Disusun oleh :
Alamsyah (7163210003)
Diterjemahkan Oleh : Hj. Sri Djatnika S. Ariffin S.E., M.Si. (Fakultas Ekonomi Universitas
Padjadjaran)
BAB 1
PENTINGNYA KONSEP-KONSEP TEORITIS DALAM ANALISIS
KOPERASI
Dalam Penjelasan sebab-akibat apa pun, kita harus membedakan dua jenis fakta
yaitu: fakta yang sedang dijelaskan (efek, akibat: variabel bebas atau kondisi
“awal”)
Kenyataan ? Kenyataan
? Teori Teori
“Akibat” (effect)
“Sebab” (cause)
Kita menelaah koperasi yang para anggotanya meninggalkan atau mengurangi
kegiatan komersilnya (partisipasinya) terhadap usaha ini. Ini merupakan “akibat” yang kita
telaah secara nyata, dan yang ingin kita jelaskan di sini adalah: Mengapa para anggota
koperasi meninggalkan koperasinya?
Dalam menjawab pertanyaan atau menjelaskan akibat, kita harus mencari dulu
“penyebabnya”. Salah satu sebabnya mungkin saja, bahwa pesaing koperasi mulai menjual
produk dibawah harga yang diberikan oleh koperasi.
Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah misalnya, anggota mengetahui bahwa
manajer koperasi telah menggunakan uang koperasi untuk mmenuhi kepentingan pribadinya.
Simetri logis antara penjelasan dan hakikat prediksi, disebut “tesis simetri”.
Untuk memproleh teori yang berguna, teori tersebut harus dapat memberikan makna
yang sangat kuat untuk mengubah kenyataan menjadi keadaan yang sesuai dengan tujuan-
tujuan khusus, dengan cara yang rasional.
BAB 2
BADAN USAHA YANG BERBENTUK KOPERASI
(THE COOPERATIVE FROM OF ENTERPRISE)
Yang artinya:
1. Keanggotaan terbuka.
2. Satu anggota, satu saura.
3. Pengembalian (bunga) yang terbatas atas modal.
4. Alokasi SHU sebanding dengan transaksi yang dilakukan anggota.
5. Penjualan tunai.
6. Menekankan pada unsur pendidikan.
7. Netral dalam hal agama dan politik.
“Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang dikelola oleh para anggotanya,
dengan dasar satu orang satu suara, dengan SHU yang didistribusikan di antara para
anggotanya sesuai dengan aturan yang telah disetujui.
Kita akan memusatkan pembahasan pada partisipasi sebagai suatu alat. Dalam hal ini
kita gunakan partisipasi dalam 3 konteks sebagai berikut:
Dengan “Vote” anggota dapat mempengaruhi atas siapa yang akan dipilih menjadi Manajer atau
Anggota Badan Pengawas dan pengurus laindalam koperasinya.
Ekonomi pasar in terdiri dari tiga agen: produsen, konsumen dan pedagang.
Pedagang
Produsen Pelanggan
Rantai Pemasaran
Jika produsen telah menjual beberapa produknya melalui pedagang, koperasi harus
memberikan manfaat yang paling tidak, sama dengan manfaat yang diberikan oleh pedagang
untuk membuat solusi koperasi memilih alternatif yang bermanfaat bagi produsen.
Produsen itu juga menghadapi alternatif-alternatif berikut sehubungan dengan suplai “input”:
Solusi koperasi dalam rantai perdagangan dan kegiatan pemasaran yang ingin di
ungkapkan di sini tanpa maksud membahasnya adalah untuk melukiskan situasi pemilik
sumber daya manusia-SDM (human capital).
Koperasi grosir yang dimiliki oleh produsen mungkin bersaing dengan koperasi yang
dimiliki oleh pengecer pada tingkat yang sama dalam rantai pemasaran. Kepetingan antara
dua koperasi tersebut sangatlah berbeda, karena keanggotaan mereka yang berlainan.
