Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Nama Dosen

Strategi Pembelajaran Syahrahman, S.Pd.I, M.Pd.I

MODEL MENGAJAR
DENGAR LIHAT KERJAKAN
(DELIKAN)

Disusun
Oleh

KELOMPOK V

ANDRIADI NPM. 14.12.3412


M. ZAINI NPM. 14.12.3425
MUHAMMAD IWAN HAFIZI NPM. 14.12.3434
MUHAMMAD IQBAL NPM. 14.12.3444
SALATHUDIN NPM. 14.12.3447
ZAINI NPM. 15.12.3734
MUJAHIRIN NPM. 14.12.3437

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DARUSSALAM


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MARTAPURA
2016 M/1438 H
KATA PENGANTAR

‫بســــم ا هلل ا لر حمن الر حيم‬


‫الحمد هلل رب العا لميـن والصالة والسال م على اشرف اال نبياء والمر سليـن‬
‫ اما بعـد‬. ‫ وعلى اله وصحبه اجمعيـن‬,‫سيد نا ومو النا محمد‬

Dengan Memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Karena


dengan limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya jualah akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam penulis tak lupa penulis juga
ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan sekalian
pengikutnya dari sekarang hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul “Model Mengajar Dengar Lihat Kerjakan.
Dibuatnya makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas sebagai bagian dari
komponen penilaian yang diberikan kepada mahasiswa oleh dosen mata kuliah
Strategi pembelajaran yaitu, bapak Syahrahman, S.Pd.I, M.Pd.I.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menambah khazanah ilmu pengetahuan kita. Amin ya rabbal alamin.

Surian Hanyar, Desember 2016


Disusun oleh,

Kelompok V

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 2
C. Tujuan penulisan......................................................................... 2
D. Metode penulisan........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. model mengajar Dengar Lihat Kerjakan..................................... 3
B. langkah-langkah model mengajar dengar lihat kerjakan............. 4
C. landasan model mengajar dengar lihat kerjakan......................... 8
D. pelaksanaan model pengajaran dengar lihat kerjakan................. 9

BAB III PENUTUP


A. Simpulan...................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Belajar adalah suatu proses yang rumit yang menimbulkan kesulitan-
kesulitan bagi orang-orang muda maupun orang dewasa. Bagaimanapun
mengajar adalah suatu tantangan bagi para guru maupun fasilitator. Belajar
memilki situasi dan sistem yang berbeda-beda.
Pembelajaran adalah kegiatan yang didesain dan dilakukan untuk peserta
didik (siswa) agar mereka belajar pada konteks ini, guru berperan dalam
mentranformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar. Tujuan
pembelajaran adalah melakukan perubahan tingkah laku pada diri subjek
belajar (kognitif, afektif, psikomotor). Berbagai upaya dan strategi dilakukan
guru supaya bahan atau materi pelajaran tersebut dapat dengan mudah dicerna
oleh subjek belajar, yaitu tercapainya tujuan pembalajaran yang telah
dirumuskan. Tujuan ini merupakan gambaran perilaku yang diharapakan dapat
dimiliki oleh subjek belajar.
Gambaran perilaku atau hasil belajar yang diharapkan ini akan dicapai
manakala seorang guru tersebut mampu mengolah dengan baik atau memiliki
seperangkat cara yang tepat.
Dalam sistem pembelajaran, strategi merupakan bagian integral yang
tidak bisa dipisahkan, komponen-komponen pengajaran terjalin sebagai suatu
sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Metode dipilih sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai.
Banyak strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Salahsatunya adalah model mengajar dengar lihat kerjakan yang merupakan
bagian dari salah satu model CBSA (cara belajar siswa aktif) yang
dikemukakan oleh Nana Sujana, yang mana model ini mengedepankan
keaktifan peserta didik untuk aktif dalam menerima materi pelajaran didalam
kelas.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Apa itu model mengajar Dengar Lihat Kerjakan?

2. Bagaimana langkah-langkah model mengajar dengar lihat kerjakan?

3. Bagaimana landasan model mengajar dengar lihat kerjakan?

4. Bagaimana pelaksanaan model pengajaran dengar lihat kerjakan?

C. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, Maka makalah ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui apa itu model mengajar Dengar Lihat Kerjakan.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model mengajar dengar
lihat kerjakan.
3. Untuk mengetahui Bagaimana landasan model mengajar dengar lihat
kerjakan.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pengajaran dengar lihat
kerjakan.

