Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH GERONTIK

DI SUSUN OLEH:
NAMA : DODY ALFAYET LAMBOG
NIM : 201801056

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan YME. Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “ Perubahan
Spiritual pada Lansia“ disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Keperawatan Gerontik, Jika ada kesalahan dan kata yang kurang baik dalam penyusunan
makalah ini saya,selaku sebagai penyusun makalah mohon maaf dan meminta saran dan
kritik dari pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini

Jumat,18 september 2021

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan ukuran
dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran
seiring dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap
memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada
juga yang 70 tahun. Santrock (2012:224) mengemukakan bahwa usia 65 tahun merupakan
usia penuaan bagi yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Menurut ilmu gerontologi orang yang berusia lebih dari 65 tahun dibagi menjadi 3
kelompok: usia tua awal, yaitu mereka yang berusia antara 64 hingga 74 tahun; usia tua
menengah yaitu mereka yang berusia antara 75 hingga 84 tahun; dan usia akhir yaitu mereka
yang berusia ditas 85 tahun. Kesehatan masing-masing berbeda dalam berbagai cara
(Davison, Neale, dan Kring, 2014:743).
Jumlah lansia yang semakin bertambah di Indonesia menyebabkan tingkat kesejahteraan
mereka kurang diperhatikan, berdasarkan U.S. Cencus Bureu, International Data Base 2009
jumlah lansia di Indonesia adalah terbesar ke empat di dunia. Berdasarkan status
perkembangan tubuh dan jiwa, tentunya lansia memiliki perubahan yang cukup signifikan.
Mulai dari penuaan hingga rusaknya system yang bekerja dalam tubuh, tak kalah pentingnya
adalah perubahan psikososial dalam usaha menerima perubahan status kesehatan.

B. Rumusan masalah
Bagaimana proses perubahan spiritual pada lansia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui proses perubahan spiritual pada lansia

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005). Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006). Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan
oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).

B. Definisi spiritualitas dan religi


Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai
Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya
dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya
(Hawari, 2002). Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada jpengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

C. Perubahan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah,
khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan 
penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :

4
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang
yang religius.
2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non
religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup
lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)
daripada yang nonreligius.

Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho
(2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Faktor spiritual kesehatan lansia
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan
sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig,
Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan
hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan

D. Perkembangan aspek spiritual pada lansia


Pada tahap perkembangan ini, pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka
banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai
faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan
orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik.
Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak
berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang
spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika

5
merasa cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu
sendiri (Hamid, 2000).

E. Masalah spiritual
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat
membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan
perhatian spiritual. Selama penyakit atau misalnya individu sering menjadi kurang mampu
untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan
dukungan. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna
tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa
sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual
mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber
dar makna hidup.
Distres spiritual terdiri dari atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai
atau dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai
seperti adanya bunuh diri
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan

6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut akan mengalami perubahan sosial pada lansia berupa perubahan ingatan short
term memory frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, depresi dan kecemasan. Akibat berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan gerak fisik, dan sebagainya, maka muncul gangguan fungsional
atau bahkan kecacatan pada lansia Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya. sehingga sering menimbulkan keterasingan
hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Bahwa lansia yang
lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup,
harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan
religius
B. Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang perkembangan yang
terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana
fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita
persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan
yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Azizah. Lilik, M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Salemba Medika

Cahyono, A.N. (2012). Hubungan Spiritualitas dengan Depresi pada Lansia UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Magetan. Jurnal Fakultas Keperawatan

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai