Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERUSAHAAN MILIK NEGARA (BUMN)

OLEH

SITI WINDY ANTIKA

B022202011

UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROGRAM STUDI MAGISTER KONOTARIATAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana yang sudah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya ini. Dimana dalam makalah ini berjudul
“Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Hukum Perusahaan dan Kepailitan” di Universitas Hasanuddin.

Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya,
kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala bentuk usaha kita.

Makassar, 6 Mei 2021

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................

KATA PENGATAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................2

A. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ……………………………………2

B. Kdudukan Perusahaan Milik Negara ……………………………………….………..4

BAB II PENUTUP ............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberadaan Perusahaan Perseroan (Persero) di Indonesia merupakan suatu
fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Perusahaan Perseroan sebagai salah satu
bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut memainkan peranan penting untuk
meraih pendapatan nasional, Keberadaan BUMN di Indonesia, diatur dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Undang-Undang
BUMN). Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang BUMN.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang
memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis
kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan. Selain itu, BUMN juga merupakan alat untuk memupuk keuntungan.
BUMN  dalam hal ini  terdiri dari beberapa bentuk seperti Persero, Perjan dan Perum.
Dengan demikian fungsi dan peranan BUMN ini sangat besar dalam menjaga
stabilitas ekonomi negara dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah termasuk
lingkungan politik negara. Oleh sebab itu, latar belakang dan perkembangannya tidak
terlepas regulasi yang dibuat dan dijalankan oleh pemerintah.
Harapan ini tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pengelolaan BUMN
membutuhkan keterlibatan yang aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen
BUMN, karyawan BUMN, akademisi, parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki
per-hatian terhadap BUMN. Karena itu, marilah bersama-sama pikirkan dan pantau
bersama pengelolaan BUMN ini, untuk dapat memberikan hasil yang seoptimal
mungkin bagi masyarakat dan negara ini. Selain itu perlu juga ada pembenahan
tentang UU keuangan negara agar dapat tercipta kepatian hukum sehingga
kebingungan masyarakat dan penegak hukum segera berakhir.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahum 2003 Tentang Badan Usaha Milik

Negara, definisi Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah Badan

usaha yang selurunya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan .

Berdasarkan pengertian BUMN diatas, didapati unsur-unsur dari BUMN itu sendiri yaitu:

a. Badan usaha;

b. Seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara;

c. Melalui penyertaan langsung; dan d. Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan “public

enterprise”. Dengan demikian, BUMN mencakup dua elemen esensial yaitu: ”Pemerintah

(public) dan bisnis (enterprise)”.  Dengan defenisi itu maka BUMN tidaklah murni pemerintah

100% dan tidak juga swasta 100% tetapi BUMN dapat dikatakan sebagai “perusahaan

negara yang diwiraswastakan”.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

memperkenalkan 2 (dua) entitas BUMN, yaitu Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan

Perseroan (Persero). Namun kalau dicermati secara seksama dalam undang-undang tersebut

ada 4 nomenklatur entitas BUMN, yaitu: Pertama, Perusahaan Perseroan. Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan:

“Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51

% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan

utamanya mengejar keuntungan.” Adapun maksud dan tujuan pendirian Perusahaan

Perseroan berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

2
Usaha Milik Negara adalah untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi

dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Kedua, Perusahaan Perseroan Terbuka. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan: “Perusahaan Perseroan

Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah

pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran

umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.”

Ketiga, Perusahaan Umum. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

tentang Badan Usaha Milik Negara menyebutkan: “Perusahaan Umum, yang selanjutnya

disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas

saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan

perusahaan.” Adapun maksud dan tujuan Perum berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara adalah menyelenggarakan

usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip

pengelolaan perusahaan yang sehat.

Keempat, Perusahaan Jawatan. Untuk perusahaan jawatan ini tidak terdapat

pengertiannya dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara. Bahkan dalam Pasal 93 ayat (1) undang-undang tersebut dinyatakan: “Dalam waktu

2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-undang ini mulai berlaku, semua BUMN yang

berbentuk perusahaan jawatan (Perjan), harus telah diubah bentuknya menjadi Perum atau

Persero.” Singkatnya undang-undang ini mengakhiri entitas Perusahaan Jawatan (Perjan)

sebagai salah satu entitas BUMN.

3
B. Kedudukan Perusahaan Milik Negara

Ibrahim R (2007) menyatakan kedudukan dan peranan BUMN tergantung hukum

yang mengaturnya (hukum publik atau hukum privat) dan bentuknya (department

government enterprise; statutory public corporation; commercial companies) direfleksikan

dalam Inpres No. 17 Tahun 1967 dalam bentuk: departemen agency (Perjan), public

corporation (Perum), dan state company (Perseroan). Kedudukan dan peranan dilihat dari

segi ekonomi, untuk membenarkan keterlibatan pemerintah secara langsung dalam kegiatan

ekonomi adalah untuk menjembatani bentuk ketidaksempurnaan pasar, karena kegagalan

pasar yang disebabkan oleh monopoli, eksternalitas, adanya barang publik, dan biaya

transaksi yang menjauhkan ekonomi dari pencapaian alokasi sumber daya efisien.

Berdasarkan Perpu No. 1 Tahun 1969 (yang kemudia disahkan menjadi UU No. 9

Tahun 1969), ketiga bentuk perusahaan negara diberilkan bentuk hukum yang berbeda-beda.

