Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual (Potter & Perry, 2010). Nyeri juga merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2001). Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Transduksi
Proses transduksi diartikan sebagai proses di mana suatu rangsang noksius (mekanis,
thermal atau kimiawi) diubah menjadi aktifitas listrik pada nosiseptor yang terletak pada
ujung-ujung saraf dari serabut C atau serabut Aß. Nosiseptor-nosiseptor tersebut tersebar
diseluruh tubuh kita utamanya pada kulit, otot, tulang, jaringan ikat, sendi, maupun organ-
organ visceral. Aktifasi suatu nosiseptor dimulai dengan depolarisasi ion Ca++, yang segera
akan diikuti dengan masuknya ion Na+ ke dalam sel menghasilkan potensi aksi. Inilah awal
dari perambatan suatu nosisepsi. (Bambang et al. 2017)
Kerusakan sel pada kulit, fasia, otot, tulang dan ligamentum menyebabkan pelepasan
ion hidrogen (H+) dan kalium (K+) serta asam arakidonat (AA) sebagai akibat lisisnya
membran sel. Penumpukan asam arakidonat (AA) memicu pengeluaran enzim
cyclooxygenase-2 (COX-2) yang akan mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin E2
(PGE2), Prostaglandin G2 (PGG2), dan prostaglandin H2 (PGH2). Prostaglandin, ion H+ dan
K+ intrasel memegang peranan penting sebagai activator nosiseptor perifer. Ketiganya juga
mengawali terjadinya respon inflamasi dan sensitisasi perifer yang menyebabkan edema dan
nyeri pada tempat yang rusak. (Bambang et al. 2017)
Konduksi
Konduksi mengacu pada perambatan aksi potensial dari ujung nosiseptif perifer
(nosiseptor) melalui serabut saraf bermielin dan tidak bermielin. Ujung sentral serabut saraf
ini membentuk sinap yang berhubungan dengan sel second-order neuron di dalam medula
spinalis. Serabut saraf nosiseptif dan non noksious dikelompokkan berdasarkan ada atau
tidaknya mielin, diameter dan kecepatan konduksi. (Bambang et al. 2017)
Serabut saraf sensoris berdiameter paling besar, yaitu serabut Aβ, umumnya
merupakan serabut non noksious yang menpersarafi struktur somatik pada kulit dan sendi.
Serabut saraf nosiseptif Aδ yang bermielin tipis dan serabut C yang tidak bermielin,
mempersarafi kulit dan organ viseral. Serabut Aδ menghantarkan “first pain”, dengan onset
cepat (kurang dari 1 detik), mudah terlokalisir, dan sensasi nyeri tajam. Persepsi nyeri seperti
ini memberi sinyal adanya kerusakan yang nyata atau berpotensi rusak sehingga orang dapat
mengetahui tempat terjadinya kerusakan dan memberikan respon refleks menghindar.
(Bambang et al. 2017)
Serabut C tidak bermielin, dikenal sebagai serabut nosiseptif polimodal high
threshold, berespon terhadap kerusakan mekanis, kimia dan suhu. Serabut saraf tersebut
bertanggungjawab terhadap persepsi “second-pain”, yang memiliki onset lambat (detik
hingga menit) dan digambarkan sebagai sensasi terbakar yang difus, tertusuk, yang kadang
berlangsung lama dan mungkin berkembang menjadi lebih tidak nyaman. (Bambang et al.
2017)
Transmisi
Transmisi mengacu pada transfer rangsang noksious dari nosiseptor primer menuju
sel dalam kornu dorsalis medula spinalis. Saraf sensorik aferen primer dikelompokan
menurut karakteristik anatomi dan elektrofisiologi. Serabut Aδ dan serabut C merupakan
akson neuron unipolar dengan proyeksi ke distal yang dikenal sebagai ujung nosiseptif.
Ujung proksimal serabut saraf ini masuk ke dalam kornu dorsalis medula spinalis dan
bersinap dengan sel second-order neuron yang terletak dalam lamina II (substansi gelatinosa)
dan dalam lamina V (nukleus proprius). (Bambang et al. 2017)
JINAK TIDAK
NYERI(RELATIVES
NEOPLASMA
GANAS NYERI
Benjolan pada
TIDAK
payudara NON
NYERI(RELAT
NEOPLASMA
IVE)
NON NEOPLASMA
Tumor non-neoplastik adalah tumor dimana pertumbuhannya lambat
walaupun terus membesar pada satu lokasi, tetapi tidak memiliki sifat sel
neoplasma. Infeksi jamur yang berat dan kronis pada kulit dapat menimbulkan
pertumbuhan massa solid menyerupai tumor neoplastik.
Nyeri kanker sering disebut sebagai nyeri ‘‘mixed mechanism’’, sehingga tidak mudah untuk
diklasifikasikan secara jelas dan dibedakan berdasarkan etiologi atau mekanisme. Mixed mechanism
merupakan hal mendasar dari nyeri kanker yang dapat dinilai dari beberapa karakteristik yang unik.
Nyeri kanker umumnya diakibatkan oleh infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif dengan nyeri
seperti tulang, jaringan lunak, serabut saraf, organ dalam, dan pembuluh darah. Nyeri juga dapat
diakibatkan oleh terapi pembedahan, kemoterapi, atau radioterapi. nyeri kanker dipaparkan sebagai
nyeri nosiseptif, terdiri dari nyeri somatik dan nyeri viseral, dan nyeri neuropatik.
