dan kritik.

Dengan “Vote” anggota dapat mempengaruhi atas siapa yang akan dipilih menjadi Manajer atau
Anggota Badan Pengawas dan pengurus laindalam koperasinya.

Dengan “Exit” anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan meninggalkan koperasinya


(membeli input lebih sedikit dari koperasi dan lebih banyak membeli pesaing) atau dengan cara
mengancam keluar dari keanggotaan koperasi, maupun mengurangi kegiatan mereka.
BAB 4
ANALISIS TEORI HARGA PADA KOPERASI

4.1 Masalah Koperasi dalam Rantai Pemasaran


Pertama-tama dari sudut pandang konvensional/tradisional dalam menganalisi
keunggulan komparatif koperasi. Argumen ini lahir dari teori neo-klasik tentang harga yaitu
dengan menerapkan teori harga pada organisasi koperasi.

Beberapa teori dasar dan masalah-masalah kelembagaan dan keterkaitan koperasi


dengan sistem pasar dapat digambarkan sebagai berikut:

Ekonomi pasar in terdiri dari tiga agen: produsen, konsumen dan pedagang.

Segitiga pemasaran (The Marketing Triangle)

Pedagang

Produsen Pelanggan

Dalam menjual produknya kepada konsumen produsen dapat secara langsung


memasarkannya kepada konsumen, atau melalui pedagang (perusahaan perdagangan)
perantara.

Produsen dapat melakukan pemasaran oleh dirinya sendiri, maupun menjualnya


terlebih dahulu kepada perantara yaitu pedagang, yang akan menjual barang-barang produsen
tersebut kepada konsumen.

Produsen akan menggunakan perusahaan perdagangan (sebagai hasil keputusan


“membeli”: membeli pelayanan pemasaran) daripada melakukan pemasaran dan distribusi
oleh dirinya sendiri (keputusan “membuat”: membuat pemasaran sendiri), jika :

Manfaat “membeli” pelayanan > Manfaat “membuat” pelayanan

Dari konsumen, situasinya hampir sama. Karena konsumen memiliki alternatif


membuat kontrak secara langsung dengan produsen atau melalui pedagang sebagai perantara
(antara konsumen dan produsen).

Rantai Pemasaran
Jika produsen telah menjual beberapa produknya melalui pedagang, koperasi harus
memberikan manfaat yang paling tidak, sama dengan manfaat yang diberikan oleh pedagang
untuk membuat solusi koperasi memilih alternatif yang bermanfaat bagi produsen.

Sesungguhnya, konsumen tersebut memiliki 3 alternatif.

1. Membeli dari produsen barang


2. Membuat kontrak dengan pedagang
3. Membeli dari koperasi

Produsen itu juga menghadapi alternatif-alternatif berikut sehubungan dengan suplai “input”:

a) Ia dapat memenuhi input atas upaya dirinya sendiri (“membuat”).


b) Ia dapat membeli input secara langsung dari produsen input.
c) Ia dapat membuat kontrak dengan pedagang dalam memasok input.
d) Ia dapat bertransaksi dengan koperasi pembelian.

Solusi koperasi dalam rantai perdagangan dan kegiatan pemasaran yang ingin di
ungkapkan di sini tanpa maksud membahasnya adalah untuk melukiskan situasi pemilik
sumber daya manusia-SDM (human capital).

Saluran Persaingan Antar-Koperasi

Koperasi grosir yang dimiliki oleh produsen mungkin bersaing dengan koperasi yang
dimiliki oleh pengecer pada tingkat yang sama dalam rantai pemasaran. Kepetingan antara
dua koperasi tersebut sangatlah berbeda, karena keanggotaan mereka yang berlainan.

Koperasi yang anggotanya adalah produsen, akan berusaha mengenakan harga yang
tinggi pada sepatu yang dibeli pengecernya, sedangkan koperasi yang anggotanya terdiri dari
pengecer menginginkan untuk membayar harga yang serendah mungkin dari produsen
sepatunya.

4.2 Pendekatan Kinerja “Struktur-Conduct”

Berapa harga yang harus dibayar anggota pada “supply” dan berapa harga yang
diproleh anggota pada koperasi pemasaran ?

Ada dua pandangan teoritis yang dapat membantu menjawab pertanyaan ini :

1. Pendekatan pertama, model struktur pasar neo-klasik standar, adalah suatau


pendekatan yang paling umum yang dipakai dalam kepustakaan koperasi.
2. Pendekatan kedua, teori klasik mengenai proses pasar, sejauh yang saya ketahui
belum dipakai secara sistematis dalam pemikiran koperasi.
Model neo-klasik standar membentang dari persaingan sempurna sampai persaingan
monopolistik (tidak sempurna), oligopoli dan monopoli. Implikasinya ialah pada satu
ujung dari rangkaian kesatuan persaingan sempurna/monopoli, persaingan adalah nol dan
pada ujung lainnya dimaksimumkan.

Struktur pasar terdiri dari unsur eksternal yang berubah secara perlahan dan relatif
permanen bagi perusahaan dan mendesak pengaruh jangka panjang atas conduct,
khususnya dalam penentuan harga perusahaan dalam pasar.

Struktur pasar tergantung pada pertimbangan-pertimbangan seperti jumlah penjual


dan pembeli di pasar, kesamaan produk mereka dan kemudahan perusahaan untuk
memasuki dan meningglkan “industri” (pasar).

Kinerja pasar berkenaan dengan hasil-hasil ekonomis dan non-ekonomis yang


ditentukan oleh struktur pasar atas “behavior” perusahaan yang harus dihasilkannya.

Kinerja dapat dipandang sebagai yang berkenaan dengan dimensi-dimensi yang


berbeda seperti efisiensi ekonomis/alokatif, mutu produk, kemajuan teko=nologi dan ,
berkaitan dengan koperasi, promosi anggota.

4.3 Koperasi dalam Persaingan Sempurna

4.3.1 Hakikat Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli
ekonomi. Model persaingan merupakan basis bidang analitis dan riset terapan yang luas.
“Sebenarnya seluruh implikasi kesejahteraan yang positif dari koordinasi pasar lahir dari
model-model ahli ekonomi yang menggunakan asumsi persaingan “sempurna” (Timmer dkk.
1983, hal. 152).

Model persaingan sempurna berdasar atas asumsi berikut:

1. Banyak pembeli dan penjual

Jumlah yang “besar” merupakan gambaran struktural dasar. Asumsi dari beberapa
perusahaan, bukan berarti sejumlah tertentu. Akan tetapi, harus ada jumlah yang cukup dari
prusahaan, sehingga setiap perusahaan perorangan, bagaimanapun besarnya, hanya memasok
sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan yang terpengaruh di pasar. Kebalikannya, apakah
perusahaan berproduksi pada kapasitas penuh atau tidak sama sekali, harga pasar tdak akan
terpengaruh pula.