Dengan dengan demikian pengaturan sealanjutnya, baik mengenai struktur organisasinya,

hubungan pertanggung jawaban, hierarki, dan sebagainya yang menyangkut kedudukannya

dapat dilakukan dengan harapan yang lebih sempurna. Demikian juga mengenai hal-hal

lainnya, seperti personil, permodalan, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan soal

kedudukan perusahaan negara menurut 3 bentuk tersebut, dapatlah dikmukakan lebih terinci

sebagai berikut.

a. Perjan (Departmental Agency)

Perusahaan negara bentuk ini didasari oleh landasan hukum Inpres No. 17 Tahun 1967,

UU No. 9 Tahun 1969 (yang dipergunakan lagi IBW dan ICW sepanjang tidak

bertentangan dengan IBW semula). Berkedudukan ditingkat jawatan serendah-

rendahnya sama dengan tingkat direktorat; dipimpin oleh seorang kepala jawatan yang

kemudian melalui dierktur utama bertanggung jawab kepada menteri/dirjen

4
yang bersangkutan ; dan melakukan tugas-tugas pemerintahan dan tugas-tugas

perusahaan sekaligus yang tercermin dalam struktur organisasi departemennya.

b. Perum (Public Corporation)

Perusahaan negara berbentuk perum didasari oleh Perpu No. 19 Tahun 1960 dan

kemudian pendiriannya masing-masing diatur oleh peraturan pemerintah;

berkedudukan dan bergerak dalam menjalankan tugas melayani kepentingan umum

serta sekaligus untuk memupuk keuntungan. Selain itu, perusahaan negara bentuk ini

bergerak di bidang yang oleh pemerintah dianggap vital, yang pada umumnya

menjalankan tugas perusahaan. Akan tetapi, perum dapat pula dibebani tugas

pemerintah (dalam hal ini tugas pemerintah dalam lingkup fungsi departemennya

serendah-rendahnya yang berada pada tingkat direktorat) sehingga pada departemen

tidak ada unit organisasi yang menjalankan tugas pemerintahan yang telah diserahkan

kepada perum perusahaan negara dalam bentuk ini dipimpin oleh direksi, sedangkan

untuk perum otoritas dipimpin oleh general manager, yang kesemuanya bertanggung

jawab kepada menteri yang bersangkutan

c. Persero (public Company)

Perusahaan negara bentuk persero didasari oleh Inpres No. 17 Tahun 1967, UU No. 9

Tahun 1969, PP No. 12 Tahun 1969, KUHP Perdata (KUHP), dan peraturan-peraturan

lainnya serta akta pendiriannya masing-masing. Persero berkedudukan sebagai

perusahaan biasa (dilakukan oleh swasta) dan yang bukan semata-mata menjadi tugas

pemerintah; dipimpin oleh direksi, dibawah pengawasan dewan komisaris yang masing-

masing bertanggunga jawab kepada RUPS Negara selaku pemegang saham diwakili oleh

menteri keuangan.

5
Kalau sebelumnya telah diatur pertanggung jawaban dari kepala jawatan/direktur

utama (untuk perjan) dari direksi/general manager (untuk perum/perum otorita) kepada

menteri/dirjen yang bersangkutan, namun masih dapat dipersoalkan, pertanggung jawaban

ini merupakan pertanggung jawaban yang bagaimana, isinya tentang apa dan seberapa jauh

batas-batas pertanggungjawaban itu? Disamping itu, masih dapat diketengahkan beberapa

kemungkinan persoalan yang sejenis dengan ini; perbedaan letak wewenang dan akibat

pertanggungjawaban antara dirjen yang membawahi perusahaan negara yang bersangkutan

dengan pimpinan perusahaan negara termaksud. Sebagai contoh dapat dipertanyakan

bagaimana pertanggungjawaban antara dirut perusahaan negara/perum listrik negara

terhadap Menteri PUTL pada waktu itu dan pertanggungjawaban dirjen gas dan listrik

(Gatrik) terhadap menteri yang sama.

Dapatkah dipertanyakan juga, misalnya seberapa jauh batas-batas

pertanggungjawaban dirut Perjan kereta Api/PJKA kepada menteri perhubungan

dibandingkan dengan pertanggungjawaban Dirjen Perhubungan Darat terhadap menteri

yang sama terhadap perkeretaapian? Dengan sendirinya, persoalan ini sebenarnya berkisar

pada kedudukan organisatoris dari perusahaan negara yang bersangkutan dibandingkan

dengan dirjen-dirjen yang bertanggung jawab terhadap perusahaan negara termasuk dalam

hubunganngya dengan departemen /menterinya masing-masing.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

BUMN adalah Badan usaha yang selurunya atau sebagian besar modalnya dimiliki

oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.

Berdasarkan pengertian BUMN diatas, didapati unsur-unsur dari BUMN itu sendiri yaitu:

a. Badan usaha;

b. Seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara;

c. Melalui penyertaan langsung; dan d. Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

Peranan BUMN tergantung hukum yang mengaturnya (hukum publik atau hukum

privat) dan bentuknya (department government enterprise; statutory public corporation;

commercial companies). keberhasilan pengelolaan BUMN membutuhkan keterlibatan yang

aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen BUMN, karyawan BUMN, akademisi,

parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki per-hatian terhadap BUMN. Karena itu,

marilah bersama-sama kita pikirkan dan pantau bersama pengelolaan BUMN ini, untuk

dapat memberikan hasil yang seoptimal mungkin bagi masyarakat dan negara ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, S.E., M.E. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi.  Semarang: Pustaka Jaya

Muhammad Insa Ansari. BUMN dan Penguasaan Negara di Sektor Pos SOEs and State Authority in
Postal Sector. Vol. 15 No.2 (2017): 91-104.

Anda mungkin juga menyukai