MODEL MENGAJAR
DENGAR LIHAT KERJAKAN
(DELIKAN)
Disusun
Oleh
KELOMPOK V
Kelompok V
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 2
C. Tujuan penulisan......................................................................... 2
D. Metode penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. model mengajar Dengar Lihat Kerjakan..................................... 3
B. langkah-langkah model mengajar dengar lihat kerjakan............. 4
C. landasan model mengajar dengar lihat kerjakan......................... 8
D. pelaksanaan model pengajaran dengar lihat kerjakan................. 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar adalah suatu proses yang rumit yang menimbulkan kesulitan-
kesulitan bagi orang-orang muda maupun orang dewasa. Bagaimanapun
mengajar adalah suatu tantangan bagi para guru maupun fasilitator. Belajar
memilki situasi dan sistem yang berbeda-beda.
Pembelajaran adalah kegiatan yang didesain dan dilakukan untuk peserta
didik (siswa) agar mereka belajar pada konteks ini, guru berperan dalam
mentranformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar. Tujuan
pembelajaran adalah melakukan perubahan tingkah laku pada diri subjek
belajar (kognitif, afektif, psikomotor). Berbagai upaya dan strategi dilakukan
guru supaya bahan atau materi pelajaran tersebut dapat dengan mudah dicerna
oleh subjek belajar, yaitu tercapainya tujuan pembalajaran yang telah
dirumuskan. Tujuan ini merupakan gambaran perilaku yang diharapakan dapat
dimiliki oleh subjek belajar.
Gambaran perilaku atau hasil belajar yang diharapkan ini akan dicapai
manakala seorang guru tersebut mampu mengolah dengan baik atau memiliki
seperangkat cara yang tepat.
Dalam sistem pembelajaran, strategi merupakan bagian integral yang
tidak bisa dipisahkan, komponen-komponen pengajaran terjalin sebagai suatu
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Metode dipilih sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai.
Banyak strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Salahsatunya adalah model mengajar dengar lihat kerjakan yang merupakan
bagian dari salah satu model CBSA (cara belajar siswa aktif) yang
dikemukakan oleh Nana Sujana, yang mana model ini mengedepankan
keaktifan peserta didik untuk aktif dalam menerima materi pelajaran didalam
kelas.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah:
C. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, Maka makalah ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui apa itu model mengajar Dengar Lihat Kerjakan.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model mengajar dengar
lihat kerjakan.
3. Untuk mengetahui Bagaimana landasan model mengajar dengar lihat
kerjakan.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pengajaran dengar lihat
kerjakan.
D. Metode penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan yaitu menggunakan
metode studi literatur kepustakaan dan metode internet browsing.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
karena ditangkap oleh tiga indera yaitu penglihatan, pendengaran, dan
tentunya juga indera motorik. Aspek yang dikembangkan dalam
pembelajaran akan memberikan kesan yang mendalam dan bermakna
karena ditangkap oleh tiga indera yaitu penghilatan, pendengaran, dan
tentunya juga indera motorik. Aspek yang dikembangkan dalam
pembelajaran dengan model delikan antara lain: kognitif (dalam proses
mendengar dan melihat), afektif, dan psikomotor. Beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh dengan diterapkannya model delikan antara lain:
1. Materi pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
2. Mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Memori siswa bertahan lebih lama.
Penyelidikan dari para ahli ilmu jiwa membuktikan dengan tegas
bahwa berhasil tidaknya belajar tergantung pada makna dari apa yang
dipelajari.
Pelajaran itu bermakna sejauh pelajaran atau masaalah riil atau
berharga bagi si pelajar, dan sejauh hubungan esensial antara bagian-
bagiannya ditegaskan, sehingga murid mampu menangkap atau memahami
hubungan-hubungan dalam keseluruhan itu.
Model delikan merupakan suatu strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Ini
merupakan sebuah model pembelajaran yang penyampian bahan
pelajarannya tidak berbentuk final, tidak langsung. Artinya dalam
penyampaian materi peserta didik diberi kesempatan untuk mencari dan
memecahkan sendiri permasalahannya dengan mempergunakan tekhnik
pemecahan masalah.
Sementara itu pengajar bertindak sebagai pengarah, mediator dan
fasilitator yang wajib memberikan informasi yang relevan dengan atau
materi pelajaran. Hal ini dapat dilakukan di dalam kelompok-kelompok
kecil di dalam kelas melalui diskusi dan beramain peran. Dalam kegiatan
ini peserta didik dituntut untuk aktif dan terlibat dalam situasi belajar.
Peserta didik menyadari adanya masalah, mengajukan keputusan. Model
delikan diterapkan dengan enam tahap pelaksanaan yang meliputi:
4
1. Tahap orientasi, berupa kegiatan menetapkan masalah sebagai pokok
bahasan yang akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2. Tahap hipotesis, yang merumuskan hipotesis sebagai acuan dalam
delikan.
3. Tahap definisi, yaitu menguraikan dan memperjalas hipotesis.
4. Tahap eksploratif, berupa pengujuan hipotesis menurut logika yang
sesuai dengan implikasi dan asumsi.
5. Tahap pembuktian, yaitu mengumpulkan data dan fakta untuk
membuktikan hipotesis.
6. Tahap generalisasi, yaitu membuat kesimpulan sebagai pemecehan
atau jawaban permasalahan yang dapat diterima kebenarannya.
5
6. Guru mengulangi lagi dengan ucapan kata-kata/kalimat yang lain, lalu
melakukan seperti langkah keempat dan kelima.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendengar lalu
mengerjakan seperti apa yang sudah diucapkan guru.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.