Jika terdapat banyak penjual, namun harga di pasar tidak given, melainkan ditetakan
oleh mereka, maka terjadi kasus kolusi atau penatapan harga sejenis kartel. (Untuk mencegah
akibat yang seperti itu, maka asumsi lain seperti bebas keluar masuk pasar harus
diperkenalkan).
2. Seluruh perusahaan menjual produk yang identik (homogenitas produk)

Produk di suatu perusahaan di anggap sama dengan produk perusahaan lainnya.


Dalam benak pembeli, setiap produk perusahaan dipandang sebagai substitusi yang sempurna
bagi produk perusahaan manapun di pasar.

Asumsi homogenitas produk, memiliki beberapa implikasi penting:

a) Disini tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam persaingan non-harga
(melalui iklan dan jenis-jenis lainnya dari sales promotion/promosi penjualan).
b) Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung
bahwa perusahaan individu tidak mampu mempengaruhi harga pasar.

3. Free Entry dan Exit (Bebas Masuk dan Keluar) bagi perusahaan

Bagi perusahaan dan sumber-sumber daya yang digunakannya (hukum, keuangan,


teknologi, & sebagainya) tidak ada hambatan untuk masuk ataupun keluar dari pasar.

Asumsi bebas masuk dan keluar seperti yang didefenisikan diatas secara tidak
langsung mengungkapkan, bahwa faktor-faktor produksi bebas bergerak dari perusahaan satu
ke perusahaan lainnya : materi/bahan baku dan faktor-faktor lainnya yang tidak dimonopoli.
(terdapat persaingan yang sempurna di pasar faktor-faktor produksi).

4. Pengetahuan yang sempurna darim para pembeli dan penjual

Pembeli maupun penjual diasumsikan memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai


kondisi pasar. Informasi dapat diproleh secara gratis alias tidak memerlukan dana untuk itu.

4.3.2 Ekuilibrium Usaha Koperasi dalam Persainagn Sempurna

4.3.2.1 Tujuan-tujuan Usaha Koperasi


a. Memaksimalkan profit
Perusahaan berada dalam ekuilibrium, ketika memaksimasi profitnya yang
didefenisikan sebagai perbedaan antara Total Cost (TC) dan Total
Revenue (TR). Keadaan ini sama dengan aturan persamaan Marginal =
Marginal Cost (MR=MC).
b. Memaksimalkan output
Asusmsi perilaku lainnya adalah Memaksimalkan Output, dalam kondisi
bahwa tidak akan ada kerugian yang diderita oleh koperasi. Kondisi ini
akan terwujud jika Average Cost (AC) = Average Revenue (AR).
Harganya menjadi P = AC = AR.
c. Meminimasi Average Cost
Ini merupakan tujuan koperasi untuk memberikan pelayanan kepada
anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya. Hal ini berarti
koperasi memproduksi outpu (Q2) pada Average Cost yang minimum.
Harga yang sesuai adalah P2.
d. Kompetitif Ekuilibrium
Koperasi berperilaku seperti halnya dia berada didalam struktur pasar yang
kompeitif. Dalam persaingan sempurna, ekuilibrium akan diproleh jika
MC = P = AC.
e. Maksimisasi SHU/Devidend (patronage refund)
Jika koperasi bertujuan untuk memaksimumkan SHU yang dapat
didistribusikan kepada anggotanya, koperasi tersebut harus memproduksi
output yang merupakan hasil terbesar dari perbedaan antara harga yang
akan dibebankan, dengan rata-rata biaya produksinya (AC), yaitu pada P3
Q3.
Alternatif-alternatif perilaku:
• Maksimasi Output (P5 Q5)
• Minimasi Average Cost (P2 Q2)
• Solusi kompetitif (P4 Q4)

4.3.2.2 Kinerja Jangka Pendek Koperasi

Suatu koperasi yang mengecerkan barang atau jasa kepada anggotanya


memasuki suatu pasar dengan struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin
berhasil, maka ia harus memeberikan, paling sedikit, manfaat yang sama dengan
pasar, bagi para anggotnya.

Kasus 1: Kemampuan Koperasi Sama dengan Kemampuan Manajerial


Pesaingnya

Dalam persaingan sempurna, suatu koperasi tidak dapat


mempengaruhi/mengendalikan harga. Kurva permintaan bagi koperasi akan sangat
elastis, misalnya koperasi dapat menjual sebanyak-banyaknya atau sedikit mungkin
output sebagaimana yang dikehendaki tanpa mampu mempengaruhi harga.

Karena itu, dalam jangka pendek, tak akan ada keunggulan bagi anggota
koperasi dibandingkan dengan ia membeli di pasar (open market).
Kasus 2: Koperasi dengan Kemampuan Manajerial yang Lebih Rendah

Terdapat suatu kesenjangan kemampuan yang kritis: jika minimum rata-rata


kurva biaya koperasi berada dalam situasi diatas kurva permintaan, maka koperasi
tidak akan dapat bersaing. Karena koperasi tidak dapat meningkatkanharganya diatas
harga pasar (P1), maka koperasi akan mendapatkan kerugian, yang harus ditutupi oleh
para anggotnya maupun bantuan pihak luar.

Kesenjangan kemapuan koperasi adalah sangat krisis terutama pada fase awal
dari kelahiran koperasi tersebut: pada saat itu manajemen mungkin masih belum
berpengalaman atau manajemen yang baik/ berkualitas sulit untuk diajak
berkecimpung dalam koperasi.

Kasus 3: Koperasi dengan Kemampuan Manajerial yang Lebih Tinggi

Suatu koperasi dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi dapat


memproduksi output yang given, dengan biaya yang lebih rendah daripada para
pesaingnya.

Pada saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan lagi bagi anggotanya
keunggulan yang tidak tersedia pada pesiangnya.

Kesimpulan: dalam persaingan sempurna jangka pendek, koperasi “kurang


berfungsi”, karena tidak memiliki keunggulan yang komparatif dalam
mempromosikan anggotanya.

4.3.2.3 Kinerja Jangka Panjang Koperasi

Dalam jangka pendek, koperasi hanya menggunakan variabel faktor-faktor


produksi, karena itu koperasi dapat mengubah faktor produksinya.

Dalam menganalisis kinerja kompeitif jangka panjang koperasi pada suatu


pasar persaingan sempurna, kami ingin kembali membedakan kembali kasus-kasus
kemampuan koperasi dengan tingkat yang sama, lebih rendah serta lebih tinggi.

Kasus 1: Koperasi dengan kemampuan manejerial yang sama dengan


kemampuan pesaing.

Ekuilibrium jangka panjang dari suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Pada
saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan bagi anggotanya keunggulan yang tidak
tersedia pada pesaingnya.

Koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah mungkin dapat bertahan untuk
jangka waktu tertentu, karena tertolong oleh antusiasme para anggota serta kesetiaan mereka.
Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari
kemampuan pesaing.

Dalam kasus koperasi memiliki kemampuan yang lebih rendah (berarti biaya lebih
tinggi), dalam jangka panjang, koperasi ini tidak dapat bertahan.

