Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGUKURAN ANTROPOMETRI

disusun oleh :
Elva Sardaya
P07131219005

Dosen Pembimbing :
Saiful Bakri, S.Gz, M.Kes

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES ACEH
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
dari mata kuliah Penilaian Status Gizi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa Saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan khususnya kepada dosen
pembimbing Saiful Bakri, S.Gz,M.Kes.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Sinabang, 29 Agustus 2020


DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................................................. ii
BAB I..................................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................................................................... 2
ISI........................................................................................................................................................................................... 2
A.Antropometri................................................................................................................................................................. 2
B.IMT (Indeks Masa Tubuh)........................................................................................................................................ 4
Contoh Kasus :................................................................................................................................................................... 4
C.LILA (Lingkar Lengan Atas)..................................................................................................................................... 5
D.PENGUKURAN LINGKAR PERUT........................................................................................................................... 6
METODE PRAKTIKUM................................................................................................................................................... 7
BAB III.................................................................................................................................................................................. 8
PENUTUP............................................................................................................................................................................ 8
A.KESIMPULAN................................................................................................................................................................. 8
B. SARAN............................................................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................................... 8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak
balita menggunakan metode antropometri, disamping itu pula, kegiatan penapisan status
gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Antropometri merupakan salah satu
metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif
untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh manusia. Antropometri dapat
mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dari individu dan populasi, serta untuk
memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup. (Supariasa, 2012)
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi.
Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai
status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik
dan lanjut usia. Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran, antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri
gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Umumnya, antropometri
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan
protein dan energi. (Supariasa, 2012)
Praktikum Penentuan Status Gizi dengan metode antropometri sangat penting
dilakukan khususnya bagi mahasiswa peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro agar dapat mengetahui bagaimana cara
penentuan status gizi dengan antropometri dan variabel apa saja yang dibutuhkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dengan benar berbagai jenis parameter
antropometri.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan, panjang badan, tinggi badan,
dan tinggi lutut.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar pinggul, lingkar panggul, lingkar
kepala, dan lingkar lengan atas (LILA).
c. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tebal lemak di bawah kulit dan persen (%)
lemak tubuh.

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran berat badan, panjang badan, tinggi badan,
tinggi lutut, lingkar pinggul, lingkar panggul, lingkar kepala, lingkar lengan atas (LILA),
pengukuran tebal lemak di bawah kulit dan persen (%) lemak tubuh pada praktikum
penentuan status gizi.

BAB II

ISI

A. Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia dan
digunakan untuk menilai status gizi. ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan
tinggi badan, selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak
bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, lingkar pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut
bisa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan
membandingkan dengan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB, dan TB/U. (Sandjaja,2009)
Antropometri sangat umum digunakan utuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Pengukuran antropometri ada 2 tipe
yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh
dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya
untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Adapun beberapa syarat yang mendasari
penggunaan antropometri ini adalah (Supariasa,2012) :
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lenganatas, mikrotoa, dan
alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya apabila
terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita maka dapat dilakukan
pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain
setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya.
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan baku
rujukan yang sudah pasti.
6. Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara mengguakan antropometri sebagai
metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status
gizi.
Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat pula beberapa
kelemahan seperti :
1. Tidak sensitif, Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan tidak
dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zinc dan Fe.
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurukan
spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi

4. Kesalahan terjadi karena:


a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru

5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:


a. Latihan petugas yang tidak cukup
b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c. Kesulitan pengukuran

Indikator antropometri antara lain berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan
Atas (LILA), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK). Pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar
lengan atas menurut umur (LILA/U) dan sebagainya. (Barasi,2008)
B. IMT (Indeks Masa Tubuh)

IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang
khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih
panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB.
IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus KEK (Kurang
Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Untuk memperoleh pengukuran TB yang tepat pada
lansia cukup sulit karena masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang
menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa penelitian
menunjukkan perubahan TB lansia sejalan dengan peningkatan usia dan efek beberapa
penyakit seperti osteoporosis. Pengukuran tinggi badan lansia tidak dapat diukur dengan tepat
sehingga untuk mengetahui tinggi badan lansia dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee
height). (Barasi,2008)
IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam)
pangkat dua. Zaman sekarang IMT banyak digunakan di rumah sakit untuk mengukur statusgizi
pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi
tetapi lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja. Rasio berat untuk tinggi
menunjukkan berat badan dalam kaitannya dengan tinggi dan sangat berguna untuk
menyediakan ukuran kelebihan berat badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa.
(Hartono,2008)
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00

Contoh Kasus :
1. Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang kepada Saudara untuk penilaian status
gizi. Pasien tampak gemuk dan mengeluh tidak kuat berjalan jauh.
Lakukan penilaian indeks massa tubuh pada pasien tersebut dan interpretasikan
hasilnya berdasarkan penggolongannya! Berikan saran untuk pasien tersebut
terkait hasil penilaian status gizinya! Berat badan: 68 kgTinggi badan: 153 cm

