OLEH
B022202011
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana yang sudah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya ini. Dimana dalam makalah ini berjudul
“Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Hukum Perusahaan dan Kepailitan” di Universitas Hasanuddin.
Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya,
kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala bentuk usaha kita.
i
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................................
KATA PENGATAR............................................................................................................i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan Perusahaan Perseroan (Persero) di Indonesia merupakan suatu
fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Perusahaan Perseroan sebagai salah satu
bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut memainkan peranan penting untuk
meraih pendapatan nasional, Keberadaan BUMN di Indonesia, diatur dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Undang-Undang
BUMN). Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang BUMN.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang
memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis
kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan. Selain itu, BUMN juga merupakan alat untuk memupuk keuntungan.
BUMN dalam hal ini terdiri dari beberapa bentuk seperti Persero, Perjan dan Perum.
Dengan demikian fungsi dan peranan BUMN ini sangat besar dalam menjaga
stabilitas ekonomi negara dan dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah termasuk
lingkungan politik negara. Oleh sebab itu, latar belakang dan perkembangannya tidak
terlepas regulasi yang dibuat dan dijalankan oleh pemerintah.
Harapan ini tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pengelolaan BUMN
membutuhkan keterlibatan yang aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen
BUMN, karyawan BUMN, akademisi, parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki
per-hatian terhadap BUMN. Karena itu, marilah bersama-sama pikirkan dan pantau
bersama pengelolaan BUMN ini, untuk dapat memberikan hasil yang seoptimal
mungkin bagi masyarakat dan negara ini. Selain itu perlu juga ada pembenahan
tentang UU keuangan negara agar dapat tercipta kepatian hukum sehingga
kebingungan masyarakat dan penegak hukum segera berakhir.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Negara, definisi Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah Badan
usaha yang selurunya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan
Berdasarkan pengertian BUMN diatas, didapati unsur-unsur dari BUMN itu sendiri yaitu:
a. Badan usaha;
c. Melalui penyertaan langsung; dan d. Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.
Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan “public
(public) dan bisnis (enterprise)”. Dengan defenisi itu maka BUMN tidaklah murni pemerintah
100% dan tidak juga swasta 100% tetapi BUMN dapat dikatakan sebagai “perusahaan
memperkenalkan 2 (dua) entitas BUMN, yaitu Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero). Namun kalau dicermati secara seksama dalam undang-undang tersebut
ada 4 nomenklatur entitas BUMN, yaitu: Pertama, Perusahaan Perseroan. Pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan:
“Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51
% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
2
Usaha Milik Negara adalah untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan: “Perusahaan Perseroan
Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah
pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran
tentang Badan Usaha Milik Negara menyebutkan: “Perusahaan Umum, yang selanjutnya
disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.” Adapun maksud dan tujuan Perum berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara adalah menyelenggarakan
usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip
pengertiannya dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara. Bahkan dalam Pasal 93 ayat (1) undang-undang tersebut dinyatakan: “Dalam waktu
2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-undang ini mulai berlaku, semua BUMN yang
berbentuk perusahaan jawatan (Perjan), harus telah diubah bentuknya menjadi Perum atau
3
B. Kedudukan Perusahaan Milik Negara
yang mengaturnya (hukum publik atau hukum privat) dan bentuknya (department
dalam Inpres No. 17 Tahun 1967 dalam bentuk: departemen agency (Perjan), public
corporation (Perum), dan state company (Perseroan). Kedudukan dan peranan dilihat dari
segi ekonomi, untuk membenarkan keterlibatan pemerintah secara langsung dalam kegiatan
pasar yang disebabkan oleh monopoli, eksternalitas, adanya barang publik, dan biaya
transaksi yang menjauhkan ekonomi dari pencapaian alokasi sumber daya efisien.
Berdasarkan Perpu No. 1 Tahun 1969 (yang kemudia disahkan menjadi UU No. 9
Tahun 1969), ketiga bentuk perusahaan negara diberilkan bentuk hukum yang berbeda-beda.
dapat dilakukan dengan harapan yang lebih sempurna. Demikian juga mengenai hal-hal
lainnya, seperti personil, permodalan, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan soal
kedudukan perusahaan negara menurut 3 bentuk tersebut, dapatlah dikmukakan lebih terinci
sebagai berikut.
Perusahaan negara bentuk ini didasari oleh landasan hukum Inpres No. 17 Tahun 1967,
UU No. 9 Tahun 1969 (yang dipergunakan lagi IBW dan ICW sepanjang tidak
rendahnya sama dengan tingkat direktorat; dipimpin oleh seorang kepala jawatan yang
4
yang bersangkutan ; dan melakukan tugas-tugas pemerintahan dan tugas-tugas
Perusahaan negara berbentuk perum didasari oleh Perpu No. 19 Tahun 1960 dan
serta sekaligus untuk memupuk keuntungan. Selain itu, perusahaan negara bentuk ini
bergerak di bidang yang oleh pemerintah dianggap vital, yang pada umumnya
menjalankan tugas perusahaan. Akan tetapi, perum dapat pula dibebani tugas
pemerintah (dalam hal ini tugas pemerintah dalam lingkup fungsi departemennya
tidak ada unit organisasi yang menjalankan tugas pemerintahan yang telah diserahkan
kepada perum perusahaan negara dalam bentuk ini dipimpin oleh direksi, sedangkan
Perusahaan negara bentuk persero didasari oleh Inpres No. 17 Tahun 1967, UU No. 9
Tahun 1969, PP No. 12 Tahun 1969, KUHP Perdata (KUHP), dan peraturan-peraturan
perusahaan biasa (dilakukan oleh swasta) dan yang bukan semata-mata menjadi tugas
pemerintah; dipimpin oleh direksi, dibawah pengawasan dewan komisaris yang masing-
masing bertanggunga jawab kepada RUPS Negara selaku pemegang saham diwakili oleh
menteri keuangan.
5
Kalau sebelumnya telah diatur pertanggung jawaban dari kepala jawatan/direktur
ini merupakan pertanggung jawaban yang bagaimana, isinya tentang apa dan seberapa jauh
kemungkinan persoalan yang sejenis dengan ini; perbedaan letak wewenang dan akibat
terhadap Menteri PUTL pada waktu itu dan pertanggungjawaban dirjen gas dan listrik
yang sama terhadap perkeretaapian? Dengan sendirinya, persoalan ini sebenarnya berkisar
dengan dirjen-dirjen yang bertanggung jawab terhadap perusahaan negara termasuk dalam
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
BUMN adalah Badan usaha yang selurunya atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Berdasarkan pengertian BUMN diatas, didapati unsur-unsur dari BUMN itu sendiri yaitu:
a. Badan usaha;
c. Melalui penyertaan langsung; dan d. Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.
Peranan BUMN tergantung hukum yang mengaturnya (hukum publik atau hukum
aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen BUMN, karyawan BUMN, akademisi,
parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki per-hatian terhadap BUMN. Karena itu,
marilah bersama-sama kita pikirkan dan pantau bersama pengelolaan BUMN ini, untuk
dapat memberikan hasil yang seoptimal mungkin bagi masyarakat dan negara ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji, S.E., M.E. 1994. BUMN, Swasta dan Koperasi. Semarang: Pustaka Jaya
Muhammad Insa Ansari. BUMN dan Penguasaan Negara di Sektor Pos SOEs and State Authority in
Postal Sector. Vol. 15 No.2 (2017): 91-104.