1. Penambahan informasi
6
Belajar memang membutuhkan sikap aktif seorang peserta didik.
Dalam pembelajaran seorang peserta didik tidak hanya duduk dan
mendengarkan ceramah seorang guru tentang pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang RI No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.[5] Hal ini menunjukkan bahwa peran aktif peserta didik merupakan
salah satu komponen yang berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran.
Untuk menanggapi dalam tuntutan pembelajaran yang diuraiakan
diatas maka telah muncul suatu model pembelajaran yang berpusat pada
keaktifan peserta didik yaitu model pengajaran dengar lihat kerjakan
(DELIKAN) yang merupakan bagian dari model mengajar siswa aktif
(CBSA).
Membelajarkan siswa artinya mengondisikan lingkungan belajar
dan cara belajar yang lebih efisien, efektif dan produktif dalam mencapai
tujuan instruksional. Konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran,
bukan hanya apa yang harus dipelajari siswa, melainkan bagaimana siswa
harus mempelajarinya. Dengan kata lain, siswa belajar tentang bagaimana
belajar (learning how to learn). Ini memberikan isyarat bahwa
“keterampilan proses” merupakan ciri utama dari belajar aktif. Berpikir,
merasa dan bekerja atau berbuat adalah aktivitas belajar yang menunjang
keterampilan proses.
7
Dalam hal ini perencanaan telah terwujud dalam satuan pelajaran
(tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode
dan alat bantu mengajar dan penilaian). Sedangakan pelaksanaan dapat
teraplikasi dalam pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek
pengajaran (proses belajar-mengajar).
Model mengajar DELIKAN harus tercermin dalam kedual hal
diatas. Dalam satuan pelajaran pemikiran DELIKAN tercermin dalam
rumusan satuan pelajaran karena pelajaran pada hakikatnya merupan suatu
perencanaan yang akan dilakukan seorang guru sebelum dia melakukan
kegiatan mengajar.
Dimulai dengan penyusunan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
yang menuntuk siswa untuk belajar secara optimal. Menyusun bahan
pengajaran sedemikian rupa sehingga dapat memberikan stimulasi belajar
aktif bagi siswa. Kegiatan belajar siswa disusun secara sistematik sehingga
siswa memiliki peluang untuk belajar belajar bersama, belajar kelompok
maupun belajar perseorangan (mandiri). Metode mengajar dan alat bantu
diupayan agar siswa dapat belajar aktif, bukan guru mengajar aktif.
Tempatkan guru sebagai pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa.
Demikian pula pada penilaian, hendaknya guru memberikan pertanyaan
yang problematik sehingga siswa dapat mengoptimalkan daya pikirnya,
jika perlu berikan tugas untuk dikerjakan dalam kelas maupun di rumah.
Peranan satuan pelajaran dalam proses pembelajaran yang
menekankan DELIKAN bukan hanya menjadi administrasi guru semata
melainkan praktik pengajaran yang dapat mengoptimalkan hasil belajar
siswa. Dengan kata lain DELIKAN bukan hanya tertuang dalam kertas
semata namun dipraktikkan dalam kegiatan mengajar guru. Praktek
pengajaran tersebut berwujud tindakan guru mengajar siswa yakni adanya
interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Dengan berpedoman kepada satuan pelajaran yang telah
dibuat, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong
semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar secara nyata. Ada beberapa
ciri yang harus nampak dalam proses belajar tersebut, yakni:
8
1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara
bebas tapi terkendali.
2. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa
sumber tertulis, bisa sumber manusia, misalnya murid itu sendiri
menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang
diperlukan, alat bantu pengajaran termasuk guru sendiri sebagai simber
belajar.
4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegitan yang sifatnya bersama
sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan
secara kelompok dalam bentuk diskusi dan adapula kegiatan belajar
yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa secara mandiri.
Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik
dan terencana.
5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan
dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua
siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi
persoalan belajar.
6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati,
tetapi sewaktu-waktu diubah dengan kebutuhan siswa.
7. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai
siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang
dilakukan siswa.
8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan
atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun
kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
9. Guru cenderung menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau
salah, dan tidak membunuh atau mengurangi/menekankan pendapat
9
siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan mendorong siswa agar
selalu mengajukan pendapatnya secara bebas. [12]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Delikan merupakan akronim dari dengar (de), lihat (li), dan kerjakan
(kan). Model ini diangkat dan dikembangkan atas dasar pengalaman empiris
di lapangan, artinya merupakan pengkajian dari hasil pengamatan terhadap
praktek mengajar para guru di sekolah, terutama kaitannya dengan upaya
untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Pada model pembelajaran Dengar lihat Kerjakan siswa tidak
mengucapkan kata/kalimat atau menirukan guru, tetapi melakukan apa yang
telah didengar.
Belajar suatu kegiatan yang dapat merubah tingkah laku. Belajar
berlangsung bila perubahan-perubahan berikut terjadi: Penambahan
informasi, Pengembangan atau peningkatan pengertian, Penerimaan sikap-
sikap baru, Perolehan penghargaan baru, dan Pengerjaan sesuatu dengan
mempergunakan apa yang telah dipelajari.
Dalam hal ini perencanaan telah terwujud dalam satuan pelajaran
(tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode dan
alat bantu mengajar dan penilaian). Sedangakan pelaksanaan dapat teraplikasi
dalam pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran (proses
belajar-mengajar).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu saran yang membangun sangat diharapkan
kepada para pembaca. Agar kedepannya penulis dapat menghasilkan karya
tulis yang lebih baik dan dapat memperkaya khazanah keilmuan yang kita
miliki.
[12][12] Op.cit.,h. 37
10
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana (1988). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru
11