Koperasi yang anggotanya adalah produsen, akan berusaha mengenakan harga yang
tinggi pada sepatu yang dibeli pengecernya, sedangkan koperasi yang anggotanya terdiri dari
pengecer menginginkan untuk membayar harga yang serendah mungkin dari produsen
sepatunya.
Berapa harga yang harus dibayar anggota pada “supply” dan berapa harga yang
diproleh anggota pada koperasi pemasaran ?
Ada dua pandangan teoritis yang dapat membantu menjawab pertanyaan ini :
Struktur pasar terdiri dari unsur eksternal yang berubah secara perlahan dan relatif
permanen bagi perusahaan dan mendesak pengaruh jangka panjang atas conduct,
khususnya dalam penentuan harga perusahaan dalam pasar.
Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli
ekonomi. Model persaingan merupakan basis bidang analitis dan riset terapan yang luas.
“Sebenarnya seluruh implikasi kesejahteraan yang positif dari koordinasi pasar lahir dari
model-model ahli ekonomi yang menggunakan asumsi persaingan “sempurna” (Timmer dkk.
1983, hal. 152).
Jumlah yang “besar” merupakan gambaran struktural dasar. Asumsi dari beberapa
perusahaan, bukan berarti sejumlah tertentu. Akan tetapi, harus ada jumlah yang cukup dari
prusahaan, sehingga setiap perusahaan perorangan, bagaimanapun besarnya, hanya memasok
sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan yang terpengaruh di pasar. Kebalikannya, apakah
perusahaan berproduksi pada kapasitas penuh atau tidak sama sekali, harga pasar tdak akan
terpengaruh pula.
Jika terdapat banyak penjual, namun harga di pasar tidak given, melainkan ditetakan
oleh mereka, maka terjadi kasus kolusi atau penatapan harga sejenis kartel. (Untuk mencegah
akibat yang seperti itu, maka asumsi lain seperti bebas keluar masuk pasar harus
diperkenalkan).
2. Seluruh perusahaan menjual produk yang identik (homogenitas produk)
a) Disini tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam persaingan non-harga
(melalui iklan dan jenis-jenis lainnya dari sales promotion/promosi penjualan).
b) Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung
bahwa perusahaan individu tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
3. Free Entry dan Exit (Bebas Masuk dan Keluar) bagi perusahaan
Asumsi bebas masuk dan keluar seperti yang didefenisikan diatas secara tidak
langsung mengungkapkan, bahwa faktor-faktor produksi bebas bergerak dari perusahaan satu
ke perusahaan lainnya : materi/bahan baku dan faktor-faktor lainnya yang tidak dimonopoli.
(terdapat persaingan yang sempurna di pasar faktor-faktor produksi).
Karena itu, dalam jangka pendek, tak akan ada keunggulan bagi anggota
koperasi dibandingkan dengan ia membeli di pasar (open market).
Kasus 2: Koperasi dengan Kemampuan Manajerial yang Lebih Rendah
Kesenjangan kemapuan koperasi adalah sangat krisis terutama pada fase awal
dari kelahiran koperasi tersebut: pada saat itu manajemen mungkin masih belum
berpengalaman atau manajemen yang baik/ berkualitas sulit untuk diajak
berkecimpung dalam koperasi.
Pada saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan lagi bagi anggotanya
keunggulan yang tidak tersedia pada pesiangnya.
Ekuilibrium jangka panjang dari suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. Pada
saat ekuilibrium, koperasi tak dapat memberikan bagi anggotanya keunggulan yang tidak
tersedia pada pesaingnya.
Koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah mungkin dapat bertahan untuk
jangka waktu tertentu, karena tertolong oleh antusiasme para anggota serta kesetiaan mereka.
Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari
kemampuan pesaing.
Dalam kasus koperasi memiliki kemampuan yang lebih rendah (berarti biaya lebih
tinggi), dalam jangka panjang, koperasi ini tidak dapat bertahan.
Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi dapat brsaing melawan para
pesaingnya dalam dua artian:
1. Koperasi dapat memberikan harga yang lebih rendah atas barang-barangnya, atau
2. Memberikan harga yang sama dengan pesaingnya.
Kesimpulan:
Jika suatu koperasi memiliki kemampuan manajemen yang lebih rendah daripada
perusahaan swasta, maka koperasi tidak akan berhasil dalam menghadapi persaingan. Untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggotanya dibanding dengan pelayan yang
tersedia di pasar, suatu koperasi memerlukan kemampuan yang lebih tinggi, baik dalam
penakanan biaya (inovasi produk maupun inovasi teknologi). Kasus terakhir, bagaimana pun
juga, berada di dalam model persaingan sempurna.
4.4.1 Defenisi
Suatu koperasi dibentuk untuk memsauki pasar persaingan tidak sempurna atau pasar
persaingan monopolistik. Sebagaimana halnya dalam kasus pasar persaingan sempurna,
untuk mencapai keberhasilan, suatu koperasi harus mampu meningkatkan pendapatan
anggotanya, atau secara umum dapat menambah kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
Persaingan tidak sempurna dapat ditandai oleh karakteristik sebagai struktur pasar
persaingan sempurna (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan perkecualian bahwa
setiap pemasok merupakan pula monopolis “kecil”. (Persaingan monopolis kelompok besar).
4.4.2 Analisis Jangka Panjang
Dalam Persaingan tidak sempurna, para penjual bersaing melalui diferensiasi produk.
Sebagaimana yang telah dibahas pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, aturan
keputusan untuk berproduksi pada Average Cost yang serendah-rendahnya, tidak terjadi
dalam situasi yang stabil; para anggota baru akan tertarik dan/atau para anggota lama
didorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian dari peningkatan output dengan
harga pasar yang lebih tinggi).
Koperasi akan membebankan harga di P3 dan memproduksi sejumla Q3. Pada saat profit
diproleh, para anggota baru masih akan merasa tertarik untuk masuk menjadi anggota
koperasi, dan meningkatkan outputnya sampai AC = AR (yaitu di P4 dan Q4).
Kesimpulan:
Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi pasar.
Terdapat suatu keunggulan jangka pendek bagi koperasi. Keunggulan ini diproleh jika
pelayanan yang dijual merupakan suatu yang baru bagi anggotanya (misalny pupuk, di negara
berkembang). Karena pembersihan (eliminasi) efek monopoli, koperasi tidak hanya menjual
barang dengan harga murah, tetapi juga dengan jumlah yang banyak, dalam hal input yang
baru. Hal ini akan membuat inovasi pada perusahaan anggota melalui cara yang lebih murah
dan menguntungkan.
Apabila kemampuan koperasi lebih rendah dari kemampuan perusahaan swasta, koperasi
masih akan mampu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anggota koperasi,
sepanjang kurva Average Costnya memotong fungsi permintaan pada titik yang lebih rendah
dari harga perusahaan swasta yang diminta. Dalam jangka pendek, bahkan kesenjangan
kemampuan ini tidak mampu menjaga keunggulan komparatif koperasi.
4.4.3 Analisis Jangka Panjang
Faktanya, bahwa koperasi sendiri dalam persaingan tidak sempurna, tidak dapat
memproleh profit. Hal ini tidak berarti bahwa koperasi berhasil bersaing dengan perusahaan
swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu rendah untuk dapat memberikan dampak langsung pada
para penjual lainnya. Keuntungan “swasta” ini akan menarik perusaaan lain ke pasar.
Hasilnya, kurva permintaan akan sedikit demi sedikit bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak
akan masuk lagi, saat seluruh profit telah habis. Ekuilibrium Jangka panjang inilahlah yang
digambarkan Chamberlain dalam solusinya yang terkenal “tangency”
Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaingnya dapat
memeberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan solusi
pasar.