Kasus 3: Koperasi dengan kemampuan yang lebih tinggi

Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi dapat brsaing melawan para
pesaingnya dalam dua artian:

1. Koperasi dapat memberikan harga yang lebih rendah atas barang-barangnya, atau
2. Memberikan harga yang sama dengan pesaingnya.

Koperasi dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya hanya dalam jangka


panjang saja, jika koperasi berhasil dalam pengurangan biaya secara berkesinambungan
pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan dengan para pesaingnya.

Kesimpulan:

Jika suatu koperasi memiliki kemampuan manajemen yang lebih rendah daripada
perusahaan swasta, maka koperasi tidak akan berhasil dalam menghadapi persaingan. Untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggotanya dibanding dengan pelayan yang
tersedia di pasar, suatu koperasi memerlukan kemampuan yang lebih tinggi, baik dalam
penakanan biaya (inovasi produk maupun inovasi teknologi). Kasus terakhir, bagaimana pun
juga, berada di dalam model persaingan sempurna.

4.4 Kinerja Koperasi dalam Persaingan tidak Sempurna

4.4.1 Defenisi

Suatu koperasi dibentuk untuk memsauki pasar persaingan tidak sempurna atau pasar
persaingan monopolistik. Sebagaimana halnya dalam kasus pasar persaingan sempurna,
untuk mencapai keberhasilan, suatu koperasi harus mampu meningkatkan pendapatan
anggotanya, atau secara umum dapat menambah kesejahteraan ekonomi para anggotanya.

Persaingan tidak sempurna dapat ditandai oleh karakteristik sebagai struktur pasar
persaingan sempurna (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan perkecualian bahwa
setiap pemasok merupakan pula monopolis “kecil”. (Persaingan monopolis kelompok besar).
4.4.2 Analisis Jangka Panjang

Karena didalam persaingan monopolistik, setiap pemasok merupakan “monopolis kecil”,


maka kurva permintaannya tidak elastis sempurna seperti dalam persaingan sempurna. Jadi,
perusahaan memiliki kekuatan untuk menentukan harga, terutama jika tidak banyak
perusahaan yang menjadi monopolis, oleh karena itu, kurva permintaannya lebih menurun
lagi. Semakin besar jumlah perusahaan dan semakin sedikit diferensiasi produknya, maka
akan semakin elastis kecendrungan kurva permintaan bagi perusahaannya.

Dalam Persaingan tidak sempurna, para penjual bersaing melalui diferensiasi produk.

Kasus 1: Kemampuan Koperasi sama dengan Perusahaan Lain

Sebagaimana yang telah dibahas pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, aturan
keputusan untuk berproduksi pada Average Cost yang serendah-rendahnya, tidak terjadi
dalam situasi yang stabil; para anggota baru akan tertarik dan/atau para anggota lama
didorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian dari peningkatan output dengan
harga pasar yang lebih tinggi).

“Solusi Persaingan” akan tercapai, saat MC = AR

Koperasi akan membebankan harga di P3 dan memproduksi sejumla Q3. Pada saat profit
diproleh, para anggota baru masih akan merasa tertarik untuk masuk menjadi anggota
koperasi, dan meningkatkan outputnya sampai AC = AR (yaitu di P4 dan Q4).

Kesimpulan:

Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi pasar.

Terdapat suatu keunggulan jangka pendek bagi koperasi. Keunggulan ini diproleh jika
pelayanan yang dijual merupakan suatu yang baru bagi anggotanya (misalny pupuk, di negara
berkembang). Karena pembersihan (eliminasi) efek monopoli, koperasi tidak hanya menjual
barang dengan harga murah, tetapi juga dengan jumlah yang banyak, dalam hal input yang
baru. Hal ini akan membuat inovasi pada perusahaan anggota melalui cara yang lebih murah
dan menguntungkan.

Kasus 2: Koperasi dengan Kemampuan yang Lebih Rendah

Apabila kemampuan koperasi lebih rendah dari kemampuan perusahaan swasta, koperasi
masih akan mampu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anggota koperasi,
sepanjang kurva Average Costnya memotong fungsi permintaan pada titik yang lebih rendah
dari harga perusahaan swasta yang diminta. Dalam jangka pendek, bahkan kesenjangan
kemampuan ini tidak mampu menjaga keunggulan komparatif koperasi.
4.4.3 Analisis Jangka Panjang

Kasus 1: Kemampuan Sama

Faktanya, bahwa koperasi sendiri dalam persaingan tidak sempurna, tidak dapat
memproleh profit. Hal ini tidak berarti bahwa koperasi berhasil bersaing dengan perusahaan
swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu rendah untuk dapat memberikan dampak langsung pada
para penjual lainnya. Keuntungan “swasta” ini akan menarik perusaaan lain ke pasar.
Hasilnya, kurva permintaan akan sedikit demi sedikit bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak
akan masuk lagi, saat seluruh profit telah habis. Ekuilibrium Jangka panjang inilahlah yang
digambarkan Chamberlain dalam solusinya yang terkenal “tangency”

Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memeberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi
pasar.

Kasus 2: Kemampuan Lebih Rendah

Kasus koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan monopolisitik
lebih sulit untuk ditelaah. Dalam kasus fungsi permintaan (AR) akan sama bagi semua
partisipan di pasar, produsen yang memerlukan biaya yang lebih tinggi, tidak akan mampu
bersaing, kerena fungsi permintaannya (AR) akan lebih rendah dari biaya Jangka Panjangnya.
Koperasi akan berproduksi dalam keadaan merugi.

4.5 Koperasi dalam Pasar Oligopoli

4.5.1 Defenisi & Asumsi

Sebagaimana Heflebower (1980, 29) menemukan bawha banyak entry yang dilakukan
oleh koperasi yang berintegrasi vertikal, terjadi di pasar lokal atau regional, dimana
perusahaan-perusahaan yang telah maju hanya sedikit yang melakukannya.

Maksudnya adalah bawha secara empiris, banyak koperasi didirikan atau muncul dalam
struktur pasar oligopoli. Pangsa-pangsa di pasar ini hanya dikuasai oleh beberapa penjual
saja.

Jika pernyataan empiris ini benar, jika situasi oligopoli benar-benar secara empiris
penting bagi koperasi, amak sangat disesalkan, bahwa para ahli ekonomi sejauh ini belum
samapai pada teori yang meyakinkan tentang perilaku lembaga usaha dalam pasar oligopoli.

Setiap produsen juga merupakan monopolis kecil. Ia dapat mempengaruhi kurva


permintaannya sendiri melalui periklanan dan promosi penjualan.
4.5.2 Strategi-strategi Harga Koperasi

Dua strategi dasar yang terbuka bagi koperasi dapat dibedakan menjadi: menggunakan
harga sebagai parameter kegiatan (“senjata”) dan persaingan non harga (melalui
pengurangan/reduksi biaya, diferensiasi produk, kualitas, dan lain-lain).

Suatu koperasi dapat menggunakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli. Harga
dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup besar.

Dengan kebijakan harga aktif koperasi, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi
para pesaingnya untuk menyapu bersih koperasi yang baru masuk. Jika koperasi
memproduksi dengan kemampuan rendah (biaya lebih tinggi), para pesaingnya dapat dengan
mudah melenyapkan pihak luar dan membuat koperasi tergantung pada bantuan luar untuk
mempertahankan hidupnya.

Koperasi bukan hanya mempromosikan para anggotanya saja, tetapi juga seluruh
pengguna jasa dari produk koperasi yang bersangkutan.

Pengurangan Harga “predatori”

Biasanya, koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan
perusahaan-perusahaan lainya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju, yang
esjak beberapa tahun lamanya mampu mengakumulasi profit dan likuiditas melalui kolusi
(ataupun pemimpin harga). Mereka mungkin dapat berupaya untuk mengeluarkan koperasi
dari persaingan, karena sudah jelas bagi mereka bahwa kolusi menghasilkan keuntungan,
sedangkan persaingan tidak.

Kepemimpinan Harga

Kesimpulan kita sejauh ini: Jika koperais tidak diberi bantuan, dengan kemampuan
manajerial yang lebih rendah akan bijaksana jika menggunakan ‘senjata’ harga secara hati-
hati(dalam rangka bertahan dalam persaingan), memberi kesempatan bahwa oligopoli,
pengurangan harga dapat dengan mudah terlepas dari kendala.

Jika koperasi dikelola untuk manfaat atau kepentingan anggota, koperasi dapat
menggunakan metode-metode yang lebih memiliki ciri-ciri tersendiri untuk mengoptimalkan
anggotanya seperti membayar SHU (patronage refund) maupun memberikan pelayanan
tambahan yang lebih baik (menggunakan persaingan non-harga).

Hambatan Masuk Bagi Koperasi

Jika pasar-pasar oligopolistik tersebar luas, jika kepemimpinan harga ataupun praktik-
praktik kolusif lainnya menjadi sangat umum, dan peluang memasuki pasar mudah selama
aturan main oligopolistik tidak dilanggar, kita mungkin bertanya-tanya mengapa masuknya
koperasi kedalam pasar seperti itu, tampak menjadi fenomena yang ternyata jarang ditelaah.
Beberapa perusahaan yang telah maju terlebih dahulu, mungkin telah menganggap
koperasi sebagai tantangan yang serius, tetapi dengan mengarahkan hambatan masuk bagi
perusahaan-perusahaan baru non-koperasi, mereka akan berhasil (dan sekaligus) juga dapat
menyingkirkan koperasi.

Struktur pasar oligopolistik atau pasar monopolistik terdiri dari beberapa bentuk:

1. Sanksi hukum pemerintah (paten, kuota, hak monopoli/franchise)


2. Harga yang terbatas atas permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu/beberapa
perusahaan saja yang mungkin mampu untuk menghasilkan profitabilitas dalam pasar
yang terbatas),
3. Harga yang terbatas.

4.5.3 Hambatan Masuk dan Integrasi Vertikal Koperasi

Masuknya koperasi ini juga dapat dianggap sebagai integrasi vertikal yang terkordinasi
secara koperasi, yang dilakukan oleh perusahaan (milik anggota).

Keunggulan potensial yang dimiliki oleh usaha kopersai baru telah diperbandingkan
dengan usaha penanaman modal harus yang beroperasi dalam tingkat pasar yang sama
(misalnya penjual input bagi petani) yang keduanya dapat terlahir dari identitas pemilik dan
pengguna jasa.

Koperasi yang menjual (produk/jasanya) kepada para anggotanya memiliki jaminan


pasar potensial. Apa yang dibeli sendiri oleh anggota jelas kini menjadi “memasok untuk diri
sendiri”.

Jika dibandingkan dengan perusahaan penanaman modal, dalam memasuki pasar,


kehidupan ekonomi suatu koperasi dengan kemampuan bersaing yang sama, jelas dapat lebih
mudah:

1. Karena di suatu sisi dari pasar, pelanggannya lebih memungkinkan untuk membuat
kontrak dengan perushaan yang dimiliknya sendiri.
2. Anggota akan lebih bersedia untuk memberikan informasi penting meneganai kondisi
pasar. Sedemikian pula upaya manajemen pada kualitas produk dan baiay periklanan
serta promosi, akan menjadi lebih rendah.
3. Hubungan yang kuat atas kepercayaan dan kesetiaan antara anggota dan manajemen
koperasi: memiliki keunggulan reputasi yang berhasil dibangunnya sendiri, bila
dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
4.5.4 Oligopoli & Monopoli Alami

Pemasok tunggal dapat menghasilkan output given selalu pada biaya rata-rata yang lebih
kecil, bila dibandingkan dengan beberapa pemasok output, yang sama secara bersama-sama.

Dalam literatur, kasus terakhir ini sering dianggap sebagai “monopoli alami” yang
dibedakan dari monopoli “buatan” yang diakibatkan atau ditegakkan oleh hambatan masuk
buatan, terutama hambatan hukum (misalnya produsen obat-obatan yang memiliki hak
paten). Sedangkan monopoli alami merupakan hasil dari hambatan teknologi “alami”

Dengan peluang masuk yang potensial, bagi kegiatan koperasi maupun perusahaan
lainnya, membuat monopolis tidak dapat menggunakan kekuatan monopolisnya. Jika
koperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan monopolis, maka koperasi harus
mampu memiliki keunggulan tambahan:

a) Atau dengan memberikan teknologi yang lebih baik yang tidak tersedia pada
perusahaan yang disingkirkan.
b) Atau menghasilkan produk/jasa yang lebih baik.
c) Atau mewujudkan keunggulan biaya administrasi lainnya (yang belum dibahas
sejauh ini).
d) Memiliki akses kepada kekuatan politis yang lebih baik dalam rangka memberikan
kekuatan hukum untuk membersihkan monopolis.

Kesimpulan:

Mengingat kasus Monopoli/Oligopoli alami, kami dapat menyimpulkan bahwa


sepanjang pasar terbuka bagi pendatang (entrants) baru maupun hambatan masuk yang
didasari oleh motif politik maupun hukum lainnya tidak ada, maka masuknya koperasi dalam
pasar seperti itu tak dapat memberikan keunggulan tambahan.

4.6 Kinerja Koperasi dalam Pasar Monopoli

4.6.1 Masuknya Koperasi dalam Pasar Monopoli

Menopolis asli/sejati merupakan monopolis yang hanya dialah satu-satunya penjual


dalam pasar yang given. Ketika suatu perusahaan merupakan satu-satunya penjual dalam
pasar yang given, nyatalah bahwa perusahaan tersebut memiliki kekuatan atas produk, harga
dan jumlahnya di dalam pasar.

Kekuatan monopoli merupakan kemampuan untuk mempengaruhi harga atau jumlahnya,


didalam pasar (persaingan tidak sempurna).
Asumsi-asumsi yang merupakan dasar bagi model kita tentang monopoli murni adalah
sebagai berikut:

1. Terdapat hanya penjual/pembeli tunggal yang ada di pasar, bagi suatu produk
tertentu.
2. Penjual tunggal tersebut menghasilkan produk yang tidak memiliki substitusi siap
baginya.
3. Terdapat hambatan masuk yang utama, dan yang terpenting lainnya adalah terdapat
hambatan masuk yang berupa keunggulan bersaing yang besar/kuat, atau hambatan
hukum.