Nyeri kanker somatik dapat disebabkan oleh invasi neoplastik pada tulang, sendi, otot dan
jaringan penyambung.(biasa terjadi pada neoplasma ganas) Massa tumor menghasilkan dan
menstimulasi mediator inflamatorik lokal, yang menyebabkan stimulasi nosiseptor perifer
yang terus berlangsung. Sumber nyeri kanker somatic yang lain yaitu fraktur tulang, spasme
otot sekitar area tumor, nyeri insisi setelah pembedahan, dan sindrom nyeri akibat
radio/kemoterapi. Sindroma nyeri somatik yang paling banyak adalah akibat invasi sel tumor
pada tulang. Nyeri tulang bisa bersifat akut, kronik atau insidentil. Sifatnya terlokalisasi
dengan jelas, intermitten atau konstan dan dideskripsikan sebagai nyeri berdenyut-denyut,
tercabik, seperti digerogoti, menyebabkan reaksi lokal, dan diperberat oleh gerakan atau
beban
Nyeri Kanker Viseral Beberapa karakteristik klinik khas . Beberapa organ dalam kurang
sensitif terhadap nyeri. Organ padat seperti paru, hati, dan parenkim ginjal tidak sensitif,
meski terjadi destruksi besar-besaran oleh proses keganasan dan nyeri terasa hanya jika
kapsular atau struktur dekat kapsul terlibat. Organ berlubang dengan mukosa serosa seperti
kolon sangat sensitif dengan distensi lumen dan inflamasi namun tidak terhadap pembakaran
atau pemotongan. Nyeri akibat distensi kolon lebih bergantung pada tekanan daripada
volume. Diketahui bahawa tekanan intralumen dalam kolon yang dibutuhkan untuk
menimbulkan sensasi nyeri adalah 40-50 mm Hg. Sehingga tumor dapat terus berkembang
tanpa terdeteksi dan menyebabkan nyeri hanya pada stadium terjadinya obstruksi komplit dan
terjadi peningkatan tekanan intrakolonik. Nyeri viseral bersifat difus dan sulit dilokalisir, dan
kadang dialihkan oleh nyeri struktur nonviseral yang lain, sehingga sumber nyeri sebenarnya
sulit dijelaskan. Nyeri viseral kadang disalah artikan sebagai nyeri kutaneus. Nyeri bahu,
dihasilkan oleh iritasi diafragma akibat penyakit pada pleura, adalah contoh nyeri alih
kutaneus dari nyeri viseral. Nyeri viseral kadang disertai refleks otonom seperti mual. Nyeri
viseral dimediasi oleh nosiseptor tersendiri pada sistem kardiovaskular, respirasi,
gastrointestinal, dan urogenitalia, yang dideskripsikan sebagai nyeri yang dalam, menekan,
kolik, dan diteruskan ke daerah kutaneus yang nyeri. Nyeri alih ini dianggap sehubungan
dengan fakta bahwa struktur somatik dan viseral memiliki innervasi ganda dengan serabut
saraf yang umum. Serabut saraf ini bertemu pada kornu dorsalis medulla spinalis
Nyeri neuropatik dihasilkan oleh kerusakan atau inflamasi sistem saraf, baik perifer maupun
sentral. Nyeri neuropatik dicirikan oleh nyeri seperti terbakar dengan rasa tertusuk-tusuk yang
intermitten, hiperalgesia dan allodinia. Hubungan antara mekanisme dan gejala klinis agak
kompleks. Mekanisme yang mendasari mungkin berbeda untuk beberapa simptom, sementara
beberapa mekanisme bisa memperlihatkan gejala klinis yang berbeda
Nyeri akibat infiltrasi tumor pada saraf. Nyeri akibat infiltrasi tumor ke saraf, pleksus dan
meanings bisa disebabkan oleh infiltrasi langsung pada saraf, kompresi atau fraktur metastatik
struktur tulang ke saraf atau akar saraf. Saraf perifer sering diinfiltrasi oleh tumor yang
mengenai interkostal, paravertebral, atau rongga retroperitoneal. Didapatkan nyeri terbakar
dengan dysthesia pada daerah yang hilang sensoriknya. Nyeri bersifat radikular dan
cenderung unilateral. Sindroma pancoast merupakan contoh infiltrasi tumor pada pleksus
brachial dan sering didapatkan pada pasien kanker payudara, limfoma, dan kanker paru. Nyeri
dirasakan di daerah bahu dan daerah paraspinal.
Nyeri benjolan pada payudara bisa disebabkan oleh kanker payudara atau (ca mammae), ca mammae
sendiri merupakan sebuah neoplasma ganas yaitu suatu pertumbuhan jaringan payudara yang
abnormal dengan pertumbuhan berlebih dan tidak adanya koordinasi dengan pertumbuhan jaringan
normal, tumbuh infiltratif, dan destruktif serta dapat bermetastase dan akan tetap tumbuh dengan cara
yang berlebihan serta stimulus yang akan menyebabkan perubahan itu berhenti.
Nyeri pada payudara disebabkan karna sudah bermetastasis hingga ke jaringan saraf tulang
Benjolan tidak nyeri karna tumor belum bermetastasis dan merusak jaringan ataupun belum
mempengaruhi sel saraf
Potter, PA & Perry, AG, 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, Volume 2,
Edisi 4, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C. (2010). Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Volume 1 & 2, Edisi 8. Jakarta:
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Suwondo, B. S., Meliala, L., Sudadi. 2017. Buku Ajar Nyeri . Yogyakarta: Perkumpulan
Nyeri Indonesia.
Mahmud, W., Calcarina F. R. & Nugraha, A. F. F. (2016). Penatalaksanaan Paliatif Pasien
dengan Nyeri Kanker. Jurnal Komplikasi Anestesi. 4(1), 88-89.
Baiq Renny Kamaliani&I Wayan Gorda, Tumor
Non-neoplastik Akibat Mycotic Dermatitis
pada Anjing, INDONESIA MEDICUS VETERINUS AGUSTUS 2017