Kasus koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan monopolisitik
lebih sulit untuk ditelaah. Dalam kasus fungsi permintaan (AR) akan sama bagi semua
partisipan di pasar, produsen yang memerlukan biaya yang lebih tinggi, tidak akan mampu
bersaing, kerena fungsi permintaannya (AR) akan lebih rendah dari biaya Jangka Panjangnya.
Koperasi akan berproduksi dalam keadaan merugi.
Sebagaimana Heflebower (1980, 29) menemukan bawha banyak entry yang dilakukan
oleh koperasi yang berintegrasi vertikal, terjadi di pasar lokal atau regional, dimana
perusahaan-perusahaan yang telah maju hanya sedikit yang melakukannya.
Maksudnya adalah bawha secara empiris, banyak koperasi didirikan atau muncul dalam
struktur pasar oligopoli. Pangsa-pangsa di pasar ini hanya dikuasai oleh beberapa penjual
saja.
Jika pernyataan empiris ini benar, jika situasi oligopoli benar-benar secara empiris
penting bagi koperasi, amak sangat disesalkan, bahwa para ahli ekonomi sejauh ini belum
samapai pada teori yang meyakinkan tentang perilaku lembaga usaha dalam pasar oligopoli.
Dua strategi dasar yang terbuka bagi koperasi dapat dibedakan menjadi: menggunakan
harga sebagai parameter kegiatan (“senjata”) dan persaingan non harga (melalui
pengurangan/reduksi biaya, diferensiasi produk, kualitas, dan lain-lain).
Suatu koperasi dapat menggunakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli. Harga
dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup besar.
Dengan kebijakan harga aktif koperasi, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi
para pesaingnya untuk menyapu bersih koperasi yang baru masuk. Jika koperasi
memproduksi dengan kemampuan rendah (biaya lebih tinggi), para pesaingnya dapat dengan
mudah melenyapkan pihak luar dan membuat koperasi tergantung pada bantuan luar untuk
mempertahankan hidupnya.
Koperasi bukan hanya mempromosikan para anggotanya saja, tetapi juga seluruh
pengguna jasa dari produk koperasi yang bersangkutan.
Biasanya, koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan
perusahaan-perusahaan lainya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju, yang
esjak beberapa tahun lamanya mampu mengakumulasi profit dan likuiditas melalui kolusi
(ataupun pemimpin harga). Mereka mungkin dapat berupaya untuk mengeluarkan koperasi
dari persaingan, karena sudah jelas bagi mereka bahwa kolusi menghasilkan keuntungan,
sedangkan persaingan tidak.
Kepemimpinan Harga
Kesimpulan kita sejauh ini: Jika koperais tidak diberi bantuan, dengan kemampuan
manajerial yang lebih rendah akan bijaksana jika menggunakan ‘senjata’ harga secara hati-
hati(dalam rangka bertahan dalam persaingan), memberi kesempatan bahwa oligopoli,
pengurangan harga dapat dengan mudah terlepas dari kendala.
Jika koperasi dikelola untuk manfaat atau kepentingan anggota, koperasi dapat
menggunakan metode-metode yang lebih memiliki ciri-ciri tersendiri untuk mengoptimalkan
anggotanya seperti membayar SHU (patronage refund) maupun memberikan pelayanan
tambahan yang lebih baik (menggunakan persaingan non-harga).
Jika pasar-pasar oligopolistik tersebar luas, jika kepemimpinan harga ataupun praktik-
praktik kolusif lainnya menjadi sangat umum, dan peluang memasuki pasar mudah selama
aturan main oligopolistik tidak dilanggar, kita mungkin bertanya-tanya mengapa masuknya
koperasi kedalam pasar seperti itu, tampak menjadi fenomena yang ternyata jarang ditelaah.
Beberapa perusahaan yang telah maju terlebih dahulu, mungkin telah menganggap
koperasi sebagai tantangan yang serius, tetapi dengan mengarahkan hambatan masuk bagi
perusahaan-perusahaan baru non-koperasi, mereka akan berhasil (dan sekaligus) juga dapat
menyingkirkan koperasi.
