Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ROLLY

NPM : 19.12.4902

LOKAL : 4B

FAKULTAS : TARBIYAH

DOSEN : Drs. H. Izzuddin, M. Ag

MATA KULIAH : MASAIL FIQH AL-HADITSAH ( midle )

1. Tujuan nya adalah : 1.Agar umat Islam dapat memahami pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan
berbagai persoalan mengenai Masail Fiqhiyah al-Haditsah yang berkaitan dengan masalah fikih
kontemporer. 2.Untuk mengetahui serta mengidentifikasi masalah-masalah fikiih yang
berkembang di masyarakat. 3.Menghindari sifat taklid fanatisme dalam beragama. 4.Mampu
bersikap arif dan toleran atas perbedaan pandangan dalam suatu paham. 5.Akan dapat
menerapkan kaidah-kaidah pada dalil syara’ yang terperinci dalam persoalan fikih kontemporer.
6.Dapat menerapkan kaidah-kaidah hukum yang ditentukan jalan keluar yang diambil dikala
menghadapi masalah-masalah fikih sifatnya actual .
Manfaatnya hampir ada kesamaan dengan tujuannya seperti di atas, namun di sini akan ulun
tambahkan sedikit. Yaitu diantara manfaatnya adalah memudahkan kami dalam mendalami,
mempelajari syari’at ajaran islam, dan masalah-masalah terbaru saat ini atau masalah
kontemporer. Dan Karena dengan mempelajari mata kuliah ini Alhamdulillah ilmu kami
bertambah, pengalaman kami, pengetahuan, wawasan kami semuanya bertambah tentu dalam
bidang ilmu masailul fiqih al haditsah ini. Dan Kami sebagai mahasiswa islam dan anak bangsa
adalah calon penerus para ulama, akan memperjuanagkan ajaran islam, agama islam. Tentu
perjuangan kami akan maksimal dengan adanya ilmu, terutama ilmu agama ini termasuk ilmu
masailul fiqh al haditsah ini.
2. Keluarga berencana atau KB adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Dan Setidaknya ada 3 ayat penting yang
menjadi landasan nilai dalam merumuskan pandangan Islam tentang KB, yaitu:

]6/‫ [التحريم‬ …‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا‬

- Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka…(QS.
al-Tahrim, 66: 6).

]9/‫ [النساء‬ ‫ض َعافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ ت ََر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

- Artinya: Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir, jika meninggalkan sesudah mereka
keturunan yang lemah-lemah yang mereka takutkan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan
berkatalah dengan perkataan yang benar/sesuai. (QS. al-Nisa’, 4: 9)
ْ ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُهُ ْم َوإِيَّا ُك ْم إِ َّن قَ ْتلَهُ ْم َكانَ ِخ‬
]31/‫طئًا َكبِيرًا [اإلسراء‬ ٍ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا أَوْ اَل َد ُك ْم خَ ْشيَةَ إِ ْماَل‬

- Artinya: Dan janganlah kalian membunuh anak-anakmu karena khawatir tidak bisa makan (jatuh
miskin). Kamilah yang memberikan rezeki kepada mereka (anak-anakmu) dan juga kepada
kalian. Sungguh membunuh mereka adalah tindakan kejahatan yang besar. (QS. al-Isra’, 17: 31).

