Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN OBSERVASI ADAT PERNIKAHAN

WONOGIRI JAWA TENGAH

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh :
Dr. Mutimmatul Faidah, S.Ag.,M.Ag.

Oleh:

Dewi Puspitasari 18050394030

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIDIKAN TATA BOGA
2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun
besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia
dihuni oleh berbagai suku bangsa yang mempunyai kebiasaan atau adat istiadat
yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah “seluruh
sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya
dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”.
Kebudayaan antara daerah satu dengan daerah lain sangatlah berbeda.
Kebudayaan dalam suatu daerah mencerminkan perilaku masyarakat setempat
termasuk upaya masyarakat untuk melestarikan warisan leluhur yang telah
berumur ratusan tahun. Kebudayaan sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau
mistis, karena banyaknya masyarakat yang percaya akan Animisme dan
Dinamisme khususnya pada masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa masih
menjunjung tinggi nilai kebudayaan hal tersebut dibuktikan dengan masih
banyaknya ritual-ritual yang mereka laksanakan. Ritual tersebut antara lain
upacara perkawinan, Mitoni, upacara Garebeg, upacara Bersih Desa, upacara
peringatan 1 Sura, Pawang Hujan, Tedak Sinten dan masih banyak hal lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1208), tradisi adalah kebiasaan
turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat”.
Salah satu tradisi yang sampai sekarang masih berkembang di tengah-tengah
masyarakat adalah tradisi Temu Manten.
Tahapan Perkawinan Adat Jawa (SOLO)

Budaya tanah Jawa masih menyimpan sejuta keindahan dan keagungan yang tetap dipegang
teguh oleh masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat dalam upacara pernikahan yang penuh makna dan
unik. Beragam tradisi dan tata cara pernikahan menjadi bagian dari adat masing-masing wilayah.
Berikut prosesi pernikahan adat Jawa Solo yang umum dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah
dan sekitarnya, yang kami paparkan dalam 5 babak.

BABAK 1
PEMBICARAAN

Tahapan ini intinya mencakup tahap pembicaraan pertama sampai tingkat melamar.

a. Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan
situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan status
calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang mengikat.

b. Salar
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan oleh seorang
duta, baik oleh duta yang pertama atau orang lain.
c. Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua,
keluarga besar beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita
untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat membaca kepribadian,
bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.

d. Nglamar
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan.
Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara
pernikahan.
BABAK 2
TAHAP KESAKSIAN

Setelah melalui tahapan pembicaraan, dilaksanakanlah peneguhan pembicaraan yang disaksikan


pihak ketiga, seperti kerabat, tetangga, atau sesepuh.

a. Srah-srahan
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara
selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di luar
dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan
tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
b. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar
cincin oleh kedua calon mempelai.

Peningsetan Anas Urbaningrum


c. Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin
wanita.
d. Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir.
Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan
terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).
e. Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam
memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak
saja.
BABAK 3
TAHAP SIAGA

Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.

a. Sedhahan
Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.
b. Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga,
tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para
pelaksana.
c. Jenggolan atau Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya
memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan
pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.

BABAK 4
TAHAPAN RANGKAIAN UPACARA

Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias
dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah
kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan pengantin akan hidup baik dan
bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga
mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga
yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.

a. Pasang Tratag dan Tarub


Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan
dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di
sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin
dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk,
nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini
biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang
dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan
jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.

c. Pasang Tuwuhan (Pasren)


Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna
tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat
pernikahan.

Siraman
d. Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat
membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain;
calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan
wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang
ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil berkata "Niat
Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya
dipecahkan ke lantai.

e. Adol Dhawet (Jual dawet)


Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang
dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang
menggunakan pecahan genting sebagai uang.

f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan
wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan
harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari.
Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai
besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.

h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan
akad nikah.

i. Nyantri atau Nyatrik


Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta
pengiringnya.

Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok,
kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di
tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara penting lainnya yaitu
pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan.

BABAK 5
Puncak dari rangkaian acara dan merupakan inti acara.

a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak
penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua
mempelai resmi menjadi suami istri.

b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
• Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan
bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.

• Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.

• Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci
kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

• Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan
dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat
berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.

• Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan
kewajiban.

• Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan
pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi
tantangan hidup.

Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun
dilanjutkan.

• Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol
sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.

• Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada


pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria
bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.

• Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih
pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur
adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.
c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai
dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.

d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari
Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini
dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.

e. Sungkeman
sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.

f. Kirab
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan
tempat duduknya untuk berganti busana.

Anda mungkin juga menyukai