Struktur pasar oligopolistik atau pasar monopolistik terdiri dari beberapa bentuk:
Masuknya koperasi ini juga dapat dianggap sebagai integrasi vertikal yang terkordinasi
secara koperasi, yang dilakukan oleh perusahaan (milik anggota).
Keunggulan potensial yang dimiliki oleh usaha kopersai baru telah diperbandingkan
dengan usaha penanaman modal harus yang beroperasi dalam tingkat pasar yang sama
(misalnya penjual input bagi petani) yang keduanya dapat terlahir dari identitas pemilik dan
pengguna jasa.
1. Karena di suatu sisi dari pasar, pelanggannya lebih memungkinkan untuk membuat
kontrak dengan perushaan yang dimiliknya sendiri.
2. Anggota akan lebih bersedia untuk memberikan informasi penting meneganai kondisi
pasar. Sedemikian pula upaya manajemen pada kualitas produk dan baiay periklanan
serta promosi, akan menjadi lebih rendah.
3. Hubungan yang kuat atas kepercayaan dan kesetiaan antara anggota dan manajemen
koperasi: memiliki keunggulan reputasi yang berhasil dibangunnya sendiri, bila
dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
4.5.4 Oligopoli & Monopoli Alami
Pemasok tunggal dapat menghasilkan output given selalu pada biaya rata-rata yang lebih
kecil, bila dibandingkan dengan beberapa pemasok output, yang sama secara bersama-sama.
Dalam literatur, kasus terakhir ini sering dianggap sebagai “monopoli alami” yang
dibedakan dari monopoli “buatan” yang diakibatkan atau ditegakkan oleh hambatan masuk
buatan, terutama hambatan hukum (misalnya produsen obat-obatan yang memiliki hak
paten). Sedangkan monopoli alami merupakan hasil dari hambatan teknologi “alami”
Dengan peluang masuk yang potensial, bagi kegiatan koperasi maupun perusahaan
lainnya, membuat monopolis tidak dapat menggunakan kekuatan monopolisnya. Jika
koperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan monopolis, maka koperasi harus
mampu memiliki keunggulan tambahan:
a) Atau dengan memberikan teknologi yang lebih baik yang tidak tersedia pada
perusahaan yang disingkirkan.
b) Atau menghasilkan produk/jasa yang lebih baik.
c) Atau mewujudkan keunggulan biaya administrasi lainnya (yang belum dibahas
sejauh ini).
d) Memiliki akses kepada kekuatan politis yang lebih baik dalam rangka memberikan
kekuatan hukum untuk membersihkan monopolis.
Kesimpulan:
1. Terdapat hanya penjual/pembeli tunggal yang ada di pasar, bagi suatu produk
tertentu.
2. Penjual tunggal tersebut menghasilkan produk yang tidak memiliki substitusi siap
baginya.
3. Terdapat hambatan masuk yang utama, dan yang terpenting lainnya adalah terdapat
hambatan masuk yang berupa keunggulan bersaing yang besar/kuat, atau hambatan
hukum.
Jika perusahaan lain memasuki industri, maka itu tak disebut lagi monopoli, melainkan
oligopoli.
1. Dari sudut pandang statis atas struktur pasar monopolistik & oligopolistik; oleh
karena mereka membebankan harga yang lebih tinggi dari Marginal Cost (MC)
(berarti kegagalan pasar), hal ini menawarkan kondisi yang baik bagi masuknya
koperasi.
2. Tiga jawaban yang telah dibahas, sedangkan jawaban keempatnya diasumsikan
diabaikan:
a) Masuknya pesaing kedalam pasar tidaklah bebas, karena adanya hambatan-
hambatan hukum, politik & ekonomi (perilaku wirausha politik yang berorientasi
‘pecah belah’ atau “rent”).
b) Terdapat kesenjangan kemampuan antara yang sedang berkuasa di pasar dan para
pesaing baru yang potensial untuk memasuki pasar.
c) Biaya masuk (sebgai hambatan masuk) sangat tinggi.
d) Biaya pelaksanaan transaksi yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi peluang
profit, terlalu tinggi.