Jika perusahaan lain memasuki industri, maka itu tak disebut lagi monopoli, melainkan
oligopoli.

4.6.2 Persaingan Potensial & Koperasi

Merangkum pembahasan monopoli dan oligopoli, terdapat beberapa masalah penting:

1. Dari sudut pandang statis atas struktur pasar monopolistik & oligopolistik; oleh
karena mereka membebankan harga yang lebih tinggi dari Marginal Cost (MC)
(berarti kegagalan pasar), hal ini menawarkan kondisi yang baik bagi masuknya
koperasi.
2. Tiga jawaban yang telah dibahas, sedangkan jawaban keempatnya diasumsikan
diabaikan:
a) Masuknya pesaing kedalam pasar tidaklah bebas, karena adanya hambatan-
hambatan hukum, politik & ekonomi (perilaku wirausha politik yang berorientasi
‘pecah belah’ atau “rent”).
b) Terdapat kesenjangan kemampuan antara yang sedang berkuasa di pasar dan para
pesaing baru yang potensial untuk memasuki pasar.
c) Biaya masuk (sebgai hambatan masuk) sangat tinggi.
d) Biaya pelaksanaan transaksi yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi peluang
profit, terlalu tinggi.
3. Melihat kondisi masuk kedalam pasar secara lebih terperinci, maka perilaku
oligopolis dan monopolis tergantung secara kritis pada biaya yang dibutuhkan untuk
memasuki pasar tersebut. Jika biaya masuk maupun hambatan masuk rendah, bahkan
pasar oligopoli & monopoli dalam jangka panjang pun tidak akan menyimpang
banyak dari pasar persaingan sempurna.
4. Menginggat relevansi teori kinerja struktur-conduct, maka:penentu perilaku struktur
pasar menjadi kurang relevan dalam prsaingan potensial.
4.7 Skala Ekonomi & Kinerja Komparatif Koperasi:

4.7.1 Masalah dan Arti Skala Ekonomi:

Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan bagi suatu
perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah
daripada hanya menghasilkan output yang lebih sedikit. Skala ekonomi lebih diartikan pada
hubungan antara biaya rata-rata dengan skala output.

Skala ekonomi ini dapat lahir dari dua hukum yang utama, mengenai produksi:

1) The Law of Diminishing Returns.


Ini adalah hukum jangka pendek yang memiliki hipotessa bahwa output tumbuh pada
tingkat yang menurun dan mulai jatuh ketika unit-unit yang berturut-turut dari faktor
variabel inputnya ditambahkan kepada input lain yang berjumlah tetap, baik secara
kuantitas maupun kualitasnya.
2) Hukum dimana seluruh input dalam proses produksinya merupakan (bersifat)
variabel. Hukum ini berhubungan dengan Returns To Scale dengan menggambarkan
hubungan antar input dengan ouput dalam jangka panjang: perusahaan memiliki
keluwesan yang lengkap dalam menentukan karakter proses produksinya.

4.7.2 Skala Ekonomi & Organisasi Koperasi

Kami akan menjelaskan 3 faktor saja untuk memperlihatkan bahwa, jika koperasi dapat
merealisasikan skala ekonomi, hal ini tidak berarti bahwa koperasi memang memiliki
keunggulan alami dalam mewujudkannya.

1. Koperasi harus memperlihatkan tingkat kemampuan yang sama dalam memproduksi


dan mendistribusikan air bagi para anggotanya dibandingkan dengan perusahaan air
swasta manapun agen pemerintah.
2. Dengan memberi kesempatan dan kemampuan pada manajer irigasi, untuk
meminimalkan biaya produksi.
3. Kita harus mengasumsikan bahwa teknologi juga given.
4. Seluruh argumen ini menyatakan secara tidak langsung tentu saja, bahwa masuknya
suatu perusahaan kedalam industri manajemen irigasi air adalah bebas.

Jika skala ekonomi terwujud maka sulit untuk melihat mengapa koperasi harus memiliki
manfaat komparatif dalam merealisasikan hal itu, dalam kondisi bebas masuk (free
entry).

BAB 5
BIAYA TRANSAKSI DAN KINERJA KOMPARATIF KOPERASI
5.1 Masalah Biaya Transaksi

Walaupun keberhasilan koperasi (sebagaimana organisasi/kumpulan orang-orang


lainnya) jarang tergantung (untuk jangka waktu yang lama) pada hasil ekonomis0ekonomis
secara murni justru di dalam pendekatan kelembagaan komperatif ini, kami akan
mengansumsikan hal ini sebagai kasus.

Poin awal dari seluruh pendekatan baru ini adalah sistem pasar. Jika pasar tersebut
bekerja dengan baik, efisien, tanpa menimbulkan perselisihan, jika koordinasi pasar oleh
“invisiblehand” efektif, maka tidak akan di perlukan lagi cara-cara alternatif untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan ekonomi demi cara-cara.

Biaya transaksi telah dibandingkan dengan fiksi-fiksi yang mencegah berfungsinya


sistem mekanisme dengan baik. Apakah pihak yang melakukan pertukaran itu berjalan secara
harmonis, atau sering terdapat kesalah-pahaman serta rentangan yang menyebabkan
penangguhan mestinya.

Dengan memberikan biaya positif bagi koordinasi pasar dalam kondisi yang
bagaimana dapat kita harapkan keberhasilan koperasi agar mampu berperan sebagai salah
satu jenis “ struktur yang menentukan” penhhematan biaya transaksi.

5.2 Defenisi Biaya Transaksi

Jika memndang transaksi dalam skala waktu yang berhubngan dengan pembuatan
kontrak, melalui pencarian unsur-unsur /elemen kontrak, keputusan, pelaksanaan,
pengendalian/pengawasan, maka biaya transaksi akan terdiri dari biaya penelitian, informasi,
keputusan, tawar-menawar, monitoring, dan pelaksanaan kontrak.

Komponen utama dari biaya transaksi adalah biaya yang timbul dalam pembuatan
kontrak yang diperkuat oleh hukum atau diri sendiri. Hal ini mencakup tindakan pencegahan
melawan pengambilan ahli-ahli yang potensial atas investasi dan biaya informasi serta
pengadministrasian.

5.3 Penentuan (Determinasi) Biaya Transaksi


Kepastian Dan Rasionalitas yang Terbatas ( Bounded Ratinallity)

Sebab utama yang mengakibatkan terjadinya masalah kemampuan kognitif manusia


adalah ketidak-pastian. Pertama, ketidakpastian mengacu kepada perubahan lingkungan
dimana individual tak dapat melihat kedepan (meramalkan), atau mengendalikan.