Pelaksanaan KB diperdebatkan oleh kalangan ulama’, diantaranya ada yang membolehkan dan
ada yang melarang. Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam Ghazali, Syekh al-Hariri
(mufti besar Mesir), syekh Mahmud Syaltut, dan Sayyid Sabiq.   Imam Ghazali tidak melarang
dengan pertimbangan kesukaran yang dialami seorang ibu disebabkan sering melahirkan dengan
motif menjaga kesehatan, menghindari kesulitan hidup, dan menjaga kecantikan si ibu. Syekh al-
Hariri memberikan memberikan ketentuan bagi individu dalam pelaksanaan KB, diantaranya : a)
Untuk menjarangkan anak., b) Untuk menghindari penyakit, bila ia mengandung. Untuk
menghindari kemudharatan, bila ia mengandung dan melahirkan dapat membawa kematiannya
(secara medis), c) Untuk menjaga kesehatan si ibu, karena setiap hamil selalu menderita suatu
penyakit (penyakit kandungan), dan d) Untuk menghindari anak dari cacat fisik bila suami atau
istri mengidap penyakit menular seksual. Syaikh Mahmud Syaltut membedakan konsep
pembatasan keluarga (tahdiid al-nasl) dan pengaturan atau perencanaan berketurunan (tandzhim
al-nasl). Tandzim an-Nasl diumpamakan dengan menjarangkan kelahiran karena situasi dan
kondisi khusus, baik yang ada hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan maupun dengan
masyarakat dan negara. Sayyid Sabiq dalam Fiqh As-Sunnah juga membolehkan seseorang
untuk melaksanakan KB dengan alasan sang ayah adalah seorang faqir, tidak mampu
memberikan pendidikan pada anak-anaknya, dan sang ibu adalah orang yang dha’if (lemah) jika
terus menerus melahirkan. Sementara itu, salah satu ulama’ yang melarang pelaksanaan KB
adalah Abu ‘Ala al-Madudi (Pakistan), menurutnya pembatasan kelahiran adalah bertentangan
dengan ajaran Islam. Islam adalah suatu agama yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia, dan
barangsiapa yang merubah atau menyalahi fitrah maka ia telah menuruti perintah setan. Di
samping pendapat tersebut, para ulama yang menolak KB menggunakan dalil: “Dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rejeki
kepadamu dan kepada mereka.”(QS. Al-Isra’ (17):31). Pendapat tersebut menyatakan bahwa
program KB melalui pembatasan kelahiran merupakan hal yang tidak dibenarkan dalam agama
Islam. Karena hal tersebut telah menyalahi fitrah manusia apalagi hanya kerena takut akan
kemiskinan dan melupakan bahwa Allah Yang Maha Memberi Rejeki.
3. Menurut imam kita imam As-syafi’I hukum menikahi wanita yang berzina kemudian hamil itu
secara mutlak sah saja atau boleh, hanya saja hukumnya makruh. Dalil yang di pakai imam
syafi’I adalah Q.S An-nisa ayat 24. kedudukan anaknya adalah apabila yang di dalam kandungan
itu tadi lahir, dan anaknya laki-laki, setelah itu ada adeknya perempuan, dan adek perempuan nya
itu ingin menikah maka sang kaka laki-laki itu tadi tidak biasa menjadi wali dari si adek
perempuan, karena tidak ada hubungan nasab. Terus jika anak dalam kandungan hasil zinah itu
tadi lahir perempuan, dan mau menikah..maka si ayah tidak bisa menjadi wali nikah nya, karena
tidak ada hubungan nasab, wali nya adalah wali hakim. Dan bila meninggal si ayah maka si anak
tidak dapat harta warisan dari si ayah, begitu juga jika si anak yang meninggal maka si ayah tidak
dapat harta warisan dari si anak
4. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk menghilangkan
penderitaannya….Euthanasia dapat dilakukan pada kasus tertentu, misalnya pada penderita
penyakit mematikan yang tidak dapat disembuhkan atau pada pasien yang merasa kesakitan dan
kondisi medisnya tidak bisa lagi diobati. biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan
yang mematikan. Syari’at islam jelas mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam
kategori melakukan pembunuhan dengan sengaja (al-qatl al-‘amâd), walaupun niatnya baik,
yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram walaupun atas permintaan
pasien sendiri atau keluarganya. Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil
yang mengharamkan pembunuhan, baik pembunuhan terhadap jiwa orang lain maupun diri
sendiri, misalnya firman Allah Swt.:
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هللاُ إِالَّ بِ ْال َح‬
‫ق‬ َ ‫َوالَ تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬

Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS al-An‘am [6]: 151).
‫َوالَ تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ِإ َّن هللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada
kalian. (QS an-Nisa’ [4]: 29).

Anda mungkin juga menyukai