3. Melihat kondisi masuk kedalam pasar secara lebih terperinci, maka perilaku
oligopolis dan monopolis tergantung secara kritis pada biaya yang dibutuhkan untuk
memasuki pasar tersebut. Jika biaya masuk maupun hambatan masuk rendah, bahkan
pasar oligopoli & monopoli dalam jangka panjang pun tidak akan menyimpang
banyak dari pasar persaingan sempurna.
4. Menginggat relevansi teori kinerja struktur-conduct, maka:penentu perilaku struktur
pasar menjadi kurang relevan dalam prsaingan potensial.
4.7 Skala Ekonomi & Kinerja Komparatif Koperasi:
Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan bagi suatu
perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah
daripada hanya menghasilkan output yang lebih sedikit. Skala ekonomi lebih diartikan pada
hubungan antara biaya rata-rata dengan skala output.
Skala ekonomi ini dapat lahir dari dua hukum yang utama, mengenai produksi:
Kami akan menjelaskan 3 faktor saja untuk memperlihatkan bahwa, jika koperasi dapat
merealisasikan skala ekonomi, hal ini tidak berarti bahwa koperasi memang memiliki
keunggulan alami dalam mewujudkannya.
Jika skala ekonomi terwujud maka sulit untuk melihat mengapa koperasi harus memiliki
manfaat komparatif dalam merealisasikan hal itu, dalam kondisi bebas masuk (free
entry).
BAB 5
BIAYA TRANSAKSI DAN KINERJA KOMPARATIF KOPERASI
5.1 Masalah Biaya Transaksi
Poin awal dari seluruh pendekatan baru ini adalah sistem pasar. Jika pasar tersebut
bekerja dengan baik, efisien, tanpa menimbulkan perselisihan, jika koordinasi pasar oleh
“invisiblehand” efektif, maka tidak akan di perlukan lagi cara-cara alternatif untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan ekonomi demi cara-cara.
Dengan memberikan biaya positif bagi koordinasi pasar dalam kondisi yang
bagaimana dapat kita harapkan keberhasilan koperasi agar mampu berperan sebagai salah
satu jenis “ struktur yang menentukan” penhhematan biaya transaksi.
Jika memndang transaksi dalam skala waktu yang berhubngan dengan pembuatan
kontrak, melalui pencarian unsur-unsur /elemen kontrak, keputusan, pelaksanaan,
pengendalian/pengawasan, maka biaya transaksi akan terdiri dari biaya penelitian, informasi,
keputusan, tawar-menawar, monitoring, dan pelaksanaan kontrak.
Komponen utama dari biaya transaksi adalah biaya yang timbul dalam pembuatan
kontrak yang diperkuat oleh hukum atau diri sendiri. Hal ini mencakup tindakan pencegahan
melawan pengambilan ahli-ahli yang potensial atas investasi dan biaya informasi serta
pengadministrasian.
Dengan kata lain kekhususan aset dan peluang saling terkait untuk melakukan
kegiatan oportunistik bold-up yang mengubah persaingan Ex-Ante dalam monopoli. Jika
monopoli kekhususan aset tidak terlibat, maka produsen tidak akan menghadapi masalah
serius, tingkah laku oportunistik pengolah akan dapat dihapuskan dan kekhawatiran utama
mereka hanya akan berupa penetapan harga monopoli biasa.
Biaya transaksi dapat diselamatkan jika kita dapat menolak secara apriori bahwa tidak ada
biaya transaksi yang benar terselamtkan dibanding dengan pengaturan nonkoperasi lainnya
yaitu:
Mungkin karena koperasi didirikan dalam keadaan dimana kepercayaan tidak terlalu
penting ( dimana bold up dan moral bazard/ gangguan moral, tidak terlalu menjadi
permasalahan)
1 ) Dengan adanya ketidak pastian given tidaklah mungkin untuk memilih secara rasional
suatu biaya transaksi ( dengan meminimalisasi struktu ).