5.4 Integritasi Vertikal Koperasi dan Biaya Transaksi

Koperasi dapat dipahami sbebagai suatu bentuk integrasi vertikal.keputusan untuk


melakukan integrasi vertikal diambil dari keputusan apakah mau menggunakan transaksi
apakah mampu menggunakan transaksi pasar atau tidsk.

Organisasi Koperasi, Biaya Transaksi, dan Hubungannya dengan Monpoli

Hipotesis utama adalah:

Kekhususan aset memberikan kemungkinan lahirnya oportunisme bold-up. Orang-


orang menjadi bergantung atau percaya pada orang lain, saat mereka menginvestasika aset
khusus dapat bertahan dalam waktu lama. Seorang produsen dapat merupakan agen ekonomis
pada setiap tingkat dari rantai pemasaran. Mungkin mrupakan ketergantungan pekerja kepada
pembeli/pengguna jasanya.

Dengan kata lain kekhususan aset dan peluang saling terkait untuk melakukan
kegiatan oportunistik bold-up yang mengubah persaingan Ex-Ante dalam monopoli. Jika
monopoli kekhususan aset tidak terlibat, maka produsen tidak akan menghadapi masalah
serius, tingkah laku oportunistik pengolah akan dapat dihapuskan dan kekhawatiran utama
mereka hanya akan berupa penetapan harga monopoli biasa.

Ketergantungan Bersama Kinerja Koperasi

Ciri-ciri khusus dari koperasi akan dilaksanakan bila kesaling-ketergantungan itu


terjadi antara pembeli (pengguna) dan sebuah perusahaan, tetapi ketergantungan pembeli
hanya akan mencakup sebagian saja dari kegiatan usaha pembeli, meninggalkan bagian-
bagian lainya yang bebas, diluar kepemilikan bersama koperasi.

Koperasi dan Kepercayaan


Koperasi tidak memilki monopoli atas kepercayaan. Terutama dalam hubungan dengan
perkembangan ekonomi Jepang kebijaksanaan industrial, dan pekerjaan internal perusahaan,
unsur “kepercayaan” sering di sebut dalam melukiskan hakikat koperasi pada pembuatan
kebijakan, hubungan industrial, juga dalam hubungan diantara perusahaan-perusahaanya.

Kepercayaan koperasi relavan dalam semua keadaan, dimana para pelangggan/produsen


sangat tergantung pada penyediaan mutu dan jumlah tertentu suatu jasa. Dengan membuat
para pengguna menjadi pemilik perusahaan yang menghasilkan jasa, kemungkinan bahwa
hubungan vertikal tepercaya antara perusahaan dengan pengguana atau outputnya dapat
tercipta semakin banyak.

Biaya transaksi dapat diselamatkan jika kita dapat menolak secara apriori bahwa tidak ada
biaya transaksi yang benar terselamtkan dibanding dengan pengaturan nonkoperasi lainnya
yaitu:

 Mungkin karena koperasi didirikan dalam keadaan dimana kepercayaan tidak terlalu
penting ( dimana bold up dan moral bazard/ gangguan moral, tidak terlalu menjadi
permasalahan)

Atau karena penciptaan kepercayaan menghabiskan terlalu banyaksumber daya, bila


tingkat konflik diantaranya para anggota tinggi termasuk terjadinya konflik antara anggota
dan manajemen, konflik diantara koperasi dan pihak ketiga juga heterogenitas angotanya
tinggi, serta terlalu banyaknya fungsi perusahaan koperasi. Semua itu, akan meningkatkan
biaya pengawasan dan partisipasi koperasi dan sebagainya.
BAB 6
TEORI KETIDAKPASTIAN KOPERASI

6.1 Masalah Ketidakpastian


Pendekatan biaya transaksi pada teori perusahaan sekarang diperhatikan secara luas
sebagai inovasi penemu teoritis yang penting akan tetapi , sementara kita menghargai konsep-
konsep baru seperti kekhusussan aset , oportusnisme , bold – up , dan sejenisnya sert
kesadaran yang timbul dengan memperhatikan pergeseran dari pasar ke hierarki tidak harus
mencakup biaya transaksi ekonomis.
Ada pertanyaan menurut langlois ( 1986,20) yang disebut “disequilibrium” yaitu
maksud pertanyaan ini , bagaimana sebuah perusahaan dengan susunan biaya transaksi yang
ditentukan , bisa beradaptasi dengan lingkungannya? Bila lingkungannya fleksibel , tidak
pasti , rumit , akan lebih efisien bagi sebuah perusahaan untuk kluar dari susunan organisasi
yang mungkin bisa ideal dalam keseimbangan dalam arti memperkecil biaya transaksi .
Untuk alasan tersebut koperasi harus berubah menjadi perusahaan yang dimiliki oleh
quasi investor agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan , yang sering terjadi dinegara
– negara indsutri.

Selanjutnya akan kita bahas :

1 ) Dengan adanya ketidak pastian given tidaklah mungkin untuk memilih secara rasional
suatu biaya transaksi ( dengan meminimalisasi struktu ).

2 ) Ketidakpastian dapat merupakan suatu alasan penting bagi keberadaan organisasi,


( hierarkis ).

3 ) Koperasi ditandai dengan properti khusus yang dalam situasi tertentu menyediakan
keunggulan penting dalam penguasaan ( pengurangan , penyerapan ) ketidakpastian bagi para
anggotanya .

Hepotesis utama kita adalah : koperasi didirikan untuk mengurangi ketidakpastian


bagi para anggota . pada fungsi ini mereka harus berlomba dengan ‘‘pasar’’ dan perusahaan
dengan properti / karakteristik ‘‘non-koperasi” lainnya.

6.2 Pengertian / Makna Ketidakpastian

Resiko,ketidakpastian,kemungkinan, adalah istilah – istilah yang banyak digunakan


oleh para ekonom dan terpusat lebih banyak pada analisis ekonomi modern. Sementara
ketidakpastian berkaitan dengan keadaan,di mana kemungkinan suatu kejadian juga dapat
diukur secara numeris , walaupun hanya secara subjektif : probabilitas menjadi suatu
kepercayaan.
Kategori ketidakpastian yang terakhir inilah yang meningkatkan organisasi dan
hierarki : organisasi termasuk koperasi , miningkat karena “ ketidakpastian ” dan bila “
ketidakpastian” tidak ada , organisasi – organisasi ini tidak akan muncul.
Ketidakpastian timbul karena ada jarak diantara kesulitan menguasai suatu keadaan
dengan kemampuan atau kepandaian pribadi seorang aktor.
Karena itu, kita dapat mengharapkan tingkat motivasi dan insentif yang berbeda untuk
bergabung atau memasuki suatu organisasi dimana ketidakpastian bagi tiap-tiap aktor
dikurangi , apa yang merupakan ketidakpastian yang tidak dapat diatur bagi petani A , yang
memutuskan untuk masuk sebuah koperasi , mungkin bisa diatur bagi petani B , yang melihat
tidak adanya insentif masuk.