D. Metode penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan yaitu menggunakan
metode studi literatur kepustakaan dan metode internet browsing.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian model pengajaran dengar lihat kerjakan (DELIKAN)


Delikan merupakan akronim dari dengar (de), lihat (li), dan
kerjakan (kan). Model ini diangkat dan dikembangkan atas dasar
pengalaman empiris di lapangan, artinya merupakan pengkajian dari hasil
pengamatan terhadap praktek mengajar para guru di sekolah, terutama
kaitannya dengan upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Pada awalnya model ini dikembangkan di sekolah dasar,
namun pada perkembangnya model tersebut juga dapat diterapkan pada
pembelajaran untuk tingkat SMP maupun SMA.
Model pembelajaran ini pertama kali ditemukan oleh Nana
Sudjana. Model mengajar "Delikan" merupakan salah satu model
pembelajaran CBSA yang paling sederhana. Dikatakan sederhana karena
mudah dipraktekkan. Model ini tepat digunakan untuk mengajarkan bahan
pengajaran yang sifatnya fakta dan konsep. Aktivitas mental siswa dalam
penggunaan model mengajar ini adalah mengingat, mengenal,
menjalankan, membedakan, menyimpulkan, dan menerapkan. Model ini
menekankan informasi-partisipasi.
Sebagai sebuah model pembelajaran, delikan harus dipandang
secara holistik dan berkesinambungan. Dalam hal ini proses dengan
dibarengi oleh proses lihat dan proses kerja. Dengan demikian maka
pembelajaran akan memberikan kesan yang mendalam dan bermakna

3
karena ditangkap oleh tiga indera yaitu penglihatan, pendengaran, dan
tentunya juga indera motorik. Aspek yang dikembangkan dalam
pembelajaran akan memberikan kesan yang mendalam dan bermakna
karena ditangkap oleh tiga indera yaitu penghilatan, pendengaran, dan
tentunya juga indera motorik. Aspek yang dikembangkan dalam
pembelajaran dengan model delikan antara lain: kognitif (dalam proses
mendengar dan melihat), afektif, dan psikomotor. Beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh dengan diterapkannya model delikan antara lain:
1. Materi pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
2. Mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Memori siswa bertahan lebih lama.
Penyelidikan dari para ahli ilmu jiwa membuktikan dengan tegas
bahwa berhasil tidaknya belajar tergantung pada makna dari apa yang
dipelajari.
Pelajaran itu bermakna sejauh pelajaran atau masaalah riil atau
berharga bagi si pelajar, dan sejauh hubungan esensial antara bagian-
bagiannya ditegaskan, sehingga murid mampu menangkap atau memahami
hubungan-hubungan dalam keseluruhan itu.
Model delikan merupakan suatu strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Ini
merupakan sebuah model pembelajaran yang penyampian bahan
pelajarannya tidak berbentuk final, tidak langsung. Artinya dalam
penyampaian materi peserta didik diberi kesempatan untuk mencari dan
memecahkan sendiri permasalahannya dengan mempergunakan tekhnik
pemecahan masalah.
Sementara itu pengajar bertindak sebagai pengarah, mediator dan
fasilitator yang wajib memberikan informasi yang relevan dengan atau
materi pelajaran. Hal ini dapat dilakukan di dalam kelompok-kelompok
kecil di dalam kelas melalui diskusi dan beramain peran. Dalam kegiatan
ini peserta didik dituntut untuk aktif dan terlibat dalam situasi belajar.
Peserta didik menyadari adanya masalah, mengajukan keputusan. Model
delikan diterapkan dengan enam tahap pelaksanaan yang meliputi:

4
1. Tahap orientasi, berupa kegiatan menetapkan masalah sebagai pokok
bahasan yang akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2. Tahap hipotesis, yang merumuskan hipotesis sebagai acuan dalam
delikan.
3. Tahap definisi, yaitu menguraikan dan memperjalas hipotesis.
4. Tahap eksploratif, berupa pengujuan hipotesis menurut logika yang
sesuai dengan implikasi dan asumsi.
5. Tahap pembuktian, yaitu mengumpulkan data dan fakta untuk
membuktikan hipotesis.
6. Tahap generalisasi, yaitu membuat kesimpulan sebagai pemecehan
atau jawaban permasalahan yang dapat diterima kebenarannya.