3 ) Koperasi ditandai dengan properti khusus yang dalam situasi tertentu menyediakan
keunggulan penting dalam penguasaan ( pengurangan , penyerapan ) ketidakpastian bagi para
anggotanya .
Coase , Wiliamson dan para pakar biaya transaksi lainnya bertanya mengapa
perusahaan ada dan mengapa produksi tidak diatur melalui hubungan pasar ?
Jawaban mereka pada intinya , bahwa perusahaan ( Hierarki ) ada , karena biaya transaksinya
lebih rendah dari pada biaya transaksi melalui pasar .
Memberi dan menerima dapat dikhususkan dan dikontrak ex-ante. Lembaga ( hierarki
) tidak perlu mengurangi ketidakpastian,karena pasar dapat menguasai masalahnya dengan
baik.
Hanya pada kasus “ kegagalan pasar ” tidak adanya jaminan/asuransi dan pasar antara waktu
lain , organisasi hierarkis di koperasi , akan mempunyai beberapa pengorbanan ekonomis.
Apa yang tersisa melawan oportunisme , kekhususan set dan ( gangguan moral /
moral hazard ) di dunia yang tidak pasti.
Untuk mendapatkan jawabannya , harus dibedakan diantara 3 kelompok berikut ini :
1 ) Tanpa ketidakpastian
2 ) Ketidakpastian risiko / subjektif
3) Ketidakpastian nyata
Apa yang akan dilakukan perantara bila ketidakpastian non – probablitas menjadi
suatu ketidakpastian dari kehidupan ekonominya?
Untuk menjawab harus kita bedakan paling diantara dua jenis aktor berikut ini :
1 ) Pendapatan seorang pelaku sangat rendah , berfluktuasi sekitat pemenuhan kebutuhan
hidup .
2 ) Pendapatan seorang pelaku / aktor lebih tinggi dari pemenuhan kebutuhan hidupnya .
Namun untuk argumentasi kita , tidak perlu menerapkan spekulasi psikologis : selalu
ada orang yang lebih menyukai pendapatan rendah tapi aman , dari pada pendapatan tinggi
tetapi kurang aman.
Karena itu mereka akan memilih alternatif yang lebih pasti yaitu :
Mereka dapat menolak kesempatan baru ( produksi susu ) dan meneruskan cara –cara
tradisionalnya
Mereka dapat memasuki suatu organisasi uang merupakan bagian dari usaha mereka (
produksi susu ) , suatu organisasi ( misalnya koperasi ) yang akan melindungi mereka
dari ketidakpastian.
Mereka dapat menggabungkan kegiatan beresiko tinggi ( seperti ternak ) dengan
kegiatan beresiko rendah , misalnya bekerja untuk memperoleh gaji.
Mereka dapat mengundurkan diri sepenuhnya dari pasar sebagai produsen mandiri
dan menjadi anggota suatu organisasi ( misalnya dengan menjual peternakannya dan
menjadi pekerja ) .
Pada ekonomi yang berkembang , biaya transaksi pasar adalah lebih tinggi . misalnya
pencarian informasi harga dan kesempatan membeli barang termasuk bahan , akan telatif
lebih tinggi .
Transaksi tinggi dan biaya – biaya yang terkait akan berakibat pada suatu pola
organisasi pasar dengan ketergantungan yang sangat besar pada lembaga tradisional :
Untuk menanggung dan mengatur tingkat ketidakpastian tertentu secara efektif , suatu
ekonomi yang belum berkembang akan membutuhkan secara paradoksial perkembangan
kelembagaan yang lebih tinggi tingkatnya.