6.3 Ketidakpastian dan Evolusi Hierarki

Coase , Wiliamson dan para pakar biaya transaksi lainnya bertanya mengapa
perusahaan ada dan mengapa produksi tidak diatur melalui hubungan pasar ?
Jawaban mereka pada intinya , bahwa perusahaan ( Hierarki ) ada , karena biaya transaksinya
lebih rendah dari pada biaya transaksi melalui pasar .

Memberi dan menerima dapat dikhususkan dan dikontrak ex-ante. Lembaga ( hierarki
) tidak perlu mengurangi ketidakpastian,karena pasar dapat menguasai masalahnya dengan
baik.
Hanya pada kasus “ kegagalan pasar ” tidak adanya jaminan/asuransi dan pasar antara waktu
lain , organisasi hierarkis di koperasi , akan mempunyai beberapa pengorbanan ekonomis.
Apa yang tersisa melawan oportunisme , kekhususan set dan ( gangguan moral /
moral hazard ) di dunia yang tidak pasti.
Untuk mendapatkan jawabannya , harus dibedakan diantara 3 kelompok berikut ini :
1 ) Tanpa ketidakpastian
2 ) Ketidakpastian risiko / subjektif
3) Ketidakpastian nyata

Neoklasikal yang bekerja pada pilihan dibawah ketidakpastian , biasanya menolak


kasus – kasus tersebut : ia hanya berhubungan dengan ketidakpastian megenai keadaan
lingkungan masa depan ( kesehatan , cuaca dan sebagainya ) sekarang ini . ( Earl 1983 , hal
65 )

Apa yang akan dilakukan perantara bila ketidakpastian non – probablitas menjadi
suatu ketidakpastian dari kehidupan ekonominya?
Untuk menjawab harus kita bedakan paling diantara dua jenis aktor berikut ini :
1 ) Pendapatan seorang pelaku sangat rendah , berfluktuasi sekitat pemenuhan kebutuhan
hidup .
2 ) Pendapatan seorang pelaku / aktor lebih tinggi dari pemenuhan kebutuhan hidupnya .
Namun untuk argumentasi kita , tidak perlu menerapkan spekulasi psikologis : selalu
ada orang yang lebih menyukai pendapatan rendah tapi aman , dari pada pendapatan tinggi
tetapi kurang aman.
Karena itu mereka akan memilih alternatif yang lebih pasti yaitu :

 Mereka dapat menolak kesempatan baru ( produksi susu ) dan meneruskan cara –cara
tradisionalnya
 Mereka dapat memasuki suatu organisasi uang merupakan bagian dari usaha mereka (
produksi susu ) , suatu organisasi ( misalnya koperasi ) yang akan melindungi mereka
dari ketidakpastian.
 Mereka dapat menggabungkan kegiatan beresiko tinggi ( seperti ternak ) dengan
kegiatan beresiko rendah , misalnya bekerja untuk memperoleh gaji.
 Mereka dapat mengundurkan diri sepenuhnya dari pasar sebagai produsen mandiri
dan menjadi anggota suatu organisasi ( misalnya dengan menjual peternakannya dan
menjadi pekerja ) .

Hakikat perusahaan , menurut teori ketidakpastian perusahaan , bukan hanya


merupakan pengurangan biaya transaksi , tetapi juga merupakan suatu lingkungan tersendiri
yang melindungi tehadap penguapan potensial dan kadang menjadi korban dari spekulasi
destruktif dari suatu pasar yang kompetitif ( Hodgson 1998 , hal 208 ).

Pada ekonomi yang berkembang , biaya transaksi pasar adalah lebih tinggi . misalnya
pencarian informasi harga dan kesempatan membeli barang termasuk bahan , akan telatif
lebih tinggi .

Transaksi tinggi dan biaya – biaya yang terkait akan berakibat pada suatu pola
organisasi pasar dengan ketergantungan yang sangat besar pada lembaga tradisional :

 Produksi subsisten selanjutnya akan berkembang secara relatif : ketidakpastian


penggunaan pasar akan dihapuskan oleh produsen substiten .
 Usaha keluarga akan dominan karena ikatan keluarga memungkinkan pegaturan –
pengaturan kontrak yang lebih efisien daripada pasar .
 Pengaturan – pengaturan kontraktual “ kuno ” ( seperti penyewaan saham dan pasar
yang saling terkait ) akan lebih dominan .

Untuk menanggung dan mengatur tingkat ketidakpastian tertentu secara efektif , suatu
ekonomi yang belum berkembang akan membutuhkan secara paradoksial perkembangan
kelembagaan yang lebih tinggi tingkatnya.
6.4 Pengurangan Ketidakpastian melalui Integrasi Vertikal

6.4.1 Penjelasan

Penjelasan pengusaha mengenai integrasi vertikal yakni untuk mendapatkan


persediaan bahan yang lebih pasti atau pasar tertentu bagi produksinya / outputnya.
Tiga bahasan telah disebutkan mengenai bagaimana ketidakpastian dapat
menyediakan suatu integrasi vertikal :
1 . Arrow

Satu kemungkinan yang disarankan Arrow (1975,Clark 1985 ,hal 178-9) adalah
bahwa mungkin terdapat suatu “ ketidak seimbangan informasi ” antara produsen hulu dan
hilir . Keterbatasan informasi ini menghambat kemampuan perusahaan untuk membuat
keputusan – keputusan yang efisien mengenai ketetapan bahan yang digunakan dalam
produksi .

Penjelasan ini beranggapan bahwa produsen hulu ( bahan mentah ) mempunyai


informasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan – perusahaan hilir .
Muncul integrasi vertikal disebabkan oleh ketidakpastian persediaan barang / bahan baku dari
hulu sebagai akibat kebutuhan informasi dari perusahaan – perusahaan hilir.
Penjelasan ini bukan untuk mengamankan persediaan beberapa input yang tepat dan tidak
terganggu ( lihat pembahasan di bawah ) melainkan untuk melakukakan prakiraan dan
pengurangan fluktuasi harga secara perlahan .

2 . Klein dkk

Suatu penjelasan terkait diberikan oleh klein , Crawford dan Aldian ( 178 , hal 316 ) :
mereka menyatakan : “ Suatu kenaikan tingkat harga yang meningkatkan biaya yang
diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas harga yang dapat diterima dan memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dengan cara menaikkan harga secara
oportunistik .
Perubahan merupakan suatu konsep statistik yang mengukur penyimpangan rata-rata
sekumpulan bilangan dari ukuran rata – ratanya .
Jika sebuah koperasi berintegrasi vertikal tabir tersebut dapat diangkat , dengan mengetahui
kenaikan harga apa yang secara ekonomi benar , serta mencegah perampasan oportunistik
atas para anggotanya.

3 . Carlton

Pengusaha sering mengatakan bahwa mereka berintegrasi vertikal untuk mendapatkan


persediaan bahan dapat diandalkan atau untuk mengurangi ketidakpastian dari bahan ( input )
penting .sebuah perusahaan tidak akan pernah tau dengan pasti jumlah permintaan atas
produknya.
Hal yang lebih penting dengan perubahan dari produksi substiten ke produksi yang
berorientasi pasar , banyak produsen akan dihadapkan untuk pertama kalinya dengan
ketidakpastian permintaan. Karena produksi tidak terjadi seketika , sebuah perusahaan harus
membuat keputusan produksinya , sebelum mengobservasi permintaan pasar .

