Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah artinya, segala kebiasaan dan aturan hukum yang
dipakai oleh orang Minangkabau yang berdasarkan kepada ajaran syarak atau syariat Islam. Sendi artinya
dasar atau pondasi yang kuat, sedangkan syarak artinya ajaran agama Islam yang berdasarkan Qur-an dan
hadits Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, adat dan syarak tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya, dengan kata lain adat tidak boleh bertentangan dengan syarak. Adat harus
berdasarkan ajaran agama.
Berdasarkan kasus ini muncul perbedaan pandangan. Seolah-olah adat bertentangan dengan
syariat, sebenarnya tidak bertentangan. Hanya beda konsep, sebab dalam masyarakat Minangkabau ada
dua jenis Harta, yaitu harta tinggi (harta kaum) dan harta rendah (hasil usaha suami istri, bukan warisan
turun temurun dalam suatu kaum)
konsep 1. Hak waris secara adat, yang diwariskan kepada anak perempuan adalah harta tingg, bukan harta
rendah. Dalam hal ini adat tidak menyinggung perkara harta rendah.
Konsep 2. Hak waris dalam Islam, yang di bagi 2:1 adalah hasil pencaharaian kedua orangtua yang bukan
milik kaum, maka dalam hal ini, Islam tidak mengatur hak waris harta tinggi.
Dengan demikian sebenarnya tidak ada pertentangan antara syariat, dan budaya, karena masing-masing
mengatur hal yang berbeda.