6.4 Pengurangan Ketidakpastian melalui Integrasi Vertikal
6.4.1 Penjelasan
Satu kemungkinan yang disarankan Arrow (1975,Clark 1985 ,hal 178-9) adalah
bahwa mungkin terdapat suatu “ ketidak seimbangan informasi ” antara produsen hulu dan
hilir . Keterbatasan informasi ini menghambat kemampuan perusahaan untuk membuat
keputusan – keputusan yang efisien mengenai ketetapan bahan yang digunakan dalam
produksi .
2 . Klein dkk
Suatu penjelasan terkait diberikan oleh klein , Crawford dan Aldian ( 178 , hal 316 ) :
mereka menyatakan : “ Suatu kenaikan tingkat harga yang meningkatkan biaya yang
diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas harga yang dapat diterima dan memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dengan cara menaikkan harga secara
oportunistik .
Perubahan merupakan suatu konsep statistik yang mengukur penyimpangan rata-rata
sekumpulan bilangan dari ukuran rata – ratanya .
Jika sebuah koperasi berintegrasi vertikal tabir tersebut dapat diangkat , dengan mengetahui
kenaikan harga apa yang secara ekonomi benar , serta mencegah perampasan oportunistik
atas para anggotanya.
3 . Carlton
Kemungkinan yang akan timbul adalah permintaan atas produk dan bahan tidak akan
sama dengan persediaan pada periode pasar manapun .
Bila ketidakpastian permintaan terjadi , sebuah produk / bahan dari kualitas tertentu sekarang
mempunyai dua ciri relavan , harganya dan kemungkinan tersedianya .
1) Ketidakpastian permintaan seperti yang dialami oleh para produksi di sebuah negara
berkembang menjadi penting , pertama perubahan dari produksi subsistiten menjadi
produk yang berorientasi pasar , kedua bahkan produk yang mantap dan sudah jadi
sekalipun tapi bagi banyak pembeli tidak cukup dikenal , dan ketiga karena
kewirausahaan yang secara umum rendah , untuk menyerap ketidakpastian dan
memperkirakan harga bahan – bahan ( input ).
2) Ketidakpastian permintaan yang ditinggikan diterjemahkan menjadi suatu persediaan
bahan yang tidak dapat diandalkan
3) Bahasan – bahasan yang berpusat pada ketidakpastian harus diubah oleh faktor –
faktor biaya transaksi .
a) Suatu objek yang potensial bagi terjadinya kegiatan oportunistik yang dilakukan oleh
partisipan lainnya
b) Jenis baru dari ketidakpastian hadir pula dalam lingkungan subsisten ini .
Munculnya kerjasama vertikal yang berdasarkan asas menolong diri sendiri ,
merupakan respons lembaga / institusional pada tangangan – tantangan baru atas
komersialisasi dan persaingan inovasional , yang sering muncul dengan konsekuensi –
konsekuensi ancaman kelangsungan hidupnya .
Sementara tranformasi pertama yaitu perpindahan dari produksi subsiten menuju
produksi pasar dapat disebut komersialisasi , maka perubahan kedua dapat digambarkan
sebagai “ perubahan melalui inovasi ” yaitu pengenalan dan peleburan pengetahuan baru
dalam ekonomi .
Kebutuhan akan perlindungan terhadap inovasi seperti itu menyebabkan letupan
ketidakpastian dapat dicapai dalam arti ganda :
Koperasi dalam dunia persaingan inovatif harus dengan sendirinya mempunyai fungsi
ganda: perlindungan pasif terhadap ketidakpastian dan pencarian untuk melahirkan inovasi .
Koperasi harus dapat membatu anggotanya dengan upaya inovatif mereka sendiri .
Ciri – ciri penyerapan ketidakpastian oleh koperasi dapat disingkat menjadi 4 poin :
Sebagai ganti kontrak melalui pasar , maka integrasi vertikal harus terjadi dengan
pemindahan kekuasaan pembuatan keputusan dari anggota kepada pengurus dan kekuatan
lembaga diciptakan untuk membuat keputusan yang mungkin akan tidak menyenangkan bagi
para anggota.