Kemungkinan yang akan timbul adalah permintaan atas produk dan bahan tidak akan
sama dengan persediaan pada periode pasar manapun .
Bila ketidakpastian permintaan terjadi , sebuah produk / bahan dari kualitas tertentu sekarang
mempunyai dua ciri relavan , harganya dan kemungkinan tersedianya .

Mari kita satukan berbagai bahasan :

1) Ketidakpastian permintaan seperti yang dialami oleh para produksi di sebuah negara
berkembang menjadi penting , pertama perubahan dari produksi subsistiten menjadi
produk yang berorientasi pasar , kedua bahkan produk yang mantap dan sudah jadi
sekalipun tapi bagi banyak pembeli tidak cukup dikenal , dan ketiga karena
kewirausahaan yang secara umum rendah , untuk menyerap ketidakpastian dan
memperkirakan harga bahan – bahan ( input ).
2) Ketidakpastian permintaan yang ditinggikan diterjemahkan menjadi suatu persediaan
bahan yang tidak dapat diandalkan
3) Bahasan – bahasan yang berpusat pada ketidakpastian harus diubah oleh faktor –
faktor biaya transaksi .

Kesulitan untuk mengawasi kinerja ( pedagang / produsen input independen ) jika


ketidakpastian tinggi / biaya transaksi tinggi untuk menggunakan pasar , maka
probabilita terjadi hold – up dan gangguan moral akan lebih tinggi ( klein , dkk )
karena terdapatnya ketidakpastian serta insentif yang tinggi untuk memperkenalkan
teknologi baru yang menguntungkan dengan citi – ciri yang sistematis .

6.4.2 Integrasi Vertikal , Koperasi , dan ketidakpastian

Dalam ekonomi subsistem produsen harus menguasai risiko lingkungan alamnya


( cuaca , hama , dan lain – lain ) akan tetapi resiko pasar terabaikan . Dengan peningkatan
proporsi output yang secara tidak langsung dikonsumsi oleh rumah tangga dan dijual di
pasar , rumah tangga menjadi tidak hanya tergantung kepada pasar dalam artian umum , akan
tetapi sangan khusus dalam arti menjadi :

a) Suatu objek yang potensial bagi terjadinya kegiatan oportunistik yang dilakukan oleh
partisipan lainnya
b) Jenis baru dari ketidakpastian hadir pula dalam lingkungan subsisten ini .
Munculnya kerjasama vertikal yang berdasarkan asas menolong diri sendiri ,
merupakan respons lembaga / institusional pada tangangan – tantangan baru atas
komersialisasi dan persaingan inovasional , yang sering muncul dengan konsekuensi –
konsekuensi ancaman kelangsungan hidupnya .
Sementara tranformasi pertama yaitu perpindahan dari produksi subsiten menuju
produksi pasar dapat disebut komersialisasi , maka perubahan kedua dapat digambarkan
sebagai “ perubahan melalui inovasi ” yaitu pengenalan dan peleburan pengetahuan baru
dalam ekonomi .
Kebutuhan akan perlindungan terhadap inovasi seperti itu menyebabkan letupan
ketidakpastian dapat dicapai dalam arti ganda :

 Perlindungan pasif terhadap kerontokan inovasi ( misalnya dengan masuk ke


sebuah koperasi )
 Pencarian aktif untuk turut serta dalam perubahan inovatif dengan cara
berinovasi , pemertahanan hidup yang dapat dicapai dan risiko kepunahan
ekonomi .

Koperasi dalam dunia persaingan inovatif harus dengan sendirinya mempunyai fungsi
ganda: perlindungan pasif terhadap ketidakpastian dan pencarian untuk melahirkan inovasi .
Koperasi harus dapat membatu anggotanya dengan upaya inovatif mereka sendiri .

 Sebuah koperasi kredit harus menyediakan pinjaman untuk memodernisasi


perusahaan para anggota : untuk inovasi dalam teknologi produksi dan produk –
produknya.
 Sebuah koperasi pemasaran harus menyediakan jasa untuk memasarkan produk –
produk baru para anggotanya ( pengawasan mutu , fasilitas angkutan ) dan
sebagainya.
 Sebuah koperasi pembelian harus menyediakan “ perangkat lunak ” berupa
( informasi , nasihat ) untuk memperkenalkan inovasi teknologi dan organisasional.

Ciri – ciri penyerapan ketidakpastian oleh koperasi dapat disingkat menjadi 4 poin :

1) Sebuah koperasi dapat menginternalisasi transaksi pasar : ketidakpastian yang


berkaitan dengan transaksi – transaksi ini , dikurangi cukup banyak .
2) Ketidakpastian yang masih ada sebagi akibat transaksi – transaksi koperasi dengan
lingkungannya sendiri , ditanggung oleh kelompok koperasi : fungsi – fungsi
koperasi sebagai semacam “ penyerap shock / kejutan ” kolektif .
3) Anggota perorang tetap sebagai unsur ekonomi bebas ( produsen , pelanggan ) dengan
tingkat kebebasan yang tinggi untuk mengatur perusahaan sendiri
4) Jika kebutuhan anggota untuk mengatasi ketidakpastian yang ingin dikuasainya
sendiri berubah , ia bebas untuk meminta perlindungan kepada koperasi atau
mengurangi jarak hubungannya dengan koperasi ( tidak aktif ) atau mempengaruhi
koperasi untuk menyediakan jasa yang lebih sesuai dnegan kebutuhannya yang
berubah itu .
Tanpa koperasi , jumlah produsen kecil independen dalam bidang – bidang pertanian ,
perdagangan dan industri , akan semakin sedikit , dan sebagian besar produsen skala kecil ,
misalnya di jerman dan di negara negara lain mungkin telah punah selama dan sesudah
revolusi industri pada abad ke -9 yang secara kebetulan pada periode itulah koperasi –
koperasi modern mulai tumbuh.

Keunggulan kunci dari solusi koperasi adalah tingkat kebebasan pengambilan


keputusan yang lebih tinggi yang dapat ditawarkan kepada anggotanya ( produsen bebas ) .

Sebagai ganti kontrak melalui pasar , maka integrasi vertikal harus terjadi dengan
pemindahan kekuasaan pembuatan keputusan dari anggota kepada pengurus dan kekuatan
lembaga diciptakan untuk membuat keputusan yang mungkin akan tidak menyenangkan bagi
para anggota.

Kepercayaan merupakan alat untuk mengatasi ketidakpastian , terutama jika


perhitungan rasional atas keuntungan dan kerugian sangat berpengaruh dalam suatu koperasi .
Penyerapan ketidakpastian dan penciptaan kepercayaan vertikal , memang tampaknya
berjalan berdampingan.

Anda mungkin juga menyukai