B. Langkah-langkah model pengajaran Delikan


Pada model pembelajaran Dengar lihat Kerjakan siswa tidak
mengucapkan kata/kalimat atau menirukan guru, tetapi melakukan apa
yang telah didengar. Maka suara yang diperdengarkan pada umumnya
berupa kalimat perintah, permintaan, suruhan untuk melakukan sesuatu
atau pun larangan untuk tidak melakukan sesuatu. Guru dapat seluas-
luasnya mengembangkan model pembelajaran Dengar Kerjakan ini dengan
berbagai variasi dan kretifitas yang tetap mengarah pada tujuan
pembelajaran.
Berikut contoh langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/(kompetensi dasar) KD.
2. Guru memberi petunjuk tentang kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan.
3. Guru menunjuk seorang siswa, dua orang atau satu kelompok siswa
untuk mendengarkan ucapan guru.
4. Guru mengucapkan sebuah kata atau kalimat sederhana  dengan lafal
dan intonasi yang jelas yang berisi perintah untuk melakukan sesuatu.
5. Guru menyuruh siswa tersebut yang telah mendengar ucapan guru
untuk mengerjakan apa yang telah diucapkan guru tadi.

5
6. Guru mengulangi lagi dengan ucapan kata-kata/kalimat yang lain, lalu
melakukan seperti langkah keempat dan kelima.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendengar lalu
mengerjakan  seperti apa yang sudah diucapkan guru.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.

C. Landasan model mengajar dengar lihat kerjakan (DELIKAN)


Belajar suatu kegiatan yang dapat merubah tingkah laku. Belajar
berlangsung bila perubahan-perubahan berikut terjadi:

1. Penambahan informasi

2. Pengembangan atau peningkatan pengertian

3. Penerimaan sikap-sikap baru

4. Perolehan penghargaan baru

5. Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari.


Kelima jenis perubahan ini dapat dimasukkan ke dalam tiga
katagori: Pengetahuan (Cognitive), Perasaan (Affective) dan perbuatan
(Behavioral).[1]
Ada pula yang mendefinisikan belajar adalah perubahan perilaku
yang direncanakan guru dengan seperangkat tujuan yang direncanakan.[2]
Jadi, definisi ini mengungkapkan bahwa dalam belajar tidak hanya
memperoleh pengetahuan saja, melainkan memperoleh bermacam-macam:
dapat berupa fakta, konsep, norma, keterampilan, intelektual, maupun
keterampilan motorik. Baik teori belajar aliran behavioristik maupun aliran
kognitif  sama-sama berpendapat bahwa proses belajar pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku.[3]

[1][1] A. Surjadi,Membuat Siswa Aktif Belajar,Bandung: Mandar Maju,1989,h. 4


[2][2] Sunhaji,Strategi Pembelajaran,Purwokerto: STAIN Press,2009,h. 11
[3][3] Nana Sudjana dan Wari Suwariyah,Model-model Mengajar CBSA,Bandung: Sinar
Baru,1991,h. 2

6
Belajar memang membutuhkan sikap aktif seorang peserta didik.
Dalam pembelajaran seorang peserta didik tidak hanya duduk dan
mendengarkan ceramah seorang guru tentang pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan  yang tercantum dalam Undang-undang RI No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.[5] Hal ini menunjukkan bahwa peran aktif peserta didik merupakan
salah satu komponen yang berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran.
Untuk menanggapi dalam tuntutan pembelajaran yang diuraiakan
diatas maka telah muncul suatu model pembelajaran yang berpusat pada
keaktifan peserta didik yaitu model pengajaran dengar lihat kerjakan
(DELIKAN) yang merupakan bagian dari model mengajar siswa aktif
(CBSA).
Membelajarkan siswa artinya mengondisikan lingkungan belajar
dan cara belajar yang lebih efisien, efektif dan produktif dalam mencapai
tujuan instruksional. Konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran,
bukan hanya apa yang harus dipelajari siswa, melainkan bagaimana siswa
harus mempelajarinya. Dengan kata lain, siswa belajar tentang bagaimana
belajar (learning how to learn). Ini memberikan isyarat bahwa
“keterampilan proses” merupakan ciri utama dari belajar aktif. Berpikir,
merasa dan bekerja atau berbuat adalah aktivitas belajar yang menunjang
keterampilan proses.

D. Pelaksanaan Model pengajaran delikan


Sama-sama telah kita ketahui bahwa dalam proses belajar-
mengajar setidaknya ada dua tahapan yang harus kita lalui, yakni:
perencanaan dan pelaksanaan termasuk penilaian.
[5][5] Dirjen kelembagaan Agama Islam,Memahami Paradigma Baru Pendidikan
Nasional dalam Undang-undang Sisdiknas,Jakarta: Departemen Agama RI,2003,h. 34

7
Dalam hal ini perencanaan telah terwujud dalam satuan pelajaran
(tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode
dan alat bantu mengajar dan penilaian). Sedangakan pelaksanaan dapat
teraplikasi dalam pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek
pengajaran (proses belajar-mengajar).
Model mengajar DELIKAN harus tercermin dalam kedual hal
diatas. Dalam satuan pelajaran pemikiran DELIKAN tercermin dalam
rumusan satuan pelajaran karena pelajaran pada hakikatnya merupan suatu
perencanaan yang akan dilakukan seorang guru sebelum dia melakukan
kegiatan mengajar.
Dimulai dengan penyusunan Tujuan Instruksional  Khusus (TIK)
yang menuntuk siswa untuk belajar secara optimal. Menyusun bahan
pengajaran sedemikian rupa sehingga dapat memberikan stimulasi belajar
aktif bagi siswa. Kegiatan belajar siswa disusun secara sistematik sehingga
siswa memiliki peluang untuk belajar belajar bersama, belajar kelompok
maupun belajar perseorangan (mandiri). Metode mengajar dan alat bantu
diupayan agar siswa dapat belajar aktif, bukan guru mengajar aktif.
Tempatkan guru sebagai pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa.
Demikian pula pada penilaian, hendaknya guru memberikan pertanyaan
yang problematik sehingga siswa dapat mengoptimalkan daya pikirnya,
jika perlu berikan tugas untuk dikerjakan dalam kelas maupun di rumah.
Peranan satuan pelajaran dalam proses pembelajaran yang 
menekankan DELIKAN bukan hanya menjadi administrasi guru semata
melainkan praktik pengajaran yang dapat mengoptimalkan hasil belajar
siswa. Dengan kata lain DELIKAN bukan hanya tertuang dalam kertas
semata namun dipraktikkan dalam kegiatan mengajar guru. Praktek
pengajaran tersebut berwujud tindakan guru mengajar siswa yakni adanya
interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Dengan berpedoman kepada satuan pelajaran yang telah
dibuat, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong
semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar secara nyata. Ada beberapa
ciri yang harus nampak dalam proses belajar tersebut, yakni:

8
1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara
bebas tapi terkendali.
2. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa
sumber tertulis, bisa sumber manusia, misalnya murid itu sendiri
menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang
diperlukan, alat bantu pengajaran termasuk guru sendiri sebagai simber
belajar.
4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegitan yang sifatnya bersama
sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan
secara kelompok dalam bentuk diskusi dan adapula kegiatan belajar
yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa secara mandiri.
Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik
dan terencana.
5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan
dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua
siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi
persoalan belajar.
6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati,
tetapi sewaktu-waktu diubah dengan kebutuhan siswa.
7. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai
siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang
dilakukan  siswa.
8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan
atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun
kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
9. Guru cenderung menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau
salah, dan tidak membunuh atau mengurangi/menekankan pendapat

9
siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan mendorong siswa agar
selalu mengajukan pendapatnya secara bebas. [12]

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Delikan merupakan akronim dari dengar (de), lihat (li), dan kerjakan
(kan). Model ini diangkat dan dikembangkan atas dasar pengalaman empiris
di lapangan, artinya merupakan pengkajian dari hasil pengamatan terhadap
praktek mengajar para guru di sekolah, terutama kaitannya dengan upaya
untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Pada model pembelajaran Dengar lihat Kerjakan siswa tidak
mengucapkan kata/kalimat atau menirukan guru, tetapi melakukan apa yang
telah didengar.
Belajar suatu kegiatan yang dapat merubah tingkah laku. Belajar
berlangsung bila perubahan-perubahan berikut terjadi: Penambahan
informasi, Pengembangan atau peningkatan pengertian, Penerimaan sikap-
sikap baru, Perolehan penghargaan baru, dan Pengerjaan sesuatu dengan
mempergunakan apa yang telah dipelajari.
Dalam hal ini perencanaan telah terwujud dalam satuan pelajaran
(tujuan instruksional, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode dan
alat bantu mengajar dan penilaian). Sedangakan pelaksanaan dapat teraplikasi
dalam pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran (proses
belajar-mengajar).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu saran yang membangun sangat diharapkan
kepada para pembaca. Agar kedepannya penulis dapat menghasilkan karya
tulis yang lebih baik dan dapat memperkaya khazanah keilmuan yang kita
miliki.
[12][12] Op.cit.,h. 37

10
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dan lif Khoiru Ahmadi (2010). Kontruksi Pengembangan

Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Dirjen Kelembagaan Agama Islam (2003). Memehami Paradigma Baru

Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Sisdiknas. Jakarta: Depag RI

Sudjana, Nana (1988). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru

Sudjana, Nana dan Wari Suwariyah (1991). Model-model Mengajar CBSA.

Bandung: Sinar Baru

Sunhaji (2009). Strategi Pembelajaran. Purwokerto: STAIN Purwokerto Press

Surjadi, A. (1989). Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju

11

Anda mungkin juga menyukai