IMT = BB = 68 = 68 = 68 = 29,05 kg/m2


(TB)2 (153)2 (1,53)2 2,34

(Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00)


 Kualitas asupan dapat diperbaiki dengan mengurangi konsumsi makanan padat energi
contohnya makanan yang tinggi lemak dan gula, serta dengan meningkatkan asupan serat. Obat-
obatan anti-kegemukan dapat dikonsumsi untuk mengurangi selera makan atau menghambat
penyerapan lemak, disertai dengan asupan diet yang tepat. Apabila diet, olahraga, dan obat-
obatan belum efektif, maka balon lambung dapat membantu mengurangi berat badan,
atau operasi dapat dilakukan untuk mengurangi volume lambung dan/atau panjang usus
sehingga dapat memberikan rasa kenyang yang lebih dini dan menurunkan kemampuan
penyerapan nutrisi dari makanan.
jika Anda dianggap kelebihan berat badan, menurunkan sekitar 5 persen dari berat badan
akan menurunkan risiko terkena berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung dan diabetes
tipe 2. Menurunkan berat badan secara perlahan dan berangsur-angsur antara 200 gram hingga
1 kilogram per minggu atau tidak lebih dari 1,3 kg per minggu adalah cara paling aman untuk
menurunkan berat badan. Jadi tidak langsung turun berat badan secara drastis dalam waktu
singkat.

Melakukan olahraga akan membantu mengurangi risiko terkena penyakit yang disebabkan
obesitas. Studi yang dilakukan American College of Sports Medicine (ACSM) meneliti berbagai
rekomendasi berapa jumlah waktu latihan yang dibutuhkan untuk menurunkan berat badan.
Hasil penelitian merekomendasikan untuk melakukan olahraga ringan hingga berat setidaknya
150-250 menit dalam seminggu.

C. LILA (Lingkar Lengan Atas)

Pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan bawah kulit. Lingkar lengan atas biasanya digunakan untuk mengidentifikasi
adanya malnutrisi pada anak-anak. Pada ibu hamil lingkar lenganatas digunakan untuk
memprediksi kemungkinan bayi yang dilahirkan berat badanlahir rendah. (Hartono,2008)
Pengukuran lingkar lengan atas dapat menentukan apakah seseorang menderita KEK atau
tidak. LILA < 23,5 maka beresiko terkena KEK. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama
atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri
mempunyai kecenderungan menderita KEK. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik untuk satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan
mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode
yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau juga
disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya. (Hartono,2008)
Nilai normal adalah 23,5 cm
Lila WUS Dengan Resiko KEK Di Indonesia < 23,5 cm
Tabel Klasifikasi LILA Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal ≥ 23,5 cm
Bayi Umur 0 – 30 Hari
KEP < 9,5 cm
Normal ≥ 9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal ≥ 12,5 cm
Sumber: (Sirajuddin,2012)

D. PENGUKURAN LINGKAR PERUT

WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas sentral pada orang dewasa
dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada tubuh terutama bagian pinggang dengan
membandingkan antara ukuran lingkar pinggang dengan lingkar perut. Obesitas sentral
dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif.
(Sandjaja, 2009)
Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan
obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk pria,dan ≥ 80 cm untuk
wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas
sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan
obesitas sentral dan risiko kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi
obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan
indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan kadar trigliserida
untuk mendeteksi sindroma metabolik, ditemukan lingkar pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan
dengan kadar trigliserida plasma puasa >150 mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma
metabolik. Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai
pemeriksaan uji saring yang mudah, murah dan berguna untuk mendeteksi sindroma
metabolik.

Tabel Klasifikasi RLPP Jenis Kelompok Umur Resiko


Kelamin
Low Moderate High Very High
Laki-Laki 20 – 29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
30 – 39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40 – 49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
Perempuan 20 – 29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
30 – 39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40 - 49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber: (Sirajuddin,2012)

METODE PRAKTIKUM
PRASYARAT:
A. Pengetahuan Dasar
a. Anatomi dasar
b. Fisiologi dasar

B. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign


a. Komunikasi
b. Informed consent

C. Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis 10.00-12.00 2020

D. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh

E. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Timbangan berat badan digital
b. Microtoise
c. Pita meteran
d. Kaliper
e. BIA (Bioelectric Impedance Analysis)
f. Infantometer
g. Pita LILA
h. Alat ukur tinggi lutut (knee high caliper)
2. Bahan :
a. Boneka
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tentang Antropometri dapat disimpulkan bahwa :
a.    Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran tubuh manusia.
b.    Pengukuran dengan antropometri dilakukan agar tercapai suatu kondisi yang enak,
nyaman, aman, dan sehat bagi manusia dan tentunya juga dapat menciptakan kondisi kerja yang
efisien dengan hasil yang efektif atau dengan kata lain adalah untuk mencapai keadaan yang
ergonomis.

B. SARAN
Semoga dipraktikum selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi dan efisien agar dapat
dimengerti oleh seluruh mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Praktikum Mata Kuliah Penentuan Status Gizi 2017 Universitas diponegoro Semarang

Anda mungkin juga menyukai